Anda di halaman 1dari 22

LAMPIRAN :

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSKJ


SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU
NOMOR : 445/ /1.1
TENTANG : PANDUAN PEMELIHARAAN
DAN PENGELOLAAN SARANA
AIR MINUM/AIR BERSIH

PANDUAN PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN SARANA AIR


MINUM/AIR BERSIH RSKJ SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit merupakan
tempat tindakan dan perawatan orang sakit, maka kualitas dan kuantitasnya
perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan sumber infeksi baru
bagi penderita.
Tergantung pada klas rumah sakit berbagai jenis pelayanan yang
diberikan, mungkin beberapa rumah sakit harus melakukan pengolahan
tambahan terhadap air minum dan air bersih yang telah memenuhi standar
nasional, misalnya air yang digunakan sebagai bahan baku air untuk dianalisa
pada proses mesin cuci ginjal.
Air minum atau air bersih dapat menjadi media penyakit yang
ditularkan melalui air, jika air sudah tercemar oleh bakteri pathogen, kuman
penyakit, jamur dan atau zat terlarut mengandung bahan kimia berbahaya
dengan konsentrasi tertentu baik secara langsung atau tidak langsung.
Kebutuhan air bersih di rumah sakit sangat menentukan kualitas pelayanan,
karena air berguna untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, kebersihan ruang,
kebersihan alat medis dan alat non medis, kebersihan kendaraan, dan
pertamanan.

1
Secara umum kuantitas kebutuhan air bersih di rumah sakit didasarkan
pada jumlah tempat tidur pasien, yakni 500 liter per tempat tidur per hari
(500 Lt/TT/Hari), sedangkan secara kualitas harus sesuai standar baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
B. Tujuan

Tujuan pengawasan dan pemeliharaan Sarana Air Bersih Rumah Sakit adalah
terpantau dan terlindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air bersih
agar tetap aman dan mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air bersih
yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan serta meningkatkan
kualitas air.
C. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan pokok pengawasn kualitas air adalah sebagai berikut:


1. Inspeksi Sanitasi
Yang dimaksud dengan Inspeksi Sanitasi adalah suatu kegiatan untuk
menilai keadaan suatu sarana penyediaan air bersih guna mengetahui
beberapa besar kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh
lingkungannya yang mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun.
Inspeksi sanitasi dapat memberikan informasi sedini mungkin
pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan di rumah sakit.
Inspeksi sanitasi dilaksanakan sebagai bagian dari pengawasan kualitas
air dan mencakup penilaian keseluruhan dari banyak factor yang
brekaitan dengan sistem penyediaan air besih
Langkah-langkah Inspeksi Sanitasi di rumah sakit adalah :
a. Membuat peta/plumbig mulai dari reservoir/unit pengolahan
sampai dengan sistem jaringan distribusi air yang terdapat dalam
bangunan rumah sakit
b. Melakukan pengamatan dan menentukan titik titik rawan pada
jaringan yang diperkirakan air dalam pipa mudah erkontaminasi
c. Menentukan frekuensi inspeksi sanitasi.
d. Menentukan kran kran terpilih dari setiap unit bangunan yang ada
di rumah sakit untuk pengambilan sampel dan penentuannya
berdasarkan hasil pengamatan dari point b.
2. Pengambilan sampel

2
Sampel air bersih yang diambil dari titik- titik yang telah ditentukan
guna mengetahui apakah air bersih aman bagi konsumen di rumah
sakit dan sampel air ini harus dapat mewakili air dari sistem
penyediaan air secara keseluruhan.
Mengingat fungsi rumh sakit sebagai tempat pengobatan dan
perawatan sakit dengan berbagai aktivitasnya maka frekuansi
pengambilan sampel untuk pemeriksaan bakteriologik air dapat
dilakukan setiap bulan sekali, sedangkan untuk pengambilan sampek
fisika dan kimia air dapat dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali.
3. Pemeriksaan sampel
Sampel air yang telah diambil segera dikirim ke laboratorium yang
terdekat, jika rumah sakit tidak memiliki laboratorium sanitasi sendiri.
Parameter yang diperiksan dilapangan meliputi bau, rasa, warna,
kekeruhan, suhu air, kejernihan, pH dan sisa klor

BAB II
KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN SUMBER AIR BERSIH
DI RSKJ SOEPRAPTO PRVINSI BENGKULU

A. Pengertian

3
1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
2. Air bersih adalah air yang belum di proses pengolahan yang
berfungsi untuk kebutuhan memasak, mencuci, mandi dan keperluan
lainnya.
3. Sumber air bersih adalah tempat diperolehnya air bersih untuk
keperluan hidup manusia, hewan dan tumbuh- tumbuhan (antara lain : Air
Bawah Tanah, Air Permukaan Tanah, Artesis/ Mata air)
4. Sarana air bersih adalah semua bangunan yang dibuat oleh manusia
atau buatan alam, yang berfungsi untuk memperoleh air bersih, baik
berupa sumur gali, sumu bor, PDAM, dan Penyulingan Mata Air.
B. Kebutuhan Air Minum dan Air Bersih
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit masih belum
dapat ditetapkan secara pasti. Jumlah ini tergantung pada klas dan berbagai
pelayanan di rumah sakit yang bersangkutan, namun untuk kebutuhan RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu tergolong tinggi hal ini disebabkan pasien yang
dirawat adalah pasien jiwa yang tidak dapat terkontrol psikis dan
psikologisnya sehingga air bersih sering digunakan tdiak terkendali pula.
Makin banyak pasien yang dirawat dan pelayanan yang ada di rumah sakit,
semakin besar jumlah kebutuhan air.
Secara umum, prakiraan kebutuhan air bersih di rumah sakit didasarkan pada
jumlah tempat tidur. Kebutuhan minimal air bersih 500 liter per tempat tidur
per hari.

C. Standar Kualitas Air Bersih

Melalui Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat


Pengawasan kulaitas di Indonesia, serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai
berikut :
1. Daftar persyaratan kualitas air bersih seperti tabel 2.1 dibawah ini :

4
Tabel 2.1 :

No Parameter Satuan Kadar Ket


Maksimum
yang
dperbolehkan
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak
2 Jumlah zat padat terlarut Mg/L 1500 berbau
3 (TDS) Skala 25 -
4 Kekeruhan NTU - -
5 Rasa - Suhu udara + Tidak
6 Suhu 0 30C berasa
Warna Skala 50
TCU
B. KIMIA
1 a. Kimia Anorganik
2 Air Raksa 0,001
3 Arsen Mg/L 0,05
4 Besi Mg/L 1.0
5 Flourida Mg/L 1,5
6 Cadmium Mg/L 0,005
7 Kesadahan ( CaCo3) Mg/L 500
8 Klorida Mg/L 600
9 Kronium, Valensi 6 Mg/L 0,05
10 Mangan Mg/L 0,5
11 Nitrat sebagai N Mg/L 10
12 Nitrit sebagai N Mg/L 1,0
13 pH Mg/L 6,5 9,0
14 Salenium - 0,01
15 Seng Mg/L 15
16 Sianida Mg/L 0,1
17 Sulfat Mg/L 400
Timbal Mg/L 0,05
1 b. Kimia Organik Mg/L
2 Aldrin dan Dealdrin 0,0007
3 Benzene Mg/L 0,01
4 Benzo (a) pyrene Mg/L 0,00001
5 Chlorodeane (total Isomer) Mg/L 0,0007
6 Chloroform Mg/L 0,03
7 2,4 D Mg/L 0,10
8 DDT Mg/L 0,5
9 Deterjen Mg/L 0,01
10 1,2- Dichloroethene Mg/L 0,003

5
11 1.1- Dichethene Mg/L 0,00001
Hepthachlor dan heptachlor Mg/L 0,004
12 epoxide
13 Mg/L 0,003
Hexachlorobenzene
14 Mg/L 0,00001
15 Gamma-HCL (Lindane) Mg/L 0,004
16 Methoxychlor Mg/L 0,01
17 Pentachlorophenol Mg/L 0,10
18 Pestisida total Mg/L 0,01
2.4.6-trichlorophenol 10
Zat organic ( KMnO+4)
1.
50
2. C. MIKROBIOLOGI Jumlah Bukan
Total Koliform
per 100 10 air
1. ml perpipa
(MPN)
an
2. Jumlah 0,1
D. RADIO AKTIF Air
Aktivitas Alpha per 100 perpipa
1,0
(Gross Alpha activity) ml an
Akitivtas Beta
(Gross Beta activity)
Bq/L
Bq/L

Keterangan :
mg = milligram
ml = milliliter
L = Liter
Bq = Bequerel
NTU = Nepnelometrik Turbility Units
TCL = True Colour Units
Logam berta merupakan logam terlarut

2. Daftar Persyaratan kualitas air minum


(Lampiran Menteri Kesehatan No 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19
April 2010)
I. PERSYARATAN WAJIB
No. Jenis Parameter Satuan Kader
maksimum yang

6
diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter
Mikrobiologi
1). E. Coli Jumlah 0
per 100
ml
sampel
2). Total Bakteri Koliform Jumlah 0
per 100
ml
sampel
b. Kimia an-organik
1). Arsen mg/L 0,01
2). Flourdia mg/L 1,5
3). Total Kromium mg/L 0,05
4). Kadmium mg/L 0,003
5). Nitrit ( sebagai NO2) mg/L 3
6). Nitrat (sebagai NO3) mg/L 50
7). Sianida mg/L 0,07
8). Selenium mg/L 0,01

2 Parameter yang tidak


langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1). Bau Tidak berbau
2). Warna TCU 15
3). Total Zat Padat Mg/l 500
Terlarut (TDS)
4). Kekeruhan NTU 5
5). Rasa Tidak Berasa
6).Suhu C Uhu udara 3
b. Parameter Kimiawi
1). Aluminium Mg/l 0,2
2). Besi Mg/l 0,3
3). Kesadahan Mg/l 500
4). Khlorida Mg/l 250
5). Mangan Mg/l 0,4
6). pH 6,5-8,5
7). Seng Mg/l 3
8). Sulfat Mg/l 250

7
9). Tembaga Mg/l 2
10). Amoniak Mg/l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN


No. Jenis Parameter Satuan Kadar
maksimum
yang
diperbolehkan
1. KIMIAWI
a. Bahan Anorganik

Air Raksa Mg/l 0,001


Antimon Mg/l 0,02
Barium Mg/l 0,7
Boron Mg/l 0,5
Molybdemen Mg/l 0,07
Nikel Mg/l 0,07
Sodium Mg/l 200
Timbal Mg/l 0,01
Uranium Mg/l 0,015
b. Bahan Organik

Zat Organik (KMnO4) Mg/l 10


Deterjen Mg/l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride Mg/l 0,004
Dichloromethane Mg/l 0,02
1,2- Dichloroethane Mg/l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2- Dichloroethene Mg/l 0,05
Trichloroethene Mg/l 0,02
Tetrachloroethene Mg/l 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene Mg/l 0,01
Toluene Mg/l 0,7
Xylene Mg/l 0,5
Ethylbenzene Mg/l 0,3
Styrene Mg/l 0,02
Chlorinated benzenes
1,2- Dichloroethane (1,2- Mg/l 1
DCB)
1,2- Dichloroethane (1,4- Mg/l 0,3

8
DCB)
Lain-lain
Di (2- ethylhexyl) phthalate Mg/l 0,008
Acrylamide Mg/l 0,0005
Epichlorohydrin Mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene Mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic Mg/l 0,6
acid (EDTA)
Nitrilotriaacetic (NTA) Mg/l 0,2
c. Pestisida
Alachlor Mg/l 0,02
Aldicarb Mg/l 0,01
Aldrin dan dieldrin Mg/l 0,00003
Atrazine Mg/l 0,002
Carbofuran Mg/l 0,007
Chlordane Mg/l 0,0002
Cholorotoluron Mg/l 0,03
DDT Mg/l 0,001
1,2-Dibromo-3- Mg/l 0,001
chloropropane (DBCP)
2,4 Dichlorophenoxyacetic Mg/l 0,03
acid (2,4-D)
1,2 Dicloropropane Mg/l 0,04
Isoproturon Mg/l 0,009
Lindane Mg/l 0,002
MCPA Mg/l 0,002
Methoxychlor Mg/l 0,02
Metochlachlor Mg/l 0,01
Molinate Mg/l 0,006
Pendimethaline Mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) Mg/l 0,009
Permethrin Mg/l 0,3
Simazine Mg/l 0,002
Triffluralin Mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides
selain 2,4-D dan MCPA
2,4 DB Mg/l 0,090
Dichlorprop Mg/l 0,10
Fenoprop Mg/l 0,009
Mecoprop Mg/l 0,001
2,4,5Trichlorophenoxyacetic Mg/l 0,009
acid
d Desinfektan dan Hasil
Sampingannya

