BAB 1
PENDAHULUAN
menimbulkan akibat serius bagi pasien. Nyeri, misalnya, tetap tidak akan hilang jika
diagnosisnya tidak tepat atau perawatannya tidak benar, dan sesungguhya keadaan ini
maupun setelah perawatan saluran akar. Penyebab kedaruratan seperti ini adalah
kombinasi iritan yang menginduksi inflamasi hebat di dalam pulpa dan atau jaringan
periradikuler. Nyeri timbul akibat dua faktor yang terkait inflamasi yakni, mediator
Eugenol merupakan bahan pereda nyeri topikal yang paling banyak digunakan
di praktek dokter gigi,2,3,4 bahan ini digunakan untuk meredakan rasa sakit dari
berbagai macam sumber, termasuk pulpitis.3 Selain memiliki sifat pereda nyeri,
Dalam dua dasa warsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari
menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju telah menggunakan
alam. Menurut data Secretariat Convention on Biological Diversity, pasar global obat
alam mencakup bahan baku pada tahun 2000 mencapai nilai US$ 43 miliar. Indonesia
merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya dua
di dunia setelah Brazilia. Di antara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup di kepulauan
obat, dan kurang dari 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh
dicari bahan alternatif pereda nyeri yang berasal dai bahan alam. Buah lerak
(Sapindus rarak DC) dapat menjadi salah satu alternatif bahan alami yang dapat
dikembangkan sebagai bahan pereda nyeri. Pada umumnya buah ini digunakan untuk
mencuci kain batik supaya awet, warnanya tetap bagus dan tidak luntur. Secara
tradisional, lerak juga digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat,
obat eksim dan kudis.6,7 Sementara khasiat farmakologiknya antara lain adalah
sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan
diuretik.8 Buah lerak diduga memiliki efek analgetik. Hal ini kemungkinan karena
kandungan flavonoid, alkaloid, saponin yang terdapat pada buah lerak. 7 Alkaloid
Sistem Saraf Pusat.9 Sementara saponin dan flavonoid dapat menghambat enzim
3
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel
Dari uraian diatas, belum ada penelitian efek analgetik ekstrak buah lerak
yang dapat berguna untuk membantu mengatasi rasa nyeri pada kasus kedaruratan
endodonsia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian efek analgetik ekstrak buah
lerak. Pada penelitian ini digunakan tiga rentang konsentrasi yang didapat dari hasil
penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ekstrak buah lerak
dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% yang diujikan pada gigi-gigi kelinci jantan.
frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai
ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan
sebagai indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik., dimana
voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga mencapai
1. Apakah ada efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan?
4
2. Apakah ada perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi
1. Untuk melihat efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan
2. Untuk mengetahui perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-
bahan alam dan bersifat biokompatibel tinggi dengan cara kerja yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
akar yang bersifat biokompatibel terhadap jaringan dan memiliki efek analgetik. Pada
bab ini akan dibahas secara lengkap mengenai buah lerak (Sapindus rarak DC) dan
nyeri intradental.
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Spesies : Sapindus rarak
Kanikia. Di Palembang tanaman ini dikenal dengan nama lamuran, di Jawa tanaman
ini dikenal dengan nama Lerak atau Werak dan Tapanuli Selatan dikenal dengan nama
buah sabun.
batangnya 1 m. Tanaman ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 dan
1500 m diatas permukaan laut. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih kotor.
Daun tanaman ini majemuk menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga
tanaman ini melekat di pangkal, kuning, dan daun mahkotanya empat. Tanaman ini
mempunyai buah yang keras, bulat, diameter + 1,5 cm dan berwarna kuning
kecoklatan (Gambar 1). Biji tanaman ini tunggang dan kuning kecoklatan. Buah lerak
antara lain adalah sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik,
steroid, dan triterpen yang dikandung oleh buah lerak secara berurutan adalah 12%,
1%, 0,036%, dan 0,029%.12 Kandungan utama lerak adalah saponin yang berfungsi
sebagai detergen.6 Hal ini dibuktikan pada penelitian Dyatmiko W, dkk yang
mendapatkan saponin 20% dari buah lerak.12 Saponin buah lerak pada konsentrasi
0,008% dapat membersihkan dinding saluran akar gigi lebih baik dari NaOCl 5%. 13
Disamping itu, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dan dan antifungal
bahwa ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antibakteri
terhadap Streptococcus mutans lebih baik dari NaOCl 5%,15 Sementara pada
penelitian Sanny dibuktikan bahwa 0,25% ekstrak buah lerak dan 0,01% saponin
buah lerak mempunyai efek antibakteri terhadap F.Nucleatum.16 Selain itu pada
penelitian Juni F dibuktikan ekstrak lerak 0,01% mempunyai efek antifungal terhadap
Menurut The International Association for the study of pain (IASP), nyeri
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang akan menyebabkan
nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nosiseptor ini terdapat seluruh
jaringan dan organ tubuh, kecuali di Sistem Saraf Pusat. Nyeri harus dianggap
Mekanisme nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus
dimana disini stimulus noksius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses
9
ini disebut transduksi atau aktivasi neuron susunan saraf pusat yang berhubungan
dengan nyeri. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medula spinalis
menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptif tidak selalu
menimbulkan reaksi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi
modulasi sinyal tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada
kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri
(Gambar2).18
10
Penelitian menunjukkan bahwa nyeri orofasial yang paling sering terjadi pada
gigi,20 yang disebabkan oleh penyakit inflamasi pada jaringan pulpa, maupun daerah
penyangganya.1 Jaringan pulpa gigi terdiri dari perivaskuler dan perineural yang
dikelilingi oleh jaringan keras yaitu dentin dan email. Saraf sensorik gigi berasal dari
cabang nervi kranialis yaitu N.Trigeminus (N.V.). Hasil penelitian hitopatologis yang
dilakukan Fearhead, Dahl dan Myor, Holland menunjukkan bahwa saraf sensorik gigi
terdiri dari serabut-serabut saraf tipe A- (bermielin) dan serabut-serabut saraf tipe-C
(nonmielin). Ujung saraf intradental yang merupakan ujung saraf bebas terletak pada
11
daerah batas dentin (inner dentin) dan pulpa, sehingga dengan lokasi ujung saraf serta
adanya cairan tubulus dentin menyebabkan ujung saraf intradental sangat ideal
terdiri atas histamine, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.19 Mediator ini akan
menyebabkan nyeri baik secara langsung dengan jalan menurunkan ambang rangsang
serabut saraf sensoris, atau secara tidak langsung dengan jalan menigkatkan
permeabilitas vaskuler yang akan menimbulkan edema, edema ini kemudian akan
reseptor nyeri.1
Hewan coba memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan biomedis khususnya. Terlebih lagi, hasil penelitian pada hewan coba
dapat menjadi dasar untuk percobaan-percobaan klinis dan pengobatan masa depan.22
Kelinci telah banyak digunakan pada penelitian biomedis. Hewan ini memilki
kedekatan secara genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa penelitian
penggunaan kelinci dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tikus karena
ukrannya yang lebih besar dan lebih mudah dalam melakukan manipulasi bedah. 23
Terdapat 3 jenis kelinci yang sering digunakan pada penelitian biomedis, yaitu
: New Zealand White, Dutch Belted, dan Flernish Giant. 24 Kelinci memiliki 6 gigi
insisivus. Terdapat 4 gigi insisivus maksila, 2 pada sisi labial, yang memiliki groove
vertical pada garis tengahnya, dan 2 gigi rudimenter pada sisi palatal. Terdapat
diastema yang besar diantara gigi insisivus dengan gigi premolar. Gigi premolar
memiliki bentuk yang mirip dengan gigi molar, keduanya sering disebut gigi pipi.25
Teknik pencatatan aktivitas sensorik intra dental pada hewan coba dapat
meletakkan elektroda pencatat pada saraf yang terdapat pada daerah dentin
atau pulpa. 21
Pada penelitian ini alat pencatat yang digunakan adalah kymograph, dengan
memanfaatkan elektroda bipolar yang ada pada alat tersebut, dan meletakkan
BAB 3
Saponin
Serabut saraf Serabut saraf
tipe A- tipe-C Flavonoid
(bermielin) (nonmielin)
Alkaloid
Sensasi nyeri Sensasi nyeri
yang terputus- yang terus Polifenol
putus dan menerus dengan
menusuk-nusuk internsitas yang
dengan intensitas lebih rendah
yang tinggi
Nyeri gigi
Penuruna
n rasa
nyeri ?
Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci
memberikan respon licking,
pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60,
frekuensi 50 Hz, waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus 0,2 mA
Pada proses inflamasi pulpa, proses nyeri terjadi akibat pembebasan berbagai
mediator tersebut merangsang saraf sensorik gigi. Saraf sensorik gigi terdiri dari
terputus-putus dan menusuk dengan intensitas tinggi, dan serabut-serabut saraf tipe-C
rendah.22 Untuk mengatasi nyeri tersebut diperlukan obat pereda nyeri, bahan pereda
nyeri yang digunakan adalah ekstrak lerak. Kandungan kimia ekstrak lerak adalah
ekstrak lerak kemungkinan berasal dari senyawa aktif yang dikandungnya seperti
saponin, alkaloid, dan flavoniod. Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri
dengan meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf pusat.9 Sementara Saponin dan
darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun. 10
Perhitungan nilai ambang nyeri dilihat dari nilai voltase ketika kelinci memberikan
respon licking, pada waktu menit ke-0, 5, 10, 20, 30, 40 50, 60, frekuensi 50 Hz,
waktu rangsangan 1 detik, dan kuat arus 0,2 mA.11 Kemudian dilakukan perhitungan
persen proteksi dengan menggunakan metode Langford dkk yang telah dimodifikasi
1. Ada efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
15
2. Ada perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci jantan
BAB 4
METODE PENELITIAN
Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus kanan dan kiri atas
Kelinci Dutch jantan yang memiliki gigi insisivus kanan dan kiri atas
(t-1) (r-1) 15
r>6
r = jumlah ulangan
j. Kondisi kymograph
m. Jumlah larutan yang diaplikasikan ke ruang pulpa gigi (20 mikro liter)
n. Keterampilan operator
percobaan
kental
e. Kelinci percobaan adalah kelinci jantan jenis dutch, berat 1,5-1,8 kg,
kavitas pulpa gigi insisivus kanan dan kiri atas yang dicapai dengan
1. Buah lerak
4. Perkolator
5. Pasungan Kelinci
6. Kandang kelinci
7. Lemari pengering
Buah lerak dicuci bersih dengan air mengalir lalu ditimbang sebanyak 940 gr
(Gambar 3) kemudian diambil bijinya dan daging buah dipotong kecil dengan lebar
temperatur 40C sampai dapat diremas rapuh (Gambar 6). Potongan daging buah
yang telah kering ditimbang sebanyak 600 gr (Gambar 7), kemudian diblender
(Gambar 8), diayak dan didapat serbuk seberat 520 gr (Gambar 9) lalu disimpan
dalam wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol destilasi sebanyak 800 ml untuk
maserasi (Gambar 10) lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 3
jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-hati
sambil sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol destilasi sebanyak 200 ml dan
disaring dengan selapis kertas saring. Biarkan sampai cairan mulai menetes,
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan
hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia (Depkes RI,2000).
Perkolat diuapkan dengan alat vacuum rotavapor pada suhu tidak lebih 50C hingga
24
diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu (Gambar 11). Ekstrak lerak
dimasukkan ke dalam botol kaca lalu disimpan di tempat yang sejuk. (Lampiran 1)
Gambar 6. Potongan lerak di lemari pengering. Gambar 7. Potongan lerak yang sudah kering.
Pembuatan suspensi CMC 0,5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
sebanyak 500 mg CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas
yang transparan, digerus (Gambar 13) hingga bebentuk gel atau masa yang kental dan
CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
20).
sedikit demi sedikit (Gambar 19) sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
21).
CMC sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 17), ditambahkan air suling
sampai volume 100 ml (Gambar 19), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar
22).
Gambar 16. Ektrak lerak ditimbang Gambar 17. Ekstrak lerak yang telah
ditambahkan larutan
CMC
28
Gambar 20. Ekstrak lerak Gambar 21. Ekstrak lerak Gambar 22. Ekstrak lerak
konsentrasi 7,5% konsentrasi 5% konsentrasi 2,5%
29
Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan dutch dengan berat 1,5-1,8 kg,
umur 3-4 bulan, dibagi menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6
kelinci.
Hewan percobaan dipelihara pada kandang yang memiliki ventilasi yang baik
yaitu mecakup pergantian udara dan kandang dibersihkan setiap hari dari sisa
makanan dan kotoran. Hewan yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan yang
sebagai berikut :
Cara kerja uji efek analgetik ekstrak lerak dengan menggunakan metode
3. Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena
(kimia farma) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada pada telinga
kelinci (marginal ear vein), dengan menggunakan spuit 1 ml.24 (Gambar 26)
6. Preparasi gigi insisvus atas kanan dan kiri kelinci dengan bur silindris
(diameter 1 mm) dengan cara membuang struktur gigi kelinci pada sisi labial
sampai daerah sedikit dibawah gingiva, hingga ruang pulpa terbuka (Gambar
27)
frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA, dan tekan tombol repetition (arus
listrik akan mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap
pengulangannya)
10. Elekroda dimasukkan ke dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada
ruang pulpa gigi kanan kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci
(Gambar 31)
11. Voltase dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga
nilai voltase awal yang merupakan nilai normal intensitas nyeri kelinci
(Gambar 32)
12. Suspensi CMC (Carboxymethyl Cellulose) 0,5%, suspensi ekstrak lerak 2,5%,
menggunakan spuit 1ml (10 mikroliter pada gigi kanan atas dan 10 mikroliter
dalam ruang pulpa gigi kelinci, yaitu katoda pada ruang pulpa gigi kanan
kelinci dan anoda pada ruang pulpa gigi kiri kelinci (Gambar 35), voltase
kembali dinaikkan dengan cara memutar tombol voltase dari posisi 0 hingga
pencatatan nilai voltase ini dilakukan pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan
60.
14. Setelah perhitungan selesai, kavitas dibersihkan, di diberi calxyl dan tambalan
Gambar 25. Bulu telinga kelinci diatas Gambar 26. Anastesi Intravena
marginal ear vein dicukur melalui pembuluh
dengan gunting marginal ear vein
Gambar 29. Gigi kelinci dikeringkan Gambar 30. Gigi kelinci dikeringkan
dengan kapas paper point
33
efek analgetik , yang dihitung dalam persen (%) efek analgetik dengan rumus sebagai
berikut12, yaitu :
Keterangan : Voltase pada menit tertentu : Nilai voltase kelompok CMC 0,5%
pulpa
Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisa varians satu arah (ANOVA)
dengan = 0,05 untuk mengetahui perbedaan pengaruh bahan irigasi ekstrak buah
lerak dalam berbagai konsetrasi dan waktu. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN
disimpan dalam wadah kaca tertutup dan diletakkan di tempat yang sejuk.
Hasil pencatatan nilai voltase yang dihitung pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50,
pada kelompok suspensi ekstrak lerak 5% lalu diikuti dengan kelompok suspensi
ekstrak lerak 7,5% dan kelompok suspensi ekstrak lerak 2,5%, sedangkan kelompok
kontrol tidak memperlihatkan adanya efek analgetik. Durasi efek analgetik ketiga
ekstrak lerak 7,5% dan 2,5% mencapai puncak efek analgetik pada menit ke 10,
36
sementara suspensi ekstrak lerak 5% mencapai puncak analgetik pada menit ke 30.
Hal ini dapat dilihat pada grafik rata-rata nilai persen proteksi dibawah ini.
Grafik 1. Rata-rata persen proteksi kelompok kotrol, suspensi ekstrak lerak 2,5%,
suspensi ekstrak lerak 5%, dan suspensi ekstrak lerak 7,5% pada menit
ke 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60
KONSENTRASI (ANOVA )
Dari hasil uji Analisa Varians satu arah menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50,dan 60 pada setiap
kelompok CMC 0,5% (kontrol negatif), suspensi ekstrak lerak 2,5%, suspensi ekstrak
(ANOVA )
Dari hasil uji Analisa Varians satu arah menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan (P < 0,05) persen proteksi antara kelompok CMC 0,5% (kontrol
negatif), suspensi ekstrak lerak 2,5%, suspensi ekstrak lerak 5%, dan suspensi ekstrak
7,5% pada setiap menit perlakuan, baik pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50,dan 60.
(table 2).
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5%. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan
38
antar kelompok konsentrasi, baik atara lerak konsentrasi 2,5 % dengan 5 %, lerak
konsentrasi 2,5 % dengan 7,5% dan lerak konsentrasi 5 % dengan 7,5 %. (tabel 3)
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan
atara lerak konsentrasi 2,5% dengan 5%, dan dengan 7,5%. Sementara terdapat
perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara lerak konsentrasi 5% dengan 7,5%. (tabel
4)
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5, 5% dan 7,5% . Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar
39
konsentrasi 2,5 % dengan 7,5%, dan lerak konsentrasi 5 % dengan 7,5 %. (tabel 5)
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5%, 5%, namun tidak signifikan dengn lerak konsentrasi 7,5%.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) atara lerak konsentrasi 2,5 % dengan 5
%, dan lerak konsentrasi 5% dengan 7,5%. Namun lerak konsentrasi 2,5% dengan
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan atara
40
lerak konsentrasi 2,5 % dengan 5 %, dan dengan 7,5%, namun tidak terdapat
kelompok CMC 0,5% (kontrol) berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak
konsentrasi 2,5, 5%, dan 7,5%. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar
konsentrasi 2,5 % dengan 7,5%, dan lerak konsentrasi 5 % dengan 7,5 %. (tabel 8)
kelompok CMC 0,5% (kontrol) tidak berbeda nyata dengan lerak konsentrasi 2,5%,
namun berbeda secara signifikan (P < 0,05) dengan lerak konsentrasi 5% dan 7,5%.
Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok konsentrasi, baik atara
41
lerak konsentrasi 2,5 % dengan 5 %, lerak konsentrasi 2,5 % dengan 7,5%, dan lerak
Tabel 10. HASIL UJI LSD KELOMPOK LERAK 2,5% PADA MENIT KE 5, 10,
20, 30, 40, 50, 60
Dari hasil uji statistik dengan LSD kelompok lerak 2,5% diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-5, dengan menit
ke-10, menit ke-20, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-30, menit ke-40, ke-
50, dan ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-10
dengan menit ke-5, dan ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak berbeda
nyata dengan menit ke-20, menit ke-30, dan ke-60. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P < 0,05) antara menit ke-20 dengan menit ke-5, dan ke-40, menit ke-50,
dan menit ke-60, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-10, menit ke-30, dan
ke-60. Tidak terdapat perbedaan signifikan (P < 0,05) antara menit ke-30 dengan
menit ke-5, menit ke-10, menit ke-20, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60.
42
Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-40 dengan menit ke-
10, menit ke-20, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-30, menit
ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit
ke-50 dengan menit ke-10, menit ke-20, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-
5, menit ke-30, menit ke-40, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P
< 0,05) antara menit ke-60 dengan menit ke-10, menit ke-20, namun tidak berbeda
nyata dengan menit ke-5, menit ke-30, menit ke-40, dan menit ke-50. (tabel 10)
Tabel 11. HASIL UJI LSD KELOMPOK LERAK 5% PADA MENIT KE 5, 10, 20,
30, 40, 50, 60
Dari hasil uji statistik dengan LSD kelompok lerak 5% diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-5, dengan, menit ke-20,
menit ke-30, dan menit ke-40, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-10, menit
ke-50, dan menitnke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit
ke-10 dengan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-
43
20, menit, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P < 0,05) antara menit ke-20 dengan menit ke-5, dan menit ke-30, namun
tidak berbeda nyata dengan menit menit ke-10, menit ke-40, menit ke-50, dan menit
ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-30 dengan
menit ke-5, menit ke-20, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60, namun tidak
berbeda nyata dengan menit ke-10. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05)
antara menit ke-40 dengan menit ke-5 dan menit ke-30, namun tidak berbeda nyata
dengan menit ke-10, menit ke-20, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan
yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-50 dengan menit ke-30, namun tidak
berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-10, menit ke-20, menit ke-40, dan menit
ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-60 dengan
menit ke-30, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-10, menit ke-
Tabel 12. HASIL UJI LSD KELOMPOK LERAK 7,5% PADA MENIT KE 5, 10,
20, 30, 40, 50, 60
44
Dari hasil uji statistik dengan LSD kelompok lerak 7,5% diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-5 dengan menit ke-10,
namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-20, menit ke-30, menit ke-40, menit ke-
50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-
10 dengan menit ke-5, menit ke-30, mennit ke-40, mennit ke-50, dan menit ke-60,
namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-20. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara menit ke-20 dengan menit ke-5, menit ke-10, menit ke-30, menit ke-
40, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05)
antara menit ke-30 dengan menit ke-10, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-
5, menit ke-20, menit ke-40, menit ke-50, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang
signifikan (P < 0,05) antara menit ke-40 dengan menit ke-10, namun tidak berbeda
nyata dengan menit ke-5, menit ke-20, menit ke-30, menit ke-50, dan menit ke-60.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit ke-50 dengan menit ke-
45
10, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-20, menit ke-30, menit
ke-40, dan menit ke-60. Terdapat perbedaan yang signifikan (P < 0,05) antara menit
ke-60 dengan menit ke-10, namun tidak berbeda nyata dengan menit ke-5, menit ke-
20, menit ke-30, menit ke-40, dan menit ke-50. (tabel 12)
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian tentang efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak buah lerak mempunyai efek untuk
meredakan nyeri gigi. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak lerak. Daging
buah lerak dipotong kecil-kecil dengan lebar 3 mm, dimasukkan ke dalam lemari
dalam vaccum rotavapor untuk memisahkan ekstrak dan pelarut sehingga diperoleh
ekstrak kental.
46
flavonoid, alkaloid dan fenol merupakan senyawa yang tahan terhadap pemanasan,
sedangkan etanol dipilih sebagai pelarut karena tidak bersifat toksik dan merupakan
konsentrasi yang berbeda yaitu konsentasi 2,5%, 5% dan, 7,5%. Ekstrak lerak dalam
dikarenakan bahan ini paling banyak digunakan pada produk-produk topikal, dapat
suspensi ekstrak lerak yang di aplikasikan ke kavitas pulpa gigi tidak tumpah keluar
Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode stimulasi pulpa gigi.
lamanya rangsangan 1 detik, dan kuat arus dimulai dari 0,2 mA, nilai ambang batas
rasa sakit dinyatakan dalam nilai voltase, nilai ini yang kemudian dijadikan sebagai
indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik. Metode ini digunakan
karena perhitungannya yang mudah, yaitu dengan melihat respon licking (menjilat)
oleh kelinci.11
Hewan coba yang digunakan adalah kelinci jantan, dengan rentang umur 3-4
bulan, dan berat badan antara 1,5-1,8 kg. Hewan ini memilki kedekatan secara
genetik dan psikis dengan manusia. Untuk beberapa penelitian penggunaan kelinci
47
dinilai lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan tikus karena ukrannya yang lebih
besar dan lebih mudah dalam melakukan manipulasi bedah. 23 Penggunaan kelinci
efektif.24 Pemilihan gigi insisivus kanan dan kiri atas kelinci sesuai dengan penelitian
Baoshan dan Shiquan.11 Sementara rentang berat badan dan umur ditujukan untuk
Dalam penelitian ini efek analgetik ektrak buah lerak pada konsentrasi 2,5 %,
5% dan 7,5% dibandingkan dengan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif dan dilihat
besar ditunjukkan oleh suspensi ekstrak lerak 5% setelah itu suspensi ekstrak 7,5%
dan diikuti oleh suspensi ekstrak lerak 2,5%, sementara kontrol negatif tidak
memperlihatkan efek analgetik (grafik 1). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan di antara seluruh kelompok perlakuan (P < 0,05). Hal ini
kelompok kontrol pada hampir seluruh menit pencatatan, kecuali pada menit ke-60
dimana ekstrak lerak 2,5% tidak memperlihatkan perbedaan efek yang berarti dengan
kelompok konsentrasi hanya terjadi pada menit-menit tertentu. Hal ini dimungkinkan
Perhitungan dilakukan selama 60 menit, hal ini sesuai dengan lama kerja
anastesi ketamin dan diazepam yaitu 2 jam, 32 60 menit pertama digunakan untuk
pengeburan gigi insisivus atas kanan dan kiri kelinci, dan 60 menit berikutnya
48
digunakan untuk perhitungan nilai voltase. Obat mulai bekerja pada menit ke 5 dan
berakhir pada menit ke 60, dimana kelompok lerak 2,5% efektif bila digunakan dalam
jangka waktu 10-20 menit karena pada interval waktu ini efek perlakuan mengalami
peningkatan (menyebabkan tubuh lebih kebal terhadap arus listrik), dan efek buah
lerak akan mengalami penurunun setelah lebih dari 30 menit digunakan. (tabel 10)
Sementara kelompok lerak 5% efektif bila digunakan dalam jangka waktu 20-40
menit karena pada interval waktu ini efek perlakuan mengalami peningkatan
(menyebabkan tubuh lebih kebal terhadap arus listrik), efek buah lerak akan
mengalami penurunun setelah lebih dari 50 menit digunakan. (tabel 11) Kelompok
lerak 7,5% efektif bila digunakan dalam jangka waktu 10 menit karena pada interval
waktu ini efek perlakuan mengalami peningkatan (menyebabkan tubuh lebih kebal
terhadap arus listrik), efek buah lerak akan mengalami penurunun setelah lebih dari
20 menit digunakan. (tabel 12) Dapat disimpulkan kelompok lerak 5% lebih statbil
Efek analgetik yang ditimbulkan ekstrak lerak diduga karena ekstrak lerak
punya banyak senyawa aktif. Ekstrak lerak memiliki kandungan berupa saponin,
flavonoida, dan alkaloida yang memiliki sifat analgetik. Alkaloid bekerja dengan
mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di Sistem Saraf Pusat.9
pembuluh darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang
untuk dikembangkan menjadi bahan irigan yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa
Candida albicans. Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
antara celah mikro dan kekuatan tarik resin komposit dengan dentin yang dihasilkan
ekstrak lerak dalam pelarut etanol 0,01 % dengan kombinasi NaOCl 5 % dan EDTA
18 %.13,14 Meskipun uji efek analgetik ekstrak lerak telah dilakukan secara in vivo
masih perlu dilakukan penelitian lanjutan sehingga bahan ini dapat digunakan secara
klinis.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak lerak mempunyai efek analgetik
pada gigi-gigi kelinci jantan pada konsentrasri 2,5%, 5%, dan 7,5%
2. Terdapat perbedaan efek analgetik ekstrak buah lerak pada gigi-gigi kelinci
jantan pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%, dimana lerak konsentrasi 5%
efek pada interval waktu 10-20 menit, lerak konsentrasi 5% mencapai puncak
50
efek pada interval waktu 20-40, dan lerak konsentrasi 7,5% mencapai puncak
7.2 Saran
1. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat aktif
mana yang terkandung dalam buah lerak yang memiliki efek analgetik paling
benar
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk
secara klinis dan akhirnya ekstrak buah lerak dapat di kembangkan sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar dari bahan alami pada perawartan
endodonti.
senyawa aktif pada ekstrak lerak dari asal geografis yang berbeda.
51