FILTRASI
Dosen Pembimbing:
2. Wulandari (151411063)
2017
I. TUJUAN
Setelah praktikum dilakukan di laboratorium, mahasiswa dapat :
a. Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan.
b. Menentukan waktu tinggal dengan efisiensi terbaik.
Pada suatu saat media filter akan mengalami kejenuhan (saturated), seingga
perlu diregenerasi dengan menggunakan air bersih (aliran dari bawah ke atas).
Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor
faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi,
efisiensinya, dan sebagainya. Faktorfaktor tersebut adalah debit filtrasi,
konsentrasi kekeruhan, temperature, kedalaman media, ukuran dan material, serta
tinggi muka air dan kehilangan tekanan (Qikuk.com, 2015).
a. Debit filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara
efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya
aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir.
Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media
penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat
melewati rongga antar butiran menyebabkan partikelpartikel yang terlalu halus
yang tersaring akan lolos.
b. Konsentrasi kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi.
Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan
tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam
melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air
baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang
terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya
dilakukan proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi.
c. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi,
menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis
dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik
menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan
dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi
daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi
daya saring filter.
d. Kedalaman media, ukuran, dan material
Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam
perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya
pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya
saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Lagipula ditinjau daris segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah
menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain
memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring
yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media
filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring,
baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran
media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan
variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya
tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air
baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga
akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang
pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga
dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang
tertahan) terlalu cepat.
e. Tinggi muka air di atas media dan kehilangan tekanan
Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit
atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media
akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air
yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka
air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada
saat filter kotor.
Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang
cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media
akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering
disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat
atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama
beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah
besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat)
sehingga terjadi clogging.
III. ALAT dan BAHAN
Bahan dan Peralatan Analisis
a. Bahan yang digunakan : bentonit (powder), pasir silica, karbon aktif, zat organic
(berwarna) dan flokulant (polimer).
b. Peralatan analisa : Turbidity-meter dan TDS-meter
SKEMA KERJA
Mengisi bak umpan dengan air yang mengandung zat/bahan tersuspensi atau zat organik
tertentu sekitar 10 liter.
Posisi umpan berada di atas kolom filtrasi atau dapat dilengkapi dengan pompa umpan.
Mencatat waktu yang diperlukan pada saat cairan melalui media filter sampai saat
cairan keluar dari kolom.
Mengukur volume filtrate (efluen) dan konsentrasi zat organik pada setiap periode
tertentu.
START
Posisi umpan di
atas kolom filtrasi
atau dapat
digunakan pompa.
Semua kran
dipastikan dalam
keadaan terbuka
Cairan yang
mengandung
zat/bahan tersuspensi
dialirkan ke dalam
kolom bagian atas
dengan debit tertentu
Volume filtrat
dan konsentrasi
bahan organik
diukur pada
periode waktu
tertentu
A
A
Konsentrasi
dalam aliran
effluent
meningkat
END
V. DATA PENGAMATAN
VIII. SIMPULAN
Berdasarkan data selama praktikum diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Alat filtrasi di laboratorium pengendalian limbah industri memiliki efisiensi
penurunan kekeruhan sebesar 74,15% .
2. Waktu tinggal yang tepat untuk memperoleh efisiensi terbaik tersebut adalah
150 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnaedi, 2010, Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum,Jakarta: Penebar Swadaya
A. Penentuan Efisiensi
t=10
36.64 19.49
Efisiensi = 100% = 46.88%
36.64
t=20
36.64 15.31
Efisiensi = 100% = 58.22%
36.64
t=30
36.64 14.29
Efisiensi = 100% = 60.99%
36.64
t=40
36.64 13.40
Efisiensi = 100% = 63.43%
36.64
t=50
36.64 14.72
Efisiensi = 100% = 59.82%
36.64
t=60
36.64 15.57
Efisiensi = 100% = 57.51%
36.64
t=70
36.64 14.89
Efisiensi = 100% = 59.36%
36.64
t=80
36.64 13.33
Efisiensi = 100% = 63.62%
36.64
t=90
36.64 14.51
Efisiensi = 100% = 60.40%
36.64
t=100
36.64 14.72
Efisiensi = 100% = 59.82%
36.64
t=110
36.64 13.01
Efisiensi = 100% = 64.50%
36.64
t=120
36.64 12.41
Efisiensi = 100% = 66.13%
36.64
t=130
36.64 12.13
Efisiensi = 100% = 66.90%
36.64
t=140
36.64 12.06
Efisiensi = 100% = 67.08%
36.64
t=150
36.64 9.47
Efisiensi = 100% = 74.15%
36.64
B. Grafik
Kekeruhan vs Waktu
40
35
30
Kekeruhan (NTU)
25
20
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)
TDS vs Waktu
250
240
230
TDS (mg/liter)
220
210
200
190
180
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Waktu (menit)
70
60
50
Efisiensi
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Waktu (menit)
C. Gambar Alat