9
Desinfektan
Chlorine Mg/l 5
Hasil Sampingan
Bromate Mg/l 0,01
Chlorate Mg/l 0,7
Chlorite Mg/l 0,7
Cholophenols
2,4,6 Trichlorophenol Mg/l 0,2
(2,4,6-TCP)
Bromofon Mg/l 0,1
Dibromochloromethane Mg/l 0,1
(DBCM)
Bromodicchloromethane Mg/l 0,06
(BDCM)
Chloroform Mg/l 0,3
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid Mg/l 0,05
Trichloroacetic acid Mg/l 0,02
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dicchloroacetonitrilies Mg/l 0,02
Dibromoacetonitrile Mg/l 0,07
Cyanogen chloride (sebagai Mg/l 0,07
CN)
2. Radioaktifitass
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1

D. Sumber Air Bersih

Berbagai sumber untuk penyediaan air bersih di rumah sakit, antara lain
sungai, danau, mata air, air tanah dapat digunakan untuk kepentingan di
rumah sakit dengan ketentuan harus memenuhi persyaratan, baik dari segi
konstruksi sarana, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan kuanlitas dan
kuantitas.
Sebaiknya rumah sakit mengambil air PDAM karena akan mengurangi beban
pengolahan sehingga tingkal beban pengawasan kualitas airnya. Bila tidak
menggunakan PDAM maka harus mengusahakan pengelolaan sendiri. Dari
berbagai pilihan yang ada, sebaiknya air tanah menjadi pilihan utama
terutama bila keadaan geologi cukup baik karena air tanah tidak banyak

10
memerlukan pengolahan dan lebih mudah didisenfekti disbanding air
permukaan disamping juga kualitasnya relative lebih stabil.
Bila air tanah tidak juga memungkinkan terpaksa harus pengolahan air
permukaan. Untuk membangun sistem pengolahan perlu dipertimbangkan
segi ekonomi, kemudahan pengelolaan, kebutuhan tenaga untuk
mengoperasikan sistem, biaya operasi, dan kecukupan suplai dari segi jumlah
maupun mutu yang dihasilkan.
E. Pengolahan Air bersih
Pengolahan air bervariasi tergantung pada karakteristik asal air dan kualitas
produk yang diharapkan, muali dari sederhana, yaitu dengan chlorinasi
sampai dengan cara lebih rumit. Makin jauh penyimpangan kualitas air yang
masuk terhadap Permenkes RI No. 416 TAHUN 1990 DAN Permenkes No.
492 Tahun 2010 semakin rumit pengolahan yang dilakukan.

11
BAB III
SISTEM DISTRIBUSI AIR DALAM RUMAH SAKIT

A. Jenis sistem Distribusi


Air dalam ruRSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu didistribusikan secara
horizontal dan vertical. Stop Kran dipasang tiap dasar sambungan vertukal
dan sambungan horizontal sehingga saluran bisa ditutup bila sedang
perbaikan, dank ran air dipasang pada tiap-tiap ruangan disesuaikan
kebutuhan.
1. Sambungan Langsung dari Sumber
Sambungan paling sederhana adalah sambungan langsung dari sumber,
dimana tekanan air dari pipa yang tersambung ke mesin sebagai
pendorong air untuk mendistribusikan air keseluruh gedung di rumah
sakit. Dengan cara ini bisa melayanai sebagai tingkat 2 dan 3.
Bila tekanan tidak memadai dan/ atau untuk mencegah kekurangan air
saat listrik padam dengan sistem kombinasi air ditampung pada tanki
yang berada pada atas gedung, atau pada tanki yang berada pada tiang
khusus untuk tanki air bersih.
2. Sistem Reservoir bawah tanah
Air di pompa ke Reservoirbawah tanah sebagai penampungan awal
gunanya adalah agar air dari sumurgali dapat tersimpan lebih banyak
sebagai cadangan (stok) dan air didalam bak reservoir akan di suplai
keruangan dengan menggunakan mesin kecil pendorong menuju ruangan
menggunakan pipa distribusi air bersih. Sistem ini dirancang untuk
kebutuhan air yang sangat tinggi seperti dapur umum dan karena bak
reservoir dengan volume yang besar akan lebih aman jika dibangun di
dalam tanah, serta pengawasannya lebih mudah.
Bak Reservoir dan tanki air bersih harus tertutup rapat, kedap air, bebas
serangga dan tahan terhadap korosi. Dipasang lubang ventilasi dilengkapi
anyaman untuk mencegah pengotoran dan masuknya serangga, demikian
pula dengan pipa pengurasan dipasang pada dasar tanki sehingga dapat
dilaksanakan pengurasan sampai habis.

