Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam
yang dimulai dari tanda tanda persalinan. Persalinan lama merupakan
salah satu penyebab kematian ibu dan janin. Persalinan lama dapat
menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan perdarahan post
partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi
infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi
(Kusumahati, 2010).
Persalinan lama masih merupakan salah satu masalah di Indonesia
khususnya didaerah pedesaan, dikarenakan masih banyak pernikahan yang
terjadi pada usia dini. Insiden persalinan lama menurut penelitian 2,84,9%.
Persalinan lama masih banyak terjadi dan keadaan ini menyebabkan angka
kesakitan dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi
(AKB) masih tinggi dan harus diupayakan mencegah terjadinya persalinan
lama tersebut (Dewi, 2011).
Faktorfaktor yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor
ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi usia, his dan
paritas. Faktor janin meliputi sikap, letak, malposisi dan malpresentasi, janin
besar, dan kelainan congenital seperti hidrosefalus. Sedangkan factor jalan
lahir meliputi panggul sempit, tumor pada pelvis, kelainan pada serviks dan
vagina (Prawirohardjo, 2006).
Faktor ibu sangat penting bagi tiap persalinan yaitu usia, jika usia ibu
kurang dari 20 tahun maka semakin muda umur ibu maka fungsi reproduksi
belum berkembang dengan sempurna sehingga kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi dalam persalinan akan lebih besar. Jika usia ibu lebih
dari 35 tahun juga beresiko, karena semakin tua umur ibu maka akan terjadi
kemunduran yang progesif dari endrometrium sehingga untuk mencukupi
nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas. Sedangkan
usia ibu yang aman itu 2035 tahun karena alat reproduksi sudah matang
(Putri, 2012).
Paritas dikatakan berisiko bila paritas lebih dari 4 kali sedangkan
paritas yang tidak beresiko jika paritas 23 kali. Sedangkan his dikatakan
baik jika memiliki frekuensi kurang dari 2x10 menit dengan durasi lebih
dari 40 detik, dan his kurang jika memiliki frekuensi kurang dari 2x10 menit
dengan durasi kurang dari 40 detik (Sumira dkk, 2013).
Kematian saat melahirkan adalah kasus yang serius. Pada tahun 2013,
diperkirakan 289.000 wanita meninggal dunia saat persalinan, turun dari
523.000 pada tahun 1990. Tapi saat ini, 800 wanita setiap harinya masih
sekarat karena komplikasi kehamilan dan persalinan di seluruh dunia, setara
dengan 33 kasus per jam. Pada akhir tahun 2015 saja, WHO melaporkan
setidaknya 303,000 wanita di seluruh dunia meninggal menjelang dan
selama proses persalinan. Di Indonesia sendiri, sepanjang tahun 2011-2015
terdapat 126 kasus kematian ibu tiap 100,000 proses persalinan sukses
(World Health Organization, 2013).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan negara-negara lainnya
di dunia hampir sama. Diantaranya akibat komplikasi persalinan, terdiri dari
perdarahan (25%), infeksi (14%), kelainan hipertensi dalam kehamilan
(13%), komplikasi aborsi yang tidak aman (13%) serta akibat persalinan
yang lama/partus lama (7%). Perdarahan merupakan penyebab kematian
utama, yang sebagian besar disebabkan karena retensio dari plasenta.
Pada kala II ibu sering kali mengalami kehabisan tenaga untuk
mengeran, salah satu cara menangani agar masalah kehabisan tenaga pada
saat mengeran tidak terjadi adalah dengan cara mempersingkat durasi
persalinan dengan cara menambah asupan kalori pada ibu hamil yang akan
melahirkan terlebih yang sedang berada pada fase kala II, asupan kalori
dapat dipenuhi dengan cara memberikan susu dan madu pada ibu selama
dalam fase intranatal.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 10
November 2017 didapatkan bahwa 4 dari 6 orang ibu mengalami proses
persalinan lama dan kehabisan energi. Berdasarkan latar belakang diatas
kelompok tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian susu dan
madu pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II di Kamar Bersalin RSUD
Kabupaten Tangerang tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh pemberian susu dan madu pada ibu intranatal
terhadap lamanya kala II di kamar bersalin rumah sakit umum daerah
Kabupaten Tangerang tahun 2017?

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Bagaimana distribusi frekuensi pemberian susu dan madu pada
ibu intranatal terhadap lamanya kala II di kamar bersalin rumah
sakit umum daerah Kabupaten Tangerang?
1.3.2 Bagaimana pengaruh pemberian susu dan madu pada ibu
intranatal terhadap lamanya kala II di kamar bersalin rumah
sakit umum daerah Kabupaten Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian susu dan madu pada ibu intranatal
terhadap lamanya kala II di kamar bersalin rumah sakit
umu daerah Kabupaten Tangerang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian susu dan madu
pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II di kamar
bersalin rumah sakit umum daerah Kabupaten Tangerang.
2. Mengetahui pengaruh pemberian susu dan madu pada ibu
intranatal terhadap lamanya kala II di kamar bersalin
rumah sakit umu daerah Kabupaten Tangerang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi STIKes Yatsi Tangerang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
dan bahan untuk mengembangkan ilmu pada peneliti
selanjutnya, serta memberikan inspirasi pengetahuan bagi
perkembangan dunia keperawatan dalam hal pemberian asuhan
keperawatan maternitas.
1.5.2 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada ibu bersalin yang
diharapkan dapat meminimalisir durasi atau lamanya persalinan
ibu pada kala II.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
bahan bacaan serta tolak ukur untuk penelitian selanjutnya, yang
berkaitan dengan maternitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan
2.1.1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan
persalinan belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2006).
2.1.2. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Persalinan kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuinsi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri
atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu :
a. Fase laten
Dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, fase laten
berlangsung hampir atau hingga 7 jam
b. Fase aktif
Dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dalam fase
aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2008).
2. Persalinan kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan
cepat kurang lebih 2-3 menit sekali (Sumarah, 2009). Menurut
Depkes RI (2007), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II
adalah ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum atau
vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan
sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir
darah.
3. Persalinan kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarh, 2009). Menurut
Depkes RI (2007), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini yaitu perubahan bentuk
dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-
tiba.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam
waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc (Prawirohardjo, 2008).

4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan
asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan yang bersih dan nyaman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Sumarah,
2008).

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Menurut Manuaba (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu :
1. Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan, apabila
serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong
yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi involunter (Sumarah, 2008).
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan
mengejan ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu.
Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti
pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase
yaitu: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak
atau maksimum), decement (ketika relaksasi). Kontraksi uterus
terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada
Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno
Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah
penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE
membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan
kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium
kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan
berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi
cukup kuat untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan
akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini
sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks,
regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi
ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini
berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat otonom
artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf
simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif
(Wiknjosastro, 2007).
a. Kekuatan his kala I bersifat:
1) Kontraksi bersifat simetris.
2) Fundus dominan.
3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran
diikuti dengan reflek mengejan.
5) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
6) Setiap kontraksi mulai dari pace maker yang
terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran
ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per
detik.
b. Kekuatan his kala II
Kekuatan his pada akhir kala pertama atau
permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg,
interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan
his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala
atau bagian terendah menekan serviks di mana terdapat
fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan.
Kekuatan his dan reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi
kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
muka, kepala seluruhnya.
c. Kekuatan his kala III
Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi
untuk melepaskan plasenta dari insersinya.
d. Kekuatan his kala IV
Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat
dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan
kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah
tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus.
Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus
terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum
(Wiknjosastro, 2007).

2. Passage (Jalan Lahir)


Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai
kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan
salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat
berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir
tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya
kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal
tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh
gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa
terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan
adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping
itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat
urogenital juga sangat berperan pada persalinan.

3. Passanger
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling
besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar
kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini
pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan,
sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin
kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya
apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain
dengan mudah menyusul kemudian.

4. Psikologis Respon
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu
munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang
belum pastimenjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi
melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari
orang terdekat ibu.

5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan
1. Faktor Usia
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan
kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Wiknjosastro (2007),
menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar risiko
kematian perinatal (high risk moteur) adalah pada ibu dengan
umur lebih tua. Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur di
atas 35 tahun. Sering ditemui perineum yang kaku dan tidak
elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan
dapat meningkatkan risiko terhadap janin. Menurut Manuaba,
usia reproduksi sehat adalah 20 tahun sampai 35 tahun. Faktor
umur disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi
terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan
persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri,
plasenta previa dan lain-lain (Wiknjosastro, 2007).
2. Faktor Paritas
Menurut Wiknjosastro (2007), paritas adalah jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar
rahim. Partus lama sering dijumpai pada kehamilan pertama
dengan umur ibu lebih dari 35 tahun merupakan penyebab dari
berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada
terjadinya partus lama. Paritas 2-3 merupakan paling aman
ditinjau dari kematian maternal, paritas 1 dan lebih dari 3
mempunyai angka lebih tinggi. Persalinan lama terutama pada
primipara biasanya berkenaan dengan belum atau kurangnya
persiapan perhatian dalam mengahadapi persalinan
(Wiknjosastro, 2007).
3. Keadaan His
Faktor power atau kekuatan yang mendorong janin keluar
adalah faktor yang penting dalam proses persalinan, his yang
tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat
kelancaran persalinan (Manuaba, 2009). Proses persalinan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
power yaitu kekuatan pada ibu seperti kekuatan his dan
mengejan yang dapat menyebabkan servik membuka dan
mendorong janin keluar. Senam hamil adalah terapi latihan
gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental,
pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil dianjurkan
untuk mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai
usia 6 bulan ke atas sampai akan melahirkan (Widianti, 2010).
4. Keadaan Panggul
Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan
mempengaruhi proses persalinan disebut faktor passage.
Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan persalinan
berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul seperti
jenis panggul negel, rachitis, skoliosis, kifosis robert, serta
kelainan ukuran panggul baik panggul luar maupun panggul
dalam.
5. Keadaan Letak Janin
Letak dan presentasi janin dalam rahim (passanger)
merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh
terhadap proses persalinan, menurut Fraser (2009), 98%
persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme
persalinan merupakan suatu proses di mana kepala janin
berusaha meloloskan diri dari ruang pelviks dengan
menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelviks
melalui proses sinklitismus, asinklitismus posterior,
asinklitismus anterior, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak
berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan letak dan
presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama, akibat ukuran dan posisi ukuran kepala janin selain
presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga
panggul (Wiknjosastro, 2007).
6. Besarnya Janin
Besar neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram
dan jarang melebihi 5.000 gram. Yang dinamakan bayi besar
ialah bila berat badannya lebih dari 4.000 gram. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah 5,3% dan yang lebih
dari 4.500 gram adalah 0,4 %. Pada panggul normal, janin
dengan berat badan 4.000-5.000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya. pada janin besar,
faktor keturunan memegang peranan penting. Selain itu janin
besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
pada postmaturitas dan pada grandemultipara (Wiknjosastro,
2007).

2.2. Nutrisi Menjelang Persalinan


Setiap orang membutuhkan asupan nutrisi untuk menunjang tubuh dan
kesehatannya, tapi bagi ibu hamil nutrisi memiliki peran yang ekstra. Dalam
fase kehamilan nutrisi menjadi bagian yang sangat penting, karena asupan
nutrisi akan sangat mendukung tumbuh kembang janin di dalam kandungan
serta menunjang kecukupan energi dan kesehatan tubuh sang ibu. Selain itu
nutrisi juga berperan penting dalam proses persalinan karena bisa dikatakan
jika nutrisi dapat membantu para bu hamil untuk mendapatkan persalinan
yang berjalan lancar. Pasalnya, nutrisi akan membantu para ibu hamil untuk
mendapatkan energi yang mana dalam proses persalinan energi bisa disebut
sebagai penunjang kelancaran persalinan.
Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi
setiap jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot
dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak
digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan
pengganti yang adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering kali tidak
adekuat dalam satuan kilokalori; satu liter dekstrosa 5% dalam air [D5W]
atau salin normal mengandng 225 kilokalori).
Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk
mendapat asupan (makanan atau minuman) selama persalinan dan kelahiran
bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka perawat
menganjurkan ibu untuk minum sesering mungkin selama kala II persalinan.
Ini dianjurkan karena cairan yang cukup selama persalinan berlangsung
akan memberikan lebih banyak energi sebab bila energi dalam tubuh
berkurang dapat menyebabkan terjadinya hypoglikemi yang dapat
mengakibatkan power/ kekuatan ibu melemah akibatnya tidak mampu
meneran. Dan dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi karena bila terjadi
akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur. Dengan memberikan susu dan madu pada ibu intranatal, maka akan
menambah kekuatan meneran pada ibu sehingga tidak terjadi persalinan
macet atau persalinan lama karena faktor power (kekuatan) atau kontraksi
yang menjadi tidak teratur.
Susu merupakan sumber besar vitamin, protein dan kalsium, sangat
sehat dan bermanfaat bagi tubuh. Susu biasanya dikenal sebagai minuman
penguat tulang dan gigi karena kandungan kalsium yang dimilikinya.
Tetapi, sebenarnya ada banyak kandungan nutrisi yang ada, misalnya fosfor,
zinc, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, vitamin B2, asam amino dan asam
pantotenat. Susu coklat yang merupakan salah satu produk susu yang sangat
diminati konsumen untuk dikonsumsi. Susu ini memiliki manfaat yang sama
dengan susu pada umumnya. Namun, kandungan energi dari susu coklat
lebih tinggi karena terdapat tambahan gula pada susu tersebut. Salah satu
kandungan susu coklat yaitu tryptophan. Pada susu mengandung zat
tryptophan yaitu satu-satunya asam amino esensial yang dapat merangasang
tubuh memproduksi serotonin. Didalam otak serotonin ini diubah menjadi
melatonin oleh kelenjar epifisa otak, dimana peranan dari melatonin ini
bertindak sebagai anti depresi dan dapat meningkatkan suasana hati.
Melatonin diproduksi oleh kelenjar pineal dalam otak dan dari tempat itu
disuplai rangsangan relaksasi keseluruh sel tubuh. Selain itu, susu coklat
juga dapat menstimulasi produksi endorfin di dalam otak, tulang belakang,
dan bagian lain dari tubuh. Peningkatan endorphin yang juga disebut
sebagai pereda sakit alami pada tubuh ini dapat memberikan rasa relaksasi
sehingga nyeri yang dirasakan saat proses persalinan dapat dikurangi
bahkan dihilangkan. Susu akan diberikan kepada ibu di sela-sela kontraksi
pada proses persalinan.
Di negeri bambu (Cina), telah turun temurun menggunakan madu
sebagai bahan untuk mempermudah proses persalinan yaitu dengan
menggunakan madu dengan konsentrasi 80 persen sebagai cairan pada otot-
otot. Para pakar di Cina telah diketahui bahwa ibu hamil yang konsumsi
madu proses pembukaan liang menjadi lebih cepat begitupun proses
kelahirannya menjadi lebih mudah. Dikarenakan madu murni memiliki
kandungan zat Prostagelandine yang mampu mempercepat kontraksi otot-
otot pada rahim serta membuat ruang leher rahim melebar sehingga
memudahkan pengeluaran janin. Disamping itu madu murni juga sangat
membantu ibu pada saat menjalani masa nifas hal ini sangat berguna
dikarenakan zat bergizi tinggi yang terkandung pada madu tersebut serta
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ibu pada saat menyusui.
Makanya para dokter di Jepang selalu menyarankan untuk konsumsi madu
setiap hari selama masa nifas.
Madu murni sangat baik dikonsumsi oleh para ibu hamil dikarenakan
tingginya kandungan asam folat yang bermanfaat sebagai nutrisi penting
bagi perkembangan janin, sebalikya bila para ibu hamil mengalami
kekurangan kandungan asam folat pada awal kehamilan maka diperkirakan
bayi yang akan lahir akan berisiko tinggi yaitu dapat mengalami cacat
bawaan pada pembuluh syaraf. Dan terdapat beberapa kandungan lainnya
yang dimiliki oleh madu antara lain fruktosa, glukosa, asam amino, thiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, piridoksin, asam askorbat, kalium,
kalsium, natrium, magnesium, zat besi, phospor, sulfut, dan mangan.
Kandungan yang ada didalam susu dan madu ini dapat menambah
energi bagi ibu yang ingin melahirkan, sehingga bisa mempercepat durasi
kala II, dan dapat meminimalisir komplikasi yang tidak diinginkan baik bagi
ibu dan bayinya.
BAB III
RESUME JURNAL

A. Nama Peneliti
Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Di Rumah Bersalin Kharisma Husada Kartasura Sukoharjo pada bulan Juli
2009

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian susu dan madu pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II di
Rumah Bersalin Kharisma Husada Kartasura.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimental post-test control randomized
group design. Tehnik sampling yang digunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel 40 pasien intranatal kala I faseaktif. Analisis data
menggunakan uji statistic chi square diolah dan dihitung dengan
menggunakan komputer program SPSS 15 for windows. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian dianalisis secara analitik dengan
menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat
kemaknaan 0,05
E. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari jurnal penelitian, pemberian susu dan madu
pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II adalah sebagian besar (42,5%)
1 2 jam dan pada kelompok yang tidak diberikan susu dan madu sebagian
besar (40%) > 2 jam. Dan hasil analisis statistik 2 hitung = 15,050
> 2 tabel=5,991 dan nilai probabilitas lebih kecil dari level of significant 5
% (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian susu dan madu
pada ibu intranatal berpengaruh signifikan terhadap lamanya kala II.
Berdasarkan hasil dari jurnal penelitian, efektivitas air kelapa muda
terhadap lama persalinan kala II pada ibu intranatal. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat perbedan antara lama persalinan pada
kelompok yang diberikan air kelapa muda dan kelompok yang tidak
diberikan kelapa muda, pada kelompok kontrol yang setengahnya
mengalami persalinan patologis (tidak normal) yaitu sebanyak 5 responden
(50%) dan pada kelompok perlakuan sebagian besar mengalami persalinan
fisiologis (normal) sebanyak 9 responden (90%). Berdasarkan hasil
Wilcoxon signed rank test diperoleh hasil nilai signifikasi p value = 0,046 (p
< 0,05) , hal ini menunjukan nilai lebih kecil dari standar signifikasi maka
h1 diterima. Dengan demikian pemberian air kelapa muda efektif dalam
mengatasi lama kala II pada ibu intranatal di BPM.Ny. M Pungging
Mojokerto.
Hasil penelitian bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan dari air
kelapa muda terhadap lama persalinan. Pemberian air kelapa muda 250 ml
pada ibu intranatal dapat menambah asupan nutrisi dan energy sehingga
pada ibu bersalin, serta dapat mengurangi ketosis pada ibu persalinan tanpa
meningkatkan volume lambung. Pemenuhan cairan elektrolit dapat
meningkatkan his kontraksi pada saat bersalin sehingga persalinan menjadi
mudah dan tidak berlangsung lama.

F. Saran Penelitian
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan pertolongan
persalinan yang aman pada ibu dan bayi dan melakukan penanganan
pertolongan persalinan yang tepat pada ibu bersalin yang berisiko
terjadi kelemahan meneran.

2. Bagi Peneliti
Dapat memperluas wawasan peneliti tentang pengaruh pemberian
susu dan madu pada ibu intranatal terhadap lamanya kala II sehingga
dalam melakukan pertolongan persalinan lebih tepat apabila terjadi
kelemahan meneran pada ibu.

3. Bagi Peneliti Lain


Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan menggunakan
metode total samping tanpa melihat jumlah persalinan maupun
dukungan keluarga, penelitian ini dapat dilanjutkan di rumah sakit
dengan memberikan susu dan madu pada ibu intranatal kala II.

Anda mungkin juga menyukai