BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal
terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas (Stuart, 2008). Halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan (Keliat, 2012). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu
penyerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Aziz, 2010).
Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu (Direja,
2011).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus
eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien (Purba dkk, 2011).
Berdasakan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan (Dalami dkk, 2009).
D. Penyebab
Yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya.
Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal.
Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus
internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya
halusinasi. Harga diri rendah sendiri dapat di pengaruhi disebabkan
banyak faktor (Aziz, 2010).
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan
stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah.
Tanpa disadari banyak dari kita selalu menyalahkan diri sendiri,
mengatakan kata-kata saya memang bodoh, saya tidak mampu, saya tidak
tahu apa, bahkan sampai ada yang menarik diri, kepercayaan diri kurang,
pesimis, itu semua sudah merupakan kriteria gangguan jiwa, yang biasa
disebut HDR (harga diri rendah).
Disisi lain ayat Al-Quran menjelaskan bahwa masalah itu tidak
lain adalah sebuah cobaan atau ujian dari Allah SWT. Kepada manusia
sebagai hamba-Nya. Semua manusia pasti menghadapi masalah, sebab
Allah telah memberikan beberapa ujian atau cobaan kepada hamba-
hamba-Nya dengan beberapa hal.
Terjemahnya :
Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan (kecemasan), kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar (Q.S.Al-Baqarah;155).
Ayat tersebut mnejelaskan bahwasanya allah SWT selalu mengingatkan
hambanya untuk bersabar. Dalam ayat lain pun di jelaskan yang artinya :
Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan ) yang lain (Q.S. Al-Insyirah: 5-8).
Satu hal penting, kita harus memahami bahwa frustasi (putus asa)
tidak mungkin mendorong kemajuan. Kita memang harus memahami
betapa buruknya realitas kita saat ini, baik realita individu atau realita
umat; juga memahami seberapa jauh tantangan yang akan kita hadapi,
seberapa jauh bahayanya, dan seberapa jauh penyimpangan yang menimpa
umat. Akan tetapi, pemahaman itu tidak boleh melampaui batasnya,
karena hal itu tidak mungkin mendorong kita untuk berbuat, malah justru
akan membuat kita diam saja dan menyerah. Maka dari itu perlu di ketahui
disamping kegagalan pasti akan ada keberuntungan, asal berusaha dengan
sungguh sungguh.
E. Akibat
Aziz (2010) menyatakan klien yang mengalami halusinasi dapat
kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri,
orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di
mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi
halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas
terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri,
membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Akibat yang dapat
dilihat pada klien adalah :
1. Muka merah
2. pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat
6. Memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak
senang.
F. Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
Data objektif: bicara atau tertawa sendiri,marah tanpa
sebab,menyendengkan telinga,menutup telinga.
Data subjektif: mendengar suara kegaduhan, menyuruh melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penghiduan (menutup hidung, menghidu seperti sedang
membaui bau-bauan).
3. Halusinasi penglihatan
Data objektif:menunjuk kearah lain,ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas.
Data subjektif : melihat bayangan sinar,hantu.
4. Halusinasi pengecapan
Data objektif: sering meludah,muntah, muntah.
Data subjektif: merasakan seperti darah dan feses.
5. Halusinasi perabaan
Data objektif : menggaruk-garuk permukaan kulit.
Data subjektif :mengatakan ada serangga dipermukaan kulit.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak (Stuart,
2008).
G. Pohon Masalah
Efek :Resiko perilaku kekerasan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi.
c. Isolasi sosial : menarik diri.
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai : berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
4) Merusak dan melempar barang-barang
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya