Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tonsilitis dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan
penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak.
Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang
timbul dari penyakit ini. Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus
atau staphylococcus (Charlene J. Reeves,2001).
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 2-3 tahun dan sering meningkat
pada anak usia 5-12 tahun (Rukmini, 2003). Wilayah kerja Puskesmas Bayat te rdiri
8 Desa. Berdasarkan hasil survei awal di Puskesmas Bayat pada bulan Desember
2013 didapatkan data bahwa sebagian besar penderita mengala mi tonsillitis karena
kebiasaan mereka mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan, makanan pedas
dan juga minuman yang dingin seperti es. Faktor pencetus yang dapat
mengakibatkan anak mengalami tonsilli tis harus dihindari. Oleh karena itu anak-
anak dengan riwayat pernah menderita tonsillitis diusahakan untuk menghindari
faktor pencetus dengan cara minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama
selama demam, menghidari minum minuman dingin, sirup, es krim, gorengan,
makanan awetan yang diasinkan, manisan dan makanan yang pedas (Qimindra,
2007).
Berdasarkan lamanya keluhan, tonsilitis dapat diklasifikasikan sebagai akut
dan kronis.Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering
dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Gambaran klinis bervariasi, dan
diagnosis sebagian besar tergantung pada inspeksi (Adams George, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT diberbagai
Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998-
Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis
merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%)
penderita (Arsyhad, 2013). Di Inggris,100% dari pasien tonsilitis kronis dan adenoid
yang datang berobat ke rumah sakit harus dirawat inap. Dari konsultan rumah sakit
didapati 42% adalah untuk laki-laki dan 58% adalah bagi perempuan.
Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa penderita tonsilitis di UPTD
Kuala Lempoeing pada tahun 2016 yaitu berjumlah 110 orang dengan 37 orang
berjenis kelamin laki-laki dan 73 orang berjenis kelamin perempuan. Penyakit
tonsilitis ini juga menempati posisi ke-10 dari penyakit besar terbanyak yang terjadi
pada UPTD Puskesmas Kuala Lempoeing.
Berdasarkan banyaknya masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan Penelitian yang berjudul gambaran karakteristik penderita tonsilitis di
daerah UPTD Puskesmas Kuala Lempoeing.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
Bagaimana karakteristik penderita Tonsilitis akut di daerah cakupan UPTD
Puskesmas Kuala Lempoeing pada tahun 2017?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik tonsilitis akut di daerah cakupan UPTD
Puskesmas Kuala Lempoeing pada tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Menentukan profil penderita tonsilitis di Puskesmas Kuala Lempuing.
b. Mengidentifikasi gambaran karakteristik tonsilitis akut di daerah
cakupan UPTD Puskesmas Kuala Lempoeing pada tahun 2017.
c. Merencanakan solusi yang mampu laksana untuk menurunkan angka
kejadian tonsilitis akut secara komprehensif dan holistik di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kuala Lempuing.

1.4 Manfaat
1. Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit tonsilitis
dan faktor-faktor risiko apa saja yang berkontribusi dapat menyebabkan
tonsilitis sehingga masyarakat mendapat pengetahuan yang baik dan dapat
mengubah pola perilaku hidup. Masyarakat diharapkan dapat ikut serta
menurunkan angka kejadian penyakit isfeksi saluran nafas lainnya.
2. Penulis
Penulis mengetahui gambaran karakteristik tonsilitis akut di daerah cakupan
UPTD Puskesmas Kuala Lempoeing pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai