Anda di halaman 1dari 8

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Osteoporisis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resobsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa
tulang total. [ CITATION Ode12 \l 1033 ]

Osteoporisis merupakan penyakit skeletal siskemik yang di tandai dengan massa


tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang
mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga cenderung tulang mengalami
fraktur spontan atau akibat trauma minimal.[ CITATION Ode12 \l 1033 ]

Osteoporosis adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan massa


tulang tanpa disertai pada matriks tulang. [ CITATION Hud161 \l 1033 ]

Jadi, osteoporosis adalah penurunan massa tulang total, ditandai dengan massa
tulang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang.

2. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai proses
penuan, sedangkan osteoporosis sekunder di definisikan sebagai kehilangan
massa tulang akibat hal-hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih
menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan
osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita monoupose dan usia lanjut
merupakan contoh dari osteoporosis primer.
b. Osteoporosis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu
termasuk kelainan endokrin, efek samping obat-obatan, immobilisasi, pada
osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk
menimbulkan traumtik akibat faktor ekstinsik seperti kelebihan steroid, arthritis
rheumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsobrsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisisme, hipertiroidsisme, varian status hipogonade.

3. Anatomi dan Fisiologi

Tulang belakang berjalan dari bawah kepala sampai dengan pelvis ( panggul )
tulang belakang terdiri dari beberapa ruas yang tiap-tiap dipisahkan oleh jaringan
serat tulang rawan disebut discus intervertebralis. Columna Vertebralis ( CV ) ini
melindungi medulla spinalis yang berjalan pada lorong/ruang yang akibat susunan
tulang belakang ini ( canalis vertebralis ). Penamaan tulang belakang ini disesuaikan
dengan lokasi nya yaitu :

a. 7 ruas vertebra cervicalis


b. 12 ruas vertebra thoracalis
c. 5 ruas vertebra lumbalis
d. 5 ruas vertebra sacralis, yang bersatu membentuk sacrum
e. 3 5 vertebra coccygeus, juga menempel jadi satu.
Jika dilihat dari samping. Columna Vertebralis mempunyai 4 lekuk/lengkung normal.
Lengkung servikal dan lumbal kearah depan ( convek anterior ), sedang lengkung
thoracalis dan sacralis kearah belakang ( concave anterior ). Pada saat bayi masih
dalam kandungan ( fetus ) hanya mempunyai satu lengkungan (concave anterior ).
Lengkung cervical terbentuk 3 4 bulan setelah lahir saat bayi mulai tengkurap dan
mengangkat kepalanya. Lengkung lumbal terbentuk saat bayi mulai berdiri dan jalan,
sekitar umur 1 tahun. Dengan adanya lengkungan ini memungkinkan tulang belakang
tegak dan juga lengkung ini di perlukan untuk keseimbangan agar dapat berjalan
dengan tegak.

Vertebra dibagi dalam 2 bagian, did epan dosebut corpus, dibagian belakanga arcus
vertebra. Arcus vertebra membentuk dinding melingkar, lubang ditengahnya disebut
foramen vertebralis, susunan lubang pada tiap-tiap Columna Vertebralis membentuk
saluran ( canalis vertebralis ) tempat jalannya medulla spinalis. Tonjolan-tonjolan
dibagian belakang disebut processus spinosus, proc, tranversus, dan proc.arcticularis,
tempat meletaknya otot dan ligament serta bagian yang membentuk sendi antar
vertebra ( processus articularis ). Menurut, [ CITATION Sar152 \l 1033 ].

4. Etiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, pilahan gaya hidup dan aktivitas fisik
mempengaruhi puncang massa tulang menghilangnya esterogen pada saat menopause
dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorsi tulang dan berlangsung terus
menerus selama bertahun-tahun pascamonopause. Pria mempunyai massa tulang yang
lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Akibatnya, isidensi
osteoporosis lebih rendah pada pria. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan
osteoporosis. Vitamin D penting untuk absobrsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang
normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk
mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D
yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa
tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian yang di anjurkan ( RDA =
Recomment Daily allowance ) kalsium meningkat pada adoleasens dan deawasa
muda ( 11- 24 tahun ) sampai 1200 mg untuk memaksimalkan pucnak massa tulang.
RDA untuk orang deawasa tetap 800 mg, tetapi 1000-1500 mg/hari untuk wanita
pascamenopause dan lansia perlu perlui mengkonsumsi kalsium dalam jumlah talk
terbatas. Bahan katabolic endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari sumber
luar) dapat menyebabkan osteoporosis. Kartikosteroid berlebih, syndrome chusing,
hipertiroidsme dan hiperparatiroidsme menyebabkan kehilangan tulang. Derajat
osteoporosis berhubungan dengan durasi terapi kortikosteroid. Ketika terapi
dihentikan atau masalah metabolism telah diatasi, perkembangan osteoporosis akan
berhenti namun restorasi kehilangan massa tulang biasanya tidak terjadi. Keadaan
medis menyerta(misalnya sindrom malabsorpsi intoleransi laktosa, penyalahgunaan
alcohol,gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin) mempengaruhi
perkembangan osteoporosis. Obat-obatan misalnya isoniasit, heparin, tetrasiklin,
antasida yang mengandung alumunium, kortikostiroid) mempengaruhi tubuh dan
metabolisme kalsium.
Imobilitas menyumbang perkembangan osteoporosis. Pembentukan tulang
dipercepatdengan adanya stress berat dan aktivitas otot. Ketika diimobilisasi dengan
gips, paralisis atau inalktifitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari
pembentukannya dan terjadinya osteoporosis.

E.Patofisiologi

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak


mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala
pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat
tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukkan adanya
perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi, hal ini mengakibatkan berat
badan pasien menurun dan terdapat lekung vertebra abnormal (kiposis). Osteoporosis
pada kolumna femoralis sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik
(yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunan dan menunjukan penipisan
korteks serta trabekula, pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya
variasi ketebalan trabekular pada individu normal yang berbeda.

Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika


osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, serta yang ditentukan secara
analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis
mempunyai kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun anatara factor genetic dan
factor lingkungan.

Faktor genetic meliputi:

Usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.

Faktor lingkungan meliputi:

Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin, dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia
nervosa, dan pemakaian obat-obatan.a

Keduab factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap kalsium bersama sel
terhadap kalsium dari darah ketulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin,
tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih
cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang yang disebut
osteoporosis

F. Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersat merupakan kelaianan yang sring ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
yang menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus
kedalam ruang intervertebral yang menyebabkan deformitas bikonkaf.

2. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral vertebra di atas 110mg/Cm
biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra aau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra di bawah 65mg/cm ada pada semua klien yang mengalami fraktur.

3. Pemeriksaan Laboratorium

*kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan nyata.

*kadar HPT (pada masamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct (Terapi


Eksrogen Merangsang Pembentukan Ct)

*kadar 1,25-(OH) D3 absorbsi Ca menurun.

*Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

G. Penatalaksaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,
dengan peningkatan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi skeletal. Terjadi dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu
penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium missal: keju swiss, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya. Setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang
mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).

Pada menopause, terapi pengantian hormone (HRT = Hormone replacemenet therapy)


dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan
tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah
mengalami pengakatan ovarium atau telah telah menjalani menopause premature dapat
mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda; pengantian hormon perlu
dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tidak meninggkatkan
massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen
tidak akan menggurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti. Terapi estrogen
sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan insidensi kanker payudara dan
endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan
diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou dan biopsy endometrial (bila
ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.

Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk


kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan
kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek
samping (missal gangguan Ganstrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya
ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium flourida memperbaiki aktifitas
Osteoblastik dan pembentukan tulang; namun, kualitas tulang yang baru masih dalam
pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklasrik, sedang
daalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.

H. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah, Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter
dan fraktur collespada pergelangan tangan.

Anda mungkin juga menyukai