Anda di halaman 1dari 38

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

Reseptor Perasa
I. DASAR TEORI

Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen;reseptor berespon terhadap rangsangan
tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta bahasa sistem saraf.
Reseptor untuk pengecapa adalah kuncup pengecap, yaitu suatu kemoreseptor yang terletak
terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap terdapat
pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-masing kuncup pengecap merupakan
sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut membentuk pori-pori pengecap
serta dibasahi oleh saliva.

Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia dari luar.
Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya ditaksir 2000
buah dan terletak tersebar diatas lidah.

Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir. Lidah adalah kumpulan otot rangka pada
bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.
Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga
turut membantu dalam tindakan bicara.

Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin lingua atau
glossal dari bahas yunani, sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot
pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.

Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Papila terdiri dari
dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan
sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis papila yaitu

1. Papila filiformis (fili=benang) = berbentuk seperti benang halus


2. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat) = berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V dibelakang
lidah
3. Papila fungiformis (fungii=jamur) = berbentuk jamur

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi indera penghidu pun sangat berperan
dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur makanan
lembut atau kasar, zat-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Makna
pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih sesuai keinginannya.

Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor pengecapan, ada
sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecapan, antara lain

2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reseptor klorida, 1 reseptor adenosine, 1 reseptor inosin,
1 reseptor manis, 1 reseptor pahit, 1 reseptor glutamat, 1 reseptor ion hidrogen.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori yang umum disebut sensasi
pengecapan utama tentunya disesuaikan dengan area saraf, yaitu:

1. Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis terletak diujung lidah
2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah
3. Substansi asin dapat dirasakan hampir pada seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul
dibagian samping ldah
4. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah

Rasa umami (bahasa jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan secara
kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat pada estrak daging)

II. ALAT DAN BAHAN


1. Empat buah pinggan kecil berisi
Larutan asam cuka
Larutan NaCl 10%
Larutan kopi
Larutan gua 5%
2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
3. Peta rasa
4. Kertas hisap/saring

III. CARA KERJA


1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan
kertas hisap
2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larytan dengan menekan sisi
pinggang
3. Menyentuh aplikatorpada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah
pasangan praktikan
4. Menulis tanda (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan larutan
tersebut. Menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuh
tidak sensitive terhadap larutan yang diuji
5. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan ketiga laruan lainya, satu demi satu.

IV. HASIL PENGAMATAN


1. Gambarlah hasil pengamatan saudara dibawah ini
2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat
merasakn rasa manis, asam dan lain sabagainya

Mekanisme jalanya impuls

a. Asam : H+ merangsang reseptor menghambat saluran K+ sehingga mengalami


depolarisasi lalu merangsang Ca2+ masuk ke sel dan melepaskan transmiter
b. Asin : Na+ depolarisasi sel reseptor asin dengan masuk melalui saluran Na+ apeks yang
tidak bergerbang & peka amilorid sehingga merangsang Ca2+ masuk ke sel dan
transmitter dilepas
c. Pahit : pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan
mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim
fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupakan senyawa yang larut dalam
sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat
terbukan ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju sitoplasma. Pengikatan ion Ca akan
membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.
d. Manis : Rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa.
Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang
terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjtnya akan
mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan cAMP
dari ATP. Terjadinya peningkatan cAMP akan mengakibatkan terstimulasinya enzim
sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan
depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya
neorotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak
e. Umami : terjadi karena sinergisme pengikat rasa antar 2 senyawa umami yaitu L-glutamat
dan 5-ribonukleotide
Reseptor Pengecapan
I. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa
gas, serta membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak

II. DASAR TEORI

Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang
diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus.
Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul
dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indera
penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan
reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan
menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yabg berpasangan dengan reseptor (protein G)
akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui
pembentukan enzim adnylate cyclase III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat
menagktifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai
wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal listrik. Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa
campuran zat berbau yang akan menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu
sistem pemetaan yang menerjemahkan sensasi wangi inni. Itulah sebabnya meskipun hanya
ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indera
penciuman akan cepat teradapatasi. Sering kita merasa tidal lagi mencium wangi parfum yang telah
kita semprotkan, padahal orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadi
fenomena ini dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saatt transfer ion untuk pengiriman sinyal
ke otak, memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin(CaM).
Kompleks Ca2+/CaM ini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul
cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam
pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi
wangi terhenti. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena
memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip
komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui
lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga
reseptornya disebut chemoreceptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal
superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius.

