Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Alam mempunyai kegiatan-kegiatan yang terjadi sebagai
akibat interaksi antara unsur-unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya
dan interaksi dengan planet bumi dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan
alam terjadi secara evolusi. Suatu saat oleh karena alam mengikuti aturan-
aturannya, akan timbul secara mendadak dan tak terduga menyebabkan
gangguan pada lingkungan, dan gangguan lingkungan ini disebut bencana
alam.
Untuk itu diperlukan penilaian awal pada korban bencana yang
mengalami cedera kritis. Karena cedera kritis tersebut merupakan hal yang
dapat mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian. Diperlukan
sebuah sistem pelayanan tanggap darurat yang ditujukan untuk mencegah
kematian dini (early), yaitu salah satunya dengan sistem triase. Triase
merupakan proses khusus memilah klien berdasar beratnya cedera atau
penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan
klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik
serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Rekomendasi di 2010 Pedoman mengkonfirmasi keamanan dan
efektifitas dari banyak pendekatan, mengakui ketidakefektifan orang lain
memperkenalkan perawatan baru berbasis evaluasi bukti intensif dan
konsesnsus para ahli. Kehadiran rekomendasi baru ini tidak untuk
menunjukkan bahwa pedomansebelumnya tidak aman atau tidak efektif.
Setelah mengevaluasi berbagai penelitian yang telah dipublikasi selama lima
tahun terakhir AHA mengeluarkan Panduan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
2010. Fokus utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada. Berikut ini
adalah beberapa perbedaan antara Apnduan RJP 2005 dengan RJP 2010.
Bukan ABC lagi tapi CAB. Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama,
kita mengenal ABC: airway, breathing dan chest compressions, yaitu buka
jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Saat ini kompresi dada
didahulukan, baru setelah itu kita bisa fokus pada airway dan breathing.

1
Pengecualian satu-satunya adalah hanya untuk bayi baru lahir. Namun untuk
RJP bayi, RJP anak, atau RJP dewasa, harus menerima kompresi dada
sebelum kita berpikir memberikan bantuan jalan nafas.

B. TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, dan pengkajian
triage serta pengkajian CAB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TRIAGE
1. Pengertian TRIAGE
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya
cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami
perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat
darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan
sarana untuk tindakan). Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab
ancaman hidup.
2. Tujuan TRIAGE
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau
drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu:
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien.
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan.
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
Sistem Triage dipengaruhi:
a. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
b. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
c. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
d. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

3
3. Prinsip TRIAGE
Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan
hidup). The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The
Right Care Provider.
a. Triage seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit
yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
b. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam
proses interview.
c. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat
direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang
akurat.
d. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji
secara akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan
untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik,
prosedur diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang diterima
untuk suatu pengobatan.
e. Tercapainya kepuasan pasien
Perawat triage seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien.
1) Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
2) Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.

4. Pengkajian TRIAGE
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam system triage
adalah kondisi klien yang meliputi:

4
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /
Pernafasan, Circulation / Sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka
dapat meninggal atau cacat (Wijaya, 2010).
Berdasarkan prioritas keperawatan dapat dibagi menjadi:
Tabel 1. Klasifikasi Triage
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa /
adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac
arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat.
Setelah dilakukan resusitasi maka
ditindaklanjuti oleh dokter spesialis.
Misalnya : pasien kanker tahap
lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam
nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada
gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor
/ tertutup, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan

5
/ asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (MERAH) Mengancam jiwa atau fungsi vital,
perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar tingkat II dan III
> 25 %
Prioritas II (KUNING) Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera ditangani
dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat. Contoh :
patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %,
trauma thorak / abdomen, laserasi
luas, trauma bola mata.
Prioritas III (HIJAU) Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera.
Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Contoh luka
superficial, luka-luka ringan.
Prioritas 0 (HITAM) Kemungkinan untuk hidup sangat
kecil, luka sangat parah. Hanya perlu

6
terapi suportif. Contoh henti jantung
kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004).


