Halodule pinifolia
OLEH :
RIKI TRISTANTO
26020212140101
OSEANOGRAFI
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan.
Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas
serta keragaman jasadjasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken, 1988).
2. Tujuan
2.1 Memberikan gambaran tentang definisi, biologis, morfologi klasifikasi dan
2.2 Membandingkan lamun Halodule pinifolia dengan spesies lamun yang lain
3. Manfaat
3.1 Mahasiswa dapat memahami dan mendeskripsikan lamun Halodule
pinifolia
yang lain
3.4 Mahasiswa dapat mengetahui secara garis besar lamun selain Halodule
pinifolia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Biologi Lamun
Di Indonesia, tercatat ada 12 spesies lamun ditambah 1 spesies lagi,
Halophila beccari yang di perkirakan ada (Kiswara dan Hutomo, 1985;
Fortes,1990; Tomascik.et.al. 1997). Padang lamun di Indonesia antara lain
terdapat di Selat Flores, Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu, Teluk Banten dan
Kepulauan Riau. Lamun dengan luas area kecil, seperti dugong grass, tropical
eelgrass, fiberstrand grass, round-tipped seagrass, dan syringe grass, umumnya
ditemukandi pulau-pulau Indonesia Timur (Fortes, 1990).
2. Morfologi Lamun
Penyesuaian morfologik dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya
daun yang seperti rumput, lentur dan sistem akar dari rimpang yang meluas
mampu bertahan terhadap pengaruh ombak, pasut dan pemindahan sedimen di
pantai yang dangkal Lamun yang hidup di perairan yang terkena pemanasan yang
intensif sehingga suhu air meniggi lebih banyak berupa varietas yang berdaun
kecil (Romimohtarto, 2001).
2.1 Akar
Akar pada beberapa spesies seperti Halodule pinifolia memiliki
karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil. Patriquin (1972)
menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam substrat
(interstitial) melalui sistem akar-rhizoma.
oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar
sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh mikroflora di rhizospher.
2.3 Daun
Halodule pinifolia dicirikan oleh panjang, pisau daun sempit berukuran 5-
20 cm panjang dan 0,6-1.2 mm lebar. Ujung daun bulat dan bergerigi luas.
Selubung daun kira-kira 1-4 cm panjang. Halodule pinifolia memiliki rimpang
merayap dengan 2-3 akar di setiap node.
2.4 Klasifikasi
Secara lengkap klasifikasi lamun jenis Halodule pinifolia (Phillips dan
Menez,1988) adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia
2.5 Fisiologi
Halodule pinifolia mampu melakukan proses metabolisme secara optimal
jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif. Suhu
merupakan faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan, karena
suhu mempengaruhi aktifitas metabolisme ataupun perkembangbiakan dari
organisme-organisme tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986). Toleransi suhu
dianggap sebagai faktor penting dalam menjelaskan biogeografi lamun dan suhu
yang tinggi di perairan dangkal dapat juga menentukan batas kedalaman
minimum untuk beberapa spesies(Larkum et al., 1989). Kisaran suhu optimal
bagi spesies lamun untuk perkembangan adalah 28C-30C, sedangkan untuk
fotosintesis lamun membutuhkan suhu optimum antara 25C-35C dan pada saat
cahaya penuh. Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi
BAB III
PEMBAHASAN
Halodule pinifolia awalnya digambarkan oleh Miki pada tahun 1932
sebagai Diplanthera pinifolia dan pinifolia kemudian Halodule oleh C. den Hartog
di 1.964, Ini adalah lamun secara luas didistribusikan ke seluruh Pasifik Barat dan
Samudera Hindia bagian timur daerah. Halodule pinifolia telah dicatat di Jepang,
Taiwan, Filipina, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Cina, Kepulauan Mariana Utara,
Kepulauan Fiji, India dan di seluruh Australia. Berspekulasi bahwa Halodule
uninervis dan Halodule beaudettei berasal dari Halodule pinifolia. Spesies ini
terjadi di zona sublittoral, biasanya tumbuh di dasar berpasir atau berlumpur.
Telah diamati di lingkungan energi tinggi maupun rendah, namun sebagian besar
berada di teluk yang terlindung dan pools. Halodule pinifolia merupakan spesies
pionir yang dominan dalam lingkungan mengalami gangguan atau di lingkungan
yang dianggap tidak menguntungkan bagi spesies lamun lainnya. Lingkungan ini
tidak menguntungkan termasuk daerah-daerah yang mengalami fluktuasi
musiman salinitas, bidang pergeseran pasir dan bidang studi terhadap kerusakan
mekanik. Namun, Halodule pinifolia tidak dapat bersaing dengan lamun lain dan
padang rumput yang ditumbuhi dapat menjadi cukup cepat. Halodule pinifolia
tergantung pada substrat, asosiasi dengan jenis lamun yang berbeda, yang tidak
akan keluar bersaing itu. Pada dasar berpasir lembut, Halodule pinifolia biasanya
dikaitkan dengan Halophila ovalis dan kadang-kadang Halophila Ovata. Pada
dasar lumpur, biasanya disertai dengan Cymodocea rotundata.
denganHalophila spinolosa
panjang 50 200mm
Yang membedakannya
berjumlah 13-17
berbeda (dioecious).
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Halodule
pinifolia merupakan spesies pionir yang dominan dalam lingkungan mengalami
gangguan atau di lingkungan yang dianggap tidak menguntungkan bagi spesies
lamun lainnya. Pada dasar berpasir lembut, Halodule pinifolia biasanya dikaitkan
dengan Halophila ovalis dan kadang-kadang Halophila Ovata. Pada dasar lumpur,
biasanya disertai dengan Cymodocea rotundata.
SARAN
Sebaiknya perpustakaan menyediakan lebih banyak informasi tentang
lamun khusunya Halodule pinifolia sehingga memudahkan dalam keperluan
pendidikan dan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Kiswara W. 1993. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Indonesia.
Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp.
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In
Den Hartog, C. 1970. The Sea Grasses of The World. 12-15. North Holland
Hutomo, H. 1997. Padang lamun Indonesia :salah satu ekosistem laut dangkal yang
Hutomo, M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di