Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Medical Error yang disebabkan oleh salah posisi, salah prosedur, salah pasien
operasi adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan bisa terjadi di semua rumah
sakit, tetapi tidak akan pernah ditolerir (Kwaan et al, 2006). Masalah medical
error menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan memiliki potensi terjadi adverse
event yang dampak klinisnya sangat bervariasi mulai dari yang ringan dan
reversible hingga menimbulkan kecacatan tetap bahkan kematian. Selain dampak
klinis juga terjadi dampak ekonomi dan sosial dari adverse event yang terjadi pada
pasien. Pada tahun 2000, Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat
menerbitkan laporan: To Err Is Human, Building a safer Health System.
Penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado menemukan Kejadian Tidak
Diinginkan (KTD / Adverse event) sebesar 2,9%, dengan kematian 13,6% juta per
tahun atau berkisar 44.000 98.000 kematian. Perkiraan biaya nasional di
Amerika Serikat yang harus ditanggung akibat adverse event yang sebenarnya
dapat dicegah sebesar $17 milyar sampai $29 milyar pertahun, termasuk
hilangnya penghasilan akibat kecacatan, biaya medik tambahan, dan perawatan
pasca adverse event (American Hospital Association, 1999 cit. Kohn et al, 2000)

Insiden salah posisi, salah prosedur, dan salah pasien operasi di Amerika
Serikat pada tahun 1990 sampai 2010 ditemukan pada 9744 operasi. Pembayaran
untuk ganti rugi malpraktek tersebut sebesar $ 1,3 miliar. Kematian terjadi pada
6,6% pasien, cedera permanen pada 32,9% dan cedera sementara 59,2%
(Mehtsun, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Meinberg dan Stern tahun 2003
menemukan 173 ahli bedah (16%) melaporkan bahwa mereka nyaris melakukan
salah sisi operasi dan 217 orang (21%) melaporkan telah melakukan salah sisi
operasi setidaknya sekali selama karir. Kemudian dari sekitar 6.700.000 prosedur
bedah, 242 dilakukan di lokasi yang salah atau terjadi satu salah sisi operasi dari
27.686 prosedur operasi. Tiga lokasi yang paling umum dari salah sisi operasi
adalah jari-jari (153), tangan (20), dan pergelangan tangan (21). Cacat tetap terjadi
pada 21 pasien (9%), 93 kasus (38%) menyebabkan tindakan hukum atau
2

penyelesaian moneter, 70% dokter ahli bedah ortopedi menanggapi dan


menyadari kampanye Sign Your Site dan 45% telah mengubah kebiasaan
mereka. Kesalahan di atas terjadi akibat komunikasi yang tidak efektif atau tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian
tanda lokasi operasi (site marking), dan tidak ada prosedur memverifikasi lokasi
operasi. Di samping itu juga assessment pasien dan penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, masalah tulisan tangan yang tidak terbaca dan penggunaan
singkatan merupakan faktor-faktor yang memberi kontribusi terjadinya kesalahan
(JCI, 2011).

Hasil analisis akar masalah dari 126 kasus bedah yang dilaporkan JCAHO
yaitu 13% terjadi salah pasien, 11% salah prosedur dan 76% salah sisi tubuh yang
dioperasi. Faktor risiko yang diidentifikasi menjadi penyebab adalah operasi
emergensi, tekanan waktu yang tidak biasa saat mulai dan menyelesaikan
prosedur, keterlibatan beberapa ahli bedah atau beberapa prosedur (JCAHO, 2001
cit. Kwaan et al, 2006). Pada tahun 2003, JCAHO mengadakan pertemuan
konvensi nasional dan merekomendasikan Protokol Universal untuk mencegah
salah sisi operasi, salah prosedur, salah pasien yang dioperasi. Protokol Universal
menekankan tiga persyaratan minimum: Verifikasi pra operasi, site marking dan
Time Out di ruang operasi. Pada Juli 2004, semua rumah sakit terakreditasi
diwajibkan untuk menerapkannya.

Penandaan sisi lokasi operasi/ site marking sangat penting untuk mencegah
kejadian salah pasien, salah sisi operasi dan salah prosedur. Dari data 6.554
Sentinel event tahun 2004 2012 yang direview JCI, terbanyak karena wrong
patient, wrong site, dan wrong procedure sebanyak 879 pasien. Kejadian adverse
event atau komplikasi pasien yang mengalami pembedahan atau operasi dapat
dikurangi dengan menerapkan checklist keselamatan operasi/ bedah dari WHO
yang berisi Sign In, Time Out, Sign Out, yang dirancang untuk meningkatkan
komunikasi tim dan konsistensi perawatan. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian
Haynes AB, et al pada tahun 2007-2008 di delapan rumah sakit di delapan kota.
3

Dari 3955 pasien operasi yang diteliti dengan hasil, tingkat kematian menurun
1,5% menjadi 0,8%, komplikasi rawat inap setelah 30 hari pertama post operasi
menurun dari 11% menjadi 7%.

Meskipun belum ada data secara nasional, angka kejadian medical error di
Indonesia diperkirakan cukup tinggi sejalan dengan semakin maraknya
pemberitaan di media. Dari laporan insiden di Rumah Sakit Al Huda Banyuwangi,
Jawa Timur yang diteliti oleh Indiati et al. pada 2012, nampak lebih dari separuh
termasuk dalam kategori kejadian yang tidak diinginkan (KTD), sebagian besar
75% kejadian di tahun 2010 dan 60% kejadian pada tahun 2011 adalah kasus
bedah atau pasien dengan tindakan operasi.

Di RSUP Dr Sardjito mempunyai 14 kamar operasi dan satu kamar operasi


untuk tindakan Endoscopy. Jumlah operasi di Instalasi Bedah Sentral (IBS) dalam
satu tahun sejumlah 8010 operasi, 3764 operasi di semester satu dan 4246 operasi
di semester dua (data Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito, 2014). Dari
studi awal diperoleh fakta bahwa capaian indikator International Patient Safety
Goals (IPSG) 4 Site Marking sebelum operasi di RSUP Dr Sardjito pada bulan
Juli 2014 April 2015 rata-rata 63,68% berada dibawah target yang seharusnya
100% seperti terlihat pada grafik 1 dibawah. Data capaian indikator diambil dari
simetris rumah sakit yang sudah online. Data di entri oleh PIC (Person In Charge)
dari seluruh ruang rawat inap. Capaian ini masih sangat rendah dibandingkan
dengan capaian indikator di RS Orthopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta yang
dipublikasi melalui dash board pelayanan rumah sakit, angka kepatuhan dokter
bedah memberikan site marking bulan AprilDesember 2014 rata-rata 96,2%,
bulan Januari-April 2015 rata-rata 99%.
4

Gambar 1. Grafik Capaian Indikator Site Marking Jan 2014 April 2015
RSUP Dr Sardjito dibandingkan dengan RSO DR. R Soeharso
Surakarta

120
99,2 98 98,2
100
99 100 100 100 100 100 92 97 98 98 100 100
80 97,3 95 95
82 75,8
60 71,1 75 72
64,3 65,2
40 59,9 60,4
45,2 47,9
20
0

Capaian RSS Target RSO

Gambar 2. Grafik pelaksanaan Surgical Safety Checklist di IBS RSUP Dr


Sardjito bulan Maret - April 2015

200 161
137 138
150
100 53 52
29
50
0
Sign In Time Out Sign Out

Melakukan Tidak melakukan

Dari data pelaksanaan SSC di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr Sardjito pada
bulan Maret-April 2015, dari 190 operasi ada 53 (27,9%) tidak melakukan Sign
In, 29 (15,3%) tidak melakukan Time Out, 138 (72,6%) tidak melakukan Sign
Out. RSUP Dr. Sardjito merupakan Rumah Sakit terakreditasi JCI yang dalam
proses pencapaiannya sudah melalui tahap yang panjang, mulai sosialisasi,
pelatihan-pelatihan sampai implementasi standar-standar JCI, namun dalam
5

menjalankan standar IPSG 4 belum konsisten terutama dalam pelaksanaan site


marking dan protokol Surgical Safety Checklist (sign in, time out, sign out). Oleh
karena itu penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat kepatuhan petugas,
faktor-faktor yang mempengaruhi serta upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
site marking dan protokol Surgical Safety Checklist di RSUP Dr. Sardjito.

B. Rumusan Masalah

Prosedur site marking dan Surgical Safety Checklist merupakan suatu


prosedur yang harus dilakukan untuk mencegah kejadian medical error seperti
salah sisi operasi, salah prosedur, dan salah pasien operasi di kamar operasi.
Adapun hal yang mendorong peneliti untuk mengangkat masalah dalam penelitian
ini adalah:

1. Tingkat pencapaian indikator site marking sebelum operasi di RSUP Dr.


Sardjito menurun di semester dua tahun 2014.
2. Pelaksanaan protokol Surgical Safety Checklist di kamar operasi belum
dilakukan secara konsisten.
3. Kepatuhan dokter ahli dan residen dalam melaksanakan site marking dan
protokol Surgical Safety Checklist belum baik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah:


Bagaimana usaha untuk meningkatkan capaian indikator pelaksanaan site marking
dan protokol Surgical Safety Checklist?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Meningkatkan capaian site marking dan pelaksanaan Surgical Safety
Checklist di Bangsal Rawat Inap dan Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi faktor penyebab tidak tercapainya target capaian site
marking dan pelaksanaan Surgical Safety Checklist sebelum operasi di
Bangsal Rawat Inap dan Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito.
6

2. Meningkatkan kepatuhan pemberian site marking dan pelaksanaan SSC.


3. Mengukur keberhasilan capaian indikator pelaksanaan site marking dan
Surgical Safety Checklist setelah dilakukan intervensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUP Dr. Sardjito


a. Dengan mengimplementasikan site marking dan Surgical Safety Checklist
dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
keselamatan pasien di RSUP Dr. Sardjito.
b. Memberi tambahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya tentang gambaran implementasi site marking dan Surgical
Safety Checklist di RSUP Dr. Sardjito.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dalam pelaksanaan program patient safety.
d. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai rujukan dan mendorong
dilaksanakan penelitian-penelitian lain yang berkaitan program patient
safety.

2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan kajian ilmiah dari teori yang didapat serta implementasi
ditempat kerja dalam hal manajemen rumah sakit.
7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Penelitian dan Tujuan Lokasi Rancangan Sampel Hasil utama


Peneliti (tahun) penelitian
Surgical Patient Mengetahui seberapa IBS RSUP Penelitian Semua 1. Pelaksanaan
Safety terhadap besar pelaksanaan Dr. Sardjito prospektif pasien yang Surgical Patient
Adverse Events Surgical Patient Safety observasiona menjalani Safety belum
Pasca Operasi Bedah Digestif dan l dengan bedah konsisten
Bedah Digestif mencari hubungan rancangan digestif dilaksanakan
Di Instalasi antara pelaksanaan longitudinal bulan 2. Pelaksanaan
Bedah RSUP surgical patient safety studi Desember Surgical Patient
Dr. Sardjito yang mempengaruhi 2010 di IBS Safety
Yogyakarta oleh adverse events pasca berhubungan dg
Siagian (2011) operasi bedah digestif terjadinya
di IBS RSUP Dr. Adverse Events
Sardjito Pasca Operasi
Bedah Digestif

Haelthcare Mengidentifikasi Di ruang Studi Kelompok Terdapat 25


Failure Mode potensi risiko insiden perawatan observasio dokter jaga, aktivitas yang
and Effect keselamatan pasien dan kamar nal dr spesialis, tidak dilakukan
Analysis: Proses pada proses pelayanan operasi perawat atau dilakukan
Pelayanan operasi penyebab Rumah kamar dengan tidak
Operasi di failure mode disetiap Sakit Al operasi, dan lengkap yang
Rumah Sakit tahapan proses dan Huda informan menimbulkan
oleh Indiati et. strategi pencegahannya Banyuwan pendukung. 26 risiko
al (2012) di rumah sakit gi Jawa Total 18 potensial
Timur orang. kegagalan

Analisis Faktor Mengetahui faktor- Kamar Studi 70 pasien Terdapat


yang faktor yang Operasi kuantitatif operasi hubungan yang
Berkontribusi berkontribusi terhadap Rumah deskriptif bermakna
terhadap Patient patient safety di kamar Sakit antara time out
Safety di Kamar operasi RSPB. Premier dengan patient
Operasi Rumah Bintaro safety, tidak
Sakit Premier terdapat
Bintaro oleh hubungan yang
Sukasih et. al bermakna untuk
(2012) proses sign in
atau sign out

Surgical Menguji sikap terhadap Irish Kuisioner 107 staff Surgical checklist
checklist: the adaptasi dari surgical Hospital untuk kamar berpotensi untuk
human factor checklist WHO yang evaluasi operasi di menjadi system
oleh OConnor dilaksanakan di sebuah kuantitatif Irish yang sangat efektif
at al (2013) Rumah Sakit di Hospital untuk menghindari
Irlandia (Dokter ahli banyaknya potensi
bedah, kejadian yang tidak
dokter diinginkan dalam
anastesi, dan pembedahan atau
perawat operasi.
bedah)
8

Incidence, Mengidentifikasi Rumah Studi kasus Semua kasus Protocol verifikasi


Patterns, and semua kasus bedah sakit dan dan survey bedah salah sisi operasi hanya
Prevention of salah letak yang asuransi protocol site letak yang bisa mencegah dua
Wrong-Site dilaporkan kepada kewajiban marking dilaporkan pertiga dari kasus
Surgery oleh Asuransi Penjamin malpraktik ke asuransi yang diteliti.
Kwaan et al Risiko selama periode malpraktek Banyak protocol
(2006) 20 tahun besar antara melibatkan
tahun 1985 kompleksitas yang
dan 2004. cukup tanpa
manfaat yang jelas.

A Surgical Penerapan Checklist Di delapan Studi 3955 pasien Setelah penerapan


Safety Checklist keselamatan operasi RS di prospektif berusia >= Checklist keselamat
to Reduce yang dirancang untuk delapan pre 16 tahun an operasi, dari
Morbidity and meningkatkan kota di intervention yang 3955 pasien operasi
Mortality in a komunikasi tim & Toronto, & pasca menjalani yg diteliti, tingkat
Global konsistensi perawatan New Delhi, intervention operasi non kematian menurun
Population oleh akan mengurangi Amman, cardiac 1,5% mjd 0,8%,
Haynes AB et al komplikasi & kematian Auckland, komplikasi rawat
(2009) yang terkait dengan Manila, inap setelah 30 hari
operasi Ifakara, pertama post
London, operasi menurun
Seattle dari 11% menjadi
7%.

Rekomendasi Meningkatkan RS Katolik Cross 45 perawat Kepatuhan penerap


untuk penerapan SSC dg St sectional dg kamar an SSC msh rendah
meningkatkan menganalisis pengaruh Vincentius pendekatan bedah, 10 (55,9%). Blm ada
kepatuhan kebijakan, prosedur, A Paulo observasiona dokter kebijakan keselama
penerapan SSC budaya keselamatan (RKZ) l deskriptif bedah, 4 tan pasien scr tertu
di kamar bedah pasien & factor Surabaya dokter lis, sebagian respon
oleh Sandrawati individu thd kepatuhan anestesi den blm tahu SPO
J, et al (2013) penerapan SSC di pemberian site
kamar bedah marking, pengetahu
an ttg SSC 61,0%
masih rendah

Letak kebaruan penelitian ini pada rancangan penelitian yang digunakan,


yaitu menggunakan action research, dimana siklus didalamnya mencakup
kegiatan intervensi dan memberdayakan petugas kesehatan (perawat, dokter)
untuk mencapai tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan pelaksanaan site
marking dan protokol keselamatan pasien operasi (sign in, time out, sign out).

Anda mungkin juga menyukai