Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian gambaran self

efficacy pada lansia dengan hipertensi di kelurahan CiparageJaya wilayah

kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten Karawang dengan jumlah responden

67 orang lansia. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2017 - 24

Juli 2017.

1. Hasil Analisis Univariat

a. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Lansia Dengan
Hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran
Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 25 37,3%
Perempuan 42 62,7%
Total 67 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya jenis kelamin responden yaitu perempuan sebesar 42 orang

(62,7%).
b. Karakteristik Budaya Responden

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Budaya Pada Lansia Dengan Hipertensi
di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran
Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Budaya
Sunda 30 44,8%
Jawa 37 55,2%
Total 67 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki budaya Jawa sebesar 37 orang (55,2%)

c. Karakteristik Status Ekonomi Responden

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Status Ekonomi Pada Lansia Dengan
Hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas
Tempuran Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Status Ekonomi
> 1.000.000 20 29,9%
500.000 - 36 53,7%
1.000.000
< 500.000 11 16,4%
Total 67 100 %
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki penghasilan 500.000 1.000.000 rupiah sebesar 36

orang (53,7%).
d. Karakteristik Usia Responden

Tabel 4.4
Tendensi Sentral Berdasarkan Usia Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran
Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Statistik Nilai
Mean 70,21
Median 70,00
Mode 69,0 & 70,0
Std. Deviasi 5,104
Minimum 59
Maximum 81
Sum 4704

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata (mean) lansia

berusia 70 tahun, usia yang paling banyak berada pada usia 69 dan 70

tahun (elderly), dengan usia terendah 59 tahun dan usia tertinggi 81

tahun.

e. Self Efficacy berdasarkan dimensi initiative

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Self Efficacy Berdasarkan Dimensi Initiative Pada
Lansia Dengan Hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tempuran Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Kategori Frekuensi Persentase


Tinggi 17 25,4%
Rendah 50 74,6%
Total 67 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki Self Efficacy yang rendah pada dimensi initiative

sebanyak 50 lansia sebesar (74,6%).

f. Self Efficacy berdasarkan dimensi effort

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Self Efficacy Berdasarkan Dimensi Effort Pada
Lansia Dengan Hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja
Puskesmas Tempuran Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Kategori Frekuensi Persentase


Rendah 67 100%
Total 67 100%

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden

memiliki Self Efficacy yang rendah pada dimensi effort sebanyak 67

lansia sebesar (100%).

g. Self Efficacy berdasarkan dimensi presistence

Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik responden dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Self Efficacy Berdasarkan Dimensi Presistence
Pada Lansia Dengan Hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah
Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)

Kategori Frekuensi Persentase


Tinggi 24 35,8%
Rendah 43 64,2%
Total 67 100%
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki Self Efficacy yang rendah pada dimensi presistence

sebanyak 43 lansia sebesar (64,2%).

h. Self efficacy

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Self Efficacy Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran
Kabupaten Karawang, Juli 2017 (n = 67)
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 4 6%
Rendah 63 94%
Total 67 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah

responden memiliki Self Efficacy yang rendah sebanyak 63 lansia sebesar

(94%).

2. Hasil Uji Normalitas Data

Tabel 4.8

Tabel Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

Variabel Sig(2-tailed)

Self Efficacy 0,000

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa data self efficacy 0,000

< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut beristribusi tidak normal

sehingga nilai median dijadikan sebagai acuan dalam menentukan

interpretasi hasil.
B. Pembahasan

1. Karakteristik lansia (Jenis kelamin, usia, budaya dan status

ekonomi)

Karakteristik pada lansia merupakan ciri-ciri dari individu yang

terdiri dari data demografi seperti jenis kelamin, umur, serta status sosial

yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, ras,status ekonomi dan

sebagainya (Widianingrum dalam Suardana, 2014). Responden dalam

penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari setengahnya jenis kelamin

responen yaitu perempuan sebanyak 42 orang (62,7%). Hal ini sejalan

dengan data Kemenkes R1 2016 yang menyatakan bahwa jumlah lansia

di Indonesia mayoritas perempuan.

Berdasarkan usia hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata

lansia berusia 70 tahun, usia yang paling banyak berada pada usia 69 dan

70 tahun (elderly), dengan usia terendah 59 tahun dan usia tertinggi 81

tahun. Jika dilihat dari kriteria penelitian ini hipertensi merupakan salah

satu kriteria, dimana semakin bertambahnya usia biasanya resiko

timbulnya penyakit degenaratif seperti hipertensi akan semakin

meningkat.

Self efficacy pada lansia dipengaruhi oleh budaya melalui nilai

(values), kepercyaan (beliefs), dalam proses pengaturan diri (Self-

Regulatory process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian self

efficacy dan juga sebagai konsekuensinya dari keyakinan akan self

efficacy (Bandura, 2004). Hasil penelitian ini lebih dari setengah

responden memiliki budaya Jawa sebesar 37 orang (55,2%).


Selain jenis kelamin, usia, dan budaya, self efficacy di pengaruhi oleh

status ekonomi dimana kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat akan memberikan keyakinan yang lebih besar dalam

melakukan sesuatu (Bandura, 2004). Hasil penelitian ini lebih dari

setengah responden memiliki penghasilan 500.000 1.000.000 rupiah

sebesar 36 orang (53,7%).

2. Self efficacy berdasarkan dimensi initiative

Self efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu

menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki

Self Efficacy yang rendah pada dimensi initiative sebanyak 50 lansia

sebesar (74,6%). Initiative pada self efficacy berkaitan dengan kesediaan

individu untuk berperilaku lebih baik dengan mengacu pada perilaku

individu untuk siap menghadapi situasi tertentu (Bandura, 2004).

Dimensi initiative pada self efficacy merupakan suatu indikator

penting yang berpengaruh terhadap self efficacy lansia sebab self efficacy

itu sendiri merupakan kunci penting dimana lansia yakin terhadap

kemampuanya dalam melakukan suatu perilaku untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan (Passer & Smith, 2009). Rendahnya self efficacy

pada dimensi initiative ini tentu saja akan mempengaruhi bagaimana

keyakinan lansia untuk berperilaku dalam situasi tertentu atau dalam

mencapai suatu tujuan. Jika dilihat berdasarkan teori pada dasarnya self

efficacy yang rendah akan cenderung tidak memiliki keyakinan dan

kemampuan dalam situasi tujuan (Passer & Smith, 2009).


Perilaku initiative merupakan suatu bentuk spesifik atas perilaku

termotivasi pada suatu pekerjaan. Pada lansia yang aktif akan

menunujukan perilaku yang bersifat self directed, antisipatif, dan fokus

pada masa depan dengan tujuan untu membawa perubahan, baik bagi

situasi yang dihadapinya, dirinya sendirinya, maupun orang lain (Bindl

& Parker, 2009).

Peneliti menarik kesimpulan bahwa rendahnya initiative pada

self efficacy dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kondisi tertentu

seperti usia dimana sample penelitian ini adalah lansia yang mengalami

perubahan atau penurunan baik secara fisik, psikologis, maupun

psikososial, sebab menurut Bindl & Parker (2009) seseorang akan

bercermin dan menilai kemampuan dirinya sendiri terlebih dahulu

sebelum menunjukan perilaku initiative.

3. Self efficacy berdasarkan dimensi effort

Kesediaan untuk berusaha dalam menyempurnakan perilaku ini akan

berkaitan dengan keyakinan dalam menghadapi tantangan disebut

sebagai effort (Bandura, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

seluruh responden memiliki Self Efficacy yang rendah pada dimensi

effort sebanyak 67 lansia sebesar (100%). Berdasarkan Tadris dalam

Mukhid (2009) mengatakan bahwa keyakinan self efficacy

mempengaruhi pilihan seseorang dalam membuat dan menjalankan

tindakan yang mereka kejar. Seseorang cenderung berkonsentrasi dalam

tugas-tugas yang anggap mampu dan diyakini untuk dapat diselesaikan,

serta menghindari tugas-tugas yang tidak dapat mereka kerjakan.


Keyakinan ini membantu mereka dalam menentukan sejauh mana usaha

yang harus dikerahkan dalam suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan

gigih dalam menghadapi suatu masalah.

Berdasarkan hal diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa

rendahnya usaha (effort) pada lansia ini dipengaruhi oleh proses penuaan

yang merupakan suatu proses alamiah yang dimulai dari manusia lahir

sampai usia tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang mengalami

kehilangan perubahan atau penurunan secara fisik yang akan

berpengaruh terhadap kondisi psikologis seperti hilangnya keyakinan

dan perasaan tidak berdaya karena sebagian besar lansia harus

bergantung pada orang lain sedangkan Tadris dalam Mukhid (2009)

mengatakan bahwa keyakinan akan membantu seseorang dalam

menentukan sejauh mana usaha yang harus dikerahkan dalam suatu

aktivitas, dan seberapa lama seseorang akan gigih dalam menghadapi

suatu masalah.

4. Self efficacy berdasarkan dimensi persistence

Salah satu indikator yang dapat mempengaruhi self efficacy pada

lansia selain initiative dan effort adalah persistence. Persistence

merupakan sebuah ketekunan dalam menghadapi kesulitan yang

dihadapi (Bandura, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih

dari setengah responden memiliki Self Efficacy yang rendah pada

dimensi presistence sebanyak 43 lansia sebesar (64,2%).

Seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap

kemampuannya terhadap dalam melakukan tugas akan terus bertahan


dalam usahanya menghadapi dan mengatasi rintangan atau tantangan.

Jika dilihat dari dua indikator lain seperti initiative dan effort

menunjukan hasil yang rendah sehingga peneliti menarik kesimpulan

bahwa rendahnya dimensi persistence dapat juga dipengaruhi oleh hasil

pada dimensi intitative dan effort, sebab seseorang dikatakan memilki

self efficacy yang tinggi jika seseorang tersebut memiliki keinginan untuk

menghadapi sautu situasi tertentu dan memilki usaha untuk

melakukannya. Tiga dimensi pada self efficacy seperti initiative, effort

dan persistence merupakan sesuatu yang saling bersinambungan

sehingga dengan keadaan lansia yang mengalami proses penuaan

biasanya akan terjadi penurunan dalam segi keyakinan dalam

menentukan keinginan dan usaha untuk menyelesaikan atau menghadapi

situasi tertentu, sehingga ketika hal tersebut terjadi maka lansia pun akan

kehilangan keyakinan yang kuat dan kegigihan (persistence) dalam

menyelesaikan atau menghadapi situasi tertentu.

Seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap

kemampuanya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam

usahanya menghadapi dan mengatasi rintangan ataupun tantangan.

Begitupun sebaliknya, seseorang dengan keyakinan yang lemah akan

lebih mudah jatuh dalam menghadapi tantangan yang akan datang

(Bandura, 2004).
C. Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini terletak pada sampel penelitian,

dimana peneliti tidak mengkategorikan hipertensi sesuai dengan derajat

keparahan yang mungkin saja akan mempengaruhi self efficacy pada lansia

dan dalam penelitian ini self efficacy terlalu general dan kurang spesifik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti dan disesuaikan

dengan teori, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden pada lansia hipertensi di Kelurahan

CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten

Karawang menunjukan bahwa lebih dari setengahnya jenis kelamin

responden yaitu perempuan sebesar 42 orang (62,7), berdasarkan usia

rata-rata lansia berusia 70 tahun, usia yang paling banyak berada pada

usia 69 dan 70 tahun (elderly), dengan usia terendah 59 tahun dan usia

tertinggi 81 tahun. lebih dari setengah responden memiliki budaya Jawa

sebesar 37 orang (55,2%), dan lebih dari setengah responden memiliki

penghasilan 500.000 1.000.000 rupiah sebesar 36 orang (53,7%).

2. Initiative dalam Self efficacy pada lansia hipertensi di Kelurahan

CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten

Karawang menunjukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki

Self Efficacy yang rendah pada dimensi initiative sebanyak 50 lansia

sebesar (74,6%).

3. Effort dalam Self efficacy pada lansia hipertensi di Kelurahan

CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten

Karawang menunjukan bahwa seluruh responden memiliki Self Efficacy

yang rendah pada dimensi effort sebanyak 67 lansia sebesar (100%).


4. Persistence dalam Self efficacy pada lansia hipertensi di Kelurahan

CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten

Karawang menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki

Self Efficacy yang rendah pada dimensi presistence sebanyak 43 lansia

sebesar (64,2%).

5. Self efficacy pada lansia hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah

Kerja Puskesmas Tempuran Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa

lebih dari setengah responden memiliki Self Efficacy yang rendah

sebanyak 63 lansia sebesar (94%).

B. Saran

Untuk meningkatkan Self efficacy pada lansia khususnya lansia

dengan hipertensi di Kelurahan CiparageJaya Wilayah Kerja Puskesmas

Tempuran Kabupaten Karawang, maka hal yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)

Diharapkan dapat membuat program pemberdayaan lansia guna

untuk menggali kemampuan yang masih dimiliki lansia untuk

meningkatkan Self efficacy.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti

selanjutnya, jika tertarik peneliti dapat menganalis lebih detail mengenai

Self efficacy seperti Self efficacy mengenai perawatan diri para lansia, dll.

Anda mungkin juga menyukai