Anda di halaman 1dari 15

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
Asuhan Keperawatan Kegawat
Daruratan Pada Pasien Dengan
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
Muskuluskeletal :Fraktur

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
DISUSUN OLEH:

RINO HAFRIZA

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
712006D08077

[Pick the date]

wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
AKADEMI KEPERAWATAN TJOET NYA DHIEN

mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
BANDA ACEH
2011-2012

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad
dan karuniaNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien Dengan Muskuluskeletal :Fraktur

Selanjutnya shalawat seiring salam kita panjatkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan kea lam terang benderang.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak,oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih,terutama kepada pembmbing,semoga
bantuan yang diberikan kepada kami mendapatkan balasan dari allah SWT sesuai dengan amal
ibadahnya.

Dan kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membanngun dari pembaca sangat kami harapkan,akhirnya hanya
kepada ALLAH SWT jualah kami mohon ridhoNYA.

Banda Aceh, 2 agustus 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak. Fraktur yang
mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius
distal,dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi serings e b a g a i f a k t u r
t yp e g r e e n - s t i c k . D a e r a h m e t a f i s i s p a d a a n a k r e l a t i f m a s i h l e m a h sehingga
fraktur banyak terjadi pada daerah ini, selebihnya dapat mengenaisuprakondiler humeri
(transkondiler humeri) diafisis femur dan klavikula, sedangkanyang lainnya jarang.Fraktur pada
anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa, prosespenyembuhannya dapat
berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat baik, hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologitulang anak yang berbeda dengan
tulang orang dewasa. Selain itu prosespenyembuhan ini juga dipengaruhi oleh faktor mekanis
dan faktor biologis.Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan
fraktur padaorang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan
fisiologi tulang.Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai
daerahpertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada
dewasa,s e h i n g g a e p i f i s i s d a n m e t a f i s i s i n i a k a n m e n ya t u p a d a s a a t i t u l a h
p e r t u m b u h a n memanjang tulang akan berhenti.Tulang panjang terdiri atas epifisis, metafisis
dan diafisis. Epifisis merupakanbagian paling atas dari tulang panjang, metafis is
merupakan bagian yang lebih lebar d a r i u j u n g t u l a n g p a n j a n g y a n g b e r d e k a t a n
d e n g a n d i s k u s e p i f i s i a l i s , , s e d a n g k a n diafisis merupakan bagian tulang panjang yang
di bentuk dari pusat osifikasi primer.S e l u r u h t u l a n g d i l i p u t i o l e h l a p i s a n f i b r o s a
y a n g d i s e b u t p e r i o s t e u m , ya n g mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan
berperan dalam prosespertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang
panjang mempunyaiarteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah
yang menentukan be r h a s i l a t a u t i d a k n y a p r o s e s p e n ye m b u h a n s u a t u t u l a n g
y a n g p a t a h . P a d a a n a k , terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan
pertumbuhan. Periosteums a n g a t t e b a l d a n k u a t d i m a n a p a d a p r o s e s bone
helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan lebih besar dari pada orang dewasa.
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan pada mahasiswa tentang asuhan
keperawatan gawat darurat dengan kasus fraktur.

2. Tujuan Khusus
a) Memenuhi salah satu tugas mata kuliah gawat darurat.
b) Mengetahui apa yang dimaksud tentang fraktur.
c) Mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien
yang mengalami fraktur
d) Melatih mahasiswa keperawatan untuk dapat berpikir kritis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)

Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan
langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi
tersebut (FKUI, 1995:553).

B. ETIOLOGI

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan.Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c) Secara spontan
disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang
yang bertugas dikemiliteran.

C. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR


1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar.
2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
a. Derajat I
- luka kurang dari 1 cm
- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
- Kontaminasi ringan.
b. Derajat II
- Laserasi lebih dari 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
- Fraktur komuniti sedang.
c. Derajat II
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler
serta kontaminasi derajat tinggi.
3. Fraktur complete

Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari
posisi normal).

4. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
D. JENIS KHUSUS FRAKTUR

a) Bentuk garis patah


Garis patah melintang
Garis patah obliq
Garis patah spiral
Fraktur kompresi
Fraktur avulse
b) Jumlah garis patah
Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan
Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.

c) Bergeser-tidak bergeser
d) Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi
fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

E. PATOFISIOLOGI
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :
a) Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
b) Fase granulasi jaringan
Terjadi 1 5 hari setelah injury
Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru
fogoblast dan osteoblast.
c) Fase formasi callus
Terjadi 6 10 harisetelah injuri
Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
d) Fase ossificasi
Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium
yang menyatukan tulang yang patah
e) Fase consolidasi dan remadelling
Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan
oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).
F. TANDA DAN GEJALA

1) Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :
Rotasi pemendekan tulang
Penekanan tulang
2) Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
3) Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5) Tenderness/keempukan
6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.
7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8) Pergerakan abnormal
9) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10) Krepitasi (Black, 1993 : 199).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan
type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodik
2) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun (
perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau
cedera hati (Doenges, 1999 : 76 )
H. PENATALAKSANAAN

a) Fraktur Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara
manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan,
seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates
batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.Peralatan traksi :
Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
b) Fraktur Immobilisasi
Pembalutan (gips)Eksternal Fiksasi Internal FiksasiPemilihan Fraksi
c) Fraksi terbuka
Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic
prophylacticImmobilisasi (Smeltzer, 2001)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :
a) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,
atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
c) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e) Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pasca operasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006)
meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan
oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture
Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti
kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan
akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
a) Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
b) Kriteria Hasil :
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Klien tampak tenang.
c) Intervensi dan Implementasi :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
2. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
3. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
4. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai
energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas
sehari-hari yang diinginkan.
a) Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
b) Kriteria hasil :
1. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
2. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik
c) Intervensi dan Implementasi :
1. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan
dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara
tidak diinginkan.
a) Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
b) Kriteria Hasil :
1. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
c) Intervensi dan Implementasi :
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan
tindakan yang tepat.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
3. Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses
peradangan.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi.
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area
kulit normal lainnya.
6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak
nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan


fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
a) Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
b) Kriteria hasil :
1. penampilan yang seimbang..
2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.
3. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
c) Intervensi dan Implementasi
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
2. R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
3. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
4. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
5. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
6. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

D. EVALUASI

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : Philadelpia
2. Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
3. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
4. Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
5. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
6. E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
7. Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
8. Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta
9. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
10. Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
11. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai