Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah satu jenis tumor ganas intra epithelial
yang bermanifestasi pada mata di daerah limbus dan margo palpebral, yaitu daerah
peralihan epitel. Karsinoma sel skuamosa paling sering ditemukan pada laki-laki
dengan usia tua yang berkulit putih (76%). Rata-rata usia pasien yang terkena adalah
56 tahun. Tumor in mrupakan 14% dari semua tumor mata primer dan tumor orbital
terkait dengan paparan sinar matahari. Sinar matahari, terutama radiasi sinar
ultraviolet-B (UV-B) dapat menyebabkan kerusakan DNA, mutasi, dan sel kanker.
Meskipun human papillomavirus-16 telah ditemukan dalam spesimen tumor
konjungtiva, namun belum terbukti menyebabkan tumor ini.1
Lesi karsinoma sel skuamosa dimulai dengan timbulnya massa berukuran
kecil, 1-2 mm berwarna putih seperti gelatin, kemerahan disekitarnya akibat
bertambahnya vaskularisasi. Lesi akan tumbuh menjadi besar, kemudian timbul erosi
sampai akhirnya menjadi ulkus. Permukaan lesi tidak rata dan batasnya tidak jelas.
Lesi di limbus biasanya berada di daerah nasal atau temporal. Dalam
pertumbuhannya, lesi berkembang sangat lambat dan menimbulkan rasa sakit,
sehingga sering baru dikeluhkan oleh penderita setelah beberapa bulan.2

1.2 Gambaran Klinis


Selain dari adanya lesi pada permukaan okuler, terdapat gejala lain seperti
mata merah dan terdapatnya iritasi. Secara klinis agak sukar untuk membedakan
antara dysplasia epitel konjungtiva, karsinoma in situ dan karsinoma sel skuamosa.
Lesi-lesi ini sering muncul diantara fissure interpalpebral, sering pada limbus
walaupun ia juga bisa ditemukan pada bagian lain dari konjungtiva dan kornea.3
KSS bisa terlihat seperti agar-agar (gelatinous) dengan pembuluh darah
superficial atau dengan bentuk seperti papil atau leukoplakia dengan plak keratin yang
menutupinya. KSS juga bisa mempunya gambaran seperti lesi nodular terutama
apabila iamerupakan karsinoma sel skuamosa tipe invasive atau lesi difus yang
menyamar sebagai konjungtivitis kronis.3
Gambar 1 karsinoma sel skuamosa pada konjunctiva
Dikutip dari kepustakaan nomor 2

1.3 Gambaran Histopatologi


Evaluasi secara histopatologi dari lesi yang dieksisi atau insisi yang bisa
membedakan antara lesi-lesi didalam spekturm KSS. Lesi displastik memperlihatkan
atipia seluler yang ringan, sedang, atau berat yang bisa melibatkan berbagai ketebalan
epithelium bermula dari lapisan basal menuju keluar. Biasanya lapisan yang paling
superfisial yang tidak terkena. Perubahan displastik yang berat adalah sama dengan
karsinoma in situ. Karsinoma in situ bisa memperlihatkan semua ciri bagi karsinoma
sel skuamosa, tetapi masih tetap terbatas pada epithelium.3
Invasi yang dalam dari kornea ataupun sclera dan penyebaran intraocular
merupakan komplikasi yang jarang. Gambaran histopatologi menunjukkan infiltrasi
yang masuk kedalam dasar membrane epithelial yang menyebar pada stroma
konjungtiva. Sel tumor dapat dibedakan dengan baik atau well differentiated dan
dapat dikenali dengan mudah sebagai skuamosa, moderately differentiated ataupun
poorly differentiated dan dapat sulit dibedakan dari keganasan lain seperti karsinoma
sebasea. 4

2
Gambar 2 Gambaran histopatologi karsinoma sel skuamosa pada konjunctiva
Dikutip dari kepustakaan nomor 3

1.4 Klasifikasi Sistim TNM5


T (Tumor Primer)
Tx Tidak ditemukan tumor primer
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor 5 mm dengan dimensi yang lebih besar
T2 Tumor dengan ukuran > 5mm dengan dimensi yang lebih besar tanpa invasi ke
struktur yang berdekatan
T3 Tumor menginvasi struktur yang berdekatan (Tidak termasuk orbita)
T4 Tumor menginvasi orbita dengan atau tanpa perluasan yang lebih jauh
T4a Tumor menginvasi jaringan lunak orbita, tanpa invasi ke tulang
T4b Tumor menginvasi tulang
T4c Tumor menginvasi sinus paranasal yang berdekatan
T4d Tumor menginvasi otak

