Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikiatri adalah salah satu cabang ilmu kedokteran, yang mempelajari manusia secara
utuh ( body & mind ), tidak hanya masalah fisik, fisiologi atau patologi yang terjadi saja,
tetapi juga melihat hubugan individu dengan lingkungannya.
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang
secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia.
Terapi dengan obat-obat psikofarmaka yaitu meliputi obat-obat yang memiliki efek
utama terhadap proses mental di susunan saraf pusat, seperti proses pikir, perasaan dan fungsi
motorik atau tingkah laku. (Kusumawardani, 2013)
Penggunaan obat psikofarmakologi harus dalam pengawasan yang ketat karena sering
kali mengakibatkan efek samping seperti ketergantungan psikologis dan fisik yang dapat
mengakibatkan keracunan obat, depresi dan kehilangan sifat menahan diri, gangguan paru-
paru, gangguan psikomotor, dan iritatif (mudah marah, gelisah, dan ansietas bila obat
dihentikan).
Dokter yang mempraktikkan psikofarmakologi klinis memiliki keterampilan sebagai
ahli diagnostik dan psikoterapis, pengetahuan mengenai obat yang tersedia, serta kemampuan
untuk merencanakan regimen farmakoteraupetik. Pemilihan dan dimulainya terapi obat harus
didasarkan pada riwayat pasien, keadaan klinis terkini, dan rencana terapi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Psikofarmaka adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP)
dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior
altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication).

B. Jenis psikofarmaka
Berdasarkan efek klinis, psikofarmaka dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu obat-
obat antipsikotik, antidepresan, antiansietas dan antimanik / mood stabilizer.
(kusumawardhani, 2013). Pembagian menurut efek klinis lain yaitu transquilaizer
(mempunyai efek anticemas, antitegang, dan antiagitasi), neuroleptika (mempunyai efek
antipsikosa dan antiskizofrenia, serta juga efek anticemas, antitegang, dan antiagitasi),
antidepresan (thimoleptika efek antidepresi dan anticemas-tegang serta antiagitasi,
thimeretika; efek antidepresi serta efek aktivasi dan efek menghilangkan hambatan)
psikotomimetika. (Maramis, 2005)
Menurut Rusdi Maslim, penggolongan obat-obat psikotropik dibagi menjadi anti-
psikosis, obat anti-depresi, obat anti-mania, obat anti-ansietas, obat anti-insomnia, obat anti-
obsesif kompulsif, obat anti-panik, obat anti-hiperkinetik.

1. Antipsikotika
Dahulu disebut gologan neuroleptika. Antipsikotika dibagi menurut cara kerjanya,
menjadi dopamin receptor antagonist (DA) dan serotonine dopamine antagonist (SDA). Obat-
obat DA sering disebut sebagai obat antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut sebagai
antipsikotik atipikal. Klasifikasi yang lebih sederhana dengan membaginya menjadi
antipsikotik generasi I (APG-I) untuk obat-obat golongan antagonis dopamin (DA) dan
antipsikotik generasi II (APG-II) untuk obat-obat golongan serotoin dopamin antagonis
(SDA).

No. Golongan Obat Nama Sediaan Dosis Anjuran


dagang
1. Fenotiazin Chlorpromazin Lacgatil Tablet 25 dan 100 mg, 150-600 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml

2
Thioridazin Melleril Tablet 50 dan 100 mg, 150-600 mg/hari
Trifluoperazin Stelazine Tablet 1 mg dan 5 mg 10-15 mg/hari
Perfenazin Trilafon Tablet 2,4,8 mg 12-24 mg/hari
Flufenazin Anetensol Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
2. Butirofenon Halloperidol Haldol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5-15 mg/hari
5 mg
Injeksi 5mg/ml
Droperidol Amp 2.5 mg/ml 7.5 – 15 mg/hari
3. Difenilbutil Pimozide Orap Tablet 1mg, 4 mg 1-4 mg/hari
piperidin
4. Benzisoxaz Risperidon Risperidal Tablet 1,2,3 mg 2-8 mg/hari
ole
Aripiprazole Abilify Tab 5 – 10 – 15 mg 10 – 30 mg/h

5. Benzamide Sulpriride Dogmatil Ampul 100 mg/2cc 3-6 amp/hari


Tab 200 mg 300 – 600 mg/h
6. Dibenzodia Clozapine Clozaril Tab 25 – 100 mg 150 – 600 mg/h
zepine
Olanzapine Zyprexa Tab 5 -10 mg 10 – 30 mg/h
Vial 10 mg/ml (im)
quetiapine seroquel Tab.IR: 25-100-200- 300- 800 mg/h
300 mg

Cara Kerja :
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potesial dalam memblokade reseptor
dopamine dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergic dan histamine. Pada
obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu selektif,
sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis
“atypical” memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan beberapa
diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem limbik, terutama pada striatum.
Indikasi :

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk


memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam
mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourette’s
syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat
dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.

Cara Penggunaan :

3
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism” di hepar.
Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular (IM) atau
Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol),
bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk “depot” IM yang diinjeksikan
setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor.

Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan


dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat
psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu
memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut
sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat
dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan :

 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu


 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
 Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
 Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup pasien

Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari, hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) selanjutnya dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan. Dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) kemudian
diturunkan setiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance dan dipertahankan selama 6
bulan – 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu selanjutnya dilakukan tapering off
(dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) dan stop.

Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika
dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan anticholinergic
agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2 mg/hari).

4
Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur
makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 4 cc setiap
bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap skizofrenia.

Efek Samping :

Bisa terjadi efek samping neurologis dan non-neurologis.


1. Akatisia : yaitu suatu kondisi yang secara subjektif dirasakan oleh penderita
berupa perasaan tidak nyaman, gelisah, dan merasa harus selalu menggerak-
gerakan tungkai, terutama kaki.
2. Distonia akut : terjadi kekakua dan kontraksi otot secara tiba-tiba, biasanya
mengenai otot leher, lidah, muka dan punggung.
3. Parkinsonism : adanya kumpulan gejala yang terdiri atas bradikinesia, rigiditas,
penomena roda gerigi, tremor, muka topeng, postur tubuh kaku, gaya jalan seperti
robot, dan drooling (tremor kasar tangan seperti sedang membuat pil)
4. Sindroma Neuroleptik Maligna : merupakan reaksi idiosinkrasi yang sangat
serius dengan gejala utama berupa rigiditas, hiperpiretik, gangguan sistem saraf
otonom dan delirium.
5. Sistem kardiovaskuler : terjadi orthostatic hipotension yaitu turunnya tekanan
darah pada saat perubahan posisi tubuh terutama dari posisi tidur ke berdiri secara
tiba-tiba.
6. Sistem gastrointestinal : efek antikolinergik perifer, seperti rasa kering dimulut
sehingga pasien sering merasa haus.
7. Efek endokrin : pembesaran payudara, galaktorea, dan impotensi pada laki-laki
serta amenorea dan hambatan orgasme pada perempuan.

2. Anti-Depresi
Antidepresan adalah kelompok obat-obat yang heterogen dengan efek utama untuk
mengendalikan gejala depresi. Disamping itu juga digunakan untuk beberapa indikasi lain
seperti gangguan cemas dan lain-lain. Sinonim antidepesan adalah thimoleptika atau psikik
energizer. Secara umum diklasifikasikan menjadi berbagai golongan seperti derivat trisiklik,
derivat tetrasiklik, derivat MAOI (MonoAmine Oksidase Inhibitor), derivat SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor), dan derivat SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake
Inhibitor).

5
No. Golongan Obat Nama Sediaan Dosis Anjuran
Dagang
1. Trisiklik (TCA) Amitriptilin Laroxyl Tab 25 mg 75-150 mg/hari
Imipramin Trofanil Tab 25 mg 75-150 mg/hari
2. SSRI Sentralin Zoloft Tab 50 mg 50-150 mg/hari
Fluvoxamin Fluvox Tab 50 mg 50-100 mg/hari
Fluoxentin Prozac Cap 20 mg 20-40 mg/hari
Nopres
Caplet 20
mg
Paroxetin Seroxat Tab 20 mg 20-40 mg/hari
3. MAOI Moclobemide Aurorix Tab 150 mg 300-600 mg/hari
4. Atypical Mianserin Tolvon Tab 10, 30 30-60mg/hari
mg
Trazodon Tab 50 mg, 75-150 mg/hari
100 mg dosis terbagi
Maprotilin Ludiomil Tab 10, 25, 75-150 mg/hari
50, 75 mg dosis terbagi

Cara Kerja :

Secara umum antidepresan bekerja di sistem neurotransmiter serotonin dengan


meningkatkan jumlah serotonin di paska sinap. Golongan trisiklik dan tetrasiklik menyekat
ambilan kembali serotonin dan norepinefrin serta merupakan antagois kompetitif pada
reseptor muskarinik asetilkolin, histamin H1, dan reseptor α1, dan β2-adrenergik. Sebagian
diabsorpsi secara utuh dari pemberian secara oral. Konsetrasi plasma puncak terjadi dalam 2
hingga 8 jam, dan waktu paruh yang bervariasi dari 10 hingga 70 jam. Waktu paruh yang
lama memungkinkan semua senyawa ini berikan sehari sekali, diperlukan 5 hingga 7 hari
untuk mencapai konsentrasi plasma yang stabil.
Kelompok SSRI memiliki aktivitas spesifik di dalam inhibisi ambilan kembali
serotonin tanpa efek pada ambilan kembali norepinefrin dan dopamin. Waktu paruh SSRI
kira-kira 20 hingga 25 jam, selain Fluoxetine yang memiliki waktu paruh terpanjang. Semua
SSRI diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan mencapai konsentrasi puncak dalam
4 hingga 8 jam. Semua SSRI dimetabolisme di hati terutama sitokrom P450 (CYP) isoenzim

6
CYP 2D6. SSRI memiliki efek antikolinergik yang sangat ringan pada beberapa pasien,
biasanya minimal dan jauh lebih sedikit dibandingkan obat trisiklik dan tetrasiklik.
Kelompok MAOI bekerja di presinap dengan cara menghambat enzim yang memecah
serotonin sehingga jumlah serotonn yang dilepaskan ke celah sinap bertambah dan dengan
demikian yang diteruskan ke pasca sinap juga akan bertambah. MAOI bekerja di sistem saraf
pusat (SSP), sistem saraf simpatik, hati dan saluran gastrointestinal. Waktu paruh plasma
berkisar antara 2 sampai 3 jam.
Kelompok SNRI selain bekerja dengan menghambat ambilan kembali serotonin juga
menghambat ambilan kembali neurotransmitter norepinefrin. Mencapai konsentrasi plasma
puncak dalam 5,5 jam sampai 9 jam. Obat ini dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450
isoenzim 2D6 (CYP 2D6).

Indikasi :

Obat antidepresan ditujukan untuk penderita depresi dan beberapa kelompok


antidepresan juga bisa digunakan untuk terapi gangguan ansietas, gangguan panik, gangguan
makan dan lain-lain.

Efek Samping :

Efek samping obat antidepresan dapat dibagi menjadi :


1. Sedasi (rasa mengantuk. Kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll)
2. Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
sinus takikardia, dll)
3. Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
4. Efek neurotoksis (tremor halus, agitasi, gelisah, insomnia)
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul “atropine toxic syndrome” dengan
gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan
disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
- Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat
“protein binding”, forced diuresis juga tidak bermanfaatt oleh karena “renal
excretion of free drug” rendah).
- Diazepam 10 mg (im) untuk mengatas konvulsi.

7
- Prostigmine 0,5-1,0 mg (im) untuk mengatasi efek anti-kolinergik
- Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung.

3. Anti-Mania

Anti-mania mempunyai sinonim mood stabilizer, antimanik. Mood stabilizer adalah


kelompok obat yang divergen, dikenal berkhasiat terutama untuk mempertahankan suasana
perasaan, terutama mencegah munculnya kondisi manik pada gangguan afektif bipolar.
Kelompok obat ini dikatakan efektif untuk mania akut tetapi kurang efektif untuk depresi.
Obat acuan utamanya adalah lithium.

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Lithium Karbonat Frimania Tab 200 – 500 mg 250-500 mg

2. Haloperidol Haldol Tab 0.5 mg, 2 mg, 4.5-15 mg


Serenace 5 mg
Liq 2 mg/hari
Injeksi 5 mg/ml

3. Karbamazepin Tregetol Tab 200 mg 400-600


mg/hari
2-3 kali/hari
4. Valproate Depakene Syr 250 mg/5ml 2 x 250 mg/hari

5. Divalproex Na Depakote Tab. 250 mg 3 x 250 mg/hari

Cara Kerja :

Dikatakan bahwa Lithium memiliki efek akut dan kronis dalam pelepasan serotonin
dan norepineprin di neuron terminal SSP. Dalam konsentrasi tinggi berefek juga dalam
pompa ion transmembran. Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya
mengurangi “dopamine receptor supersensitivity”, dengan meningkatkan “cholinergic-
muscarinic activity” dan menghambat “cyclic AMP (Adenosine monophosphate) dan
phosphoinositides”. Puncak kadar serum dalam 1 hingga 1,5 jam untuk sediaan standar dan 4
hingga 4,5 jam untuk sediaan lepas kendali. Waktu paruh Lithium biasanya 20 jam dan
ekuilibrium dicapai setelah 5 hingga 7 jam setelah asupan reguler. Lithium hampir
seluruhnya dieliminasi oleh ginjal.

8
Indikasi :

Obat anti-mania digunakan untuk sindroma manik.

Efek Samping :

- Efek neurologik
 Ringan, nontoxic : disforia, tidak spontan, perlambatan waktu reaksi,
kesulitan memori
 Tremor : postural, kadang-kadang efek ekstrapiramidal
 Toxic : tremor, disartria, ataxia, iritabilitas neuromuskular, kejang-kejang,
coma, kematian
 Lain-lain : neuropati perifer, peningkata TIK ringan, hipertensi,
myasthenia gravis-like syndrome, penurunan ambang kejang.
- Efek endrokrin
 Thyroid : goiter, hipotiroid, exophthalmus, hipertiroidism (jarang)
 Parathyroid : hiperparatiroidism, adenoma.
- Efek kardiovaskular
 Benign T-waves changes, sinus node dysfunction
- Efek ginjal
 Concentrating defect, perubahan morfologis, poliuria (diabetes insipidus),
penurunan GFR, sindroma nefrotik, asidosis renal tubular
- Kulit
 Jerawat, rambut rontok, psoriasis, rash
- Efek gastrointestinal
 Penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare
- Lain-lain
 Perubahan metabolisme karbohidrat, peningkatan berat badan, retensi air.

4. Anti-Ansietas
Antiansietas adalah kelompok obat yang dipergunakan terutama untuk mengatasi
kecemasan dan juga memiliki efek sedasi, relaksasi otot, amnestik dan antiepileptik.

9
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah
chlordiazepoxide, diazepam, oxazepam, clonazepam, lorazepam, prazepam, alprazolam,
halazepam.

no Nama Generik Golongan Nama Sediaan Dosis


Dagang Anjuran
1. Diazepam Benzodiazepin Diazepam Tab 2-5 Peroral 10-30
mg mg/hari, 2-3
kali/hari
Paenteral
IV/IM 2-10
mg/kali
setiap 3-4
jam
2. Klordiazepoksoid Benzodiazepin Librium Tab 5 mg 15-30
Kap 5 mg mg/hari
2-3
kali/sehari
3. Lorazepam Benzodiazepin Merlopam Tab 0.5-2 2-3 x 1
mg mg/hari
4. Clobazam Benzodiazeoin Frisium Tab 10 2-3 x 10
mg mg/hari
5. Bromazepam Benzodiazepin Lexzepam- Tab 1.5 3 x 1.5
3 mg, 3 mg, mg/hari
6 mg
6. Oxazepam Benzodiazepin Serax Tab 10 2-3 x 10
mg mg/hari
7. Klonazepam Benzodiazepin Klonopin Cap 5-10 2-3 x 5
mg mg/hari
8. Alprazolam Benzodiazepin Xanax Tab 0.25 3 x 0.25-0.5
mg, 0.5 mg/hari
mg, 1 mg
9. Prazepam Benzodiazepin Centrax Tab 5 mg 2-3 x 5
mg/hari
10. Sulpirid Non- Dogmatil Cap 50 100-200
Benzodiazepin mg mg/hari
11. Buspiron Non- Buspar Tab 10 10-60
Benzodiazepin mg mg/hari

Cara kerja :

10
Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic yang terdiri dari
dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic yang dikendalikan oleh GABA ergic yang
merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat antiansietas benzodiazepine yang bereaksi
dengan reseptornya yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehingga
hiperaktivitas tersebut mereda.

Indikasi :
Gejala sasarannya adalah sindroma ansietas.
Cara penggunaan :

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari
sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan
1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh
dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 mingu. Terakhir lakukan tapering off.
Pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan pada sindroma ansietas yang disebabkan factor
eksternal.

 Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan
kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan
meprobamate atau fenobarbital.
 Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki spesifisitas, potensi dan
kemanannya.
 Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas (lorazepam,
clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia (nitrazepam/flurazepam),
dan premedikasi tingkat operatif (midazolam).
 Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state”
dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat
dan langsung memberikan efek.
 Obat-obat ini direkomendasikan hanya untuk penggunaan jangka pendek (2 – 4
minggu).

Efek Samping :

 Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun,


kemampuan kognitif melemah)

11
 Relaksasi Otot (rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)
 Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika
 Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat
dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat singkat
 Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala purus obat, pasien
menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin,
konvulsi.

5. Anti-insomnia
Obat anti-insomnia disebut juga obat hipnotik, somnifacient. Terdiri dari golongan
benzodiapenine dan non-benzodiapenine. Obat acuan utama untuk anti-insomnia adalah
phenobarbital.

No. Nama Golongan Nama Sediaan Dosis


Generik Dagang Anjuran
1. Nitrazepam Benzodiazepin Dumolid Tab 5 mg Dewasa 2 Tab
Lansia 1 Tab
2. Triazolam Benzodiazepin Halcon Tab 0.125 Dewasa 2 tab
mg Lansia 1tab
Dewasa 2 tab
Tab 0.250 Lansia 1 tab
mg
3. Estazolam Benzodiazepin Esilgan Tab 1 mg 1-2 mg/malam
Tab 2 mg
4. Chloral hydrate Non- Soft cap 500 1-2 cap, 15-30
Benzodiazepin mg menit sebelum
tidur

Cara kerja :

Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang berperan
dalam memperantarai proses tidur.

Cara Penggunaan :
 Pilih sediaan obat sesuai dengan sifat gangguan tidur yang dialami.
 Dosis anjuran untuk pemberian tunggal 15-30 menit sebelum tidur.

12
 Dosis awal dapat dinaikan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai
1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebound
dan toleransi obat.
 Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perahan-lahan
untuk menghindari oversedation dan intoksikasi.
 Lama pemberian tidak lebih dari 2 minggu agar risiko ketergantungan kecil.

Efek samping :

 Suspresi SSP pada saat tidur


 Rebound Phenomen
 Disinhibiting effect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan ganas pada
pengguanan golongan benzodiazepine dalam waktu lama.

6. Anti-Obsesif Kompulsif
Acuan obat anti-obsesif kompulsif adalah clormipramine. Dalam jenisnya dibagi
menjadi golongan trisiklik dan golongan SSRI.

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1. Clomipramine Anafranil Tab 25 mg 50-250 mg/hari
2. Fluvoxamine Luvox Tab 50 mg 50-300 mg/hari
3. Sertraline Zoloft Tab 50 mg 50-200 mg/hari
4. Fluxetine Prozac Cap 20 mg 20-80 mg/hari
Nopres
Caplet 20 mg
5. Paroxetine Seroxat Tab 20 mg 40-60 mg/hari

Cara Kerja :

Mekanisme kerja obat anti-obsesif kompulsif adalah menghambat reuptake


neurotransmitter serotonin sehinga hipersensitivitas tersebut berkurang.

Cara Penggunaan :

13
Sampai saat ini “first line drug” untuk gangguan obsesif kompulsif masih
clormipramine. Kecuali bagi mereka yang peka terhadap efek samping golongan trisiklik,
dapat beralih ke golongan SSRI dimana relatif efek sampingnya lebih ringan.

Obat dimulai dengan dosis rendah klomopramin mulai dengan 25-50 mg/hari (dosis
tunggal malam hari). Dinaikan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari sampai
tercapai dosis efektif (biasanya 200-300 mg/hari).

Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi, meskipun bersifat individual, klomipramin


sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari. Sebelum dihentikan lakukan pengurangan
dosis secara tappering off. Meskipun respon dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk
mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2- 3 bulan dengan dosis
antara 75-225 mg/hari.

Efek Samping :
 Efek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)
 Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria,
penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardia, dll)
 Efek anti-adrenergikalfa
 Efek neurotoksis
 Nausea dan sakit kepala (golongan SSRI)

7. Anti-Panik

Obat acuan untuk anti-panik adalah imipramine. Obat anti-panik terdiri dari beberapa
golongan obat, yaitu golongan trisiklik, golongan benzodiapenine, golongan RIMA
(Reversible Inhibitors of Monoamine Oxydase-A), dan golongan SSRI.

No. Nama Generik Nama Sediaan Dosis Anjuran


Dagang
1. Imipramin Tofranil Tab 25 mg 75-150 mg/hari
2. Clomipramine Anafranil Tab 25 mg 75-150 mg/hari
3. Alprazolam Xanax Tab 0.25 mg, 0.5 mg, 2-4 mg/hari

14
1 mg
4. Moclobemide Aurorix Tab 150 mg 300-600 mg/hari
5. Sertralin Zoloft Tab 50 mg 50-100 mg/hari
6. Fluoxetin Prozac Cap 20 mg 10-20 mg/hari
7. Parocetin Seroxat Tab 20 mg 20-40 mg/hari
8. Fluvoxamine Luvox Tab 50 mg 50-100 mg/hari

Cara Kerja :

Mekanisme kerja obat anti-panik adalah menghambat reuptake serotonin pada celah
sinaptik antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor.

Cara Penggunaan :
Alprazolam merupakan obat yang paling kurang toksik dan “onset of action” yang
lebih cepat. Sedangkan trisiklik/RIMA/SSRI baru berkhasiat setelah pemberian 4-6 minggu.
Lamanya pemberian obat tergantung dari individual, umumnya selama 6-12 bulan, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan.
Dalam waktu 3 bulan bebas obat 75% penderita menunjukan gejala kambuh. Dalam
keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2 tahun. Setelah itu
dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.
Efek Samping :

Obat anti-panik terdiri dari golongan trisiklik, golongan RIMA, dan SSRI. Maka efek
sampingnya sama seperti golongan tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawardhani A. 2015. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. FKUI, Jakarta. Pp 377-89.


2. Sadock, et al. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC. Jakarta. Pp 459-534.
3. Santoso SO, Wiria MSS. 2005. Psikotropik dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Gaya Baru. Jakarta.
Pp 148-62.
4. Maslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
2014. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta
5. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Edisi 2013. Jakarta. Pp
7.

16

Anda mungkin juga menyukai