Penciuman pada manusia secara umum dipengaruhi oleh :

1. Fisik : lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif
2. Psikologis: wanita yang sedang PMS lebih sensitif

Kemampuan membau makhluk tergantung pada :

1. Susunan rongga hidung : hidung mancung lebih baik dalam membaui


2. Variasi fisiologis : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya lebih peka
3. Spesies : anjing ( karena kemampuan survivle tergantung pada pembauan jadi lebih peka
pembauannya)
4. Konsentrasi bau : bau busuk akan lebih tercium

Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki banyak
reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (komponen
principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma.
Biasanya dalam ham mengingat bau, wanita lebih baik dan dapat mengingat kurang lebih 5 macam
wewangian sedangkan laki-laki hanya dapat mengingat 3 macam bau wewangian. Hal itu disebabkan
karena pada wanta, ruang dalam menerima gas lebih luas (concha nasal superior). Dan semakin mudah
dikenal, semakin lembu wanginya maka semakin sulit dikenali.

III. ALAT DAN BAHAN


Empat buah zat :
Parfum
Teh
Kopi bubuk
Minyak kayu putih

IV. CARA KERJA


- Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda
- Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu
- Catat hasilnya

V. HASIL PENGAMATAN
1. Catat hasil pengamatan saudara
2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaaan diatas sehingga anda dapat
mencium bau

1. Hasil pada OP
Parfum =+
Teh =+
Kopi bubuk =+
Minyak kayu putih = +
2. Mencium bau, lalu bau tersebut larut dalam mukus (mengandung OBP, odorant binding
protein) mengakibatkan peningkatan AMP di reseptor depolarisasi dan peningkatan
permeabilitas kation (Na+ dan Ca2+) sehingga potensi aksi di axon menginduksi bulbus
olfactorius. Pesan olfactorius di proses di glomerulus dan sel mitral traktus olfaktorius
terjadi pembauan di otak.
Pembahasan modul pengecapan
Pada percobaan ini menunjukan adanya titik rasa yang berbeda karena papila memiliki reseptor
saraf yang berbeda-beda. Adanya penyimpangan rasa yang tidak sesuai dengan teori misalnya rasa pahit
yang juga berasa pada daerah ujung lidah karena pada saat pengujian, lidah resepor sudah terkontaminasi
dengan beberapa rasa yang lain saat pengujian sehinga rasa pahit menjadi beberapa titik.

Pada dasarnya, berbagai jenis rasa yang kita rasakan terdiri dari beberapa tempat pada lidah yaitu
reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, rseptor
rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak dibelakang lidah. Berikut ini
merupakan penyebab adanya berbagai macam rasa :

Transduksi Rasa Manis

Rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan
mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator
(protein G) akan teraktivasi selanjtnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan
mengaktifkan pembentukan cAMP dari ATP. Terjadinya peningkatan cAMP akan mengakibatkan
terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga
mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya
neorotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak

Transduksi Rasa Asin

Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion
K. Depolarisasi mengakibatkan neurotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak.

Transduksi Rasa Pahit

Transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan mengakibatkan
teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan
membuat IP3 yang merupakan senyawa yang larut dalam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan
IP3 dengan reseptor akan membuat terbukan ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju sitoplasma.
Pengikatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.

Transduksi Rasa Asam

Tidak seperti rasa manis dan pahit, rasa asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran
sangat permeable terhadap proton ion. Masuknya proton akan membuat dpolarisasi akibatnya
neurotransmiter dilepaskan ke sinaps.
PRAKTIKUM FISIOLOGI 2

I. LENSA TIPIS

1. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat
bayangan

2. Alat-alat Percobaan
a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin,
dan tabir (layar)
b. Lensa cembung dan cekung
c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala
d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar
3-1. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata
dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat
terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.

Gambar 1.
Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat sumbu
optik lensa.
Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

1 1 1
=+


f = +

(1)
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan

f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan
(-) untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata
dan (-) untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda
maya terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak
dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan
cermin)

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap
objek dapat diperoleh dari persamaan

M= =-

(2)
Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan
negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka
perjanjiannnya akan terblik.

3-2. Rumus Bessel

Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua
kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar
pada tabir, lihat gambar 2.
Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan

= jarak benda ke tabir

d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang
diperbesar dan diperkecil

= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa

d = - (3a)

= - (3b)

= (3c)

Mengingat bahwa = + maka diperoleh



= 2

+
= 2

(4)
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan

2
2
f = 4

(5)
Perhatikan bahwa dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar

Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin
datar, lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama
besar pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa Gabungan


Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis
pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah
lensa dengan jarak fokus . Untuk gabngan dua lensa dirumuskan sebagai

1 1 1 1
= + -
1 2 1 2

(6)

Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.

Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga

1 1 1
= +
1 2

(7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen

Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya
dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan
susunan seperti gambar berikut.

4. Jalannya Percobaan
4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen
Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.

4-1-A. Cara Gauss

1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel
data.
2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.
3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar
1.
4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.
5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk
bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.
4-1-B. Cara Bassel

1. Ukurlah tinggi benda yang berbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi
pengukuran ini sampai 5 kali.
2. tempatkan benda di depan lampu sorot.
3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.
4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir
susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.
5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam
diperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu
menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada
lensa atau menggeser posisi tabir.
6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan
bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.
7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan
terbalik atau tegak.
8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.
9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus
digeser-geser.
4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar

1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.
2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama
besar dengan benda
3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)
4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir


5-1-A. Cara Gauss
1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.
2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi
bayangan (tegak atau terbalik).
3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.
4. Buat table harga 1/v dan 1/b
5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.
6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.
5-1-B. Cara Bessel

Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).

5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar

Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table
ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di
atas.

Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.

Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.

f[cm]
6. Hasil Percobaan
1. Menentukan jarak focus lensa konvergen
a. Cara gauss
Tinggi benda h = 2

No. v (cm) b (cm) h (cm) Tegak/terbalik Mt = h/h M = - b/v


1 57,5 33 1 Terbalik 0,5 0,57
2 60 31,7 0,8 Terbalik 0,4 0,53
3 66,5 30,5 0,7 Terbalik 0,35 0,46

Kesimpulan: pada percobaan gauss, didapatkan hasil percobaan dengan sifat bayangan
yang nyata, terbalik dan diperbesar. Sesuai dengan lensa konvergent.

b. Cara Bessel c. Dg cermin datar


D V (cm) f (cm)
No. a (cm) vb (cm) vk (cm) F(cm)
(cm)
1 100 30 71 41 20,73
2 98 32 69 37 21
3 96 30 67 37 20,43

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak
tabir dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar
dan kecil dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka
akan semakin kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.

Kesimpulan : Didapatkan v=f, karena sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak,
bayangan yang dihasilkan sama besar dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan,
bayangan dihasilkan merupakan bayangan semu.
II. UJI VISUS MATA

I. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui ketajaman penglihatan

II. Dasar Teori



Rumus visus: V =

Keterangan: V : Visus atau ketajaman

d : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m)

D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.

.
Mata kanan: V =

.
Mata kiri: V =

Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.

Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda
pada jarak tertentu.

Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran, berapa jauh, dan detail suatu benda dapat
tertangkap oleh mata sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling penting.
Ketajaman penglihatan didasarkan pada prinsip tentang adanya daya pisah minimum yaitu jarak
yang paling kecil antara 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2
garis .

Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan

Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi
mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata
keseluruhan. Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan
penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang
memberikan keluhan mata. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat dilakukan dengan
menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji
Sheridan/Gardiner.

Tajam penglihatan dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori. Adapun
penggolongannya adalah sebagai berikut:

a. Penglihatan normal : Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

b. Penglihatan hampir normal : Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu
penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.

c. Low vision sedang : Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan
cepat.

d. Low vision berat : Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.
Membaca menjadi lambat.

e. Low vision nyata : Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih
untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca
pembesar; umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.

f. Hampir buta : Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak
bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

g. Buta total : Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhny tergantung pada alat indera
lainnya atau tidak mata

Tajam penglihatan n ormal adalah 6/6. visus dihitung denganmengguankan rumus = d/D,
dimana d adalah jarak antara alat dengan OP dan D adalah jarak tertentu sehingga ia dapat
membaca huruf dalam satu deret yang seharusnya dapat dibaca oleh orang normal. Biasanya di
atas tiap-tiap deret ditulis D = .....m. contoh bila seseorang dapat membaca huruf dalam D = 10 m,
dalam jarak d = 6 m, maka visus orang tersebut 6/10.
Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai
tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut,
visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus
20/40 dapat dianggap separuh dri tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan
dua kali normal.

Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan


gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi
akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna
terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki
fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan
penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.

III. Tata Kerja


1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart
2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh
3. Pasang trial frame, atur jarak pupil
4. Tutup mata kiri dengan okluder.
5. Periksa tajam penglihatan pasien.
6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.
7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak
8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam penglihatan
terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik.
9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bila
bertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik.
Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.
11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.
12. Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing
IV. Hasil Percobaan dan Analisa
Nama OP : Ghea gaisani

tanpa lensa mata kanan : 20/100

tanpa lensa mata kiri : 20/50

Mata kanan Mata kiri


-0,5 = 20/70 -0,5 = 20/40
-1 = 20/30 -1 = 20/20
-1,5 = 20/20 -1,5 = 20/20

Koreksi lensa sferis o.p.: OD: -1,5, OS: -1

V. Kesimpulan
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi
serta ukuran dari simbol yang bervariasi.
III. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeteri)

I. Dasar Teori

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan
monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.

Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik.
Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral
dimana penglihatan diinterpretasikan.

Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata
untuk memfokusnya.Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada
badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori
meregang dan menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konv

II. Tujuan:

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut
2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan
perimeter
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya
4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada akomodasi
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas
6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri

III. Alat yang diperlukan:

1. Perimeter + Formulir
2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu
IV. Tata Kerja:

1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter


2. Tutup mata op dengan sapu tangan
3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah
mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut:
a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas
perimeter
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit
dengan garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter
5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama
pemeriksaan, penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut
6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang
pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.
P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?

7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat op
melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?

9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur
10. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari
pemeriksa sampai posisi busur vertikal
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan
pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari
pemeriksa sampai tercapai posisi busur 60 derajat dari bidang horizontal
13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara
diatas.
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mat akiri hanya dengan bulatan berwarna
putih
P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan

Batas minimal lapang pandang normal:

Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat

Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat

Bawah 65 derajat Atas 45 derajat

Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat

Luas lapang pandang total : 500 derajat

V. Hasil Praktikum dan Analisa Data


Warna Putih

Posisi Kiri Kanan


Temporal 75 90
Temporal bawah 87,5 87,5
Bawah 45 75
Nasal bawah 52,5 45
Nasal 60 65
Nasal atas 65 70
Atas 60 50
Temporal Atas 67,5 75
Warna Merah

Posisi Kanan
Temporal 90
Temporal bawah 85
Bawah 50
Nasal bawah 45
Nasal 50
Nasal atas 47,5
Atas 55
Temporal atas 62,5

Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas
saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,

VI. MENJAWAB PERTANYAAN

1. Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?

Dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur Perimeter

2. Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?

Dengan cara memperlihatkan besar sudut Perimeter

3. Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Lapang pandang normal

Temporal : 85
Temporal bawah : 85

Bawah : 65

Nasal bawah : 50

Nasal : 60

Nasal atas : 55

Atas : 45

Temporal atas : 55

Luas pandang total = 500

Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular
sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.

VII. Kesimpulan
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari
tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari
sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini
berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya
lapang pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa
adanya histeria atau malingering.
Konsep warna tergantung persepsi yang dilihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita memiliki
jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk
membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek
berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.
PRAKTIKUM FISIOLOGI 3

A. Pemeriksaan Pendengaran

I. Dasar Teori
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).

Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan
di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada
membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium,
sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut
akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin,
2001).

Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan.
Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah
neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran


timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran
normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran
timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah
penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar
langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras
(Ganong, 2002).

1. Tes Rinne
untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga
yang diperiksa.
Penala digetarkan dan tangkainya penala diletakkan di proccesus mastoideus, setelah
tidak terdengar penala di pegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut
Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-)

2. Tes Weber
untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Penala digetarkan dan tangkainya penala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex,
dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu)
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar
lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

3. Tes Schwabach
membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal.
Penala digetarkan dan tangkainya penala diletakkan di processus mastoideus, sampai
tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera di pindahkan pada processus mastoideus
telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengarr disebut
Schwabach memendek.
Bila pemeriksa tidak dapat mendengar pemeriksa diulang dengan cara sebaliknya, yaitu
penala diletakkan di processus mastoideus pemeriksa terlebih dahulu. Bila pasien masih dapat
mendengar disebut schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama
mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa
II. Hasil pemeriksaan
O.P : Maya Astuti S

512 Hz 426,6 Hz 341,3 Hz 288 Hz (skenario dibuat


tuli)

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Rinne + + + + + + - -

Weber Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada
lateralisasi lateralisasi lateralisasi lateralisasi lateralisasi lateralisasi lateralisasi lateralisasi

Schwabach

Kesimpulan :
B. Sikap dan Keseimbangan Badan (Manusia)
I. DASAR TEORI
Keseimbangan bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang
tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen
tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan
untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia
mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan


tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu
kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan
untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem


sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan
muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak
(kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon
terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain
seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman
terdahulu.

II. TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. ALAT YANG DIPERLUKAN :


Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang
A. Percobaan dengan kursi Barany 1
1. Tata Kerja
Nistagmus
a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus?

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )


1. Tata Kerja
a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP
c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari
tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya
d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4
merupakan persiapan untuk tes yang berikut :
e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi
f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
2. Hasil Pengamatan
o.p : ilham noeryosan,

Rotasi Vertigo Nystagmus Jatuh

Right Kanan Searah jarum jam Spinning left Horizontal left Turning right
horizontal Kiri Berlawanan jarum Spinning right Horizontal right Turning left
jam
Right Kanan Searah jarum jam Falling left Rotasi left Falling left
Transverse Kiri Berlawanan jarum Falling right Rotasi right Falling right
jam
Forward Kanan Searah jarum jam Falling backward Vertical upward Forward
Medial kiri Berlawanan jarum Falling backward Vertical upward Forward
jam

C. Kesan sensasi
1. Tata Kerja
a. Gunakan o.p. yang lain
b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.
d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah
2) sewaktu kecepatan menetap
3) sewaktu kecepatan dikurangi
4) segera setelah kursi dihentikan
e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
o.p .

Hasil Pengamatan dan Analisa


1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah : pusing meningkat,arah badan berlawanan arah
putar
2) sewaktu kecepatan menetap : melayang
3) sewaktu kecepatan dikurangi : pusing berkurang
4) segera setelah kursi dihentikan : pusing meningkat
5) mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.:
perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada
telinga.
Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke
kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri.
Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan
merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak
sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke
arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada
praktikum OP masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan OP tidak
merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi
keseimbangan OP yang bagus.
2. Kesimpulan
Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri,
namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis


1. Tata Kerja
1. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30
detik
2. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka
3. Perhatikan apa yang terjadi
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam
P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka
setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan

b.Bagaimana keterangannya?
Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika
terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

Hasil Pengamatan dan Analisa


O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih
merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama).

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-


bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada
continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam
batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30 o, kalau
seseorang menunduk dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang
horizontal. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan
perilimph terganggu atau bergejolak.

Menjawab Pertanyaan
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah
berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
b. Bagaimana keterangannya?
Jawab:
a. OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.
b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut.

KESIMPULAN
Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta
pergerakan cairan endolimph-perilimph.
C. Sikap dan Keseimbangan Badan (katak)
I. Dasar Teori
Aparatus vestibular merupakan organ yang berperan dalam keseimbangan. Jaringan tulang
menutupi saluran-saluran bermembran. Saluran tersebut terdiri dari duktus koklearis, tiga kanalis
semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Akan tetapi, duktus koklearis (skala media) lebih berperan
dalam pendengaran dibanding keseimbangan. Di dalam sakulus dan utrikulus, terdapat suatu area
sensorik yang kecil (diameter sekitar 2 mm) yang disebut sebagai makula.
Makula terdiri dari sel-sel rambut yang sisi basolateralnya bersinaps dengan nervus
vestibularis. Sedangkan silianya tertanam di lapisan gelatinosa. Pada lapisan gelatinosa ini juga
terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut statokonia/otolith. Otolith mempunyai berat jenis
sebesar 2-3 kali lipat disbanding jaringan/cairan disekitarnya. Berat jenis yang besar ini berperan
untuk menarik silia ke arah gravitasi. Pada setiap sel rambut, terdapat 50-70 silia kecil (stereosilia)
dan satu silia besar (kinosilium). Kinosilium terletak di tepi permukaan apikal sel rambut, dan
kinosilium yang terletak di sebelahnya berukuran semakin kecil. Cara kerja sel rambut di aparatus
vestibular sama dengan sel rambut di organ Corti.

Di dekat utrikulus, terdapat tiga kanalis semisirkularis: anterior, posterior, dan lateral. Pada
satu ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula. Didalam
ampula ini terdapat suatu hubungan yang disebut krista ampularis. Ketika kepala seseorang
bergerak, inersia cairan endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis menyebabkan cairan
cenderung diam, sedangkan kanalis semisirkularis ikut bergerak bersama kepala. Hal ini
menyebabkan cairan bergerak dari saluran ke ampula, yang akhirnya mendorong kupula kesatu
arah.

Dalam kupula terdapat ratusan silia yang dapat terstimulasi jika membengkok (seperti sel
rambut di organ Corti). Kinosilia pada kupula mengarah ke satu arah, berbeda dengan sel rambut
pada makula. Jika kupula terdorong ke satu arah, maka sel rambut terdepolarisasi.

II. Tujuan Praktikum


Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi menegakkan badan setelah ekstirpasi labirin.
2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.
3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh
- Kesan (sensai)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :


1. Katak
2. Papan fiksasi katak + gelas beker
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar barany
6. Tongkat atau statif yang panjang.
7. Bak berisi air.

IV. Tata Kerja

Percobaan pada katak


1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker.
2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan
keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak:
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikap dan
kedudukan kakinya.
P.VI.4.6 Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Memberikan rangsangan untuk mengecek kesadaran katak serta melihat sikap dan kedudukan
kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan.
5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakan kaki dan arah
berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi
dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum-
jarum pentul pada kakinya.
P.VIA.7. Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
Dengan memberikan rangsnagan berupa sentuhan apabila katak sudah tidak bergerak
menandakan katak sudah terbius.
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut
selebar-lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengan
garis y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah lateral.
Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p
pada gambar).
g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang diberikan tanda
X secara hati-hatu sedalam 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang
yang keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat
semula dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no. 5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua
alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

V. Hasil pengamatan

Setelah katak diputar dengan keadaan kedua labirin masih utuh, katak dilepaskan ke dalam
waskom berisi air, di air katak terlihat berenang lurus sedangkan setelah dilakukan pengrusakan
pada labirin katak, arah jalan katak disesuaikan dengan labirin yang dirusak. Ketika labirin sebelah
kanan dirusak, di air katak akan berenang ke arah kanan dan sebaliknya ketika labirin sebelah kiri
yang dirusak maka katak akan berenang ke arah kiri.
Dalam percobaan diatas dapat dilihat bahwa visual memegang peran penting dalam sistem
sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan
keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari
obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot
yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

VI. Kesimpulan
Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan.
D. AUDIOMETERI

I. DASAR TEORI

Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-
nada murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas
ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang
paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji
pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,
tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang
menimbulkan gangguan pendengaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien
yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
*Audiometri nada murni
Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi
nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur
intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan
vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur
ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai
ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun
merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Keterangan teknis mengenai audiometer.

P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat
yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat
yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai.
Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau
seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan
pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang
berungsi sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1.
Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.

Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.


Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5)
yang dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur
intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis
dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut
dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage),
intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon
dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada
yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yang bekerja
hanya telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar
ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA.4 Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada
pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah
o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi
dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis
atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat
ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi
oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.

Tata Kerja
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada Off.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai
dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat
nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan
mengacungkan tangannya keatas.
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan
tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss
orang percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-
pura mendengar.
11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang
telah disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran

Hasil Pengamatan

Setelah digerakkan dan digoyangkan papan fiksasi , pergerakan ekstremitas katak menjadi :

- Ekstremitas sinistra menjadi ekstensi


- Ekstremitas dekstra menjadi fleksi

Setelah labirinnya dirusak menjadi :

- Labirin kanan dibuang, bergerak ke kiri


- Labirin kiri dibuang, bergerak ke kanan
- Bergeraknya ke arah yang sehat ketika labirinnya dibuang
Setelah dibuang kedua labirin :

- Pergerakannya katak menjadi berkurang, sudah tidak seimbang lagi, lama-


kelamaan jadi tidak berjalan lagi.

Kesimpulan

Setelah labirinnya dirusak, arah gerakannya bergerak ke arah yang sehat. Karena labirin fungsinya
sebagai keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai