Anda di halaman 1dari 8

Bab I

Pendahuluan

a. Latar belakang
Penyakit hipertensi mempersulit 5 hingga 10 persen kehamilan; bersama
perdarahan dan infeksi dimana membentuk suatu trias yang mematikan, yang berperan
besar dalam angka kesakitan serta kematian pada ibu. Sehingga penyakit-penyakit
tersebut tidak dapat dianggap ringan. William
World Health organization mengevaluasi kematian ibu diseluruh dunia secara
sistematis. Dinegara maju, 16 persen kematian ibu disebabkan oleh penyakit hipertensif.
Presentase ini lebih besar dari pada tiga penyebab utama lain : perdarahan 13 persen,
aborsi 8 persen, dan sepsis- 2 persen. Di Amerika serikat sejak tahun 1991 hingga 1997,
dilaporkan bahwa hamper 16 persen dari 3201 kematian ibu akibat komplikasi hipertensi
terkait kehamilan, selanjutnya penelitian lain menyebutkan bahwalebih dari separuh
kematian terkait hipertensi ini sebenarnya dapat dicegah. William
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit, yang disebabkan oleh
kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana peristiwa itu terjadi. Istilah kesatuan
penyakit harus diartikan bahwa kedua penyakit dasarrnya sama dan bahwa eklamsia
merupakan peningkatan yang lebih berat dan berbahaya dari pre-eklamsia, dengan
tambahan gejala-gejala tertentu. Sarwono
Di Indonesia eklamsia masih merupakan sebab kematian utama ibu, dan sebab
kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklamsia yang
merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa
sinroma pre-eklamsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari
Sarwono
dalam waktu yang singkat dapat timbul preeklamsia berat, bahkan eklamsia.
Bagaimana kehamilan dapat memicu atau memperburuk hipertensi sampai saat ini
masih belum diketahui, meskipun telah dilakukan penelitian intensif selama beberapa
decade. Bahkan, hipertensi tetap merupakan salah satu masalah paling signifikan dan
menarik perhatian yang belum terpecahkan di dunia obstetric. Oleh karenanya walaupun
demikian, penyebab pasti mengapa terjadinya hipertensi dalam kehamilan belum
diketahui penting bagi kita untuk mengetahui tanda dan gejalanya secara dini, sehingga
penatalaksanaan dapat segera dilakukan guna menurunkan angkat morbiditas dan
mortalitas bagi ibu maupun bayi. Sarwono
Bab II
Tinjauan pustaka
A. Definisi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Cunningham, et al, 2007). Hipertensi ialah
tekanan darah 140/90 mmHg, dengan catatan, pengukuran darah sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Sedangkan proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam
urin 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria 5 g/ 24 jam atau kualitatif 4+.
Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami preeklampsia kemudian disertai kejang
dinamakan eklampsia (Angsar, 2008). Penggolongan preeclampsia menjadi preeclampsia
ringan dan preeclampsia berat dapat menyesatkan karena preeclampsia ringan dalam waktu
yang relative singkat dapat berkembang menjadi preeclampsia berat (Cunningham, et al,
2007).

B. Klasifikasi

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan
proteinuria.

Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik/diastolik
140/90 sampai < 160/110 mmHg dengan proteinuria +1 dipstik. Preeklampsia ringan
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah
kehamilan 20 minggu1,5.

2. Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria5. Preeklampsia berat dibagi
menjadi (a) Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia, dan (b) Preeklampsia berat
dengan impending eklampsia. Disebut impending eklampsia bila preeklampsia berat
disertai gejala gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah
muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah1,2,3,4.

C. Factor risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang
dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:1,2,

Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar
Umur yang ekstrim. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas Resiko terjadinya preeklampsia meningkat menjadi 13,3 % pada wanita
dengan BMI > 35 kg/m2.
Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktor lingkungan

D. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia dan eklamsia sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat
diterima harus menerangkan hal-hal berikut : 1) sebab bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidroamnion, dan molahidatidosa, 2) sebab bertambahnya
frekuensi dengan makin tuanya kehamilan; 3) sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus; 4) sebab jarang terjadinya eklamsia pada
kehamilan-kehamilan berikutnya; 5) sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang
dan koma. Sarwono
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal-hal yang bertalian
dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu factor, melainkan banyak factor yang
Sarwono
menyebabkan pre-eklamsia dan eklamsia.
Laporan mengenai eklampsia telah ditelusuri hingga sejauh tahun 2200 SM. Sejumlah
besar mekanisme telah diajukan untuk menjelaskan penyebabnya. Pre-eklamsia tidaklah
sesederhana suatu penyakit melainkan merupakan hasil akhir berbagai factor yang
kemungkinan meliputi sejumlah factor pada ibu, placenta, dan janin. Adapun factor-faktor
yang saat ini dianggap penting mencakup:
a. Implantasi placenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh darah uterus
b. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptive di antara jaringan maternal, parental
(placenta) dan fetal
c. Maladaptasi maternal terhadapt perubahan kardiovaskular atau inflamatoriy yang
terjadi pada kehamilan normal
d. Factor-faktor genetic, termasuk gen predisposisi yang diwariskan, serta pengaruh
spigenetik. William

