ELEKTROANALISIS KONDUKTOMETRI
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas matakuliah Eletroanalisis semester
ini dengan baik dan segala kesulitan serta hambatan yang dialami dapat teratasi.
Makalah ini disusun berdasarkan dari berbagai sumber dan jurnal penelitian agar dapat
memberikan berbagai informasi penting mengenai analisis titrasi konduktometri sehingga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kritik
serta saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk perbaikan
makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Amin.
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konduktometri
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan.
Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan.
Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan
ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila
arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G)
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (l).
Dengan :
G = daya hantar listrik (ohm-1)
R = tahanan (ohm)
k = Konduktovitas (Sm-1)
A = luas permukaan elektroda (m2)
l = jarak kedua elektroda (m)
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen
yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan
jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi
jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume
larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000 cm3.
Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm ,
V = A = 1000 k / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen
larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.
^ = 1000k/C
Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap
ion.
C. Pengukuran Konduktivitas
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel yang tetapan
selnya telah ditetapkan dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat.
Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan 3 perubahan dalam
komposisi larutan di dekat elektrode, dengan demikian potensial-potensial listrik dapat timbul pada
elektrode-elektrode. Sumber arus bolak-balik dapat berupa jaringan listrik pusat yang memberi arus
dengan frekuensi sampai 3000 Hz. Karena digunakan arus bolak balik, sel akan mempunyai
kapasitan yang tak akan diimbangi dalam kontak resistansi standar R, maka perlu dimasukan sebuah
kondensor Variabel paralel dengan kontak resistansi sehingga kapasitansinya dapat diimbangi. Jika
frekuensi arus dinaikkan sampai menjadi Hz, maka efek-efek kapasitansi dan induksi menjadi sangat
penting, dan peralatan harus dimodifikasi untuk memperhitungkan efek-efek ini. Karena itu kita perlu
meninjau cara-cara dalm pengukuran konduktivitas:
Titrasi konduktometri yang dilaksanakan dengan arus yang berfrekuensi rendah sampai
dengan 3000 Hz
Titrasi yang dilakukan menggunakan arus pada frekuensi tinggi, kita lebih mengukur
peubahan-perubahan dalam kapasitansi atu induktansi ketimbang konduktansinya maka
titrasi-titrasi demikian biasanya disebut titrasi frekuensi tinggi.
Perhitungan konduktivitas secara langsung dari tahanan. Sampel dan dimensi sel I dan A tidak
dapat diandalkan karena distribusi arusnya rumit. Dalam prakteknya, sel dikalibrasikan dengan
sampel yang diketahui konduktivitasnya. Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada
dan biasa dikenal sebagai konduktivitas Molar L. Pengukuran-pengukuran hantaran biasanya
dilakukan pada larutan berair (H2O adalah penghantar buruk, L H2O = 5 x 10-8 mho/cm) pada 25 0C.
Pada konsentrasi tinggi, kenaikan konsentrasi menyebabkan naiknya hantaran secara linier. Ini akan
memiliki maksimum, untuk selanjutnya menurun Teori tentang konduktometri merupakan kebalikan
dari teori hokum ohm tentang hambatan listrik. Berdasarkan dan berangkat dari hukum ohm tersebut,
maka disusunlah teori tentang konduktovitas yang merupakan kebalikan dari resistivitas
G=l/R
K=l/
Dengan
G: Konduktovitansi (mho) atau (S)
I : Panjang material (meter)
K: Konduktovitas (S.m-1),
: Hambatan jenis atau resistivitas (ohm meter)
Konduktivitas larutan elektrolit pada temperatur konstan, tergantung pada jenis ion dan
konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka konduktovitasnya akan menurun. Ini terjadi karena
jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Akantetapi, kemampuan tiap ion dalam meneruskan
muatan akan semakin besar karenatidak ada nya hambatan antar ion pada larutan encer. Karena
konsentrasi larutan pada umumnya dinyatakan dalam satuan molar (mol/liter), Maka pada
konduktometri terdapat istilah konduktovitas molar (), yang mempunyai hubungan dengan
konsentrasi secara:
= 1000K/C
Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan
(rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.
Sumber Listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan merupakan proses faradai,
yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi
elektro kimia pada elektroda- elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses
faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran
konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC.
Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya hantar.
Sumber listrik AC, S merupakan sumber arus litrik dengan frekuensi antara 60 sampai 1000 Hz, dan
potensial antara 6 sampai 10 V. Besarnya tahanan RAC dan RBC dapat dihitung dari posisi jarum
pada C. ND adalah detektor kebisingan (Noisy Detector) yang biasanya menggunakan headphone.
Head phone dapat diganti dengan magig eye, atau mikroamper, digital, sehingga Rsel dapat dihitung
bila ND tak ada respon dengan menggeser kedudukan C. Rs merupakan kapasitor yang dapat
mencegah terjadinya arus bolak- balik bila tahanan dalam analit terlalu tinggi
E. Teori Ionisasi
Larutan adalah campuran homogen (serba sama) dari dua macam zat atau lebih. Jumlah zat
yang paling banyak dalam suatu larutan disebut pelarut (solvent), sedangkan zat yang lainnya disebut
zat terlarut (solute).
Larutan Elektrolit yaitu Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam
larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan anion).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik
dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami
oksidasi. Contoh, pada laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen
sebagai berikut.
HCl(aq)H+(aq)+Cl-(aq)
Larutan elektrolit terdiri dari larutan elektrolit kuat contohnya HCl, H2SO4, dan larutan elektrolit
lemah contohnya CH3COOH, NH3, H2S. Larutan elektrolit dapat bersumber dari senyawa ion
(senyawa yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai
ikatan kovalen polar).
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak
menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini disebabkan tidak semua
terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion
yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai
dengan panah dua arah (bolak-balik).
Contoh senyawa yang termasuk elektrolit lemah: CH3COOH, HCOOH, HF, H2CO3, dan NH4OH
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat memberikan lampu terang dan timbul gelembung
gas. Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi sempurna).
Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat. pada
persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.
Contoh larutan elektrolit kuat : Asam, contohnya asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3),
asam klorida (HCl) Basa, contohnya natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium
hidroksida (Ba(OH)2) Garam, hampir semua senyawa kecuali garam merkuri
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak
menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini disebabkan tidak semua
terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion
yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai
dengan panah dua arah (bolak-balik).
Contoh senyawa yang termasuk elektrolit lemah : CH3COOH, HCOOH, HF, H2CO3, dan NH4OH
F. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Untuk lebih mudah pemahaman Anda, cobalah perhatikan tabel 3 berikut.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Daya hantar listrik dalam titrasi konduktometri sangat berhubungan dengan konsentrasi dan
gerakan bebas dari ion.
2. Titik ekivalen dari titrasi konduktometri ditandai dengan konstanta nilai daya hantar yang
tertera dalam konduktometer.
3. Titrasi konduktometri hanya dapat digunakan untuk larutan elektrolit.
4. Pengukuran daya hantar dalam titrasi konduktometri memerlukan 3 komponen penting yaitu :
sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik)untuk
mengukur tahanan larutan.
5. Titrasi konduktometri terbagi 2 yaitu: a. Titrasi konduktometri dengan frekuensi rendah,
b.Titrasi konduktometri frekuensi tinggi
6. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukuan titrasi yaitu:
a. Penyesuaian pH.
b. Pemekatan ion logam yang akan dititrasi.
c. Banyaknya indicator.
d. Deteksi perubahan warna.
e. Pencapaian titik-akhir.
f. Metode lain untuk mendeteksi titik akhir.
7. Salah satu aplikasi dari titrasi konduktometri yaitu analisis tablet aspirin
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap agar dapat memahami metode-metode yang dilakukan
dalam titrasi konduktometri. Karena dalam melakukan suatu titrasi kita harus memperhatikan
beberapa hal penting yang menjadi acuan dalam melakukan suatu prosedur titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett dkk. 2009. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitas Anorganik.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.
http://www.Apa itu titrasi_Kimia analisa.htm. Diakses pada 12 Oktober 2014.
http://www.Beberapa Pertimbangan Praktis _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia_htm.
Diakses pada 12 Oktober 2014.
http://www.Dasar Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri _ BLoG
kiTa.htm. Diakses pada 12 Oktober 2014
http://www.dodychemist.blogspot.com. metode titrasi konduktometri. Diakses pada 12
Oktober 2014
http://www.yayachemistry.blogspot.com. penerapam titrasi konduktometri. Diakses pada 12
Oktober 2014
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Perss
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Soebagio dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang
Wardhana,Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir.Yogyakarta:Andi Press