Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT DALAM 3M PLUS TERHADAP

RESIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS LABUHANHAJI TIMUR
KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN 2012

TUTI AFRIZA, NASRIATI2


1
Mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh
2
Tenaga Pengajar S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Inti sari
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk betina aedes aegypti dan aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita
penyakit DBD sebelumnya.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap
resiko kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan.
Metode penelitian: penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini
adalah masyarakat yang pernah terkena penyakit demam berdarah dengue dengan populasi 2.567 orang. Pemilihan
sampel dengan simple random sampling menghasilkan sampel sebanyak 60 responden. Teknik pengumpulan data
menggunakan statistik uji chi-sguare test (p = 0,05). Hasil penelitian: menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
karakteristik terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan p = 0,077 (p > 0,05). Bahwa ada pengaruh antara
pengetahuan terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan nilai p = 0,006 (p < 0,05). Bahwa ada pengaruh
antara perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan p = 0,003 (p < 0,05) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Labuhahaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Dan dapat disimpulkan yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah: hipotesis alternatif (Ha) di terima dan hipotesis (Ho) ditolak, dimana ada
pengaruh antara perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue.
Kata kunci: perilaku masyarakat, 3M plus, demam berdarah

Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus is transmitted through the bite of
the female mosquito Aedes aegypti and Aedes albopictus has been infected by dengue virus of dengue patients
before.Tujuan study to determine the effect of people's behavior in 3M Plus the risk of incident dengue hemorrhagic
fever in the region of Eastern Health Center Labuhanhaji South Aceh district. Method: This is a descriptive study with
cross sectional analytic. The subjects were people who had the disease dengue fever with a population of 2567 people.
The sample with simple random sampling produced a sample of 60 respondents. Data collection techniques using the
chi-sguare statistical test (p = 0.05). The results: show that there is no influence of the characteristics of the risk of
dengue incidence with p = 0.077 (p> 0.05). That there is influence between the knowledge of the risks of dengue
incidence with p = 0.006 (p <0.05). That there is influence between behavior 3M Plus the risk of dengue incidence with
p = 0.003 (p <0.05) in the working area of District Health Clinics Labuhahaji South East Aceh district in 2012. And it
can be concluded that the alternative hypothesis (Ha) in this study is accepted and the hypothesis (Ho) is rejected,
where there is influence between people's behavior in 3M Plus the risk of occurrence of dengue hemorrhagic fever.
Keywords: people's behavior, 3M plus, dengue

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) gigitan nyamuk betina aedes aegypti dan
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh
oleh virus dengue yang ditularkan melalui virus dengue dari penderita penyakit DBD
sebelumnya. DBD telah menjadi masalah sangat mustahil dapat memutus rantai
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, penularan jika masyarakat tidak terlibat sama
khususnya di negara-negara tropis dan sub sekali. Peran serta masyarakat ini dapat
tropis. Salah satu bagian yang penting untuk berwujud pelaksanaan kegiatan 3M Plus di
pemberantasan penyakit DBD adalah sistem sekitar rumah dan melaksanakan PSN pada
surveilans epidemoligi dan surveilans lingkungannya. Ketidakberhasilan
berbasis laboratorium. Saat ini pelaporan pemberantasan DBD secara menyeluruh dapat
DBD tidak standar antara negara, walaupun terjadi dikarenakan tidak semua masyarakat
sudah ada kriteria standar untuk melakukan upaya pemberantasan vektor
mengdiagnosis DBD yang telah dikeluarkan penular dan pemberantasan sarang nyamuk
oleh World Health Organization (WHO, tidak mungkin dapat dilakukan apabila
2004). anggota masyarakat dari perkotaan sampai ke
Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan pedesaan atau rumah tangga tidak
gigitan nyamuk aedes aegypti ini perlu mau melakukannya (Depkes, 2008).
penanganan yang serius mengingat dapat Kesadaran dan kepedulian
membahayakan keselamatan nyawa manusia masyarakat merupakan kunci awal dari
(Soekidjo, 2003). Dimana kasus DBD pada menurunnnya angka DBD di suatu daerah
umumnya cenderung meningkat pada musim atau wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di
hujan, kemungkinan disebabkan oleh wilayah manapun, termasuk di wilayah elit,
perubahan musim mempengaruhi frekuensi sehingga cara yang paling efekif adalah
gigitan nyamuk karena pengaruh musim, dengan menurunkan populasi, melalui
dimana puncak gigitan terjadi pada siang dan kesadaran akan pentingnya kebersihan
sore hari. Perubahan musim mempengaruhi lingkungan, secara otomatis akan
manusia sendiri dalam sikapnya terhadap menghambat perkembangan jentik, dengan
gigitan nyamuk misalnya dengan lebih adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-
banyak berdiam di rumah selama musim upaya memberantas demam berdarah deague
hujan (Soekidjo, 2003). akan terealisasi dengan baik, dengan begitu
Sampai saat ini belum ada vaksin tidak akan memberikan kesempatan bagi
untuk pencegahan penyakit DBD ataupun nyamuk untuk berkembangbiak (Depkes,
untuk penyembuhannya, dengan demikian 2008).
pengendalian DBD tergantung pada Kabupaten Aceh Selatan adalah
pemberantasan nyamuk aedes aegypti. salah satu kabupaten di Propinsi Aceh yang
Tindakan pencegahan dan pemberantasan mempunyai letak geografis strategis dengan
akan lebih efektif bila dilakukan dengan bentuk wilayah lautan dan pengunungan,
pemberantasan sumber larva yaitu dengan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
program PSN (pemberantasan sarang Kabupaten Aceh Selatan mengenai jumlah
nyamuk). PSN merupakan cara ampuh dalam penderita DBD dari tahun 2005 sampai tahun
mememutuskan rantai perkembangbiakan 2011 berjumlah 235 orang, dimana masing-
nyamuk DBD dengan gerakan kebersihan 3M masing penderita berasal dari kecamatan-
Plus, yaitu menguras, menutup, mengubur, kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan yakni,
sedangkan dilain pihak perlindungan diri juga Kecamatan Sawang, Kecamatan Labuhanhaji
dapat kita lakukan dengan mengenakan Barat, Kecamatan Labuhanhaji Timur,
pakaian pelindung, obat nyamuk, tirai dan Kecamatan Meukuk dan Kecamatan Kluet
kelambu (Depkes, 2008). Utara (Dinkes Kab Aceh Selatan). Kecamatan
Keterlibatan masyarakat dalam Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
pencegahan DBD sangat diperlukan karena yang terdiri dari sebelas desa dengan jumlah
penduduk 2.567 jiwa, umumnya masyarakat c. Mengetahui pengaruh perilaku 3M Plus
di Kecamatan Labuhanhaji Timur mempunyai dan pencegahan DBD terhadap resiko
tingkat ekonomi rendah dan pendidikan yang kejadian DBD.
rendah, sehingga baik secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi kesadaran Manfaat Penelitian
masyarakat terhadap perilaku 3M Plus, hal ini Bagi Peneliti
ditandai adanya masyarakat yang terkena Mendapat pengetahuan dan
DBD. pengalaman penelitian tentang pengaruh
Berdasarkan permasalahan yang perilaku masyarakat dalam menguras,
telah dikemukakan di atas, maka peneliti menutup, mengubur dalam menghindari diri
tertarik untuk mengambil judul: “Pengaruh dari gigitan nyamuk terhadap resiko kejadian
perilaku masyarakat dalam menguras, DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
menutup dan mengubur terhadap resiko Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan.
kejadian demam berdarah dengue di wilayah Bagi Masyarakat
kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Bagi masyarakat sebagai bahan
Kabupaten Aceh Selatan”. informasi dan bahan tambahan yang dapat
menambah pengetahuan tentang perilaku
Rumusan Masalah pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan
Rumusan masalah dalam penelitian PSN dan 3M Plus di lingkungan tempat
ini yaitu: Bagaimanakah pengaruh perilaku tinggal mereka.
masyarakat dalam 3M Plus Terhadap Resiko
Kejadian Demam Berdarah Dengue di METODOLOGI PENELITIAN
Wilayah Kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Jenis Penelitian
Kabupaten Aceh Selatan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
analitik yaitu dengan pendekatan Cross
Tujuan Penelitian Sectiona dimana data yang menyangkut
Berdasarkan permasalahan yang variabel bebas dan variabel terikat akan
telah dikemukakan di atas, yang menjadi dikumpulkan dalam desain dengan waktu
tujuan penelitian ini adalah: “Untuk yang bersamaan untuk mengetahui pengaruh
Mengetahui Pengaruh Perilaku Masyarakat perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap
Dalam 3M Plus Terhadap Resiko Kejadian resiko kejadian demam berdarah.
Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Populasi dan Sampel
Aceh Selatan”. Populasi
Tujuan Umum Populasi dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini bertujuan untuk dapat masyarakat di Kecamatan Labuhanhaji
mengetahui bagaimanakah pengaruh perilaku Timur, jumlah 2.567 jiwa, dan yang menjadi
masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko populasi adalah masyarakat yang mengalami
kejadian DBD. kejadian DBD dari masing-masing gampung
Tujuan Khusus yang terwakili sebagai berikut.
a. Mengetahui pengaruh karakteristik
masyarakat dalam tindakan 3M Plus Sampel
terhadap resiko kejadian DBD, Besar sampel dapat dihitung dengan
b. Mengetahui pengaruh pengetahuan rumus Khotari dalam Murti (2006) sebagai
masyarakat dalam tindakan 3M Plus berikut:
terhadap resiko kejadian DBD, dan
dengue (BDB) di wilayah kerja Puskesmas
N.Z 21  a . p . q
n 2 2 Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten
d N 1  Z 1  a
2 Aceh Selatan.
2. p . q Data Sekunder
Keterangan: Data sekunder dalam penelitian ini
n = Besarnya sampel adalah data yang diperoleh dari penelusuran
N = Besarnya populasi di Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur,
p = Perkiraan proporsi (prevalensi) Dinas Kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan
variabel dependen pada populasi (95 %) dan bahan yang ada kaitannya dengan
q =1–p penelitian ini.
Z1 = a/2 statistik Z (Z = 1,96 untuk a =
0,05)
d = Data presisi absolut atau largin of Analisis Data
error yang diinginkan diketahui Uji Validitas
sisi proporsin (5 %) Validitas adalah suatu ukuran yang
Berdasarkan rumus di atas maka menunjukan tingkat–tingkat kevalidan atau
sampel dalam penelitian ini adalah: kesahihan suatu instrument. Dikatakan valit
apabila mampu mengukur apa yang hendak
328 (1,96) 2 . 0,95.0,05
 diukur (Arikunto, 2002).
0,052 (328  1)  1,96 2. 0,95.0,05
1260,0448.0,0475 Univariat
 Analisis univariat dilakukan pada
0,8175  0,182476 masing-masing variabel, dengan melihat
59,852128 persentase dari setiap tabel distribusi
  59,85 frekwensi, dengan rumus Budiarto (2002).
0,999976
Bivariat
 60 Analisis data bivariat untuk mengukur
Jadi yang menjadi sampel dalam hubungan atau pengaruh antara variabel bebas
penelitian ini sebanyak 60 orang dengan variabel terikat dan dilakukan analisis
Lokasi Penelitian silang dengan menggunakan tabel silang yang
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah dikenal dengan Baris X Kolom (B x K)
kerja Puskesmas Kecamatan Labuhahaji dengan derajat kebebasan (df) yang sesuai.
Timur Kabupaten Aceh Selatan. Skor diperoleh dengan menggunakan metode
statistic Chi-Square Test (X2) dengan rumus
Waktu Penelitian sebagai Budiarto (2002),
Penelitian ini dimulai pada tanggal 14
Juli sampai dengan 5 Agustus 2012. Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil
Pengumpulan Data pengelolaan dianalisis secara manual dan
Data Primer dilanjutkan dengan menggunakan SPSS
Data primer merupakan data yang varian 13,0 untuk melihat distribusi
diperoleh langsung dengan menggunakan frekuwensi.
kuesioner, melalui wawancara dan langsung
ke lokasi penelitian yang menyangkut dengan
pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus
terhadap resiko kejadian demam berdarah
HASIL PENELITIAN DAN Berdasarkan Tabel 6.3 menunjukkan
PEMBAHASAN bahwa dari 60 responden, tingkat pendidikan
responden paling banyak adalah tingkat
Tabel 6.1 menengah yaitu sebanyak 31 responden (51,7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan %).
kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Tabel 6.4.
Labuhanhaji Timur Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas
Umur Persentase Labuhan haji Timur
No Frekuensi
(tahun) (%)
1
15 – 35 tahun 34 56,7 Persentase
No Pengetahuan Frekuensi
2
> 35 tahun 26 43,3 (%)
Jumlah 60 100 1 Baik 9 15,0
2 Kurang 51 85,0
Berdasarkan Tabel 6.1. menunjukkan Jumlah 60 100
bahwa dari 60 responden, yang berumur
paling banyak adalah responden umur 15 - 35 Berdasarkan tabel 6.4. Menunjukkan
tahun yaitu sebanyak 34 responden (56,7 %). bahwa dari 60 responden tingkat pengetahuan
Tabel 6.2 yank paling banyak adalah kategori kurang,
Distribusi frekuensi responden berdasarkan yaitu sebanyak 51 responden (85,0 %).
pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Tabel 6.5.
Labuhanhaji Timur Distribusi frekuensi responden berdasarkan
perilaku 3M Plus di wilayah kerja Puskesmas
Persentase Labuhanhaji Timur
No Pekerjaan Frekuensi
(%)
1
Tidak bekerja 39 65,0 Persentase
No Perilaku Frekuensi
Bekerja 21 35,0 (%)
2
Jumlah 60 100 1 Negatif 19 31,7
2 Positif 41 68,3
Berdasarkan Tabel 6.2 menunjukkan Jumlah 60 100
bahwa dari 60 responden pekerjaan yang
paling banyak adalah responden yang tidak Berdasarkan Tabel 6.5 Menunjukkan
bekerja yaitu sebanyak 39 responden (56,0 bahwa dari 60 responden tingkat perilaku
%). paling banyak adalah tingkat perilaku positif
Tabel 6.3 yaitu sebanyak 41 responden (68,3 %).
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tabel 6.6.
Labuhanhaji Timur Distribusi frekuensi responden berdasarkan
resiko kerjadian DBD di wilayah kerja
Persentase Puskesmas Labuhan haji Timur
No Pendidikan Frekuensi
(%)
Resiko
1 Dasar 14 23,3 Persentase
No Kejadian Frekuensi
2 Menengah 31 51,7 (%)
DBD
3 Tinggi 15 25,0 Beresiko
1 21 35,0
Tidak
Jumlah 60 100 2 39 65,0
beresiko
Jumlah 60 100
Berdasarkan Tabel 6.6 Menunjukkan
bahwa dari 60 responden tingkat perilaku 3M Berdasarkan Tabel 6.8. di atas
Plus terhadap resiko kejadian DBD responden menunjukkan bahwa dari 14 responden (23,3
paling banyak adalah tidak beresiko yaitu %) yang pendidikan dasar, 10 responden yang
sebanyak 39 responden (65,0 %). berisiko, dan 31 responden (20,0 %) yang
Tabel 6.7. pendidikan menengah, 8 responden yang
Pengaruh umur responden terhadap resiko berisiko, sedangkan 15 responden pendidikan
kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas tinggi 3 responden yang berisiko.
Labuhanhaji Timur Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value
0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa
manunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
Kejadian DBD
Umu Tidak tot
p- antara pendidikan responden terhadap resiko
No Beresiko % α val kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
r beresiko al
ue
f % F % Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
1 15 – 15 3 tahun 2012.
2 35 6 1, 56,
> 35 25 19 7 34 7 Tabel 6.9.
10 20 3 26 40, 0,0 0,0 Pengaruh pekerjaan terhadap resiko
3, 3 5 77 kerjadian DBD
3
Jumlah 21 6 10 di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji
35 39 60
5 0 Timur
Kejadian DBD
Berdasarkan Tabel 6.7. menunjukkan p-
Tidak tot
No Pekerjaan Beresiko % α valu
bahwa dari 34 responden (56,7 %) yang beresiko al
e
f % F %
berumur 15 – 35 tahun, 15 responden yang 38,
1 Tidak
berisiko, sedangkan 26 responden (40,3%) bekerja
16 26,7 23 3 39 65,0
5 8,3 16 26, 21 35,0 0,0 0,14
yang berumur lebih dari > 35 tahun, 20 2 Bekerja
7 5 7
responden yang tidak berisiko Berdasarkan Jumlah 21 35 39 65 60 100
uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang
berarti p > 0,05. Hasil analisa data Berdasarkan Tabel 6.9. di atas
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh menunjukkan bahwa dari 39 responden (65,0
antara umur terhadap resiko kejadian DBD di %) yang tidak bekerja,16 responden berisiko
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan sedangkan 21 responden (35,0 %) yang tidak
Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan bekerja, 16 responden yang tidak berisiko.
tahun 2012. Berdasarkan uji statistic, didapatkan p-value
Tabel 6.8.
Pengaruh pendidikan terhadap resiko
0,147 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa
kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
Labuhanhaji Timur antara pekerjaan terhadap resiko kejadian
DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
Kejadian DBD
Pendidi Tidak tot
p- tahun 2012.
No kan
Beresiko % α val
beresiko al
ue
F % f %
16,
Dasar
1 10 8 4 6,7 14 23,3
Menen
2 8 13, 23 38,3 31 51,7 0,0 0,0
gah
3 3 7 12 20 15 25,0 5 77
Tinggi
5
Jumlah 21 35 39 65 60 100
Tabel 6.10 Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
Pengaruh pengetahuan terhadap resiko tahun 2012.
kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Labuhanhaji Timur Pembahasan
Pengaruh Karakteristik Terhadap Resiko
Kejadian DBD
N Pengeta Tidak tot
p- Kejadian DBD
Beresiko % α val
o huan beresiko al
ue Berdasarkan Tabel 6.7. Menunjukkan
f % f %
1 Kurang 7 11,7 2 3,3 9 15,0 bahwa dari 34 responden (56,7 %) yang
2 Baik 14 23,3 37 61,7 51 85,0 0,0 0,0 berumur 15 – 35 tahun, 15 responden yang
Jumlah 21 35 39 65 60 100
5 06 berisiko, sedangkan 26 responden (40,3 %)
yang berumur lebih dari > 35 tahun, 20
responden yang tidak berisiko Berdasarkan
Berdasarkan Tabel 6.10 di atas uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang
menunjukkan bahwa dari 60 responden, 51 berarti p > 0,05. Hasil analisa data
responden (85,0 %) memiliki pengetahuan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
kurang dan sisanya 9 responden (15,0 %) antara umur terhadap resiko kejadian DBD di
mempunyai pengetahuan kurang baik. wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Berdasarkan uji stasistik, didapatkan p-value Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
0,006 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa data tahun 2012.
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara Berdasarkan Tabel 6.8. di atas
pengetahuan terhadap resiko kejadian DBD di menunjukkan bahwa dari 14 responden (23,3
wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur %) yang pendidikan dasar, 10 responden
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012. yang berisiko, dan 31 responden (20,0 %)
Tabel. 6.11. yang pendidikan menengah, 8 responden yang
Pengaruh perilaku 3M Plus terhadap berisiko, sedangkan 15 responden pendidikan
resiko kerjadian DBD tinggi 3 responden yang berisiko.
di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value
Timur 0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa data
Kejadian DBD
manunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antar
N Perilaku Tidak p- pendidikan responden terhadap resiko
Beresiko total % α
o 3M Plus beresiko value kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas
f % f %
1 Negatif 12 20 7 11,7 19 31,7 Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan
2 Positif 9 15 32 53,3 41 68,3 0,05 0,003 tahun 2012.
Jumlah 21 35 39 65 60 100
Berdasarkan Tabel 6.9. di atas
menunjukkan bahwa dari 39 responden yang
Berdasarkan Tabel 6.11. di atas menunjukkan
melakukan pekerjaan (65,0 %) yang tidak
bahwa dari 19 responden (31,7 %) yang
bekerja, 16 responden berisiko sedangkan 21
melakukan perilaku 3M Plus yang melakukan
responden (35,0 %) yang tidak bekerja, 16
pengetahuan negatif, 12 responden beresiko,
responden yang tidak berisiko. Berdasarkan
sedangkan 41 responden (68,3 %) melakukan
uji statistic, didapatkan p- value 0,147 yang
perilaku positif, 32 responden tidak berisiko.
