PENDAHULUAN
2.1. Persalinan
2.1.1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan
persalinan belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2006).
2.1.2. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Persalinan kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuinsi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri
atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu :
a. Fase laten
Dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, fase laten
berlangsung hampir atau hingga 7 jam
b. Fase aktif
Dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dalam fase
aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2008).
2. Persalinan kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan
cepat kurang lebih 2-3 menit sekali (Sumarah, 2009). Menurut
Depkes RI (2007), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II
adalah ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum atau
vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan
sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir
darah.
3. Persalinan kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarh, 2009). Menurut
Depkes RI (2007), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini yaitu perubahan bentuk
dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-
tiba.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam
waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc (Prawirohardjo, 2008).
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan
asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan yang bersih dan nyaman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Sumarah,
2008).
3. Passanger
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling
besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar
kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini
pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan,
sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin
kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya
apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain
dengan mudah menyusul kemudian.
4. Psikologis Respon
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu
munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang
belum pastimenjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi
melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari
orang terdekat ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan
1. Faktor Usia
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan
kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Wiknjosastro (2007),
menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar risiko
kematian perinatal (high risk moteur) adalah pada ibu dengan
umur lebih tua. Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur di
atas 35 tahun. Sering ditemui perineum yang kaku dan tidak
elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan
dapat meningkatkan risiko terhadap janin. Menurut Manuaba,
usia reproduksi sehat adalah 20 tahun sampai 35 tahun. Faktor
umur disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi
terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan
persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri,
plasenta previa dan lain-lain (Wiknjosastro, 2007).
2. Faktor Paritas
Menurut Wiknjosastro (2007), paritas adalah jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar
rahim. Partus lama sering dijumpai pada kehamilan pertama
dengan umur ibu lebih dari 35 tahun merupakan penyebab dari
berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada
terjadinya partus lama. Paritas 2-3 merupakan paling aman
ditinjau dari kematian maternal, paritas 1 dan lebih dari 3
mempunyai angka lebih tinggi. Persalinan lama terutama pada
primipara biasanya berkenaan dengan belum atau kurangnya
persiapan perhatian dalam mengahadapi persalinan
(Wiknjosastro, 2007).
3. Keadaan His
Faktor power atau kekuatan yang mendorong janin keluar
adalah faktor yang penting dalam proses persalinan, his yang
tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat
kelancaran persalinan (Manuaba, 2009). Proses persalinan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
power yaitu kekuatan pada ibu seperti kekuatan his dan
mengejan yang dapat menyebabkan servik membuka dan
mendorong janin keluar. Senam hamil adalah terapi latihan
gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental,
pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil dianjurkan
untuk mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai
usia 6 bulan ke atas sampai akan melahirkan (Widianti, 2010).
4. Keadaan Panggul
Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan
mempengaruhi proses persalinan disebut faktor passage.
Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan
berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul seperti
jenis panggul negel, rachitis, skoliosis, kifosis robert, serta
kelainan ukuran panggul baik panggul luar maupun panggul
dalam.
5. Keadaan Letak Janin
Letak dan presentasi janin dalam rahim (passanger)
merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh
terhadap proses persalinan, menurut Fraser (2009), 98%
persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme
persalinan merupakan suatu proses di mana kepala janin
berusaha meloloskan diri dari ruang pelviks dengan
menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelviks
melalui proses sinklitismus, asinklitismus posterior,
asinklitismus anterior, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak
berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan
presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama, akibat ukuran dan posisi ukuran kepala janin selain
presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga
panggul (Wiknjosastro, 2007).
6. Besarnya Janin
Besar neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram
dan jarang melebihi 5.000 gram. Yang dinamakan bayi besar
ialah bila berat badannya lebih dari 4.000 gram. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah 5,3% dan yang lebih
dari 4.500 gram adalah 0,4 %. Pada panggul normal, janin
dengan berat badan 4.000-5.000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya. pada janin besar,
faktor keturunan memegang peranan penting. Selain itu janin
besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
pada postmaturitas dan pada grandemultipara (Wiknjosastro,
2007).
A. Nama Peneliti
Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian susu dan madu pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II di
Rumah Bersalin Kharisma Husada Kartasura.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimental post-test control randomized
group design. Tehnik sampling yang digunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel 40 pasien intranatal kala I faseaktif. Analisis data
menggunakan uji statistic chi square diolah dan dihitung dengan
menggunakan komputer program SPSS 15 for windows. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian dianalisis secara analitik dengan
menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat
kemaknaan 0,05
E. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari jurnal penelitian, pemberian susu dan madu
pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II adalah sebagian besar (42,5%)
1 2 jam dan pada kelompok yang tidak diberikan susu dan madu sebagian
besar (40%) > 2 jam. Dan hasil analisis statistik 2 hitung = 15,050
> 2 tabel=5,991 dan nilai probabilitas lebih kecil dari level of significant 5
% (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian susu dan madu
pada ibu intranatal berpengaruh signifikan terhadap lamanya kala II.
Berdasarkan hasil dari jurnal penelitian, efektivitas air kelapa muda
terhadap lama persalinan kala II pada ibu intranatal. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat perbedan antara lama persalinan pada
kelompok yang diberikan air kelapa muda dan kelompok yang tidak
diberikan kelapa muda, pada kelompok kontrol yang setengahnya
mengalami persalinan patologis (tidak normal) yaitu sebanyak 5 responden
(50%) dan pada kelompok perlakuan sebagian besar mengalami persalinan
fisiologis (normal) sebanyak 9 responden (90%). Berdasarkan hasil
Wilcoxon signed rank test diperoleh hasil nilai signifikasi p value = 0,046 (p
< 0,05) , hal ini menunjukan nilai lebih kecil dari standar signifikasi maka
h1 diterima. Dengan demikian pemberian air kelapa muda efektif dalam
mengatasi lama kala II pada ibu intranatal di BPM.Ny. M Pungging
Mojokerto.
Hasil penelitian bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan dari air
kelapa muda terhadap lama persalinan. Pemberian air kelapa muda 250 ml
pada ibu intranatal dapat menambah asupan nutrisi dan energy sehingga
pada ibu bersalin, serta dapat mengurangi ketosis pada ibu persalinan tanpa
meningkatkan volume lambung. Pemenuhan cairan elektrolit dapat
meningkatkan his kontraksi pada saat bersalin sehingga persalinan menjadi
mudah dan tidak berlangsung lama.
F. Saran Penelitian
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan pertolongan
persalinan yang aman pada ibu dan bayi dan melakukan penanganan
pertolongan persalinan yang tepat pada ibu bersalin yang berisiko
terjadi kelemahan meneran.
2. Bagi Peneliti
Dapat memperluas wawasan peneliti tentang pengaruh pemberian
susu dan madu pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II sehingga
dalam melakukan pertolongan persalinan lebih tepat apabila terjadi
kelemahan meneran pada ibu.