Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PELAYANAN ANESTESI

(SEDASI DALAM)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SUMEDANG
2013
BAB I
DEPINISI

Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk


sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan. Ada dua
jenis anestesi, yaitu umum yang membuat pasien tidak sadar, lokal yang membuat mati rasa
bagian tubuh yang akan diambil tindakan.
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari sistem
saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Berdasarkan definisi ini, maka
setiap kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat
didefinisikan sebagai anestesi umum.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pelayanan Anestesia Perioperatif


Pelayanan anestesia peri-operatif merupakan pelayanan anestesia yang mengevaluasi,
memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pasca
anestesia serta terapi intensif dan pengelolaan nyeri berdasarkan
keilmuan yang multidisiplin.
1. Pra-Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus dilakukan
sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi
yang layak untuk prosedur anestesi.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan menentukan
status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur sebagai berikut :
Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
1) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesia.
2) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan dilakukan.
3) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
4) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-obat
yang akan dipergunakan.
c. Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi dan Standar
Prosedur Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
Pelayanan pra-anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan
menjalankan tindakan anestesia. Pada keadaan yang tidak biasa,misalnya gawat
darurat yang ekstrim, langkah-langkah pelayanan praanestesia sebagaimana diuraikan
di atas, dapat diabaikan dan alasannya harus didokumentasikan di dalam rekam medis
pasien.
2. Pelayanan Intra Anestesia
a. Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar
operasi selama tindakan anestesia umum dan regional serta prosedur yang
memerlukan tindakan sedasi.
b. Selama pemberian anestesia harus dilakukan pemantauan dan evaluasi
secara kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi
jaringan, serta didokumentasikan pada catatan anestesia.
c. Pengakhiran anestesia harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi,sirkulasi,
suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
3. Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang
pulih (Unit Rawat Pasca-anestesia/PACU) atau ekuivalennya kecuali
atas perintah khusus dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang
bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien juga dapat
dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan
yang berlaku.
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi
beberapa di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis
(ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter
spesialis anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesia.
e. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secarakontinual dan
diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
f. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada
perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
g. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
h. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari
ruang pulih.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Persiapan Perioperatif :
Evaluasi Pra Anestesi :
a) Penilaian medis sebelum tindakan pembedahan atau prosedur lain yang memerlukan
tindakan anestesi umum
b) Tujuannya untuk menjamin agar pasien dalam keadaan optimal untuk dilakukan
anesthesia dan pembedahan
c) Evaluasi sebaiknya dilakukan minimal 1 hari sebelum tindakan pembedahan, kecuali
dalam keadaan darurat ( cito) tetapi penilaian tetap dilakukan sebelum dilakukan
tindakan anestesia dan pembedahan
Cek list untuk evaluasi pra anestesi :
Identifikasi penderita
Konfirmasi tindakan yang akan dilakukan
Riwayat medis dan pemeriksaan klinis pasien yang mencakup pengobatan sekarang dan
sebelumnya.
Konsultasi dengan bagian lain bila diperlukan
Memberikan penjelasan kepada pasien ( keluarga pasien) tentang tindakan yang akan
dilakukan
Dilakukan informed consent dari penderita atau keluarga yang bertanggung jawab kecuali
dalam keadaan darurat ( perdarahan hebat)
Pemeriksaan Klinis Pra anestesi
Kesadaran, Tekanan darah, Nadi, Sa O2
Muka dan leher
Airway dan sistem respirasi
Sistem kardiovaskular dan status hidrasi
Sistem digestif
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Laboatorium : Darah Rutin ( Hb, Ht, Trombosit, Leukosit)
Thorax foto dan EKG jika diperlukan : Penderita usia diatas 40 tahun, Penderita dengan
kelainan paru dan jantung , Penderita yang akan menjalani operasi besar dan lama
Pemeriksaan AGD dan elektrolit atas indikasi
Klasifikasi A S A : lihat lampiran
Informed Consent terhadap keluarga penderita dengan disaksikan oleh (didampingi)
perawat anestesi/ bedah
2. Penatalaksanaan :
Premedikasi :
Dilakukan di ruangan atau di kamar persiapan OK
Perlu tidaknya premedikasi tergantung kondisi pasien (ASA)
Golongan obat yang diberikan :
Benzodiazepin
Analgetik
Sulfas Atropin
Pra Induksi :
Pasang IV line dan terapi cairan sebagai pengganti puasa (kristaloid atau cairan yang
lainnya)
Pasang monitoring kardiovaskuler, oksimetri, temperatur tubuh terutama untuk penderita
bayi, anak dan pasien geriatri, temperatur ruangan diatur minimal 24 0C.
Periksa ulang sumber gas, mesin anestesi dan sirkuitnya ( pastikan tidak ada kebocoran)
diuji dan dipastikan berfungsi baik
Cek alat intubasi dalam keadaan siap pakai ( laringoskop, endotrakheal tube, stylet,
oropharingeal tube, suction dan sebagainya)
Obat- obat resusitasi ( adrenalin, sulfas atropine, lidokain)
Induksi :
Obat- obat induksi :
Hipnotik : Intravena : Penthotal; Propofol;Volatile: Halothane, Ethrane, Isoflurane,
Sevoflurane
Pemilihan obat sesuai dengan kondisi pasien (ASA)
Analgetika : Pethidine; Fentanyl;Morphin
Pemilihan analgetika sesuai dengan kondisi pasien ( ASA)
Pelemas Otot : Succhinyl Choline ( dipergunakan jika diduga ada kesulitan
intubasi);Atracurium;Pavulon;Norcuron;Rocuronium
Pemilihan obat sesuai dengan kodisi pasien ( ASA)
3. Intraoperatif :
Induksi :
Berikan hipnotik : Obat intravena ; Volatile terutama pada bayi dan anak kurang
dari 5 tahun ( kecuali telah terpasang iv line) kemudian diberikan Pelemas Otot
Intubasi
Setelah terpasang Endotrakheal tube berikan Analgetik
Rumatan : Trias anestesi dengan :
Volatile anestesi dan N2O,O2
Pengakhiran Anestesi :
Pemberian obat- obat anestesi dihentikan setelah operasi oleh operator dinyatakan
selesai
-Tutup N2O terlebih dahulu kemudian volatile anestesi
-Berikan analgetika
Ekstubasi
4. Pasca Bedah
Perawatan di RR Monitoring :
Posisi : Terlentang atau head up 300
Kesadaran
Hemodinamik dan saturasi, suhu tubuh
Rumatan cairan : rumus 4 2 1, cairan kristaloid atau koloid
Analgetik : Multimodal analgesia; kalau perlu pasan Epidural Analgesia
Jika perlu masuk ke ICU
Kembali ke ruangan setelah dinilai keadaan umum penderita dengan memakai Aldrette
Score
5. Indikator Klinik : Penurunan angka kesakitan dan kematian pasca operasi
BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan, perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan persiapan dan


pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra-anestesia, pemantauan durante anestesia dan
pasca anestesia di ruang pulih dicatat secara kronologis dalam catatan anestesia yang
disertakan dalam rekam medis pasien. Catatan anestesia ini dilakukan sesuai ketentuan
perundang-undangan, diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter spesialis anestesiologi yang
melakukan tindakan anestesia dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Penyelenggaraan pelaporan pelayanan anestesiologi di rumah sakit dilaporkan secara
berkala kepada pimpinan rumah sakit sekurangkurangnya meliputi:
1. Teknik anestesia dan jumlahnya:
a. umum
b. regional
c. blok saraf
d. MAC
2. Alat jalan napas :
a. intubasi
b. LMA
3. ASA : 1, 2, 3, 4, 5, 6
4. Kasus emergensi : Ya/Tidak
5. Monitoring tambahan
6. Komplikasi : Ada/ Tidak
7. Jenis pembedahan : bedah saraf, bedah anak, bedah THT-KL, bedah kebidanan,
bedah digestif, bedah thoraks, bedah urologi, dan lain-lain.
8. Tindakan anestesia diluar kamar bedah: penatalaksanaan nyeri, endoskopi,
radiologi, resusitasi, pemasangan kateter vena sentral.
9. Folmulir yang terkait Lembar obs RR
RM

PERMINTAHAN KABUPATEN SUMEDANG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
Jl. Geusan ulun No 41 Palasari No 80 Telp (0261) 20841021 Sumedang
Lembar Obserpasi R.Penerimaan dan RR
Nama Tanggal operasi
Umur Status pasien
No MR Asal Ruangan
Mulai Op Alamat
Selesai Op

Aldert Score
Jumlah nilai poin
Intake cairan
jenis dan jumlah yang diberikan
Aktifitas otot
Warna Kulit
Jam Tensi Nadi RR Suhu
Pernafasan

Kesadaran

Intra operasi dan post operasi


Sirkulasi

Jml
Tingkat

Score

Intra operasi
1. Jml cc
2. Jml cc
3. Jml cc
4. Jml cc

Sisa infus
1.
2.
3.

Post Operasi/RR
1
2
3

Sisa Infus
1
2
3
Keterangan
1. Nilai 8-10 Masuk Ruang Perawatan Biasa
2. Nilai 5-7 Masuk ruang perawatan biasa
dengan catatan
3. > 4 Masuk ICU/HCU

Perawat Ruang Pemulihan


Perawat Ruang

( )
( )

Anda mungkin juga menyukai