Anda di halaman 1dari 101

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA

PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN


(KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW)
DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
Hulaimi
NIM: 15.1.13.11.0.032

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2014
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA
PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN
(KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW)
DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi
diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh
Hulaimi
NIM: 15.1.13.11.0.032

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2014
PERSETUJUAI\I

Skripsi Hulaimi, NIM. 15.1.13.11.0.032. yang berjudul '?eningkatan Hasil


Belajar Siswri Kelas VI pada Mata Pelajamn IPA Materi Ciri Khusus yang
Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif (Trpe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais Tahrur
Pelajaran 20l4l20l5" telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di -munaqasyah-
fran. Disetujui pada tanggal, ..... lt.. -...(.Q...a.......20t +

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Dr. H. Adi Fadli. M.As


Nip. 1 977 1 226200s01 1004 11011010

ilt
NOTA DINAS

Hal : ,nunaqasyah

Matmram, ll- (O -zau


Kepada

Yth. Rektor IAIN Mataram

di-

Mataram

Assalamu' alayhtm Wr. Wb.


Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman penilaian penulisan Hulaimi, NM.15.1.13.11.0.032. yang
"slaipsi
berjudul '?eningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada Mata Pelajaran IPA
Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (T1pe Jigsaw) di MI Mambaul Khair
NW Bertais Tahun Pelajaran 201412015" telah memenuhi syarat untuk diajukan
dalam sidang munaqryaft skripsi Fakultas Tarbiyatr IAIN Mataram.
Demikiaq atas perhatian Bapak Rektor Disampaikan terima kasih.
Wassalamu' alcyhtm, Wr. Wb.

Di bawahbimbingan:
Pembimbing I

Dr. H. Adi Fadli. M.Ae


Nip. 1 977 1 2262005011004 I 101 l0l0

tv
PERNYATAAI\I KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Hulaimi
NIM NIM.15.1.13.11.0.032
hogram Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah
Institusi LAIN Mataram

Dengan sungguh-sungguh menyatakan batrwa skripsi dengan judul


"Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas M pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri
Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais
Tahun Pelajaran 201412015" ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali pada bagian yang dirujuk sumbemya. fuabila dibelakang
hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir gelar kesarjanaan saya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN Mataram.

Mataram, ll - 10 2ot4

NIM.1r.1.13.11.0.032
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul '?eningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada


Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak
dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pernbelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di

MI Mambaul Khair NW Berais Tahun Pelajaran 201412015" diajukan oleh


Hulaimi, NIM.15.1.13.1 1.0.032. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah
LAIN Mataram, Telah di munaqasyahkan pada hari.... K.l!-h.$.... Tanggal
.!.7.:!.9...*t7...aan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk me,ncapai gelar
Sarjana Pendidikan.

Dewan Munaqasyalr

1. Pembimbingl Dr. H. Adi Fadli.lVLAs


Nip. t97 7 1226200 5 0 | t 00 4
2. Pembimbing II Hadi Kusuma Ninemt M.Pd (
Nip. 19820 620i}n 0l 1010
3. Penguji Pertama Drs. Nurdin. M.Pd.I
Nip. 1951 1231 1985031008

4. PengujiKedua Ahmad Zohdi.lt{.Pd


Nip. 197912312011011

Mengetahui,
An. Dekan FITK IAIN Mataram
Dekan I Bidang Akademik

1231 199803 1014

vt
MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka


merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 1 0F

1
Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. (Jakarta: PT.
Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), Surah Ar Rad, h. 370

vii
PERSEMBAHAN:

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kepada Allah sebagai bentuk menjalankan perintah-Nya yaitu kewajiban

menuntut Ilmu

Ke dua orang tuaku tercinta Abdul Kadir & Enam yang telah memberikan

dukungan sehingga dapat menyelesaikan studi (S1 Ke 2).

Istriku tercinta Nurjannah yang selama ini memberikan bantuan Moril,

Motivasi dan dengan sadar saya berikan sebuah karya dalam bentuk karya

tulis ilmiah (Skripsi).

Putra-Putriku tercinta (Hanifatunnabilah, Ahmad Mujahid Nabil dan

Abdul Halim Azka), semoga bisa dicontoh dan lebih baik lagi.

Teman-temanku dewan guru serta pengurus yayasan yang selalu memotivasi

saya untuk menyelesaikan tanggung jawab selaku guru dan pengemban

amanah bangsa.

Almamaterku tercinta program (S1 Ke 2) IAIN Matraram.

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, taufik serta inayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1 Ke-2)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan PGMI di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Mataram.

Shalawat dan salam senantiasa penulis peruntukkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah memberikan contoh pengajaran terbaik di dunia ini

yang bukti keberhasilan metode beliau bisa kita rasakan sampai sekarang ini.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat

berharga kepada penulis, terutama kepada:

1. Kepada Bapak Dr. H. Adi Fadli, M.Ag. Selaku pembimbing I dan Bapak

Hadi Kusuma Ningrat, M. Pd. Selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada peneliti.

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Taufik, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan IAIN Mataram yang telah memberikan kemudahan bagi

peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Nashuddin, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Mataram serta seluruh

stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

ix
4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Mataram Khususya program Dual Mode System

(S1 Ke-2) yang telah banyak memberikan bimbingan selama peneliti

melaksanakan studi di IAIN Mataram.

5. Pengelola Dual Mode System (S1 Ke-2) yang telah berusaha membantu

dalam segala hal selama peneliti melaksanakan studi di IAIN Mataram.

6. Bapak/Ibu Guru MI Mambaul Khair NW Bertais yang telah banyak

membantu dalam membimbing dan memberikan informasi terkait hal-hal

yang peneliti butuhkan dalam penelititan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Semoga segala amal dan jerih payah mereka dicatat sebagai amal ibadah

dan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari-Nya. Amin. Akhirnya, kepadamu

Ilahi Rabbi kami mohon Taufik, Hidayah serta Inayah.

Mataram, 10 Oktober 2014

Penulis

x
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA
PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN
(KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK) MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW) DI MI MAMBAUL
KHAIR NW BERTAIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
Hulaimi
NIM. 15.1.13.11.0.032
ABSTARAK: Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah siswa
cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan,
sehingga siswa menjadi malas dan bosan, menyebabkan motivasi belajar rendah yang
berujung kepada hasil belajar yang rendah terlihat melalui hasil ketuntasan klasikal
bagi kelas VI mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup baru 30%
mencapai ketuntasan dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan
madrasah yaitu 70. Berbagai usaha terus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas
pembelajaran di MI Mambaul Khair NW Bertais, salah satunya dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw). Menurut peneliti pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan
berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan
untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Sesuai
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan
bebek) di MI Mambaul Khair NW Bertais tahun pelajaran 2014/2015. Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah kelas VI dengan jumlah siswa 17 orang. Hasil
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk mengetahui tingkat aktifitas belajar
siswa dan guru, dengan alat pengumpulan data berupa lembaran observasi siswa dan
guru yaitu instrumen penilaian proses pembelajaran siswa dan guru disertai instrumen
penilaian hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
dinyatakan telah tuntas jika mencapai kriteria ketuntasan minimal 70 dan ketuntasan
belajar klasikal dinyatakan tuntas jika mencapai 80%. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pada siklus I dari 17 orang siswa terdapat 9 orang siswa dinyatakan tuntas
secara individu dengan nilai rata-rata 67, nilai tertinggi 87, nilai terendah 47 dan
persentase ketuntasannya 53% ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus
I belum memenuhi kriteria ketuntasan, sedangkan pada siklus II dari 17 orang siswa
terdapat 15 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 77,
nilai tertinngi 93, nilai terendah 53 dan persentase ketuntasan 88%. Hasil penelitian ini
menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi ciri
khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) dapat meningkatkan
ketuntasan belajar IPA siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dengan adanya
peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 35%.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif (tipe jigsaw)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Sasaran Tindakan .................................................................. 7

C. Rumusan Masalah .................................................................. 7

D. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

1. Secara Teoritis ............................................................... 8

2. Secara Praktis ................................................................. 8

xii
BAB III. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar ......................... 9

1. Pengertian Belajar ............................................................. 9

2. Pengertian Hasil Belajar .................................................... 11

3. Macam-macam Hasil Belajar ............................................. 12

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............ 17

B. Ciri-ciri Khusus Mahkluk Hidup .............................................. 23

1. Kelelawar............................................................................. 23

2. Cecak ................................................................................... 27

3. Bebek .................................................................................. 30

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ........................... 32

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .. 32

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw ................................................................................ 34

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw ..................................................... 35

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 37

A. Setting Penelitian .................................................................... 37

B. Sasaran Penelitian ................................................................... 38

C. Rencana Tindakan ................................................................... 38

D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya .............................. 43

E. Pelaksanaan Tindakan ............................................................. 47

xiii
F. Cara Pengamatan ...................................................................... 48

G. Analisis Data dan Refleksi ...................................................... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian ..................................................... 52

B. Hasil Penelitian ........................................................................ 62

C. Pembahasan .............................................................................. 80

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................. 83

B. Saran ......................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 85

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais untuk KD

1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 2013/2014....... 6

Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa MI Mambaul Khair Bertais Tahun

Pelajaran 2014/2015 ................................................................... 56

Tabel 4.2 Daptar Nama Guru dan Karyawan MI Mambaul Khair NW

Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 ............................................ 57

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MI Mambaul Khair Bertais

Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 ......................................... 59

Tabel. 4.4 Nilai Hasil Pembelajaran IPA di Kelas VI MI Mambaul Khair

Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Siklus I ............................. 66

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Mengikuti

Pembelajaran IPA pada Siklus I ................................................. 70

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA Pada Siklus I ................................................. 71

Tabel 4.7 Hasil Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW

Bertais pada Siklus II .................................................................. 75

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti

Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais

Pada Siklus II .............................................................................. 78

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais

Pada Siklus II .............................................................................. 79

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kelelawar Pemakan Buah......................................................... 24

Gambar 2.2. Kelelawar Pemakan Serangga .................................................. 25

Gambar 2.3. Kelelawar Penghisap Darah ..................................................... 25

Gambar 2.4. Animasi Penggunaan System Sonar ......................................... 26

Gambar 2.5. Kelelawar Tidur di Siang Hari ................................................. 26

Gambar 2.6. Cecak ........................................................................................ 27

Gambar 2.7. Bentuk Kaki Cecak ................................................................... 28

Gambar 2.8. Cecak Memutuskan Ekornya .................................................... 29

Gambar 2.9. Cecak Memutuskan Menangkap Mangsa ................................. 30

Gambar 2.10. Bebek ........................................................................................ 31

Gambar 2.11. Bentuk Kaki Bebek Yang Berselaput ....................................... 32

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ..................................................... 38

Gambar 4.1 Peta lokasi MI Mambaul Khair NW Bertais ............................ 55

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya

manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan bangsa lain.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan setiap bangsa

dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman. Peningkatan mutu pendidikan

menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan

sumber daya manusia.

Madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan,

seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. 1

Berdasarkan hal di atas madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar harus

memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas-

kelas awal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar ini tidak dapat

ditunda-tunda lagi terutama dalam peningkatan mutu proses pembelajaran

pendidikan dasar di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan

1
http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil tanggal
18 Agustus 2014, pukul 23.03.
1
2

dasar yang tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana sosialisasi anak

didik, melainkan sejak dini sudah harus menumbuhkan secara potensial

menusia Indonesia yang kelak mampu menjadi agen pembaharuan. Fungsi

pendidikan dasar tidak semata-mata menjadikan keluarannya melek huruf

dalam arti melek teknologi dan melek pikir.

Sesuai dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di sekolah

dasar menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, serta sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan

secara menyeluruh mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk

memenuhi tuntutan tersebut guru perlu memahami tugas dan tanggung

jawabnya. Menurut Amstrong dalam Sudjana dinyatakan bahwa guru

mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses pembelajaran, 2)

dalam memberikan bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan kurikulum, 4)

dalam mengembangkan profesi, dan 5) membina hubungan dengan

masyarakat 2.

Mata Pelajaran IPA di MI merupakan kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi pada MI, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi,

dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan

kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. 3

Guru seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam

kelas. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan

2
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo, 2002), h. 15.
3
MI Mambaul Khair NW Bertais, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Mataram
:2009) h.16
3

meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi

apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang

berupa guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan hal-hal lainnya dapat

dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran

yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi

berprestasi, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di madrasah ibtidaiyah siswa

cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus

dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian

membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi

belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah. Untuk

menciptakan suasana agar siswa lebih aktif belajar diperlukan kemauan dan

kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat dengan situasi

belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi pengajaran yang

diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar. Selain itu

diupayakan suatu model yang mengarah pada pengembangan berfikir logis,

sikap yang kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan.

Mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar

yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model

pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat. Model

pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif, sehingga dalam proses

belajar dan perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada siswa yang belajar.

Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model dan
4

pengorganisasian materi dengan tepat. Model pembelajaran yang mendorong

siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.

Isjoni menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa

untuk aktif dan saling memberi dukungan. 4 Model pembelajaran kooperatif

memiliki beragam model salah satunya adalah model jigsaw.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 5

Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk

membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai

terhadap kemampuan masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang

lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu,

meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Sejalan dengan itu pendekatan Jigsaw di madrasah ibtidaiyah kiranya

merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat

mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil

belajar/kompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan yang

4
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.20
5
Ibid, h. 77
5

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan

pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses belajar dan

pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam

mengikuti pelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru dalam

melaksanakan proses belajar pembelajaran. Hasil belajar meliputi kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jika dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh untuk kompetensi

dasar ciri khusus makhluk hidup pada Tahun 2013/2014 yang lalu ketuntasan

hasil belajar kelas VI baru 30% dari jumlah siswa. Lebih jelasnya bisa di lihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais


untuk KD 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 2013/2014 6

NILAI KOMPETENSI DASAR 1


No Nama KKM Ulang- Nilai Ketuntas- Tindak
Tugas
an KD an Lanjut
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Anisa 70 60 80 70 Tuntas Pengayaan
Belum
2 Bustomi 70 57 60 58.5 Tuntas Perbaikan
Belum
3 Hadid Karim 70 60 70 65 Tuntas Perbaikan
Belum
4 Haerul Wardi 70 60 70 65 Tuntas Perbaikan
5 Hendri Kuswara 70 65 80 72.5 Tuntas Pengayaan
Belum
6 Ihsan Nurdin 70 65 70 67.5 Tuntas Perbaikan
Belum
7 Mahdan Hawari 70 55 70 62.5 Tuntas Perbaikan
Masyittoh
8 Syahda F.S 70 70 80 75 Tuntas Pengayaan

6
Arsip Nilai KD1 Semeseter I MI Mambaul Khair NW Bertais, Dokumentasi, Tanggal 16
Agustus 2014
6

1 2 3 4 5 6 7 8
Belum
10 Muhamad Fazri 70 50 60 55 Tuntas Perbaikan
Jumlah yang tuntas 3
Jumlah yang belum tuntas 7
Persentase Ketuntatasan 30%

Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan

secara klasikal masih rendah yaitu mencapai 30% dari dari KKM yang telah di

tentukan yaitu 70 untuk KD. Ciri khusus makhluk hidup. Berdasarkan realita

ini, peneliti memandang masalah ini perlu diselesaikan. Dengan harapan

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar

siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul Khair NW Bertais

dapat meningkat. Dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk mengangkatnya

dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Kelas VI pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang

Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais

Tahun Pelajaran 2014/2015".

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI

Mambaul Khair NW Bertais yang berjumlah 17 orang dengan perincian siswa

perempuan sebanyak 9 orang dan Siswa laki-laki sebanyak 8 orang.


7

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan

masalah berupa apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA

materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di MI

Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul Khair NW Bertais

Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat bagi

siswa, guru dan madrasah. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi

belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.


8

b. Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang

dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di bidangnya.

c. Bagi Madrasah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi

pembelajaran di Madrasah yang lebih baik.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Rasulullah SAW bersabda: Mencari ilmu (belajar) wajib

hukumnya bagi setiap orang Islam 1. Hadis tentang belajar dan yang
0F

terkait dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadis, demikian

juga dalam Al-Quran al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa

betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat

manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya,

lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia

mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.

Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting,

sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas

belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat

tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya,

anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT.

hingga dalam al-Quran surat Al-Mujadallah ayat 11 dinyatakan Allah

akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:

1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, (Bogor: Pustaka At-
Taqwa, 2010) h. 3

9
10

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 2

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu

yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau

perkembangan tubuhnya atau karakterstik seseorang sejak lahir.

Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

sebelum lahir. 3

Belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan


4
pada diri seseorang . Menurut Slameto yang dikatakan belajar

merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. 5

Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau

pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya,

pengetahuannya, atau perbuatannya.

Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana

suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

2
Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan.
(Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), h. 793.
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana,2010)
h,16.
4
Sudjana Nana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru
Algesindo,1989),h. 5
5
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya(Jakarta:Rineka
Cipta,2003),h.2
11

Sedangkan menurut Garret berpendapat bahwa belajar merupakan

proses yang berlangsung dalam jangka panjang waktu lama melalui

latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri

dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Kemudian Lester mengemukakan bahwa belajar ialah upaya

memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap,

belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi

kembali materi yang telah dipelajarinya. 6

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri individu yang belajar.

Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berlangsung

relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur

berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar

mempunyai tujuan agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya, sehingga semakin banyak usaha belajar yang dilakukan

maka makin baik perubahan tingkah laku yang diperoleh.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu

hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada

suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung:Alfabeta,2010) h. 13
12

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan

individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang

menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya

(Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan

pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel). 7 Jadi, hasil

belajar merupakan perubahan pemahaman, pengetahuan dan perilaku

yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan.

3. Macam-macam Hasil Belajar

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga

ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit

ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar

selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu

berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah

psikomotor,sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan

pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah

afektf.

7
Purwanto, Evaluasi Hasil belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h. 44.
13

Menurut Bloom dalam Sudjana dikatakan bahwa secara garis

besar karakteristik hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :

Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 8

a. Domain Kognitif (Cognitive Domain)

Domain ini berorientasi kepada kemampuan berpikir,

mencakup kemampuan intelektual lebih sederhana, yakni

mengingat sampai kepada kemampuan memecahkan masalah yang

menurut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan

gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari. Aspek

kognitif terdiri dari enam tingakatan dengan aspek belajar yang

berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu:

1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut

siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi

yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus,

terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.

2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori

pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk

menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui

dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik

diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang

telah didengar dengan kata-kata sendiri.

8
Warni Djuwita, Evaluasi Pembelajaran (NTB: Elhakam Press Lombok, 2012), h. 50.
14

3) Tingkat penerapan (application), penerapan ini merupakan

kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi

yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta

memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan

mengidentifikasikan, memisahkan dan membedakan

komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,

pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa

setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya

kontradiksi.

5) Tingkat sintesis (syntesis), sintesis merupakan kemampuan

seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen

dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru

yang lebih menyeluruh.

6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level

tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat

penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,

produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

b. Domain Afektif

Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke

arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi

sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap


15

sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan

menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa

jenjang kemampuan yaitu :

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Kata kerja

operasioanl yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan,

memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang

teguh, menjawab, menggunakan.

2) Responding atau jawaban, yaitu jenjang kemampuan yang

menurut siswa yang tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi

juga bereaksi. Penekanannya terletak pada kemauan siswa untuk

menjawab secara suka rela, menjawab tanpa ditugaskan. Kata

kerja operasional yang digunakan diantaranya : menjawab,

membantu, memperbincangkan, member nama, menunjukkan,

mempraktekkan, melaporkan, menuliskan, memberitahu.

3) Valuing (penilaian) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

siswa untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku

tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan

diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk,

mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.

4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa

untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan


16

masalah dan membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja

operasional yang digunakan diantaranya : mengubah, mengatur,

menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,

menggeneralisasikan, memodifikasi.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu menggunakan

nilai yang sudah diyakini sebagai pandangan hidup (worldview)

dan mempertahankan nilai yang sudah ada.

c. Domain Psikomotoris

Domain psikomotirs yaitu kemampuan siswa yang berkaitan

dengan gerakan tubuh dan bagian-bagianny, mulai dari gerakan

yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja

operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok

keterampilan masing-masing, yaitu :

1) Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan

gerak, menunjukkan hasil, melompat, menampilkan,

menggerakkan.

2) Manipulatioan of material or objects, yang meliputi : mereparasi,

menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,

membentuk.

3) Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati,

menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memasang,

menarik, memotong dan menggunakan.


17

Selanjutnya Yamin dalam Djuwita mengklasifikasikan


9
domain psikomotor menjadi empat kelompok sebagai berikut :

Gerakan seluruh badan (gross body movement), yaitu perilaku

seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik

secara menyeluruh. Contoh : senam mengikuti irama musik.

a) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), ialah

gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah

satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota

badan. Contoh : menyetir, berenang.

b) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), yaitu

hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang

menggunakan symbol-simbol atau isyarat (anggukan kepala,

ekspresi wajah). Contoh : mengirim kode-kode dengan jari

tangan.

c) Kebolehan dalam berbicara (speech behavior), ialah

kemampuan berbicara yang berhubungan dengan koordinasi

gerakan tangan atau anggota badan lainnya termasuk

ekspresi muka. Misalnya : membaca deklamasi atau sajak.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

9
Ibid, h. 54.
18

belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern),

dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang

berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah,

masyarakat dan sebagainya.

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri

individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor

intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

(a) Kecerdasan/intelegensi

Camplin memberikan pengertian intelegensi adalah

kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan

konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajari dengan cepat. 10

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai

tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai intelegensi rendah.

10
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta : Rhineka Cipta,
1995), h.56.
19

(b) Bakat

Faktor psikilogis lain yang mempengaruhi proses belajar

adalah bakat.secara umum, bakat didefinisikan sebagai

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang, berkaitan dengan

belajar, bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang

dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat

adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. 11

(c) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 12 Untuk

menambah minat seorang siswa di dalam menerima

pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap

sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan

sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai

dengan keinginannya.

11
Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran ( Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub.
2000), h.25
12
Ibid,. h.24.
20

(d) Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme baik manusia ataupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. 13

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus

berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk

mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.

Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul

inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.

Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya

dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri

dan belajar secara aktif.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa,

yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,

lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini

pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan

kepada individu.

Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat

mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan

sekolah dan lingkungan masyarakat. 14

13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada: 2003), h.151.
21

(a) Keadaan Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan

utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan

kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman

dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang

akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa

aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar

yang menambah motivasi untuk belajar.

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari

bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan

sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan

pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal

memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru

sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar

anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana

orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara

belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat

memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat

belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu,

tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

14
Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar dalam http :// sunartombs.wordpress.com
dikutip tanggal 16 Agustus 2014, pukul 09.00 WITA
22

(b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama

yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar

siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat

mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini

meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa,

alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan

siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Kartono mengemukakan guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki

tingkah laku yang tepat dalam mengajar.

Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan

pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam

mengajar.

(c) Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah

satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar

siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan

alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih

banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

Dalam hal ini Kartono berpendapat: Lingkungan

masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama


23

anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya

merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan

terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-

anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang

berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang

anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-

kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa

bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar

maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh

pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana

temannya.

B. Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup

1. Kelelawar

Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Untuk dapat

terbang dengan arah yang benar, kelelawar menggunakan sistem sonar.

Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi (bunyi

ultrasonik) sebanyak mungkin. Kemudian, ia mendengarkan bunyi pantul

tersebut dengan indra pendengarannya. Dengan cara itu, kelelawar dapat

mengetahui letak suatu benda dengan tepat, sehingga kelelawar mampu

terbang dalam keadaan gelap tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.


24

Kemampuan kelelawar mengetahui lingkungan sekitarnya dengan

menggunakan sistem sonar dikenal dengan istilah ekolokasi. Ciri khusus

lain dari kelelawar adalah kemampuan terbangnya. Hewan mamalia ini

dapat terbang karena memiliki selaput kulit yang tipis terdapat di antara

tulang lengannya. Ciri lain yang dimiliki hewan ini, yaitu posisi tidur pada

siang hari dengan cara menggantung dan posisi badan yang terbalik. 15

Dilihat dari makanannya terdapat beberapa jenis kelelawar antara

lain :

1. Kelelawar pemakan buah

Gambar 2.1. Kelelawar Pemakan Buah. 16

2. Kelelawar pemakan serangga

15
Heri Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI,
(Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 3
16
http://willyfandri.wordpress.com, diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.13 WITA
25

Gambar 2.2. Kelelawar Pemakan Serangga. 17

3. Kelelawar penghisap darah

Gambar 2.3. Kelelawar Penghisap Darah. 18

Adapun Ciri khusus yang dimiliki kelelawar adalah :

17
http://m.kidnesia.com/ diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.23 WITA
18
Ibid
26

1. Memiliki kemampuan ekolokasi yaitu mampu menggunakan

gelombang bunyi (sonar) untuk mendeteksi keadaan disekitarnya.

Gambar 2.4. Animasi Penggunaan System Sonar. 19

2. Ciri lain tentang kelelawar :

a) Kelelawar termasuk hewan jenis mamalia yang dapat terbang

b) Kelelawar mencari makan pada malam hari dan tidur pada

siang hari dengan posisi kepala di bawah

Gambar 2.5. Kelelawar Tidur di Siang Hari. 20


19
Ibid
27

c) Kelelawar memiliki indra pembau dan pendengaran yang tajam

d) Kelelawar mampu mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi

(bunyi utrasonik). 21

2. Cecak

Cecak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau

pohon. Cicak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat

kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cicak

bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku

Gekkonidae.

Gambar 2.6. Cecak.

20
http://noonathome.wordpress.com/2008/07/11/tangan-belalai-dan-memindahkan-
kebaikan/ diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.21 WITA
21
Rahmah, Ciri Khusus Pada Kelelawar dalam
http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/07/ciri-khusus-pada-kelelawar.html, diambil tanggal 16
Agustus 2014, pukul 12.13 WITA.
28

Cecak termasuk hewan melata. Cicak dapat merayap di dinding

tanpa terpeleset. Hal ini karena cicak memiliki ciri khusus. Apa ciri khusus

cicak? Berikut ini beberapa ciri-ciri khusus cicak:

1. Cicak memiliki telapak kaki dengan sistem perekat. Sistem perekat ini

dibangun oleh telapak kaki yang beralur pararel. Dengan alur yang

dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan kakinya di dinding

dan berjalan tanpa terpeleset.

Gambar 2.7. Bentuk Kaki Cecak.

2. Ciri khusus cicak yang lain adalah kemampuan memutuskan ekornya.

Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak

akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan bergerak-gerak

untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan ekor

yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri.


29

Gambar 2.8. Cecak Memutuskan Ekornya.

3. Ciri khusus lainya pada hewan cicak adalah untuk memperoleh

makanan, cicak memiliki lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah

ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang

terbang.

Gambar 2.9. Cecak Memutuskan Menangkap Mangsa.

Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk.

Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam

cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh.


30

Berikut ini 4 jenis cicak, yaitu:

1. Cecak tembok yang memiliki bahasa latin Cosymbotus platyurus,

yaitu cicak yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan sela-

sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan

jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi

bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan

di belakang kaki.

2. Cecak kayu yang memiliki bahasa latin Hemidactylus frenatus,

yaitu cicak yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan enam

deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke

ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di

halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap.

Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah

dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh

makanan.

3. Cecak gula atau nama latinnya Gehyra mutilata, yaitu cicak yang

memiliki tubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna

kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar

dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari butir-butir nasi

atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan

tenggelam di gelas kopi kita.


31

4. Cecak batu memiliki nama latin Cyrtodactylus marmoratus. 22

4. Bebek

Hewan ini memiliki berbagai ciri khusus yang disesuaikan dengan

tempat tinggalnya. Bebek hidup di darat, namun untuk mencari makan,

bebek biasanya berada di air. Adapun ciri khusus yang dimiliki bebek

untuk mencari makan berupa paruh yang agak panjang dan lebar pada

bagian ujungnya.

Gambar 2.10. Bebek.

Bebek mencari makan di air, baik kolam atau danau yang dangkal.

Agar tubuhnya tidak basah jika terkena air, bulu bebek dilapisi oleh

minyak. Dengan demikian, pada saat bebek sampai di darat ia hanya

tinggal mengibas-ngibaskan badannya dan air yang menempel di tubuhnya

keluar. Jika bulu tubuhnya tidak dilapisi oleh minyak, air yang menempel

akan terus menyerap ke dalam bulu tubuh bebek.

22
Pak Guru, Ciri Khusus Cecak dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam.
blogspot.com/2014/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil tanggal 16 Agustus 2014, Pukul 12.56
WITA
32

Gambar 2.11. Bentuk Kaki Bebek Yang Berselaput.

Selain lapisan minyak pada tubuh bebek, hewan ini mempunyai

ciri khusus berupa kaki yang berselaput di antara jari kakinya. Jika kita

perhatikan, bebek dapat berenang di air karena kakinya memiliki semacam

selaput renang. 23

5. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ( Tipe Jigsaw )

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)

Menurut Isjoni, 24 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dimana

model pembelajaran ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan

siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang

agresif dan tidak peduli pada yang lain.

23
Sulityanto, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, h. 5
24
Isjoni, h. 14
33

Sebagai model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan

siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif,

pembelajaran kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang

bermuatan akademis. Davidson dan Warsham (2003) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai

pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun

pengalaman kelompok. Karena itu, pembelajaran kooperatif didasarkan

kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran

sosial. 25

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni 26,

yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan

kesempatan yang sama untuk berhasil.

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi

yang maksimal.

Jadi, pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw itu sendiri

merupakan model yang menerapkan metode diskusi dalam dua tahap.

Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai dengan

karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada

25
Ibid, 45
26
Ibid, h. 33
34

awalnya masing-masing anggota kelompoknya bekerja secara individual

sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk kelompok ahli. Setiap

siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama berkumpul

dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan.

Kelompok ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal.

2. Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota

tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian/tugas untuk mengerjakan materi

yang berbeda.

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab

(materi) yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)

untuk mendiskusikan sub bab (materi) mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang

sub bab/materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.


35

7. Guru memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).

8. Penutup.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memungkinkan

peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan

demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa

juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Sedangkan guru dalam

hal ini hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

3. Kelabihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw

1. Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir

serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.

2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.

3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan

mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang

dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah

dibentuk oleh guru.

4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua

siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

2. Kekurangan

1. Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu

dibanding metode yang lain.