TINGKAT KEAKUTAN KETERANGAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya
memar minor) dapat menunggu lama
tanpa bahaya
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak
(misalnya ruam, gejala flu) dapat
menunggu lama tanpa bahaya
Kelas III Semi-urgen / semi mendesak
(misalnya otitis media) dapat
menunggu sampai 2 jam sebelum
pengobatan
Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur
panggul, laserasi berat, asma); dapat
menunggu selama 1 jam
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti
jantung, syok); tidak boleh ada
keterlambatan pengobatan; situasi
yang mengancam hidup

Adapun langkah pengkajian triage, sebagai berikut:


a. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD
b. Diruang triage dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh
perawat.
c. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode
warna:

7
1) Segera Immediate (MERAH). Pasien mengalami
cederamengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera. Misalnya: Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan internal, dsb.
2) Tunda Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan
definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya :
Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas
dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan
tubuh, dsb.
3) Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan
dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya :
laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
4) Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan
akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka
bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna: merah, kuning, hijau, hitam.
1) Penderita/korban kategori triage merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan
tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke
ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
2) Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi
dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
3) Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
4) Penderita kategori triage hitam (meninggal) dapat langsung
dipindahkan ke kamar jenazah (Rowles, 2007).

8
B. PENGKAJIAN CAB (CIRCULATION, AIR WAY, BREATHING)
Fokus utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada. Berikut ini
adalah beberapa perbedaan antara Apnduan RJP 2005 dengan RJP 2010.
Bukan ABC lagi tapi CAB. Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama,
kita mengenal ABC: airway, breathing dan chest compressions, yaitu buka
jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Saat ini kompresi dada
didahulukan, baru setelah itu kita bisa fokus pada airway dan breathing.
Pengecualian satu-satunya adalah hanya untuk bayi baru lahir. Namun untuk
RJP bayi, RJP anak, atau RJP dewasa, harus menerima kompresi dada
sebelum kita berpikir memberikan bantuan jalan nafas.
Pengkajian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Danger
Pastikan sebelum menolong korban, penolong mengamati segi keamanan
diri penolong, lingkungan, dan korban.
2. Response
Cek respon korban dengan teknik touch and talk yaitu dengan menepuk
atau menggoyang goyangkan bahu korban bersamaan dengan memanggil
nama atau sebutan koban. Kemungkinan kesadaran korban:
a. Korban sadar (Cek respon -----> korban berespon)
1) Biarkan korban pada posisi diamana korban ditemukan.
2) Minta bantuan dengan berteriak dan menghubungi tim yang lebih
expert.
3) Tetap mengawasi kemungkinan terjadinya cedera yang lain.
b. Korban tidak sadar (Cek respon ------> korban tidak berespon)
Teriak meminta bantuan dan menghubungi tim yang lebih expert.
3. Circulation
Cek nadi korban (neonatus dan bayi - nadi brakialis; anak, dewasa dan ibu
hamil nadi karotis). Jika lebih dari 10 detik nadi sulit dideteksi maka
segera lakukan kompresi dada. Kompresi pada:
a. Neonatus
1) Pastikan korban pada posisi supinasi.
2) Kompresi dada dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan
adekuat setidaknya 100 x/ menit.
3) Setiap siklus terdiri dari 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi (3 : 1).

9
4) Setiap 30 detik dievaluasi nadi brakialisnya.
b. Bayi
1) Pastikan korban pada posisi supinasi.
2) Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu
menggunakan teknik ibu jari atau dua jari.
a) Teknik Ibu Jari
Melingkari dada bagian lateral dengan kedua tangan serta
menempatkan ibu jari pada tulang dada dan jari-jari tangan.
b) Teknik Dua Jari
Letakkan jari telunjuk diantara puting susu lalu, letakkan jari
tengah dan jari manis di sampingnya. Gunakan jari tengah
dan jari manis dari satu tangan untuk menekan.
Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan
setidaknya 100 x/menit.
Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (4 cm).
Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2)
jika penolong hanya satu orang. Jika dua orang penolong
maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

c. Anak
1) Pastikan korban pada posisi supinasi.
2) Lutut berada di sisi bahu korban.
3) Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua
tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
4) Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya diantara puting susu
(midsternal) menggunakan satu tangan (transverse karpal).
5) Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan
setidaknya 100 x/menit.
6) Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (5 cm).
7) Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika
penolong hanya satu orang. Jika dua orang penolong maka 15
kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
8) Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

10
d. Dewasa
1) Pastikan korban pada posisi supinasi.
2) Lutut berada di sisi bahu korban.
3) Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua
tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
4) Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus
simfoideus ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama
diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
5) Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan
setidaknya 100 x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.
6) Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh
satu atau dua penolong.
7) Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

e. Ibu Hamil
1) Pastikan korban pada posisi supinasi.
2) Lutut berada di sisi bahu korban.
3) Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua
tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
4) Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus
simfoideus ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama
diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
5) Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan
setidaknya 100 x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.
6) Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh
satu atau dua penolong.
7) Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

4. Airway (Jalan Napas)


a. Buka Jalan napas
1) Kombinasi Head tilt dan chin lift
Teknik ini dilakukan jika korban tidak mengalami cedera servikal.
Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan
kerasb. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien. Menekan
dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan.

