ABSTRAK
Enzim rennin adalah suatu enzim yang paling utama dalam industri keju dimana tingkat
permintaan enzim ini terus meningkat setiap tahunnya. Enzim ini berperan sebagai koagulan
dalam industri keju sehingga susu dapat dipisahkan menjadi curd dan whey lalu diproses lebih
lanjut menjadi keju. Dalam proses pembuatannya, enzim ini dapat diperoleh dari abomasum
ruminansia muda dan kapang. Jika diambil dari ruminansia muda, enzim rennin akan diperoleh
dalam bentuk ekstrak kompleks enzim rennet, dimana enzim rennet mengandung sektar 90%
enzim rennin. Sedangkan jika melalui kapang, enzim rennin tidak terambil dalam bentuk
kompleks enzim seperti halnya dari ruminansia. Dikarenakan erat kaitannya antara enzim
rennin dan kompleks enzim rennet, maka dalam paper ini akan dideskripsikan terlebih dahulu
mengenai kompleks enzim rennet.
Kata Kunci : Enzim Rennet, Enzim Rennin, Abomasum, Mucor pusillus
1
mengandung 8894% rennin dan 612% pepsin dan sebaliknya ekstrak yang berasal
dari sapi dewasa yaitu mengandung 9094 % pepsin dan hanya 610% rennin.(Scott,
1986).
Dikarenakan enzim rennet bersumber pada abomasum mamalia berupa anak
sapi, anak domba dan anak kambing yang masih menyusui dan belum mengkonsumsi
makanan lain, mengakibatkan enzim rennet menjadi mahal serta lama untuk dapat
dipanen dengan cara mengambil abomasum dari sumber enzim rennet tersebut (
dikarenakan waktu regenerasi mamalia yang lama ).
Namun berkat perkembangan teknlogi, enzim rennet/rennin sekarang dapat
diperoleh dari mikroorganisme dengan menggunakan rekayasa genetika seperti
Rhizomucor miehei, R. pusillus dan Cryphonectria parasitica. Selain itu, pada saat ini
enzim rennet dapat dibagi menjadi 4, yaitu rennet dari lambung ruminansia, rennet
mikroba, fermentation produced chymosin (FPC) dengan rekayasa genetika, dan rennet
nabati.
2
mereka menghasilkan rennin. Pada saat ini, bakteri yang banyak digunakan
sebagai pem-produksi enzim rennin adalah Aspergilus niger.
Pengganti Rennet/Rennin Nabati
Enzim menyerupai rennet dapat dihasilkan dari tumbuhan, salah satu contohnya
adalah tanaman pepaya. Getah pepaya dapat digunakan sebaga pengganti
kompleks enzim rennet dimana dari getah pepaya dapat diperoleh enzim papain.
Enzim papain sebagai pengganti kompleks enzim rennet mempunyai beberapa
kelebihan antara lain lebih mudah didapat dengan harga murah, tersedia dalam
jumlah yang banyak dan tidak perlu murni.(Yuniwati, 2008).
Enzim rennin disekresikan dalam bentuk prochymosin yang inaktif dengan berat
molekul sebesar 36 kDa dan dalam bentuk aktifnya rennin sebesar 31 kDa (Suhartono
1992). Selain itu, enzim ini memiliki titik isolelektrik sekitar pH 4.5 dan stabil pada
pada pH 5.3 sampai 6.3. Pada pH 2.0 proses aktivasi sangat cepat, tetapi pada pH 5.0
aktivasi sangat lambat dan umumnya hidrolisis terjadi karena proses autolisis. Pada
enzim rennin terkandung asam amino-asam amino. Asam amino asam amino yang
terkandung didalam rennin adalah lisin, histidin, arginin, triptofan, asam aspartat,
threonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valin, metionin, leusin, isoleusin,
tyrosin dan fenilalanin (Matsubara dan Feder 1971).
Setidaknya, akan terjadi reaksi dua tahap ketika enzim rennin dimasukan
kedalam susu. Dimana tahap pertama adalah reaksi enzimatis dan tahap kedua adalah
3
reaksi non-enzimatis. Kedua tahapan reaksi ini akan terjadi secara terpisah dan tidak
akan dapat dibedakan secara visual. ( Daulay, 1991 )
Permintaan
Enzim rennin identik pada proses produksi keju. Hal ini dikarenkan dalam
proses pembentukan keju diseluruh dunia pasti membutuhkan enzim rennin untuk
mengkoagulasi susu sehingga menjadi keju. Dikarenakan hal ini, grafik kebutuhan
enzim rennin dalam memproduksi keju dapat dilihat dari laju konsumsi keju oleh
konsumen keju.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa enzim rennin cukup banyak digunakan
di negara negara Eropa dan Amerika. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan
makanan di negara negara tersebut, keju seringkali digunakan dalam bahan
bahannya. Dari tabel dapat dilihat bahwa Yunani adalah negara yang
terbanyak mengkonsumsi keju sehingga Yunani menjadi negara di Eropa yang
menjadi konsumen enzim rennin terbanyak di dunia.
4
Gambar 2. Konsumsi Keju Perkapita di Amerika Serikat
Sumber : Milkprice
Di negara Amerika Serikat, dari grafik dapat dilihat bahwa konsumsi keju
perkapita tiap tahun hampir selalu mengalami peningkatan. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa permintaan akan enzim rennin di Amerika Serikat
terus meningkat tiap tahunnya dan masih akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk.
Pasokan
Terdapat banyak pemasok enzim rennin untuk bahan baku pembuatan keju.
Beberapa contohnya adalah Dairy Connection, Inc. di Amerika Serikat, yang sudah
berdiri sejak tahun 1999. Perusahaan ini adalah pemasok enzim rennin untuk
perusahaan keju berskala kecil hingga menengah. Hundsbichler Company, yang
berdiri sejak tahun 1947 dari Austria dimana perusahaan ini adalah supplier dari 80%
enzim rennin hewani yang digunakan di Austria. Perusahaan ini juga melakukan
kegiatan ekspor enzim rennin ke banyak negara, yaitu Swiss, Itali, Perancis, Jerman,
Belanda, Yunani, Cyprus, Syria, Slovenia, Ceko, Turki, Kanada, dan negara negara
lainnya. Perusahaan lainnya yang memasok enzim rennin untuk dipakai dalam
industri adalah Du Pont yang terletak di negara Kolombia.
5
2004). Menurut prediksi dari BussinesWare, pasar global dari enzim protease pada
tahun 2022 diproyeksikan akan melebihi USD 2.50 miliar. (Bussinesware.com)
Selain itu, modal produsen keju untuk membeli enzim rennin yang berbahan
baku dari mikroorganisme penghasil enzim rennin lebih murah dibandingkan membeli
enzim rennin berbahan baku abomasum ruminansia muda sehingga dapat
meningkatkan laju produksi keju yang dihasilkan dimana hal ini akan meningkatkan
sektor perindustrian terutama dalam industri keju menimbang menurut survei yang
dilakukan pada tahun 2012, oleh lembaga survey Nielsen, bahwa dari tahun ke tahun
akan selalu terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan produk
sehari-hari khususnya produksi konsumsi cepat habis selama terjadi peningkatan
pendapatan perkapita. Salah satu produk yang selalu mengalami peningkatan konsumsi
adalah keju. Bedasarkan hasil survey, keju merupakan salah satu produk yang tingkat
konsumsinya terus mengalami peningkatan baik dari masyarakat kalangan menengah
ke atas sebesar 38% serta masyarakat menengah kebawah sebesar 28%. Hal tersebut
dapat dibuktikan juga melalui perolehan data pada Asosiasi Industri Pengolahan Susu
(2012), yang memperkirakan penjualan industri susu olahan termasuk keju pada 2012
mencapai 33, 17 triliun, dimana meningkat 7% dibandingan proyeksi tahun lalu Rp 31
triliun. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian 20124 yang memberikan uraian
tentang perkembangan konsumsi pangan di Indonesia juga menjelaskan bahwa keju
yang termasuk dalam kelompok konsumsi susu, adalah salah satu produk susu olahan
yang memiliki tingkat pertumbuhan konsumsi setahun masyarakat Indonesia yang
cukup besar, yaitu sebesar 12.50%.
6
diekstrak, maka akan didapatkan ekstrak rennet dimana ekstrak ini mengandung
sekitar 90% enzim renin.
Mucor pusillus, adalah mikroorganisme dari kingdom fungi. Mikroorganisme
ini dapat digunakan sebagai penganti dari abomasum ruminansia sebagai
penghasil enzim rennin dikarenakan mikroorganisme ini dapat menghasilkan
enzim yang menyerupai rennet hewan walaupun saat ini masih belum sempurna,
dimana ketidaksempurnaan ini kemungkinan diakibatkan oleh efek dari
aktivitas enzim protease yang non-spesifik selama periode pematangan saat
pembuatan keju. ( Khan, J.A Blain, dan Patterson, 1979 )
Flow Diagram
Jika pembuatan enzim rennin diperoleh dari perut ruminansia, terdapat dua buah
metode yang dapat dilakukan, yaitu metode tradisional dan metode modern.
Dengan Abomasum
Penghilangan lemak, dan Abomasum dipotong
Abomasum isi abomasum serta kecil-kecil ukuran 1 x 2
segar dibelah pencucian lalu cm
dikeringkan
7
disaring dan hasilnya didapatkan ekstrak rennet ayng mengandung enzim rennin.(
OConnor, 1993 )
Endapan hasil
ekstraksi selanjutnya Pemisahan ampas Mukosa direndam
diekstraksi lagi dengan hasil dalam larutan
dengan cara yang ekstrakside dengan pengekstraksi
sama dengan sentrifugasi 15 menit selama 1 hari
ekstraksi pertama
Endapan rennet
dikeringkan
Dalam produksi enzim rennin berupa ekstrak rennet dengan metode modern,
abomasum segar yang diambil dari anakan ruminansia dimasukkan kedalam freezer
untuk dibekukan selama satu minggu. Setelah satu minggu, abomasum dicairkan pada
air di suhu ruang lalu abomasum dibelah dan lapisan mukosanya dipisahkan dari
jaringan dinding luarnya (muscular wall). Lalu lapisan mukosa dicincang sampai kecil
dan dimasukkan kedalam gelas 1 liter yang telah diisi dengan larutan asam asetat 10 %
dengan perbandingan mukosa : asam asetat = 1 : 2. Agar ekstraksi optimal,perlu
dilakukan pengadukan pada campuran asam asetat dan mukosa selama 24 jam dalam
suhu ruang. Seteleh proses ekstraksi selesai, dilakukan proses pemisahan ampas dari
larutan hasil ekstraksi dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 2750 putaran per menit
selama 15 menit. Endapan yang diperoleh dari sentrifugasi lalu dipisahkan dari filtrat
dimana endapan ini akan diberi perlakuan berupa ekstraksi kembali. Filtrat yang didapat
lalu dikumpulkan dan dinetralkan dengan cara menambahkan NaOH 1 N sampai pH
menjadi 5.4 secara sedikit demi sedikit sambil dilakukan pengadukan. Setelah itu,
8
larutan rennet di endapkan dengan cara menambahkan larutan garam amonium sulfat
jenuh. Endapan yang terjadi kemudian dipisahkan secara sentrifugasi pada kecepatan
5.000 putaran per menit selama 15 menit. Endapan rennet yang diperoleh lalu
dikeringkan sampai dengan kadar air 5% dengan menggunakan oven pada suhu 40C-
50C. .( OConnor, 1993 )
Menginkubasi
Sentrifugasi Ekstraksi
selama 116 jam
pada suhu 37
Proses pembuatan enzim rennin dari mikroba Mucor pusillus, dimulai dengan
persiapan media berupa media fermentasi tepung gandum. Bahan bahan yang terdapat
pada media fermentasi yaitu 4% dedak gandum, 0,2% KH2PO4, 0,05% MgSO4, 0,5%
KCl, 0,1% urea dan 1,0% pepton, akuades 250 ml dengan pH medium 4,0 sebelum
sterilisasi. Setelah bahan untuk membuat media dicampur, media tersebut lalu
distrelisasi dengan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Setelah selesai
disterilisasi, medium lalu diinokulasikan dengan suspensi M. pusillus sebanyak 5 ml
yang mengandung 9 x 106 spora per mililiter lalu dilanjutkan dengan pengikubasian
selama 116 jam pada suhu 37C. Mikroba Mucor pusillus lalu akan tumbuh pada media
yang ditandai dengan munculnya warna keabu abuan pada media. Selanjutnya, hasil
fermentasi diekstraksi dengan menggunakan larutan tween 80 dan akuades. Untuk
mendapatkan filtrat yang diinginkan dilakukan proses pemisahan dengan sentrifugasi
4000 rpm selama 15 menit. Kemudian, dilakukan proses penyaringan supernatan
dengan menggunakan kertas Whatman 42 hingga didapatkan ekstrak kasar enzim.
Selanjutnya ekstrak kasar enzim dipekatkan dengan amonium sulfat 80% untuk
mendapatkan keaktifan enzim tertentu agar mampu menggumpalkan protein susu.
(Radiati,1992).
9
Deskripsi Produk Hasil
Dari kedua proses yang berbeda diatas dimana kedua proses tersebut
menggunakan bahan pembuat enzim rennin yang berbeda, maka diperoleh 2 buah
produk hasil berupa enzim rennin yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing
masing. Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IPB, aktivitas enzim
rennin dari abomasum ruminansia ketika digunakan untuk melakukan koagulasi pada
susu akan menghasilkan koagulan dengan kepadatan yang baik dalam waktu relatif
cepat. Untuk enzim yang dibuat dari abomasum ruminansia muda, ketika enzim yang
diperoleh digunakan untuk dipakai dalam pembuatan keju, maka keju akan memiliki
cita rasa yang khas dan bertekstur lembut. Hal ini dikarenakan enzim rennin/chymosin
yang diperoleh dari perut ruminansia muda bersifat spesifik dalam mengkatalisa reaksi
hidrolisis -kasein susu sehingga menyebabkan koagulasi susu yang spesifik pula
(Andren, 1991; Spreer, 1998).
Selain itu, enzim yang dibuat dari abomasum ruminansia muda sangat kecil
kemungkinan terjadi aktivitas proteolisis non spesifik yang menyebabkan timbulnya
rasa pahit dari hasil produk enzim, misalnya keju ketika digunakan. Proteolisis non
spesifik adalah pemutusan rantai peptida tertentu pada kasein diluar yang terjadi pada
koagulasi normal dan terkadang menimbulkan rasa pahit. Produk hasil berupa enzim
yang diperoleh dari ruminansi muda memiliki beberapa kerugian, yaitu mahalnya bahan
baku dikarekan dibutuhkan abomasum dari ruminansia muda.
Pada enzim rennin yang diperoleh dari Mucor pusillus,secara umum produk
hasil yang diperoleh hampir sama dengan enzim rennin yang diproduksi dari abomasum
ruminansia muda namun, pada enzim rennin yang diproduksi oleh Mucor pusillus
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dari enzim rennin dari abomasum ruminansia
muda untuk terjadi aktivitas proteolisis non-spesifik sehingga ketika digunakan dalam
industri misalnya keju, memiliki kemungkinan untuk menyebabkan cita rasa yang
sedikit pahit pada keju. ( Khan, J.A Blain, dan Patterson, 1979 ). Pada enzim rennin
yang dihasilkan dari Mucor pusillus juga memiliki pH optimum enzim yang berbeda
dengan abomasum ruminansia muda yaitu 6 (diperoleh aktivitas optimum sebesar
0,09599 unit/ml/menit), dimana jika pHnya melebihi 6 akan terjadi denaturasi enzim.
Pada enzim rennin yang dihasilkan dari Mucor pusillus juga akan memiliki titik
isoelektrik pada pH 4,5. Scott (1986). Suhu optimum dari enzim renin yang diperoleh
dari Mucor pusillus bedasarkan percobaan adalah 32C (dengan diperoleh aktivitas
minimum sebesar 0,06942 unit/ml/menit) dimana selebihnya akan terjadi denaturasi
enzim. Hal ini terjadi karena suhu yang semakin tinggi akan mempengaruhi ikatan
nonkovalen pada enzim yaitu ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan Van der walls.
Ikatan ikatan ini dalam keadaan normal akan memelihara struktur sekunder dan tersier
enzim (Bodanszky, 1993). Ketika dihitung nilai Vmax dan Km dari enzim renin untuk
mengetahui karakteristik enzim, diperoleh nilai Vmax sebesar 0,0836 Unit/ml,
sedangkan Km sebesar 0,356. Km merupakan konsentrasi substrat untuk mencapai
kecepatan aktivitas enzim maksimum sedangkan Vmax adalah kecepatan aktivitas
10
enzim maksimal. Perlu diketahui, nilai Km bersifat khas bagi setiap enzim pada pH,
suhu, waktu reaksi enzim dan substrat tertentu. (Lehninger, 1995)
11
berfungsi sebagai penambah rasa namun, garam juga membantu menghilangkan
air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering
serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.
7. Pematangan, proses ini dilakukan dengan cara menyimpan keju selama periode
tertentu
12
D. Refrensi
Adiono, Purnomo Hari . 1985. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
Winarno, F. G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
Chairunisa, Trioso. 2009. Produksi dan Uji Biologis Rennet Dari Abomasum Domba
Lokal Sebagai Bahan Bioaktif Dalam pembuatan Keju. Jurnal Universitas
Pertanian Bogor
Daulay D. 1991. Fermentasi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Fedrich, I.A and Fuller, S.C. 1988.Comparison of Calf Rennet and Modified Mucor
miehei Coagulant in Cheddar Cheese. J.Dairy Technol. 41 (1):12-15.
H. Matsubara and J. Feder, 'Other bacterial, mold, yeast proteases*, In: 'The
Enzymes* Vol. III. Ed. P.D. Boyer, pp. 721-741, Academic Press, New
York. 1971.
John, Susan.2009. Nutrition and Feeding of the Cow-Calf Herd: Digestive System of
the Cow. Virginia.
https://pubs.ext.vt.edu/content/dam/pubs_ext_vt_edu/400/400-010/400-
010_pdf.pdf (13 Oktober 2017)
Khan, J.A Blain, dan Patterson. 1979.Extracellular Proteases of Mucor pusillus.
Scotland : Strathclyde University, Glasgow
Khothibul Umam Al Awwaly, Mustakim, Rachmat Agus Budiutomo. 2008.
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Rennin Mucor Pusillus Terhadap
Lingkungan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008
Muchtadi, Tien R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. IPB.
Bogor.
OConnor. 1993. Cheesemaking Manual.
Phillips, T. 2011. Enzymes Used in The Dairy Industry.
http://biotech.about.com/casestudies/a/dairyenzymes.ht m. (13 Oktober
2017).
Radiati, L.E, 1992. Pemurnian Enzim Renin Mucor pusillus. Jurnal Universitas
Brawijaya. 1992. Vol 4 (2) : 35-45.
R. Scott, 1986. Cheesemaking Practice. Elsevier Applied Science Publishers, 1986 -
Technology & Engineering
Schwimmer, S. 1981. Source Book of Food Enzymology, West Port: The AVI
Publishing Co. Inc.
Spreer, E. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcell Dekker Inc. New
York
13
Yuniwati, M, dkk. 2008. Pemanfaatan Enzim Papain sebagai Penggumpal dalam
Pembuatan Keju. (Jurnal). Sains dan Teknologi.
14