36

2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap

kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda. 27

27
Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam
http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan.html#ixzz3AgnlllEC,
diambil 17 Agustus 2014, Pukul 6.10 WITA.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Mambaul Khair NW

Bertais yang beralamatkan di Jl. Sandubaya No. 36 B Kelurahan Bertais

Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Subyek penelitian yang dikenai

tindakan adalah kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa.

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Yang

menjadi objek dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran

kooperatif (tipe jigsaw) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA

untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian yang dimaksud di sini adalah perubahan apa yang

diinginkan dari subjek yang dikenai tindakan. Sasaran penelitian dapat juga

diartikan sebagai target yang diharapkan. 1 Sesuai dengan penjelasan di atas,

subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW

Bertais. Nantinya, pada diri mereka diharapkan terjadi suatu perubahan positif

yaitu adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi ciri

khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek). Upaya peningkatan hasil

belajar yang dimaksud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe

jigsaw).

1
Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: IAIN Mataram) hal. 5

37
38

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika

siklus I tidak tuntas, dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. Setiap siklus

terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini rencananya menggunakan prosedur yang digunakan

oleh Kurt Lewin sebagaimana berikut ini. 2

Identifikasi
Masalah

Perencanaan
(planning)

Tindakan Siklus I
(acting)
Refleksi
(reflecting)

Observasi
(observing)

Perencanaan
Siklus II
ulang

dst

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

2 Tim Dosen PGMI, h. 41.


39

Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah

pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan

mengembangkan pemecahan masalah.

2) Peneliti menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan

kepada guru dan teman-teman yang berpartisipasi sebagai observer

dalam pembelajaran dengan menggunakan metode dimaksud.

3) Peneliti juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

sesuai dengan materinya.

4) Menyiapkan lembar tugas untuk kelompok inti dan kelompok tim

ahli yang di pakai untuk melakukan proses pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw)

5) Menyusun format-format instrumen penelitian meliputi pedoman

observasi, tes hasil belajar, pedoman wawancara, serta alat atau

bahan dokumentasi yang diperlukan.

6) Menyusun tes formatif I.

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe

jigsaw) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dengan skenario yang
40

telah disusun berdasarkan tahap perencanaan, serta melaksanakan

observasi selama proses pembelajaran. Setiap siklus atau satu kali

pertemuan terdiri dari 4 jam pelajaran (4x35 menit).

c. Observasi

Observer adalah pengamat kegiatan. Yang dijadikan observer

dalam penelitian ini adalah rekan guru yang lain, yang mana tugasnya

adalah menilai keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti bersama

observer juga menganalisis hasil observasi sebelumnya. Sesuai dengan

tujuan penelitian ini, maka pengamatan difokuskan pada:

1. Aktivitas siswa, terdiri beberapa komponen yaitu: kehadiran siswa,

keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keberanian siswa

dalam mengajukan pertanyaan, partisipasi dalam kelompok,

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat,

kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, dan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru

2. Perfomansi guru dalam proses belajar mengajar, terdiri dari

beberapa komponen yaitu:

a. Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran.

1) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.

2) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media

pembelajaran, dan sumber belajar pada model pembelajaran

kooperatif (tipe jigsaw).


41

3) Merencanakan skenario kegiatan model pembelajaran

kooperatif (tipe jigsaw).

4) Merancang perencanaan kelas menggunakan model

pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).

5) Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat

penilaian.

6) Tampilan dokumen rencana pembelajaran.

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(1) Kegiatan Awal; keterampilan membuka pelajaran.

(2) Kegiatan Inti Pembelajaran

a) Keterampilan mengelola ruang dan fasilitas belajar pada

pelaksanaan pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).

b) Keterampilan melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif (tipe

jigsaw).

c) Keterampilan mengelola interaksi kelas pada

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif (tipe

jigsaw).

d) Keterampilan bersikap terbuka dan luwes serta

membantu mengembangkan sikap positif siswa

terhadap belajar.

e) Keterampilan mendemonstrasikan kemampuan khusus

dalam pembelajaran IPA.


42

f) Keterampilan melaksanakan evaluasi proses dan hasil

belajar.

g) Keterampilan umum kinerja guru/calon guru.

(2) Kegiatan Penutup

a. Keterampilan mengevaluasi pembelajaran

b. Keterampilan menutup pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk

menentukan intensitas keberhasilan penggunaan model pembelajaran

dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat keberhasilannya,

berikut mencari solusinya. Dalam hal ini refleksi juga bertujuan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat proses

pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dan guru

observer lainnya juga berperan memberikan masukan kepada peneliti

agar proses pembelajaran pada siklus selanjutnya lebih baik lagi.

Tahap ini digunakan sebagai proses menganlisis acuan bagi

peneliti untuk merencanakan siklus selanjutnya. Apabila gagal, maka

siklus tersebut dilanjutkan ke siklus kedua dengan catatan kesalahan

yang telah ada harus diperbaiki pada tindakan berikutnya. Adanya

penerapan dua siklus ini bertujuan agar data yang diperoleh objektif

dan dapat dipercaya.

2. Siklus II
43

Pada dasarnya pelaksanaan siklus I, dan II adalah sama.

Perbedaannya pada siklus II merupakan penyempurnaan pada siklus

sebelumnya berdasarkan hasil refleksi. 3

D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,

sehingga lebih mudah diolah. 4 Jadi instrumen adalah alat bantu yang

digunakan oleh peneliti untuk mempermudah pengumpulan data. Dalam

penelitian ini berikut jenis instrumen yang digunakan:

1. Pedoman Observasi

Observasi adalah suatu metode dalam mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap benda mati atau

kegiatan/proses secara langsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan

dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang

memberikan saran, perlombaan sepak bola, keadaan sarana prasarana

sekolah, dan lain-lain. 5

Adapun metode observasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode observasi terstruktur, yaitu jenis observasi yang

sudah mempunyai rancangan secara sistematis tentang hal-hal yang

diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dengan kata lain, dalam

3
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta), h. 136.
4
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia), hal. 203
5
Sukmadinata, Nana Saudih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. hal. 220
44

proses pengamatan peneliti menggunakan instrumen observasi yang

telah teruji validitas dan reliabelitasnya. Tentunya instrumen observasi

dalam penelitian ini diorientasikan untuk menggali data tentang

penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di Kelas VI

MI Mambaul Khair NW Bertais. Tahun Pelajaran 2014/2015 atau

keterlaksanaan RPP, aktivitas belajar siswa, keadaan madrasah, baik

dari segi letak geografis, keadaan sehari-hari, maupun keadaan sarana

prasarana yang dimiliki.

2. Tes Hasil Belajar

Salah satu tujuan dari pemberian tindakan dalam penelitian ini

adalah untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk tujuan tersebut maka

instrumen atau alat ayang digunakan untuk dapat mengukur intensitas

peningkatan hasil belajar adalah tes kemampuan hasil belajar. Tes

kemampuan hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan

yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar. 6 Tes hasil

belajar diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi

dalam setiap siklusnya melalui pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).

3. Pedoman Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pendukung

dalam penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha mendapatkan

data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

6
Ibid., h.185.
45

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 7 Berdasarkan

pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan metode dokumentasi

dalam penelitian adalah metode dalam pengumpulan data yang data-

datanya didapatkan dari keterangan atau catatan penting yang berupa

tulisan atau dokumen.

Dibandingkan dengan metode lainnya, maka metode ini tidak

terlalu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih

tetap, belum berubah. Dalam proses dokumentasi, peneliti

menggunakan instrumen dokumentasi yang di dalamnya terdapat hal-

hal yang didokumentasi. Instrumen dokumentasi berguna sebagai

pedoman bagi peneliti dalam melakukan dokumentasi agar tidak ada

hal yang terlupakan untuk didokumentasikan. Setiap hal yang sudah

didokumentasi diberi check list, agar informasi yang ingin peneliti

dokumentasikan tidak ada yang terlupakan.

Penggunaan metode dokumentasi untuk memperoleh data yang

belum diperoleh melalui wawancara dan observasi. Adapun data-data

yang didokumentasikan terkait dengan penelitian ini adalah proses

penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di kelas VI MI

Mambaul Khair NW Bertais, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan

sarana prasarana, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

4. Pedoman Wawancara

7
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. hal. 206
46

Secara umum wawancara dapat diartikan sebagai proses dialogis

atau tukar menukar informasi antara dua atau lebih yang dilakukan

secara langsung (tatap muka) dan membicarakan satu topik atau lebih

dengan atau tanpa tujuan tertentu. Namun dalam konteks penelitian

ilmiah, wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara sistematis untuk tujuan penelitian yang

dilakukan secara lisan (interaksi tanya-jawab), bertemu langsung dan

bersifat dialogis antara dua orang atau lebih, yaitu pewawancara dan

yang diwawancarai, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu

topik. 8

Dilihat dari variannya wawancara dapat dibedakan menjadi

beberapa varian, misalnya wawancara terstruktur, wawancara semi

tersetruktur (wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara),

wawancara tidak berstruktur. Khusus dalam penelitian ini, peneliti

hanya menggunakan wawancara yang tidak berstruktur (wawancara

yang menggunakan petunjuk umum wawancara). Jenis wawancara ini

adalah wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang

ditanyakan. 9 Dalam hal ini, pedoman wawancara berisi informasi-

informasi yang sesuai dengan fokus penelitian dan beberapa

8
Nasution, S. 2004. Metode Research (Peneltian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
hlm. 113
9
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. hal. 7374
47

informasi-informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan

kondisi lokasi penelitian

Adapun data yang digali dengan metode wawancara adalah: (a)

respon siswa kelas VI mi mambaul khair nw bertais dengan di

terapkan dengan diterapkannya model pembeajaran kooperatif (tipe

jigsaw); (b) sejarah berdiri dan berkembangnya MI Mambaul Khair

NW Bertais, serta data keadaan sarana prasarananya; dan (c) struktur

organisasi, data keadaan staf, dan keadaan siswa MI Mambaul Khair

NW Bertais.

E. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan di Kelas

VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 pada

semester ganjil dengan subjek penelitian siswa kelas VI dengan jumlah

siswa 17 orang siswa. Dan objek dari penelitian ini adalah Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus

Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek) Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI Mambaul Khair Nw

Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015

F. Cara Pengamatan (Monitoring)

Ketika penelitian dilakukan guru langsung menjadi peneliti

sedangkan guru yang lain berperan sebagai observer. Jumlah observer

direncanakan sebanyak 3 orang, satu diantaranya mengamati peneliti yang

mengajar dan dua diantaranya mengamati siswa. Sesuai dengan jumlah


48

siswa yang ada di lokasi penelitian yaitu sebanyak 17 orang maka masing-

masing observer ada yang mengamati 9 orang dan ada yang mengamati 8

orang. Jadi, pengamatan dilakukan secara langsung oleh 3 orang guru yang

lain. Terkait dengan penelitian ini, yang diamati oleh observer adalah

penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dan aktivitas

belajar mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar,

cecak, dan bebek) di kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun

Pelajaran 2014/2015.

G. Analisis Data dan Refleksi

1) Analisis Data

Arikunto menjelaskan analisis data merupakan proses

pengorganisasian dan mengurutkan data-data ke dalam pola, kategori

dan satuan dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana yang disarankan oleh data-

data. 10 Data yang dianalisis oleh peneliti terdiri dari:

a. Keterlaksanaan RPP

Data hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran

(RPP) dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus

persentase berikut:

keterlaksanaan RPP %

Keterangan :

X = jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana.

10
Arikunto, Suharsimi. Op.cit. hal. 103
49

Y = total langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan. 11

Intensitas persentase keterlaksanaan pembelajaranakan

dicocokkan dengan kriteria yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Kriteria Pencapaian Tujuan Pembelajaran 12

Interval Kategori
80% - 100% Sangat Baik
60% - 79% Baik
40% - 59% Cukup baik
20% - 39% Kurang baik
< 20% Tidak baik

b. Data Hasil Belajar

a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing

siswa menggunakan rumus di bawah ini:

NA = Sp x 100
Sm
Keterangan:
NA = Nilai akhir
Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal. 13

Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam

proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila

setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00 sesuai

standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul

Khair NW Bertais.
11
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya). hal. 102
12
Ibid.
13
BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta:
Depdiknas). hal. 25
50

b) Penentuan nilai rata-rata kelas menggunakan rumus berikut:

NR = NA x 100 %
SN

Keterangan :

NR = Nilai rata-rata.

NA = Nilai akhir.

SN = Jumlah siswa. 14

c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal

80% dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas


15
KKM .

n1
KK = x100%
n

Keterangan :

KK = ketuntasan klasikal

n1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM

n = jumlah siswa yang ikut tes

Secara keseluruhan, penelitian ini dikatakan berhasil

apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik silkus I

dan siklus II. Peningkatan ini disertai dengan terpenuhinya kriteria

yang telah ditetapkan.

14
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar
Baru Algensindo). hal. 125
15 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI

(Jakarta: Australia Indonesia Partnership, 2009), h. 46.


51

2) Refleksi

Refleksi pada tahap ini digunakan sebagai proses

menganalisis data penelitian secara keseluruhan dari siklus 1 sampai

siklus 2. Dalam tahap ini peneliti mengetahui progress penelitian dari

semua siklus yang sudah dilakukan, karena dalam tahap ini peneliti

membandingkan data antara data siklus 1 dengan data siklus 2. Dari

proses tersebut peneliti dapat mengahasilkan kesimpulan akhir dari

penelitian yang peneliti lakukan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MI Mambaul Khair Bertais Kota Mataram

Nama Mambaul Khair adalah nama yang diberikan kepada masjid

Karang Anyar oleh seorang Tuan Guru yaitu Tuan Guru Haji Muh.

Mutawalli Jerowaru Lotim. Yayasan ini mulai dirintis pada tahun 1966, atas

gagasan seorang guru (ustadz) dari utusan Madrasah Darul Quran dari

Bengkel yaitu Ustadz Gafar Rawi dibentuklah Madrasah Ibtidaiyah

dibawah naungan Organisasi Pendidikan LP Maarip Nahdlatul Ulama.

Sebagai langkah pertama dikumpulkanlah masyarakat untuk

mendaftarkan anak-anaknya masuk pada Madrasah dan saat itu belum

mempunyai tempat ataupun peralatan sekolah seperti bangku, papan tulis,

meja dan lain sebagainya. Untuk tempat sementara belajarnya di rumah

Almarhum bapak Muh. Sahadrun dengan jumlah pengajar 4 orang.

Kemudian dari bulan ke bulan dari tahun ke tahun perhatian masyarakat

semakin besar terhadap pendidikan, maka pindahalah tempat belajar ke

Masjid Nurul Yakin Bertais yang saat itu sudah berkelas III, kemudian

berpindah lagi ketempat darurat yaitu sebuah gudang yang tidak

ditempatkan lagi oleh pemiliknya yaitu Ibu Sarah yang berasal dari Bertais.

Sementara perkembangan pendidikan terus menerus sehingga tidak dapat

ditampung lagi pada tempat darurat tersebut. Maka, dipindahkan lagi

kegedung SDN 1 Bertais.


53

Akhirnya pada tahun 1967 atas desakan masyarakat yang dipelopori

oleh Bapak Haji Muh. Yusuf di bangunlah sebuah gedung permanen diatas

tanah seluas 798m2 sejumlah 5 lokal ruang belajar. Sekitar tahun 1971/1972

siswa-siswa yang berkelas VI dapat mengikuti ujian persamaan negeri

sebanyak 15 orang dan 100% lulus. Pada tahun 1977 madrasah ini tidak

aktif terbentur masalah dana sedangkan semangat belajar masih tinggi

akibat pembubaran panitia madrasah yang digantikan dengan pembentukan

BP-3, madrasah akhirnya tidak mempunyai kelanjutan. Pada tahun 1979

dibuka kembali atas dasar musyawarah dengan memilih kepala madrasah

yang baru Muh. Darwan Hadi, BA. dan suasana tetap memperihatinkan

karna masalah yang dihadapi terutama masalah siswa dan guru. Akhirnya

langkah terakhir yang diambil adalah menentukan sikap kembali untuk

bernaung pada sebuah organisasi pendidikan yaitu organisasi NW.

Madrasah ini diresmikan pada tanggal 14 April 1980 oleh Bapak

Maulana Syeikh Tuan Guru Haji Muh. Zainudin Abdul Majid Pancor-

Lombok Timur menjadi madrasa ibtidaiyah Mambaul Khair. Bangunan

tersebut sekarang masih berdiri dan masih digunakan sebagai sarana belajar

bagi para murid Mambaul Khair (Makha). Keberadaan Mambaul Khair

sebagai lembaga edukatif khususnya dalam membina siswa yang religius

semula hanya memiliki jenjang pendidikan madrasah ibtidaiyah (setingkat

SD) atau madrasah dasar, kemudian tahun 1992 Makha membuka jenjang

pendidikan yang lebih tinggi yakni jenjang pendidikan madrasah tsanawiyah

(setingkat SMP). Disamping itu guna memudahkan pembinaan siswa, pada


54

tahun 2004 telah dibangun gedung bertingkat sebanyak 6 lokal, 3 lokal

untuk siswa, 1 lokal perpustakaan, 1 lokal ruang kepala, 1 lokal ruang guru.

Mambaul Khair membawahi beberapa lembaga, yayasan ini semula

hanya memiliki 40 siswa dengan 4 tenaga pengajar, namun keadaan tersebut

tiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga sekitar tahun 2003 jumlah

siswa 150 orang yang disertai dengan tenaga pengajar sebanyak 10 orang.

Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Makha menggunakan

sistem formal. Sistem yang digunakan sangat menunjang keberhasilan suatu

lembaga pendidikan formal. Selain menyelenggarakan pendidikan Madrasah

Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Mambaul Khair juga mengadakan

pengajian umum (majlis talim). Khususnya Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Mambaul Khair Bertais Kota Mataram sudah banyak meraih prestasi

terutama dalam peranan sebagai lembaga pendidikan yang siap memperkaya

khazanah bangsa Indonesia yang menyumbangkan keberadaan untuk

membangun dibidang pendidikan.

Dengan demikian, sejak berdirinya sampai dengan sekarang, MI

Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram telah melaksanakan dan

mengatur rumah tangganya sendiri serta telah mengalami beberapa mutasi

pembinaan sebagai konsekuensi, madrasah ini mempunyai potensi kearah

kemajuan dalam bidang pendidikan 1.

1
Profil MI Mambaul Khair, 2 September 2014
55

2. Letak Geografis MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram

Sesuai dengan rancangan awal penelitian ini dilaksanakan di MI

Mambaul Khair yang ada di lingkungan Bertais Kelurahan Bertais

kecamatan Sandubaya Kota Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun

batas-batas wilayah MI Mambaul khair Bertais Kota mataram adalah

sebagai berikut: 2

a. Sebelah utara : kantor Lurah Bertais

b. Sebelah selatan : perumahan penduduk

c. Sebelah timur : rumah penduduk dan perkebunan

d. Sebelah barat : jalan lingkungan

Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Peta lokasi MI Mambaul Khair NW Bertais 3

2
MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram, Dokumentasi, 2 September 2014. Jam
10.00 Wita.
3
http://emispendis.kemenag.go.id/ , diakses 2 September 2014, Pukul 10.05
56

3. Keadaan Siswa

Untuk mengetahui keadaan siswa-siswi MI Mambaul Khair Bertais

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa MI Mambaul Khair Bertais


Tahun Pelajaran 2014/2015 4

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 2 3 4
I 7 10 17
II 12 6 18
III 8 4 12
IV 8 9 17
V 5 7 12
VI 8 9 17
Jumlah 47 45 93

Berdasarkan daftar keadaan siswa MI Mambaul Khair NW Bertais

diatas, maka peneliti dapat pahami bahwa siswa MI Mambaul Khair

berjumlah 93 orang yang terbagi dalam beberapa kelas seperti yang tertera

pada tabel diatas.

4. Keadaan Guru dan Karyawan

Guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar, guru berkewajiban menyajikan dan menjelaskan

materi pelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa kearah pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam hal ini, dibutuhkan

kemampuan dan profesionalisme guru dalam menjalankan tugasnya. Oleh

karna itu, kapasitas dan kualitas guru merupakan faktor yang tidak dapat

4
Laporan Bulan Juli , daftar keadaan siswa-siswi MI Mambaul Khair NW Bertais Kota
Mataram , dikutip tanggal 2 September 2014.
57

diabaikan. Sampai tahun 2014/2015 jumlah tenaga pengajar yang tercatat

pada MI Mambaul Khair NW Bertais adalah 12 orang termasuk di

dalamnya 1 orang penjaga sekolah yang terdiri dari tenaga pengajar

profesional serta telah berpengalaman dalam bidang pendidikan juga

memiliki ijazah keguruan (pendidikan). Adapun guru MI Mambaul Khair

NW Bertais dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Daptar Nama Guru dan Karyawan MI Mambaul Khair NW


Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 5

No Nama Jabatan Mata Pelajaran


1 2 3 4
1 Sri Susantini, S. Kepala Madrasah Bahasa Indonesia
Ag
2 Hulaimi, S. Ag Guru + Wakamat + Wali Aqidah ahklak,
Kelas VI + Kepala MTK, IPA,
perpustakaan Perpustakaan
3 Mantalli, A. Ma Guru + Wali Kelas II + Team Teaching,
Kesiswaan MTK, IPS, Bahasa
Indonesia, PKN,
IPA, Fiqih, Akidah
Ahklak
4 Mainah, S. Pd Guru + Wali Kelas V + MTK, IPA, IPS,
Bendahara PKN, Muatan Sasak,
SKI, Akidah Ahklak,
Fiqih
5 Mahdawati, S. Pdi Guru + Kesenian SBK, Muatan Sasak,
Bahasa Inggris,
Calistung, Al-Quran
Hadits
6 Fahruddin, S. Pdi Wali Kelas III QH, Aqidah Ahlak,
MTK, PKN, Fiqih,
SKI, Bahasa Arab,
Bahasa Inggris, IPA
7 Justariah S.Pdi Guru + PHBI + Humas Bhs. Arab, Fiqih, Al-
Quran Hadits, SKI,
PKN, Calistung
8 Sirriani, S. Pdi Guru + Wali Kelas IV + PKN, MTK, IPA,
Pembina pramuka IPS, SKI,Akidah
Ahklak, Calistung
B,A
5
Laporan Bulan Agustus, daftar nama guru dan karyawan MI Mambaul Khair NW Bertais
Tahun Pelajaran 2014/2015, dikutip tanggal 12 September 2014.
58

1 2 3 4
9 Bq. Siti Maryam, Guru + Humas Bahasa Arab, Akidah
S. Pdi Ahklak, Bahasa
Inggris, Calistung,
Fiqih, IPS, Komputer
10 Zulhaqqi, S. Pd Guru Bhs. Indonesia, Bhs.
Inggris
11 Farida Zohriatti S. Guru + UKS + Wali Team Teaching,
Pdi Kelas I Bahasa Indonesia,
MTK, PKN, SBK,
Al-Quran Hadits
12 Ahmad Jaenuddin, Guru + TU Penjaskes
S.Pd.
13 Mayani Penjaga Penjaga

Berdasarkan tabel keadaan guru di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

guru MI Mambaul Khair Bertais tahun 2014/2015 sebanyak 12 orang.

Sebagian kecil guru di MI Mambaul Khair Bertais adalah sarjana S.1.

pembagian tugas mengajarpun sesuai dengan spesifikasi keilmuan masing-

masing guru. Seperti guru Matematika, IPA, IPS dan Pkn diajarkan oleh

guru lulusan S.1 pendidikan, bahasa indonesia diajarkan oleh S.1 bahasa

indonesia. Ini berarti bahwa guru mendapatkan tugas mengajar sesuai

dengan keahlian dan didiplin ilmu yang diperolehnya sehingga proses

belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien. Apabila salah

seorang guru tidak masuk atau tidak dapat melaksanakan tugasnya karena

suatu alasan tertentu, maka tugasnya dilimpahkan kepada wakil madrasah

bekerjasama dengan guru piket dalam melaksanakan tugasnya tersebut.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana juga memiliki peranan yang sangat penting

dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebab sarana merupakan

tempat berlangsung proses belajar mengajar, dan alat pembelajaran


59

merupakan faktor penunjang untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap

seatu mata pelajaran.

Di bawah ini diuraikan tentang keadaan saran dan prasaran yang

terdapat di MI Mambaul Khair Bertais Mataram.

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MI Mambaul Khair Bertais


Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 6

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1 2 3 4
1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang Kepala Madrasah 1 Baik
4 Ruang Tata Usaha 1 Baik
5 Ruang Perpustakaan 1 Baik
6 Ruang BK - -
7 Koperasi - -
8 WC Guru 1 Baik
9 WC Siswa 2 Baik
10 Meja Siswa 110 Baik
11 Meja Guru 11 Baik
12 Meja TU 1 Baik
13 Kursi Siswa 110 Baik
14 Kursi Guru 1 Baik
15 Kursi TU 1 Baik
16 Komputer 3 Baik
17 Papan Tulis 6 Baik
18 Mesin Ketik 1 Baik
19 Dapur 1 Baik

Sarana dan prasarana di MI Mambaul Khair Bertais Mataram terdapat

sarana yang cukup memadai, sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang harus direncanakan

dengan baik dan matang, agar dapat memperoleh hasil yang benar dan dapat

6
MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram, Dokumentasi, 2 September 2014.
60

dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Yang perlu diperhatikan sebelum

penelitian yaitu memprihatinkan fasilitas madrasah sebagai tempat

penelitian.

6. Struktur Organisasi MI Mambaul Khair Bertais Mataram

Sebagai suatu lembaga atau organisasi, maka struktur lembaga atau

organisasi tersebut harus ada sebagai pedoman atau gambaran dari

koordinasi dan terorganisasikanya pembagian tugas dan wewenang dalam

lembaga tersebut. Begitu pula dengan lembaga pendidikan di MI Mambaul

Khair Bertais Mataram, struktur lembaga pendidikan mutlak dibutuhkan

guna untuk mengaktifkan dan mengefisienkan kinerja serta pencapaian

tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah di tetapkan.

Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi MI Mambaul Khair

Bertais Mataram dapat di lihat pada bagan di bawah ini:


61

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Khair NW


Bertais Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 7

Yayasan Kepala madrasah Ketua Komite


Drs. H. Ahmad Suhaimi Sri Susantini, S. Ag Drs. H. Darwan Hadi

Bendahara Tata Usaha


Mainah, S. Pd Ahmad Jaenuddin, S.Pd.

Waka. Kurikulum Waka. Sarana


Hulaimi, S. Ag Siriani, S. Pd.I

Waka. Kesiswaan Waka. Humas


Mantali, A. Ma Justariah abdussatar, S. Pd.I

Wali Kelas I Wali Kelas II


Baiq Farida Zohriati, S. Pd.I Mantalli, A. Ma

Wali Kelas III Wali Kelas IV


Fahrudin, S. Pd.I Siriani, S. Pd.I

Wali Kelas V Wali Kelas VI


Mainah, S. Pd.I Hulaimi, S. Ag

Dewan Guru
Keterangan:
Komando
__________ Koordinasi
Siswa Siswi

7
MI Mambaul Khair NW Bertais Kota Mataram, Dokumentasi, 2 September 2014.
62

B. Hasil Penelitian

1. Penentuan Observer

Observer dalam penelitian ini adalah rekan guru lain yang mengajar

di MI Mambaul Khair NW Bertais. Adapun penentuan observer didasarkan

atas kriteria sebagai berikut:

a. Memahami penelitian yang dilakukan.

b. Mengetahui cara serta pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).

c. Mengetahui aspek-aspek penelitian yang dilakukan.

d. Mampu memberikan dukungan dan menghindari suasana yang tidak

diinginkan guru (peneliti).

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I

dan siklus II. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan

pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 September 2014

pada pukul:07.30 Wita sampai pukul 09.45 Wita. Siklus II juga

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan pada siklus II yaitu

pada hari Kamis tanggal 23 September 2014 pada pukul 07.30 Wita sampai

pukul 09.45 Wita.

a. Pelaksanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari

Kamis tanggal 11 September 2014 pada pukul:07.30 Wita sampai

pukul 09.45 Wita. Siklus I dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu: (1) tahap

perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap


63

observasi; dan (4) tahap refleksi. Penjelasan dari masing-masing tahap

adalah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap ini merupakan tahap awal peneliti karena peneliti

adalah guru kelas VI maka peneliti berusaha mengidentifikasi

beberapa faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya

kemampuan belajar IPA siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW

Bertais. Secara garis besar ditemukan bahwa rendahnya hasil

belajar karena metode yang dilakukan guru belum variatif yang

menyebabkan munculnya berbagai permasalahan.

Permasalahan tersebut antara lain: (1) sulitnya memahami

materi yang diajarkan dengan metode ceramah. (2) Siswa kurang

aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti merumuskan

tindakan sebagai berikut:

a. Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan

permasalahan tersebut.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas

guru selama proses pembelajaran berlangsung.


64

e. Membuat format penilaian sesuai dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun dan juga sesuai dengan model pembelajaran yang

digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan

ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal (10 Menit)

1. Guru membuka pelajaran dengan membaca basmalah dan doa

2. Guru menanyakan kabar dan menanyakan tentang materi

yang telah disampaikan sebelumnya. Untuk mengaitkan

dengan materi yang akan dipelajari sekarang ini.

3. Guru mengecek kehadiran siswa dengan memanggil nama

siswa satu persatu dan melihat siswa yang dipanggil.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai

pada pertemuan ini

b. Kegiatan Inti (50 Menit)

1. Guru menunjukkan beberapa gambar hewan berupa

kelelawar, cecak dan bebek kepada siswa.

2. Guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok tim inti


65

3. Guru memberikan tugas yang berbeda untuk masing-masing

tim, yang akan mencari informasi berbeda yang menjadi

perwakilan kelompok.

4. Guru mengelompokkan siswa yang mempunyai tugas yang

sama menjadi satu kelompok tim ahli.

5. Tim ahli mencari jawaban tugas secara bersama-sama

melalui buku BSE atau sumber lain yang disediakan oleh

guru atau di perpustakaan.

6. Setelah menemukan jawaban tim ahli kembali ke kelompok

inti masing-masing.

7. Masing-masing tim ahli mempresentasikan hasil pencarian

mereka ke anggota kelompok yang lainnya.

8. Masing-masing kelompok menyusun jawaban kelompok

untuk tugas masing-masing kelompok yang diberikan.

9. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa yang

telah berhasil melaksanakan tugas.

