Anda di halaman 1dari 8

EBM

CRITICAL APPRAISAL
A Randomized Comparison of Dihydroartemisinin-Piperaquine
and Artesunate-Amodiaquine Combined With Primaquine for
Radical Treatment of Vivax Malaria in Sumatera, Indonesia

Disusun oleh :
Fadhillah Syafitri (1102011091)
Faradiba Febriani (1102011096)
Mainurtika (1102011151)

Dosen Pembimbing :
dr. Citra Dewi, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2013/2014
TUGAS EVIDENCE BASED MEDICINE

Skenario
Lia, seorang anak perempuan berusia 14 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter dengan keluhan
demam yang disertai keadaan menggigil sejak 2 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluh sakit kepala, mual, dan nyeri pada persendian. Demam berawal sejak pasien pulang
dari berlibur ke rumah pamannya di Timika, Papua. Tes serologi malaria menunjukkan hasil
positif dan pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan fase aseksual Plasmodium vivax.
Dokter mendiagnosis sebagai Malaria yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax.
Kemudian dokter menyarankan untuk melakukan pengobatan ACT (Artemisin Combination
Therapy) dengan kombinasi Dihidroartemisin-Piperakuin-Primakuin. Enam bulan
sebelumnya kakak pasien pernah dirawat di Rumah Sakit karena mengalami hal yang sama,
dan oleh dokter di Rumah Sakit tersebut diobati dengan kombinasi Artesunat-Amodiakuin-
Primakuin. Kemudian ibu pasien bertanya mengenai keunggulan masing-masing regimen
pengobatan tersebut.

Pertanyaan (Foreground Question)


Apakah terapi kombinasi Dihidroartemisin-Piperakuin-Primakuin dapat memberikan
prognosis yang baik dalam mengobati malaria yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium
vivax dibandingkan dengan terapi kombinasi Artesunat-Amodiakuin-Primakuin?

PICO
Population : Anak 14 tahun dengan malaria Plasmodium vivax
Intervention : Terapi ACT (Artemisin Combination Therapy) dengan kombinasi
Dihidroartemisin-Piperakuin-Primakuin
Comparison : Terapi ACT (Artemisin Combination Therapy) dengan kombinasi
Artesunat-Amodiakuin-Primakuin
Outcomes : lebih baik dalam mengobati malaria yang disebabkan oleh infeksi
Plasmodium vivax

1
Pencarian bukti ilmiah
Alamat website :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3814843/pdf/jit407.pdf
Kata kunci : malaria AND plasmodium vivax AND dihydroartemisinin-
piperaquine-primaquine AND artesunate-amodiquine-primaquine
Limitasi : Januari 2009 - Desember 2013
Hasil Pencarian : 6 artikel

Dipilih artikel berjudul


A Randomized Comparison of Dihydroartemisinin-Piperaquine and Artesunate-Amodiaquine
Combined With Primaquine for Radical Treatment of Vivax Malaria in Sumatera, Indonesia

REVIEW JURNAL
Pendahuluan
A high prevalence of chloroquine-resistant Plasmodium vivax in Indonesia has shifted first-
line treatment to artemisinin-based combination therapies, combined with primaquine (PQ)
for radical cure. Which combination is most effective and safe remains to be established.

Metoda
We conducted a prospective open-label randomized comparison of 14 days of PQ (0.25 mg
base/kg) plus either artesunate-amodiaquine (AAQ + PQ) or dihydroartemisinin-piperaquine
(DHP + PQ) for the treatment of uncomplicated monoinfection P. vivax malaria in North
Sumatera, Indonesia. Patients were randomized and treatments were given without prior
testing for G6PD status. The primary outcome was parasitological failure at day 42. Patients
were followed up to 1 year.

Hasil
Between December 2010 and April 2012, 331 patients were included. After treatment with
AAQ + PQ, recurrent infection occurred in 0 of 167 patients within 42 days and in 15 of 130
(11.5%; 95% confidence interval [CI], 6.6%18.3%) within a year. With DHP + PQ, this was
1 of 164 (0.6%; 95% CI, 0.01%3.4%) and 13 of 143 (9.1%; 95% CI, 4.9%15.0%),
respectively (P > .2). Intravascular hemolysis occurred in 5 patients, of which 3 males were
hemizygous for the G6PD-Mahidol mutation. Minor adverse events were more frequent with
AAQ + PQ.

Kesimpulan
In North Sumatera, Indonesia, AAQ and DHP, both combined with PQ, were effective for
blood-stage parasite clearance of uncomplicated P. vivax malaria. Both treatments were safe,
but DHP + PQ was better tolerated.

2
APAKAH HASIL PENELITIAN TERSEBUT VALID?
A. Petunjuk Primer

1. Apakah terdapat sampel yang representatif, terdefinisi jelas, dan berada pada kondisi yang
sama dalam perjalanan penyakitnya?

2. Apakah follow-up cukup lama dan lengkap?

B. Petunjuk sekunder
1. Apakah kriteria outcome yang digunakan obyektif dan tanpa bias?

3
2. Bila ditemukan subgrup dengan prognosis yang beda, apakah dilakukan adjustment untuk
faktor-faktor prognostik yang penting?

3. Apakah dilakukan validasi pada suatu kelompok independen (test-set)?


TIDAK

APA HASILNYA?
1. Bagaimana gambaran outcome menurut waktu?

4
2. Seberapa tepat perkiraan prognosis?

5
APAKAH HASIL PENELITIAN INI DAPAT DIAPLIKASIKAN?
1. Apakah pasien dalam penelitian tersebut serupa dengan pasien saya?
YA

2. Apakah hasil tersebut membantu memilih atau menghindari terapi tertentu?


YA

6
3. Apakah hasilnya membantu dalam memberikan konseling kepada pasien saya?
TIDAK

Anda mungkin juga menyukai