12
Bak reservoir air bersih berfungsi untuk cadangan air jika terjadi bercana
kebakaran, ukuran bak reservoir/ tanki air tergantung pada jumlah untuk
keperluan sehari-hai dan pemadam kebakaran, siklus pemompaan, lamnya
kebutuhan puncak dalam gedung, dan kecepatan suplai air kedalam
gedung selama kebutuhan puncak.
3. Sistem Tanki diatas tiang
Untuk tanki air yang terletak diatas tiang di masing-masing gedung
volumenya maksimal 1 kubik, dimana air di pompa dari sumber
menggunakan mesin pendorong, baik dari sumur gali ataupun dari sumur
bor secara otomatis atau manual. Kemudian air akan dialirkan secara
gravitasi melalui pipa distribusi ke masing-masing ruangan/ gedung di
rumah sakit saat air dibutuhkan.
Pembersihan tanki-tanki air bersih dilaksanakan minimal 2 kali setahu
atau tergantung tingkat kebersihan tanki, saat tertentu jika tanki kotor
akan segera dilaksanakan pembersihan.
B. Sistem Air Panas
1. Jumlah
Perlu diperkirakan jumlah air bersih dan jumlah air panas yang
dibutuhkan. Angka ini sangat bervariasi untuk setiap RS ( American
Society of Healting, Refrigating, and Air Conditioning Engineers, 1987
menyarankan sekitar 300 400 liter per tempat tidur pasien.
2. Persyaratan Suhu
Untuk kebutuhan normal 400 C merupakan suhu maksimal untuk bathubs
dan shower. Bila suhu yang disediakan melebihi 400 C harus dipasang
pengendali dank ran pencamour air panas dan dingin. Disarankan suhu air
panas tidak melebihi 600 C . bila diperlukan air yang lebih panas di dapur
atau di laundry perlu dipasang sistem air lain atau ditambah booster
pemanas.

3. Persyaratan untuk Dapur dan loundri


Satu sumber memperkirakan bahwa laundry rumah sakit menggunakan air
40 liter per Kg. Cucian. 60 persen merupakan air panas. Juga diperkirakan
5 liter air panas per orang per sekali makan untuk dapur di Indonesia
bellum ada standar yang pasti. Secara umum untuk memperkirakan

13
kebutuhan air panas untuk dapur dan loundri dapat disarankan pada type
dan jenis cuci yang digunakan untuk keperluan umum. Suhu air pada
kran, jenis dan kapasitasn mesin/sistem pemanas air dan type mesin
pemanas air yang diinginkan.
Pada setiap sistem air panas dipasang sistem pengaman untuk mencegah
terjadinya pecah atau ledakan saluran. Disarankan berkonsultasi ke tenaga
ahli sistem air panas.
C. Sarana air bersih (SAB)
Jenis SAB yang digunakan di RSKJ Soepapto Provinsi Bengkulu adalah
menggunakan air bawah tanah dengan sarana pendukung dengan sumur gali
dan sumur bor.
Cara pengambilan air menggunakan mesin air kapasitas kecil untuk sumur
gali dan kapasitas menengah untuk sumur bor, sistem pengambilan air
menggunakan tenaga listrik yang tersambung pada masing-masing stop
kontak mesin air difungsikan secara manual.
Jumlah SAB air bersih dan Air Minum di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
seperti Tabel 4 berikut ini
Tabel 3.1
Jenis Sarana Air Bersih

No. Jenis SAB Jumlah Keterangan


1 Sumur Gali 21
2 Sumur Bor 2
3 Mesin Panasonik kecil 21
4 Mesin Jet pump 2
5 Reservoir 5 kubik 1
6 Tanki Air 27
7 Tiang Tanki 13

D. Kapasitas Air dan ukuran Pipa Dalam Sitem


Jumlah total air yang digunakan di rumah sakit biasanya dinyatakan dalam
liter per tempat tidur per hari. Dasar perkiraan ini bermanfaat untuk
menetapkan kecukupan sumber air dan kemungkinan penyimpangan jangka
panjang, namun hal ini kurang berarti untuk menetapkan ukuran pipa sistem
distribusi dalam gedung rumah sakit.

14
Untuk menetapkan ukuran pipa perlu mengetahui puncak pemakaian air.
Puncak pemakaian air diperkirakan berdasarkan pada jenis pasangan palbing
dalam gedung dan kemungkinan penggunaan serentak.
1. Ukuran pipa
Untuk menetapkan ukuran pipa adalah dengan menentukan pemakaian
serentak. Hal ini dilakukan dengan mencatat produksi tiap pasangan
plambing kemudian dijumlahkan untuk menentukan perkiraan, aliran rata-
rata maksimal. Nilai ini hendaknya juga mempertimbangkan berbagai
factor distribusi, antara lain rata-rata suplai yang diperlukan tiap pasangan
plambing, lamanya pasangan plambing yang digunakan, dan frekuensi
pasangan plambing yang digunakan. Penetapan ukuran waktu ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa tiap pasangan plambing yang paling
jauh dan atau tinggi tetap mendapatkan tekanan yang memadai. Untu itu
mungkin tiap titik tertentu dapat dipasang pengukuran tekanan.
Tekanan minimum untuk tiap pasangan untuk kegunaan sehari-hari,
misalnya bathub, shower, wastafel adalah 8 psi. untuk penggelontoran,
misalnya WC, diperlukan tekanan 15 18 psi. kecepatan aliran air juga
perlu mendapat perhatian karena aliran akan menimbulkan bisisng dan
kikisan pada pipa bila kecepatan melebihi 2 m/dt. Biasanya dibatasi
sampai 3 m/detik atau disesuaikan dengan aturan terbaru.
2. Bahan pipa
Dalam pemilihan bahan pipa hendaknya memperhatian biaya, tersedianya
bahan dipasaran setempat, pengalaman sebelumnya dengan bahan yang
digunakan, tersedianya perlengkapan untuk memasang dan memelihara
bahan yang diusulkan, kemampuan pipa untuk menahan bahan dari luar,
kemungkinan kelarutan dari bahan pipa yng dapat menimbulkan
kontaminasi dalam air, kemampuan bahan untuk menahan gangguan dari
luar ( panas, beban, keratin tikus), kekasaran permukaan bagian dalam
pipa yang akan mengurangi teknanan, kemampuan pipa menahan air
panas, tidak mudah terbakar, untuk mencegah meluasnya api bila terjadi
kebakaran, dan tahan karat. Untuk membantu pemilihan bahan mungkin
dapat merujuk pada standar bahan pipa.
3. Kontaminasi dalam pipa

15
Kontaminasi bisa terjadi karena kelarutan bahan pipa oleh bahan kimia
tertentu sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan/ekonomi.
Korosi pipa besi dapat menimbulkan warna merah pada air bersih. Korosi
pipa bahan tembaga bisa terjadi bila pH dibawah 7 atau karena kecepatan
aliran yang terlalu tinggi sehingga dapat mengikis pelapis dalam pipa.
Tembaga bisa menimbulkan gangguan warna hijau atau biru pada bak
pencuci atau bathubs. Tembaga dalam konsentrasi cukup kecil mampu
mempercepat korosi logam lain, seperti seng, alumunium atau baja.
Efek racun mungkin bisa menjadi akut bila air yang mengandung tembaga
digunakan untuk kegunaan khusus. Peningkatan kandungan tembaga
dalam darah pasien yang menjalani cuci ginjal sehingga bisa
menyebabkan haemolisis sel darah. Masih banyak lagi kontaminasi air
yang berasal dari pipa misalnya cadmium, sengn, chorm, timah hitam.
E. Pertumbuhan Mikroba dalam Saluran Air
Beberapa efek yang tidak dikehendaki dari pertumbuhan mikro organisme
dalam saluran antara lain : mengurangi kapasitas saluran, menimbulkan rasa
dan bau, merubah warna air dan menyebabkan korosi.
Diperkirakan bahwa hamper 50% kerak dalam saluran air adalah residu
organic. Bahan yang tidak larut dalam air cenderung untuk terikat pada residu
organic, demikian juga organisme non slime producing. Bakteri besi
merupakan organisme pengganggu yang sering dijumpai pada saluran air.
Senyawa besi tersebut dapat menimbulkan endapan dan warna pada air.
Actinomycetes diketahui juga menimbulkan masalah bau, warna an kekotoran
air terutama dimana saluran air dingin berdekatan dengan pipa uap atau
sumber panas lainnya yang menyebabkan suhu meningkat melebihi 18oC
untuk beberapa lama. Mereka akan banyak timbul bila sumber air adalah air
permukaan karena air permukaan banyak mengandung bahan organic.
Untuk menghancurkan pertumbuhan bakteri dalam saluran dapat
menggunakan residu khlorin bbas 0,5 mg/l . Jika banyak terjadi pertumbuhan
organisme slime forming dapat digunakan khlorin dengan dosis tinggi
untuk beberapa saat dengan chlorin 6 7 mg/l selama satu hari.
F. Disenfeksi Sistem Saluran Air Bersih
Desinfeksi akan lebih efektif bila dilakukan upaya untuk mencegah
kontaminasi permukaan dalam pipa sebelum dan selama dipasang. Pipa

16
hendaknya disimpan ditempat bersih, dan tiap ujung hendaknya ditutup.
Sistem harus digelontor keseluruhan sebelum didesninfeksi.
Metoda penambahan larutan chlorin terus-menerus merupakan cara terbaik
untuk sistem perpipaan. Ketika air mengalir ke dalam sistem ditambahkan
larutan khlorin terus-menerus hingga mencapai konsentrasi minimum 50 mg/l
kran-kran dibuka untuk mengetahui bahwa semua saluran telah terisi air
dengan mengandung chlorine. Air chlorine di tahan dalam pipa selama 24
jam, setelah itu dilakukan test untuk melihat bahwa masih terdapat chlorine
dengan dosis 25 mg/l. sistem kemudian digelontor sehingga residu chlorine
bebas tinggal 1 mg/l.
Setelah chlorinasi perlu dilakukan tes bakteriologi . untuk itu hendaknya
menghubungi Dinas Kesehatan atau laboratorium kesehatan lingkungan dapat
melakukannya sendiri. Bila coliform masih ada perlu desinfeksi ulang.
Berbagai bentuk chlorin dapat digunakan. Larutan chlorin yang dibuat dari
gas cukup berbahaya. Hypochlorite biasanya lebih aman kalsium hipoklorit
adaalh granula yang mengandung 70% khlorin.
G. Pengendalian Sambung Silang
Sambungan silang dalam sistem perpipaan merupakan ptensi bahaya yang
serius. Sambungan silang merupakan jalan masuk kontaminan ke dalam air
bersih. Sambungan silang dapat terjadi pada dua sistem bersambungan
disertai dengan adanya perbedaan tekanan yang akan membawa kontaminan
ke dalam air bersih.
Sambungan itu bisa terjadi karena dua sistem perpipaan bersambungan antara
lain melalui silang yang memanjang masuk kedalam bak yang penuh dengan
larutan kontaminan. Karena adanya racun dalam aluran bersih, tekanan
atmosfir menekan larutan kontaminan lebih besar maka kontaminan ke dalam
saluran air bersih.
1. Kondisi kehilangan tekanan yang menyebabkan aliran balik,
apabila kran bocor atau dibiarkan terbuka setelah air pendingin diisi
makan terjadilah sambungan silang, karena tekanan pada air pendingin
lebih tinggi daripada saluran air bersih.
Aliran balik diperbesar kemungkinannya bila terjadi kehilangan tekanan
pada saluran air bersih. Kehilangan tekanan karena pecah ini juga dapat
menimbulkan aliran balik air dari toilet dan wastafel. Tekanan negative

17
dilantai atas juga terjadi karena pengurasan saluran pada saat perbaikan.
Karena tidak mungkin untuk mencegah setiap sambungan silang maka
perlu dipasang alat pengaman dan setiap sambungan silang maka perlu
dipasang alat pengaman dam setiap kejadian kehilangan tekanan
hendaknya diselidiki lebih jauh penyebabnya.
2. Titik rawan sambungan silang dan cara penanggulanganya
Sambungan silang dapat dijumpai hamper disetiap area rumah sakit.
3. Perlindungan sambungan individual / khusus
Penyediaan air untuk pasangan plambing individual dapat ditanggulangi
dengan pemasangan air gap atau non pressure type vaccum breaker.
Apabila selang dipasang mulut keran, maka air gap akan kehilangan
fungsinya. Untuk itu perlu dipasang nonpressure vacuum breaker.
4. Sistem blok
Untuk menekan biaya perlindungan sambungan individual, maka akan
dipasang perlindungan blok. Peralatan yang digunakan adalah break tank,
reducedpressure backflow preventer dan barometric loop.
H. Tenaga Pengelola
Tenaga pengelola air bersih terdiri dari :
1. Tenaga pelaksana dengan tugas mengawasi plumbing dan mutu air
dengan kualifikasi STM/DI dan latihan khsuus.
2. Pengawas, dengan tugas mengawasi tenaga pelaksana pengelolaan
air bersih kualifikasi D3dan latihan khusus.
I. Evaluasi
Untuk pengelolaan air bersih di rumah sakit diperlukan tolok ukur sebagai
berikut :
1. Tolok ukur pengawasan kualitas air adalah Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 492 Tahun 2010 Permenkes No. 416 tahun 1990 dan Kepmenkes No.
907 tahun 2002.
2. Kuantitas sesuai dengan kebutuhan
3. Frekuensi pemeriksaan plambing.

18
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Kegiatan pengawasan kualitas air bersih dengan pendekatan surveilens


kualitas air antara lain meliputi :
1. Inspeksi sanitasi terhadap Sarana air minum dan air bersih
2. Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel
3. Melaukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium; dan
4. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air
B. Melakukan Inspeksi Sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit
minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi sarana penyediaan
air sesuai petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPm dan PL,
Departemen Kesehatan.
C. Pengambilan sampel air minum dan air bersih rumah sakit
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Air untuk Pemeriksaan Mikrobiologik
Menurut Jumlah Tempat Tidur
Jumlah Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan
Tempat Tidur untuk Pemeriksaan Mikrobiologi
Air Minum Air Bersih
25 100 4 4
101 400 6 6
401 1000 8 8
1000 10 10

19
D. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2
(dua) kali setahun ( sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan ) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada penampungan
(reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
E. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama
pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan
ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran
sepanjang distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran
F. Sampel air pada buti C dan D tersebut diatas dikirim dan diperiksa pada
Laborotorium yang berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
atau Pemerintah Daerah setempat.
G. Pengambilan dan pengiriman sampel dapat dilaksanakan sendiri oleh
pihak RS atau pihak ketiga yang di rekomendasikan oleh Dinas Kesehatan.
H. Sewaktu waktu Dinas Kesehatan Provinsi, kab/kota dalam rangka
pengawasn ( uji petik) penyelenggaraan penyehatan air minum dan atau air
bersih rumah sakit untuk diperiksa di laboratorium.
I. Setiap 24 jam sekali RS harus melakukan pemeriksaan kualitas air untuk
pengukuran sisa khlor bila menggunakan kaporit, pH dan kekeruhan air
minum atau air bersih yang berasal dari sistem perpipaan dan atau pengolahan
air pada titik/tempat yang curigai rawan pencemaran.
J. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan
melakukan analisis hasil inspeksi dan pemeriksaan laboratorium.
K. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengelolaan sesuai parameter
yang menyimpang.
L. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat risiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

20
BAB V
PENUTUP

Dengan adanya standar panduan pemeliharaan dan pengelolaan sarana air


minum/air bersih RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu ini diharapkan menjadi
acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu.
Tentu saja panduan pemeliharaan dan pengelolaan sarana air minum/air
bersih RSKJ Soeprapto Provinsi ini masih jauh dari sempurna, belum menggambarkan
permasalahan dan cara penerapan secara menyeluruh terutama berdasarkan kebutuhan
instalasi yang ada di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu. Maka diharapkan kritik dan
saran bagi pembaca sebagai masuka yang berharga untuk penyempurnaan standar
persyaratan kesehatan lingkungan ini di masa yang akan datang.

DIREKTUR
RSKJ SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULU

dr. Hj. CHANDRAINY PURI, M.SI


NIP. 19680402 200604 2 004

21
LAMPIRAN :
NOMOR : 445/ /1.1
TENTANG :
DAFTAR PERALATAN KERJA
PEMELIHARAAN AIR BERSIH
INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN
RSKJ SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU

NO PERALATAN KERJA PEMELIHARAAN AIR BERSIH JUMLAH


1 Compressor 1 buah
2 Mesin sedot 1 buah
3 Cangkul 1 buah
4 Tang biasa 1 buah
5 Tang potong 1 buah
6 Obeng min 1 buah
7 Obeng tespen 1 buah
8 Kunci inggris/ kunci pipa 1 buah
9 Gergaji besi 1 buah
10 linggis 1 buah

DIREKTUR
RSKJ SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULU

dr. Hj. CHANDRAINY PURI, M.SI


NIP. 19680402 200604 2 004

22

Anda mungkin juga menyukai