10. Memberikan evaluasi dengan mengerjakan tes formatif

berupa butir soal yang sesuai dangan materi.

c. Kegiatan Akhir ( 10 Menit)

1. Memberikan penguatan kepada siswa berupa saran dan pesan

untuk memotivasi siswa belajar

2. Guru mengakhiri pelajaran dengan menutupnya dengan doa

kafaratul majlis.
66

Adapun hasil kegiatan pembelajaran IPA kelas VI MI

Mambaul Khair NW Bertais pada siklus I dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel. 4.4 Nilai Hasil Pembelajaran IPA di Kelas VI MI Mambaul Khair


Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Siklus I

Nilai Hasil Belajar KD. 1 Siklus I


No Nama Skor Skor
Nilai KKM
Perolehan Maksimal Ketuntasan
(Sp:Smx100) KD
(Sp) (Sm)
1 Agus Riadi 11 15 73 70 Tuntas
2 Ali Akbar 10 15 67 70 Belum Tuntas
3 Amalis Salwa 12 15 80 70 Tuntas
4 Elok Soraya 13 15 87 70 Tuntas
Fahmi
5 Zulkarnaen 8 15 53 70 Belum Tuntas
Imam
6 Siswanto 7 15 47 70 Belum Tuntas
7 Linggi Hakika 11 15 73 70 Tuntas
8 M.Ihsan Hala 8 15 53 70 Belum Tuntas
Muhammad
9 Rizal 9 15 60 70 Belum Tuntas
10 Nadiawati 10 15 67 70 Belum Tuntas
11 Nurul Aini 11 15 73 70 Tuntas
Rivatila Sari
12 Devi 11 15 73 70 Tuntas
Saskia Putri
13 Nurrahmi 12 15 80 70 Tuntas
14 Sobirin 8 15 53 70 Belum Tuntas
15 Sopianita 12 15 80 70 Tuntas
Wira
16 Urrahman 8 15 53 70 Belum Tuntas
17 Yuliana 11 15 73 70 Tuntas
Skor Maksimal 15
Jumlah Nilai 1147
Nilai rata-rata kelas (Jumlah Nilai Keseluruhan : Jumlah Siswa) 67
Nilai Tertinggi 87
Nilai Terendah 47
Jumlah yang tuntas 9
Jumlah yang belum tuntas 8
Persentasi Ketuntatasan Klasikal
(Jumlah yang tuntas : Jumlah Siswa x 100) 53%
67

Tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-

masing siswa dengan menggunakan rumus di bawah ini:

NA = Sp x 100
Sm
Keterangan:

NA = Nilai akhir

Sp = Skor perolehan

Sm = Skor maksimal. 8

Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais

dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara

individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata

pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI

yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul Khair NW

Bertais.

Sehingga yang dikatakan tuntas untuk siklus I baru 9

Orang dari 17 Orang siswa.

b) Penentuan nilai rata-rata kelas akan menggunakan rumus

berikut:

NR = NA
SN

Keterangan :

NR = Nilai rata-rata.

8
BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta: Depdiknas).
hal. 25
68

NA = Jumlah Nilai akhir.

SN = Jumlah siswa. 9

Berdasarkan rumus ini maka didapat bahwa

NR = 1147
17

NR = 67

Jadi nilai rata-rata kelas adalah 67.

c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target

pencapaian ideal 80% dari jumlah siswa kelas V yang


10
memperoleh nilai di atas KKM .

n1
KK = x100%
n

Keterangan :

KK = ketuntasan klasikal

n1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan

KKM

n = jumlah siswa yang ikut tes

Kalau dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah siswa yang

sudah mencapai ketuntasan sebanyak 9 orang dan jumlah

siswa yang ikut tes sebanyak 17 orang. Maka diperoleh

hasil perhitungan untuk ketuntasan klasikal adalah 53%

9
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar Baru
Algensindo). hal. 125
10
Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta:
Australia Indonesia Partnership, 2009), h. 46.
69

dengan demikian ketuntasan klasikal dikatakan belum

mencapai target ideal.

3) Tahap Observasi

Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan

observasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah secara

kualitatif hasil pembelajaran dapat meningkat atau tidak.

Beberapa hal yang menjadi aspek pengamatan guru dalam tahap

ini antara lain:

1. Kehadiran dan kesiapan belajar siswa: ketika pelajaran

dimulai apakah siswa hadir tepat pada waktunya dan sudah

benar-benar siap mengikuti pelajaran baik dari segi

persiapan alat-alat tulis maupun semangat dalam mengikuti

pelajaran.

2. Keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran: ketika

pelajaran dimulai apakah siswa sudah benar-benar serius

mengikuti pelajaran atau masih main-main.

3. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan

4. Partisipasi dalam kelompok: Apakah berperan aktif atau

pasif

5. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

6. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru.

7. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan guru
70

Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa

pada siklus I yang terlihat pada lampiran yaitu dengan

menggunakan instrumen observasi rating scale diperoleh data pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam


Mengikuti Pembelajaran IPA pada Siklus I

NO Aspek yang diukur Hasil

1 Jumlah siswa 17

2 Jumlah aktivitas siswa yang diukur 18

3 Total skor aktifitas siswa 36

4 Kategori aktivitas siswa Cukup Aktif

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I tentang aktivitas

belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

aktivitas pembelajaran masih kurang aktif karena masih banyak

aktivitas siswa yang belum dilaksanakan dengan baik. Selain itu

terdapat beberapa hal yang menyebabkannya antara lain:

1. Peneliti belum sepenuhnya dapat mengontrol dan mengelola

kelas

2. Peneliti belum terbiasa mengajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

3. Siswa belum mengerti sepenuhnya tentang langkah

pembelajaran yang dilaksanakan.

Selain hasil observasi perilaku siswa, kegiatan guru (peneliti)

juga diobservasi oleh observer. Berdasarkan hasil observasi


71

kegiatan guru (peneliti) yaitu dengan menggunakan instrumen

observasi rating scale dalam bentuk deskripsi pada siklus I

lampiran V terlihat bahwa deskriptor dari setiap indikator belum

terlaksana dengan baik. Ringkasan hasil observasi kegiatan guru

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam


Pembelajaran IPA Pada Siklus I

NO Aspek yang diukur Hasil


1 Jumlah aktivitas guru yang diukur 20

2 Total skor aktivitas guru 40

3 Kategori aktivitas guru Cukup Aktif

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru (peneliti) dalam

kegiatan pembelajaran siklus I masih terdapat aktivitas guru

(peneliti) yang belum terlaksana dengan baik. Jadi dapat dikatakan

bahwa aktivitas guru masih kurang aktif dalam proses

pembelajaran karena masih ada terdapat aktivitas yang belum

sempurna untuk dilaksanakan.

4. Tahap Refleksi

a. Refleksi Tahap Perencanaan Tindakan.

Pada tahap perencanaan tindakan, hal-hal yang benar-benar

harus lebih diperhatikan adalah rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti. Dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran yang dibuat peneliti, terdapat


72

beberapa kegiatan yang belum fokus pada penelitian yang akan

dilaksanakan. Peneliti dalam hal ini tentu saja harus lebih

memfokuskan setiap kegiatan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran agar penelitian benar-benar dapat terlaksana

dengan baik.

b. Refleksi Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan terdapat beberapa

kekurangan yang ditemukan antara lain: terdapat beberapa

kegiatan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang belum

maksimal dilaksanakan oleh peneliti, peneliti belum dapat

mengontrol kelas dan perilaku siswa. Untuk mengatasi

permasalahan-permaslahan tersebut, peneliti dibantu oleh

observer memberikan masukan-masukan agar proses

pembelajaran pada siklus berikutnya dapat terlaksana dengan

baik. Beberapa hal yang menjadi masukan dari obsever antara

lain:

1) Peneliti harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

2) Peneliti harus lebih aktif dalam mengontrol siswa dan

mengelola kelas.

3) Peneliti harus lebih detail dalam menjelaskan prosedur

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe


73

jigsaw yang akan dilakukan sehingga siswa dapat dengan

mudah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.

Adapun hasil pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul

Khair NW Bertais tahun pelajaran 2014/2015 pada siklus pertama

secara kuantitatif maupun kualitatif dikatakan belum berhasil.

Secara kuantitatif, dari 17 orang siswa hanya 9 orang siswa yang

nilainya telah mencapai standar KKM yang berlaku disekolah ini

yaitu 70 untuk rata-rata klasikal pada siklus ini hanya tercapai

sebesar 53% dari standar ketuntasan klasikal yakni sebesar

80%. Begitu juga secara kualitatif, hasil pembelajaran belum

dapat dikatakan berhasil karena masih banyak aktivitas siswa

maupun guru (peneliti) yang belum mencapai hasil maksimal dan

harus ditingkatkan. Oleh karena itu akan dilaksanakan siklus

kedua untuk penelitian ini dengan tujuan agar secara kuantitatif

dan kualitatif hasil pembelajaran dapat mencapai hasil yang

maksimal.

b. Pelaksanaan Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam

satu kali pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 23 September 2014 pada pukul 07.30 sampai pukul 09.45.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:


74

a. Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan

permasalahan.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II

(lampian IX).

c. Membuat lembar observasi yaitu, lembar observasi aktivitas

guru dan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran XIIdan

XIII).

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II, hampir sama dengan siklus

I. Tetapi dalam siklus II kegiatan pembelajaran di desain dengan

penyediaan sumber belajar yang mudah di dapat oleh siswa dan

pemberian materi lebih difokuskan lagi. Terutama pada indikator-

indikator yang masih belum dimengerti oleh siswa. Materi

pembelajaran dari indikator-indikator yang belum tercapai tersebut

benar-benar harus dikuasai oleh guru (peneliti) untuk kemudian

disampaikan secara detail dan jelas kepada siswa untuk

memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.