berarti p > 0,05. Hasil analisa data
Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
0,003 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa
antara pekerjaan responden terhadap resiko
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian
Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten
DBD di wilayah kerja Puskesmas
Aceh Selatan tahun 2012
Penelitian ini sesuai dengan penelitian pengalaman dan ilmu dalam bermasyarakat
yang dilakukan Meutia Wardhanie Ghani dan lingkungan kerja.
(2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Pengetahuan Terhadap Resiko
responden sebanyak 41 orang atau 78,9 % Kejadian DBD
berusia 23 tahun hingga 39 tahun. Usia Berdasarkan Tabel 6.10 di atas
tersebut masuk dalam kelompok usia menunjukkan bahwa dari 9 responden
produktif dalam arti adanya proses belajar pengetahuan (15,0 %) yang pengetahuan
untuk perubahan perilaku khususnya dalam kurang, 7 responden berisiko, sedangkan 51
PSN masih sangat dimungkinkan sedangkan responden (85,0 %) pengetahuan baik, 37
usia dibawahnya dapat dikelompokkan ke responden tidak beresiko. Berdasarkan uji
dalam usia yang belum produktif. Secara stasistik, didapatkan p-value 0,006 yang
umum diyakini bahwa bertambahnya usia berarti p < 0,05. Hasil analisa data
akan menjadikan semakin baik pengetahuan menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
mengenai penyakit DBD. Hal ini sesuai pengetahuan terhadap resiko kejadian DBD di
dengan pendapat Budioro yang menyatakan wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur
bahwa perilaku (pengetahuan, sikap dan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.
pratek) seseorang disebabkan oleh proses Menurut Roger yang dalam
pendewasaan (maturation) dimana semakin Djamaludin Ancok (1985) bahwa
bertambah usia atau dewasa seseorang akan pengetahuan tentang suatu obyek tertentu
semakin cepat beradaptasi dengan sangat penting bagi terjadinya perubahan
lingkungannya sehingga dapat perilaku yang merupakan proses yang sangat
mempertimbangkan keuntungan atau kompleks. Selanjutnya dikatakan bahwa
kerugian dari suatu inovasi. seseorang akan memutuskan untuk menerima
Menurut Notoatmodjo (2003) atau menolak perilaku baru maupun ide baru
pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah tersebut. Penelitian ini berbeda dengan
suatu kegiatan atau usaha untuk penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti
menyampaikan pesan kesehatan ke pada (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh
masyarakat, kelompok atau individu dengan yang bermakna antara pengetahuan responden
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut dengan resiko DBD.
masyarakat, kelompok atau individu dapat Nicolas dkk (2007), juga dalam
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan penelitiannya menyatakan bahwa
yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan pengetahuan berhubungan dengan kejadian
tersebut diharapkan dapat berpengaruh DBD, Sumekar (2005) dalam penelitiannya
terhadap perubahan perilakunya. menemukan bahwa ada hubungan yang
Berdasarkan hasil penelitian dan teori bermakna antara pengetahuan dengan
yang dikemukakan oleh para ahli asumsi keberadaan jentik (p = 0,35) dengan demikian
peneliti bahwa karakteristik yang terdiri dari hal ini mendukung penelitian ini dimana
umur, pekerjaan dan pendidikan beresiko secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa
terhadap penyakit demam berdarah, umur pengetahuan memberi pengaruh nyata
pada umumnya yang rentan terhadap resiko terhadap kejadian DBD.
kejadian DBD adalah 15 – 35, hal ini dilihat Berdasarkan asumsi peneliti bahwa
dalam menjaga kebersihan yang kemungkinan yang menyebabkan berbedaan
kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan resiko kejadian demam berdarah deague
dan jenis pekerjaan responden, dimana dalam penelitian ini ditemukan adanya
apabila dibandingkan dengan usia diatas 35 pengaruh dengan resiko kejadian DBD adalah
tahun yang sudah dewasa dengan berbagai pengetahuan dimana proporsi pengetahuan
negatif dan positif berbeda secara nyata. Hal lingkungan yang bisa menjaga kebersihan
ini disebabkan oleh tingkat pendidikan salah satunya dengan perilaku 3M plus
responden yang cenderung berada pada (mengubur, mengubur dan menutup).
kisaran yang sama yaitu setingkat SMA. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengaruh Perilaku 3M Plus Terhadap 1. Tidak adanya pengaruh antara
Resiko Kejadian DBD karakteristik terhadap resiko kejadian
Berdasarkan Tabel 6.11. di atas demam berdarah deague di Wilayah
menunjukkan bahwa dari 19 responden (31,7 kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur
%) yang melakukan perilaku 3M Plus yang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012
pengetahuan negatif,12 responden dengan p-value = 0,077 (p > 0,05 ).
beresiko,sedangkan 41 responden (68,3 %) 2. Adanya pengaruh antara pengetahuan
melakukan perilaku positif, 32 responden terhadap resiko kejadian demam berdarah
tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik, deague di Wilayah Kerja Puskesmas
didapatkan p-value 0,003 yang berarti p < Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh
0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa Selatan Tahun 2012 dengan p-value =
ada pengaruh antara perilaku 3M Plus 0,006 ( p < 0,05 ).
terhadap resiko kejadian DBD di wilayah 3. Adanya pengaruh antara prilaku 3M Plus
kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur terhadap resiko kejadian demam berdarah
Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. deague di Wilayah kerja Puskesmas
Menurut Notoatmodjo (2003), syarat Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh
pembuangan sampah yang memenuhi aturan Selatan Tahun 2012 dengan p-value =
kesehatan adalah dengan menempatkan pada 0,003 ( p < 0,05 ).
suatu tempat dan tidak mengotori lingkungan
sekitarnya, hal ini untuk menghindari tempat Saran
vektor bertelur dan berkembangbiak. 1. Bagi peneliti mendapatkan pengatahuan
Penelitian lain yaitu Zubir et, al (2006) dan pengalaman dalam proses penelitian
menyimpulkan bahwa pengaruh perilaku 3m tentang Pengaruh Prilaku Masyarakat
plus mempunyai peran penting dalam Dalam 3M Plus Terhadap Resiko
mempengaruhi resiko kejadian DBD. Sampah Kejadian Demam Berdarah.
yang tidak teratur atau sampah yang 2. Bagi instansi kesehatan (Puskesmas)
bertaburan dapat mencemari lingkungan diharapkan untuk dapat melakukan
rumah, pemukiman dan tanah. Dari peningkatan upaya dalam penangganan
lingkungan yang tercemar sampah 3M Plus serta mengupayakan peningkatan
berakumulasi dengan perilaku manusia yang program penyehatan lingkungan
tidak sehat maka dapat dapat terjangkit pemukiman dengan sasaran 3M Plus yang
demam DBD. Berdasarkan asumsi peneliti berkelanjutan.
mengenai perilaku masyarakat/responden 3. Kepada Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
terhadap resiko kejadian demam berdarah STIKes U’budiyah Banda Aceh peneliti
deague adalah, perilaku yang masyarakat bisa memberikan masukan dalam
dalam menjaga kebersihan yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan
faktor karakteristik dan pengetahuan juga manajemen kesehatan dan hasil penelitian
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti
lingkungan yang kotor sampah dan barang- berikutnya.
barang bekas sangat beresiko terhadap
kejadian demam berdarah deague begitu juga DAFTAR PUSTAKA
sebaliknya lingkungan yang bersih adalah
Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian. PT.
Asdi Mahasatya. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan
Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Depkes RI.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka
Cipta.
Soekidjo. N, 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).
Rineka Cipta. Jakarta.
WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan
dan Pengendalian Dengue dan
Demam Berdarah Dengue, Jakarta.
EGC.

Anda mungkin juga menyukai