E. Patofisiologi

1. Vasospasme
Konsep vasospasme diajukan oleh Volhard (1918) berdasarkan pengamatan
langsung tentang pembuluh darah kecil di kuku, mata, dan conjunctivae bulbar. Ia juga
menduga dari perubahan histologis terlihat dalam berbagai organ yang terkena.
Penyempitan pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi dan hipertensi
berikutnya. Pada saat yang sama, kerusakan sel endotel menyebabkan kebocoran yang
interstisial melalui darah konstituen, termasuk platelet dan fibrinogen, yang disimpan
pada subendothelial.
Wang dan kolega (2002) juga menunjukkan gangguan protein endothel junctional.
Suzuki dan rekannya (2003) menjelaskan perubahan resistensi ultrastruktural di wilayah
subendothelial arteri pada wanita preeklampsia. Dengan aliran darah yang berkurang
karena maldistribusi, iskemia jaringan sekitarnya akan menyebabkan nekrosis,
perdarahan, dan lain organ akhir gangguan karakteristik sindrom tersebut..

2. Aktivasi sel endotel


Selama dua dekade terakhir, aktivasi sel endotel menjadi bintang dalam pemahaman
kontemporer dari patogenesis preeklampsia. Dalam skema ini, faktor yang tidak diketahui -
kemungkinan berasal dalam plasenta - juga dikeluarkan ke sirkulasi ibu dan memprovokasi
aktivasi dan disfungsi vaskular endotelium. Sindrom klinis preeklampsia diperkirakan
merupakan hasil dari perubahan sel endotel yang luas.
Selain mikropartikel, Grundmann dan rekan (2008) telah melaporkan bahwa sirkulasi
sel endotel, secara signifikan meningkat empat kali lipat dalam darah perifer wanita
preeklampsia.
Endotelium utuh memiliki sifat antikoagulan, dan sel endotel menumpulkan respon
otot polos vaskular untuk agonis dengan melepaskan oksida nitrat. Sel endotel yang rusak
atau teraktivasi dapat memproduksi oksida nitrat dan mengeluarkan zat yang
mempromosikan koagulasi dan meningkatkan kepekaan terhadap vasopressors.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel
akan terjadi:
Gangguan metabolism prostaglandin (vasodilator kuat)
Agregasi sel trombosit untuk menutup endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit ini memproduksi tromboksan (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat. Dalam
keadaan normal, kadar prostasklin lebih tinggi daripada kadar tromboksan. Pada
preeclampsia, terjadi sebaliknya sehingga berakibat naiknya tekanan darah.
Peningkatan endotelin (vasopresor), penurunan oksida nitrit (vasodilator).
Peningkatan faktor koagulasi.
Bukti lebih lanjut dari aktivasi endotel termasuk perubahan karakteristik morfologi
endotel kapiler glomerulus, permeabilitas kapiler meningkat, dan meningkatnya
konsentrasi mediator yang berperan untuk menimbulkan aktivasi endotel. Penelitian
menunjukkan bahwa serum dari wanita dengan preeklampsia merangsang sel endotel yang
dikultur untuk memproduksi prostasiklin dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
serum wanita hamil normal.

F. Gambaran klinik
Preeklampsia merupakan penyulit dalam kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik
preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan berat1,2.
Pembagian preeklampsia ringan dan berat tidaklah berarti adanya
dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringakali ditemukan penderita
dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh
dalam koma1,2.
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat
individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia
mana yang timbul lebih dahulu. Timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita
seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh
adanya gangguan nyeri kepala, gangguan pengelihatan atau nyeri epigastrium,
maka penyakit ini sudah lanjut1,2.
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan
berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya
proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala
subjektif. Pada pre-eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-ekalmpsia yang
meningkat dan merupakan pentunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan
darah pun lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan protein uria
bertambah banyak. sarwono
Adapun gejala dan tanda pre-eklampsia berat :
1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg
2) Tekanan darah diastolic 110 mmHg
3) Peningkatan kadar enzim hati atau/dan icterus
4) Trombosit < 100.000/mm3
5) Oligouria < 400ml/24 jam
6) Proteinuria >3 g/liter
7) Nyeri epigastrium
8) Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
9) Perdarahan retina
10) Edema pulmonal
11) Koma
G. Diagnosis
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah
bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya pre-eklapsia berat sukar dicegah, namun pre-
eklampsia berat dan eklamsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini
penyakit itu dan dengan penanganan yang sempurna.
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya 2 dari tria tanda utama :
hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini memang berguna utuk kepentingan statistic, akan
tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun
ditemukan sendiri.
Diagnosis diferensial antara pre-eklampsia dan hipertensi menahun atau penyakit ginjal
tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun, adanya tekanan darah yang
meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan post partum akan sangat
berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan funduskopi juga berguna karena perdarahan
dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; kelainan tersebut biasanya menunjukkan
hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak
menolong; proteinuria pada pre-eklampsia jarang timbul sebelum triwulanke-3, sedangkan
pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna; pada
umumnya fungsi ginjal normal pada pre-eklampsia ringan.

Anda mungkin juga menyukai