Adapun hasil pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul

Khair NW Bertais pada siklus II secara jelas dapat dilihat pada

tabel di bawah ini


75

Tabel 4.7 Hasil Pembelajaran IPA kelas VI MI


Mambaul Khair NW Bertais pada Siklus II

Nilai Hasil Belajar KD. 1 Siklus I


Skor Skor
No Nama Nilai KKM Ketunt
Perolehan Maksimal
(Sp:Smx100) KD asan
(Sp) (Sm)
1 2 3 4 5 6 7
1 Agus Riadi 12 15 80 70 Tuntas
2 Ali Akbar 11 15 73 70 Tuntas
Amalis
3 Salwa 14 15 93 70 Tuntas
4 Elok Soraya 15 15 100 70 Tuntas
Fahmi
5 Zulkarnaen 11 15 73 70 Tuntas
Imam
6 Siswanto 11 15 73 70 Tuntas
7 Linggi H. 11 15 73 70 Tuntas
M.Ihsan
8 Hala 12 15 80 70 Tuntas
Muhammad Belum
9 Rizal 9 15 60 70 Tuntas
10 Nadiawati 13 15 87 70 Tuntas
11 Nurul Aini 11 15 73 70 Tuntas
Rivatila
12 Sari Devi 11 15 73 70 Tuntas
Saskia Putri
13 Nurrahmi 12 15 80 70 Tuntas
Belum
14 Sobirin 8 15 53 70 Tuntas
15 Sopianita 12 15 80 70 Tuntas
Wira
16 Urrahman 11 15 73 70 Tuntas
17 Yuliana 13 15 87 70 Tuntas
Skor Maksimal 15
Jumlah Nilai 1313
Nilai rata-rata kelas (Jumlah Nilai Keseluruhan : Jumlah Siswa) 77
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 53
Jumlah yang tuntas 15
Jumlah yang belum tuntas 2
Persentase Ketuntatasan Klasikal (Jumlah yang tuntas : Jumlah
Siswa x 100) 88%
76

Tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a) Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing

siswa dengan menggunakan rumus di bawah ini:

NA = Sp x 100
Sm
Keterangan:

NA = Nilai akhir

Sp = Skor perolehan

Sm = Skor maksimal. 11

Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam

proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila

setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00

sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI

Mambaul Khair NW Bertais.

Sehingga yang dikatakan tuntas untuk siklus II sebanyak 15

Orang dari 17 Orang siswa.

b) Penentuan nilai rata-rata kelas akan menggunakan rumus

berikut:

NR = NA
SN

Keterangan :

NR = Nilai rata-rata.

NA = Jumlah Nilai akhir.

11
BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta:
Depdiknas). hal. 25
77

SN = Jumlah siswa. 12

Berdasarkan rumus ini maka didapat bahwa

NR = 1313
17

NR = 77
Jadi nilai rata-rata kelas adalah 77.

c) Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal

80% dari jumlah siswa kelas VI yang memperoleh nilai di

atas KKM. 13

n1
KK = x100%
n

Keterangan :

KK = ketuntasan klasikal

n1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM

n = jumlah siswa yang ikut tes

Kalau dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah siswa yang sudah

mencapai ketuntasan sebanyak 15 orang dan jumlah siswa yang

ikut tes sebanyak 17 orang. Maka diperoleh hasil perhitungan

untuk ketuntasan klasikal adalah 88% dengan demikian

ketuntasan klasikal dikatakan sudah mencapai target ideal.

3. Tahap Observasi

12
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar
Baru Algensindo). hal. 125
13
Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta:
Australia Indonesia Partnership, 2009), h. 46.
78

Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada

siklus II yang terlihat pada lampiran XII yaitu dengan menggunakan

instrument observasi rating scale dalam bentuk deskripsi, diperoleh

data pada tabel dibawah ini sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti


Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Pada Siklus II

No Aspek yang diukur Hasil


1 Jumlah siswa 17
2 Jumlah aktivitas siswa yang diukur 18
3 Skor total aktifitas siswa 55
4 Kategori aktivitas siswa Sangat Aktif

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pada siklus II

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat aktif. Hampir semua

aktivitas siswa dilaksanakan dengan baik. Hal itu mendukung

terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik dan menyenangkan.

Selain hasil observasi perilaku siswa, kegiatan guru (peneliti) juga

diobservasi oleh observer. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru

(peneliti) yaitu dengan menggunakan instrumen observasi rating scale

dalam bentuk deskripsi pada siklus II lampiran XIII terlihat bahwa

deskriptor dari setiap indikator sudah terlaksana dengan baik.

Ringkasan hasil observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:
79

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam


Pembelajaran IPA kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais
Pada Siklus II.
No Aspek yang diukur
1 Jumlah aktivitas guru yang diukur 20
2 Total skor aktivitas guru 65
3 Kategori aktivitas guru Sangat Aktif

Hasil observasi aktivitas guru (peneliti) dalam kegiatan

pembelajaran siklus II seluruh aktivitas pembelajaran sudah

terlaksana dengan baik atau sudah Sangat aktif.

4. Tahap Refleksi

a) Refleksi Perencanaan Tindakan

Pada tahap perenanaan tindakan siklus II, kekurangan-

kekurangan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diperbaiki.

Setiap kegiatan yang dibuat peneliti dalam renana pelaksanaan

pembelajaran benar-benar fokus pada penelitian yang akan

dilaksanakan.

b) Refleksi Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat peneliti.

Peneliti sudah menyediakan sumber belajar yang akan dijadikan

rujukan dalam mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan

oleh tim ahli, peneliti juga benar-benar menguasai materi


80

pelajaran yang disampaikan kepada siswa serta mampu

mengontrol dan mengelola kelas dengan baik.

C. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI MI

Mambaul Khair NW Bertais baik hasil pelaksanaan siklus I maupun siklus II

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Perkembangan peningkatan hasil pelaksanaan kedua siklus tersebut sebagai

berikut:

1. Keterlaksanaan RPP (Aktivitas Guru)

Peningkatan atau berhasilnya proses aktivitas guru dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw disebabkan karena guru melaksanakan dengan optimal perbaikan

perencanaan dan pelaksanaan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I seperti peningkatan pemahaman, pendampingan siswa yang

intensif, pengorganisasian dan pengalokasian waktu yang efektif.

Persentase keaktifan guru siklus I 50,00% kategori aktif dan siklus II

81,25% kategori sangat aktif dengan peningkatan 31,25%. Hal ini senada

dengan dengan apa yang di sebut oleh Isjoni Pembelajaran kooperatif

jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 14

14
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.33
81

2. Aktivitas Siswa

Persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 50,00%

kategori cukup aktif dan pada siklus II mencapai 76,39% kategori sangat

aktif, terdapat peningkatan sebesar 26,39%. Peningkatan atau berhasilnya

proses aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disebabkan karena perhatian siswa

lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan, kesalahan-

kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi

melalui diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sesuai dengan

karakteristik dari pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh

Slavin (1995) dalam Isjoni 15, yaitu penghargaan kelompok, pertanggung

jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

3. Hasil Belajar Siswa

Jumlah siswa yang tuntas pada waktu siklus I sebanyak 9 orang

siswa dan pada siklus II yaitu 15 orang siswa sehingga jumlah sebanyak 6

orang siswa, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 53%

pada siklus II menjadi 88% dan nilai rata-rata di siklus I 67 dan pada

siklus II meningkat menjadi 77, Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa meningkatkan

hasil pembelajaran untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar,

cecak dan bebek).

15
Ibid.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri

khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di MI Mambaul Khair NW

Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat tercapai. Hal tersebut dapat

ditunjukkan pada:

1. Hasil aktivitas guru yang menunjukkan data untuk siklus I yaitu

persentase keaktifan guru siklus I 50,00% kategori aktif dan siklus II

81,25% kategori sangat aktif dengan peningkatan 31,25%.

2. Hasil aktifitas siswa yang menunjukkan data untuk siklus I yaitu

Persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 50,00% kategori

cukup aktif dan pada siklus II mencapai 76,39% kategori sangat aktif.

Berarti terdapat peningkatan sebesar 26,39%

3. Jumlah siswa yang tuntas pada waktu siklus I sebanyak 9 orang siswa dan

pada siklus II yaitu 15 orang siswa sehingga jumlah sebanyak 6 orang

siswa, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 53% pada

siklus II menjadi 88% dan nilai rata-rata di siklus I 67 dan pada siklus II

meningkat menjadi 77.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

82
83

1. Kepada Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa

sehingga ketuntasan belajar dapat meningkat. Oleh karena itu siswa

diharapkan pada mata pelajaran lain yang relevan dapat menerapkan

model pembelajaran ini sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Kepada Guru

Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada

mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sangat

menarik bagi siswa. Pembelajaran ini mampu merangsang minat dan

motivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik serta bisa

menumbuhkan sikap saling membantu sesama siswa dalam interaksi

diskusi kelompok. Oleh karena itu guru diharapkan dapat menerapkan

model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada materi dan mata

pelajaran lain yang relevan.

3. Kepada Kepala Madrasah

Kepala Madrasah hendaknya dapat mempertimbangkan penerapan

model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam mata pelajaran

lainnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di madrasah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam


http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan.
html#ixzz3AgnlllEC, diambil 17 Agustus 2014, Pukul 6.10 WITA.

Arsip Nilai KD1 Semeseter I MI Mambaul Khair NW Bertais, Dokumentasi,


Tanggal 16 Agustus 2014

Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub,


2000.

BSNP. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar.(Jakarta: Depdiknas,


2007.

Heri Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas
VI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

http://m.kidnesia.com/ diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.23 WITA

http://noonathome.wordpress.com/2008/07/11/tangan-belalai-dan-memindahkan-
kebaikan/ diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.21 WITA

http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil
tanggal 18 Agustus 2014, pukul 23.03.

http://willyfandri.wordpress.com, diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.13


WITA

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013.

Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan.


Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

MI Mambaul Khair NW Bertais, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mataram


:2009.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Jakarta : PT Raja Grafindo Persada: 2003.

Nana Saudih dan Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2005

Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 1989

84
85

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: CV Sinar Baru


Algensindo, 2010.

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2010

Pak Guru, Ciri Khusus Cecak dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam.


blogspot.com/2014/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil tanggal 16
Agustus 2014, Pukul 12.56 WITA

Purwanto, Evaluasi Hasil belajar Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013.

Rahmah, Ciri Khusus Pada Kelelawar dalam http://asagenerasiku.


blogspot.com/2012/07/ciri-khusus-pada-kelelawar.html, diambil tanggal 16
Agustus 2014, pukul 12.13 WITA.

S. Nasution, Metode Research (Peneltian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara2004.

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Jakarta : Rhineka


Cipta, 2003.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar dalam http :// sunartombs.wordpress.com


dikutip tanggal 16 Agustus 2014, pukul 09.00 WITA

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung:Alfabeta, 2010.

Tim Dosen PGMI, Modul Penelitian Tindakan Kelas, Mataram: 2011.

Tim Pengembang Kurikulum, Panduan teknis pengembangan kurikulum MI,


Jakarta: Australia Indonesia Partnership, 2009.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Mataram: IAIN Mataram, 2011

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:Kencana,


2010

Warni Djuwita, Evaluasi Pembelajaran NTB: Elhakam Press Lombok, 2012.

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, Bogor: Pustaka At-
Taqwa, 2010.

Anda mungkin juga menyukai