11
Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengahdari tangan lainnya di
bawah bagian ujung tulang rahang pasien. Menengadahkan kepala
dan menahan/menekan dahi pasien secara bersamaan sampai
kepala pasien pada posisi ekstensi.
2) Jaw Trust
Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan
keras. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke
depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas.
b. Cek Jalan napas.
1) Cek hembusan napas dan perkembangan dinding dada.
2) Jalan Napas Tersumbat
Miringkan pasien ke salah satu sisi. Keluarkan apa saja objek yang
terlihat dalam mulut. Ambil gigi/palsu yang lepas. Tinggalkan gigi
palsu yang utuh pada tempatnya.
3) Jalan Napas Bersih
Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanyapernapasan
normal Jika dalam beberapa menit terdengar suara sepertigurgling,
atau batuk dengan pergerakan dada danabdomen, perlakukan
tetap seperti tidak bernapas,karena pernapasan ini tidak efektif.
5. Breathing
a. Pemberian rescue breating.
Pada dua penolong atau lebih, setelah alat intubasi terpasang selama
pemberian RJP, ventilasi diberikan setiap 6-8 detik sekali atau dalam
satu menit 8-10 ventilasi tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan
ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi.
Ventilasi diberikan dalam waktu satu detik dengan volume sesuai tidal.
Penolong menggunakan mouth barrier untuk proteksi.
b. Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas sampai 5 siklus kemudian
dievaluasi kembali nadi korban.
c. Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan
nafas dengan rasio 30 : 2. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba
letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position).

12
d. Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas
sebanyak 10- 12x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit. Jika sudah
terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar
jalan nafas tetap terbuka.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Triage merupakan proses khusus memilah klien berdasar beratnya
cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami
perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat
darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana
untuk tindakan).
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu:
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien.
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan.
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

Fokus utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada. Berikut ini
adalah beberapa perbedaan antara Apnduan RJP 2005 dengan RJP 2010.
Bukan ABC lagi tapi CAB. Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama,
kita mengenal ABC: airway, breathing dan chest compressions, yaitu buka
jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Saat ini kompresi dada
didahulukan, baru setelah itu kita bisa fokus pada airway dan breathing.
Pengecualian satu-satunya adalah hanya untuk bayi baru lahir. Namun untuk
RJP bayi, RJP anak, atau RJP dewasa, harus menerima kompresi dada
sebelum kita berpikir memberikan bantuan jalan nafas.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1999. Triage Officers Course. Singapore : Departement of


Emergency
Medicine Singapore General Hospital
Anonimous, 2002. Disaster Medicine. Philadelphia USA : Lippincott Williams
ENA, 2005. Emergency Care. USA : WB Saunders Company
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC
Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta:
EGC
Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar: PSIK
FK

Arjono Djunet Pusponegoro.(1990). enanggulangan Penderita Gawat Darurat.


Perhimpunan Indonesia Critical Care Medicine, Jakarta.
Muriel Skeet.(1988).Emergency Procedures And First Aid For Nurses,.Blackwell
Scientific Publication.
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/Bantuan%20Hidup%20Das
ar%20CAB%20(Circulations,%20Airway,%20Brathing)%20menurut%20AHA%2
0(American%20Heart%20Associations)%202010%20_%20It's%20My%20Choic
e.htm

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/Pengkajian%20Airway,%20
Breathing%20dan%20Circulation%20-%20Abhique.htm

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/Pengkajian%20Airway,%20
Breathing%20dan%20Circulation%20-%20Abhique.htm

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/Nevnev%20%20Makalah%
20Triage.htm

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/MAKALAH%20KEPERAWAT
AN%20GAWAT%20DARURAT%20TRIAGE%20_%20SHARE%20D'%20MOME
NT.htm

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/gadar/chairul's%20the%20goonn
ers%20%20TRIASE%20DALAM%20KGD.htm

15

Anda mungkin juga menyukai