Kelenjar Limf Regional (N)


NX Kelenjar getah bening tidak ditemukan
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional

3
N1 Metastasis kelenjar getah bening regional
Metastasis Jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis Jauh

1.5 Diagnosis Banding


a. Pterigium
Pterigium didefiniskan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler
pada konjungtiva dan timbul menginfiltrasi permukaan kornea. Biasanya
berbentuk segitiga dengan kepala menghadap sentral kornea dan basis
menghadap lipatan semilunar, pada canthus medius. Pterygium merupakan
proses degenerasi dan hipertrophi yang banyak ditemukan didaerah tropis,
disekitar khatulistiwa.6
b. Melanoma tanpa pigmentasi
Meskipun disebut melanoma, namun tidak semuanya berpigmen.
Sebagian tidak berpigmen dan disebut melanoma juvenile. Kelainan ini
berhubungan dengan nevus. Diagnosa pasti dilakukan dengan biopsy.
Terdapat 3 tipe melanoma maligna, yaitu melanoma superfisial, lentigo
melanoma dan melanoma nodular. Prognosisnya tergantung invasi/kedalaman
lesi. Penanganannya dengan eksisi atau eksenterasi. 6

1.6 Terapi
Pilihan terapi terhadap karsinoma sel skuamosa pada konjungtiva bervariasi,
mulai dari eksisi sederhana hingga exenterasi. Pemilihan jenis terapi yang akan
diberikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya ukuran lesi, lokasi, derajat
invasi dari lesi, keadaan mata yang satunya, usia, keadaan umum pasien.7 Akhir-akhir
ini perkembangan terapi dengan topical termasuk mitomicin C, 5 fluourasil dan
interferon memberikan hasil yang memuaskan untuk berbagai tipe karsinoma sel
skuamosa.6
1. Pembedahan
Pembedahan secara eksisi adalah metode tradisional bagi pengobatan
lesi KSS. Untuk mencegah dari terjadinya kekambuhan, direkomendasikan
4
untuk mengeksisi jaringan tumor dengan lebar margin sekitar 2mm 3mm.
Apabila lapisan kornea atau sklera yang lebih dalam terlibat, deep lamellar
keratectomy atau skelerektomi dilakukan.8
Eksenterasi direkomendasikan apabila tumor konjungtiva telah
menginvasi ke anterior dari orbita. Exenterasi pada orbita meliputi membuang
bola mata, kelopak mata, dan berbagai isi dari rongga orbita. Pada keadaan
yang lebih ekstrim, juga termasuk di dalamnya membuang seluruh jaringan
yang terdapat pada rongga orbita, termasuk periorbita dan pada beberapa
kasus melakukan reseksi pada tulangnya. Tindakan ini diindikasikan pada
keadaan keganasan yang dapat mengancam jiwa pasien atau ketika modalitas
pengobatan secara konservatif telah gagal atau tidak sesuai. Misalnya pada
kasus karsinoma sel skuamosa pada kulit, sinus paranasal, dan konjungtiva
dengan invasi yang dalam terhadap orbita. Karsinoma sel skuamosa tipe
mukoepidermoid merupakan kanker yang bersifat agresif dan
penatalaksanaannya adalah secara enukleasi atau eksenterasi. 7

2. Krioterapi
Kombinasi dengan pembedahan secara eksisi dan cryosurgery untuk
mengurangkan kadar kekambuhan8

3. Kemoterapi topical
Disebabkan adanya kemungkinan terjadinya komplikasi pada
pembedahan eksisi, krioterapidan brakiterapi, penggunaan kemoterapi topical
seperti tetes mitomycin C, 5-fluorourasil,atau interferon alfa 2b telah
dianjurkan. Efek samping yang nyata adalah dari mitomycin c yang berupa
hyperemia dan kadang sebgaian pasien bisa mengalami nyeri atau
sensasiterbakar akibat dari toksisitas pada epithelial kornea. Efek samping
tersebut akan hilang dalam waktu 2 minggu selepas pemberian obat
dihentikan.8

5
1.7 Prognosis
KSS dengan kekambuhan lokal diasumsikan sebagai keganasan tipe low-
grade. Kekambuhan setelah operasi eksisi tergantung dari margin pembedahan (5%
pada margin yang bebas, dan 50% pada margin yang terlibat). Invasi intraokuler
sangat jarang terjadi, begitu juga metastasis. Area metastasis diantaranya adalah
kelenjar getah bening pada preaurikuler, submandibular dan servikal, kelenjar parotis,
paru dan tulang. Penyebab utama dari metastasis adalah terlambat dalam mendiagnosa
dan terapi.8

6
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny Habibah Pendidikan : SD


Umur : 50 Tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah
Alamat : Siak MRS : 8 Maret 2012
Pekerjaan : IRT MR : 75 81 36

Keluhan Utama
Benjolan di mata kiri, kabur dan nyeri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan muncul benjolan berwarna putih
pada sudut mata kiri di dekat hidung, Pada saat itu warna putih hanya
berukuran kecil dan pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan penglihatan
ataupun nyeri.
Satu tahun terakhir, pasien mengeluhkan benjolan berwarna putih tersebut
semakin melebar hingga mengenai bagian hitam dari mata kirinya. Pasien
mulai merasa mata kirinya kabur, merah dan sering berair. Selain itu pasien
juga mengeluhkan adanya nyeri berdenyut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien baru pertama kali menderita keluhan seperti ini
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat penyakit infeksi lainnya (-)
DM (-)
Hipertensi (+)

7
Riwayat Pengobatan
-

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Tidak ada keluarga yang pernah menderita tumor

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Tekanan darah : 140/90
Nadi : 84 x/menit
Suhu : afebris
Pembesaran KGB preauriculer : Tidak teraba pembesaran

STATUS OPTHALMOLOGI
Tanggal 8 Maret 2012
OD OS
20/20 Visus Tanpa Koreksi 20/70
Ortoforia Posisi Bola Mata Ortoforia
N Gerakan Bola Mata N
N Tekanan Bola Mata N
Tenang Palpebra Spasme ringan
Terdapat massa berwarna
putih keruh, berbenjol-
Tenang Konjungtiva/sklera
benjol dengan ukuran 2x5x5
mm
Terdapat massa berwarna
putih keruh, berbenjol-
Jernih Kornea
benjol dengan ukuran 2x5x5
mm

8
Dalam COA Sulit dinilai
Pupil bulat, sentral, 3mm,
reflex pupil langsung (+),
Iris/Pupil Sulit dinilai
reflex pupil tidak langsung
(+)
Jernih Lensa Sulit dinilai
Refleks fundus + Fundus Sulit dinilai
Jernih Media Sulit dinilai
Papil bulat, batas tegas,
Papil Sulit dinilai
CDR 0,3, AaVv 2/3
retina baik Retina Sulit dinilai
Refleks (+) Makula Sulit dinilai

Gambar

Diagnosis Kerja : Tumor konjunctiva ec suspect Ca cell squamous

Diagnosis Banding :
Pterigium

Pemeriksaan Penunjang : Biopsi dengan anastesi lokal

Terapi :
Ofloxan ED 6x1 OS
Asam mefenamat tablet 500 mg 3x1

Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Malam
Quo ad functionam : Dubia ad Malam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad Malam
9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sandra R, Moeloek NF, Usman TA. Virus sebagai etiologi karsinoma sel
skuamosa adneksa mata. Bagian ilmu penyakit mata fakultas kedokteran
Indonesia. Jakarta.1992. p 664-5
2. Finger PT. Squamous carcinoma and intraepithelial neoplasia of the conjunctiva.
Available from :
http://www.eyecancer.com/Patient/Condition.aspx?nID=38&Category=Conjuncti
val+Tumors&Condition=Squamous+Carcinoma+and+Intraepithelial+Neoplasia+
of+the+Conjunctiva
3. Kloek C. Digital journal of oftalmology. Massachusetts Eye and Ear Infirmary.
2004. Available from : http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients.
4. American academy of ophtalmology. Ophtalmic Pathology and intraocular
tumor. Section 4. 2009-2010. p 66-7
5. Edge SB, Byrd DR, Compton CC, Fritz AG, Greene FL, Trotti A. American
Joint Committee on Cancer. Ed 7. p 532
6. Suhardjo SU, Siti S, Bayu MS. Degenerasi di konjungtiva. Buku ilmu kesehatan
mata. Bagian ilmu penyakit mata FKUGM. November 2007. p 531-2
7. Augsburger JJ, Schneider S. Tumors of Conjunctiva and Cornea. In :
Opthalmology. Mosby. Spain. 2004
8. Oral D. Conjunctival squamous cell carcinoma. 2010. Available form :
http://www.osnsupersite.com/view.aspx?rid=66118.

10

Anda mungkin juga menyukai