1. Definisi
2. Klasifikasi fistula
a. Klasifikasi klinis
1) Fistel enterocutaneous
adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan
keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit
2) enterovesicular yaitu vesikovaginal dan uretrovaginal
fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina
sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara ureta dan vagina.
Fistula pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi
saluran kemih.
3) Fistula rektovaginalis
adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur
granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit
anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal
4) fistula enterocolic
saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil
3. Etiologi
Kebanyakan fistula merupakan hasil dari operasi pembedahan. Atau
penyebab lain meliputi proses peradangan, seperti infeksi atau inflammatory
bowel disease, melahirkan dan terapi radiasi, infeksi lokal, iskemia lokal,
prosedur yang tidak adekuat, penyembuhan jaringan yang jelek, obstruksi
distal karena meatal stenosis/ encrustasi (Shehata, 2011).
Van der Meulen, et al, menyatakan ada enam (6) faktor yang menyumbang
kejadian fistula berulang, yaitu:
1. Devaskularisasi pada kulit akibat tidak adekuatnya delineasi pada flap
kulit atau penarikan kulit akibat dressing yang ketat,
2. Tarikan yang kuat pada kulit akibat kombinasi dari sedikitnya kulit yang
tersisa dan edema sekitar luka,
3. Superposisi dari uretra dan garis jahitan kulit
4. Infeksi pada luka, yang menyebabkan devaskularisasi pada kulit atau
stagnansi (berkumpulnya) darah dan urin,ISK
5. Perforasi pada kulit akibat jahitan transkutaneus
6. Terpisahnya tepi luka akibat tidak adekuatnya aliran urin
4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala tergantung pada kekhususan defek.
1) Urin dapat terus merembas kedalam vagina atau terdapat inkontinens
fekal dan flatus dikeluarkan, melalui vagina (terjadi pada fistula
rektovaginal).
2) Urin dapat terus merembes keluar dari jahitan bekas operasi
3) Keluarnya isi perut/feces dan flatus melalui kulit yang terbuka (terjadi
pada fistula enterocutaneous)
4) Nyeri
5) Gatal
6) Demam
5. Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan.
Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi
bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam
peritoneum hingga terjadinya peradangan pada peritoneum sehingga
keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses biasanya disertai
dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita
jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan
terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan
sehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh.
Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka jika tidak di tangani secara cepat maka bisa terjadi
infeksi.
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin adalah malnutrisi dan dehidrasi, bergantung pada
lokasi intestinum yang terbemtuk fistula. Fistula juga dapat menjadi sumber
problema kulit dan infeksi. Komplikasi lain yang mungkin tarjadi :
1) Respon immun menurun
2) Resiko penyebaran infeksi
3) Penyembuhan luka lebih lama
4) Dehidrasi
5) Motilitas usus
6) Edema
7. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin.
3. BNO-IVP
Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital
ginjal.
8. Penatalaksanaan medis
Pengobatan untuk fistula bervariasi tergantung pada lokasi dan beratnya
gejala. Penatalaksanaan disini tujuannya adalah menghilangkan fistula,
infeksi dan ekskoriasi dengan cara :
a. Pembedahan pada fistula
Penutupan fistula dengan jahitan simpel, mudah dilakukan dan tidak
membutuhkan waktu yang banyak, namun jika dilakukan diatas jahitan
sebelumnya, merupakan hal yang potensial untuk terjadinya rekurensi.
Flap kulit biasa digunakan untuk memperbaiki fistula yang besar bagi
penutupan simpel, dan membuat kulit lokalnya lebih lembut dan adekuat
b. Non-bedah jika fistula merupakan akibat dari karsinoma, tuberkolosis,
penyakit crohn atau colitis, maka penyakit primer harus diterapi dengan
tepat agar lesi ini sembuh.
c. Diet enteral
Yaitu suatu nutrisi cair yang diambil melalui mulut atau diberikan melalui
tabung pengisi. Dimana formula ini menggantikan makanan padat cair
dan mengandung nutrisi penting. (biasanya diet ini diresepkan untuk,
fistula enterocutaneous, enterovesicular dan enterovaginal).
d. Pemberian obat-obatan
Biasanya obat flagly (antibiotik) dan immunosuppressant.
9. Gambar
Pathway Hypospadia
Hypospadia
Komplikasi prosedur
urethroplasty
Fistel uretrokutan
Merangsang nociseptor
Kerusakan integritas
Saraf afferent kulit
Substansia gelatinosa
pada kornu dorsalis
medula
Traktus spinotalamikus
Talamus
Korteks cerebri
Saraf Efferent
Nyeri
ASUHAN KAPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Usia
Ditemukan saat lahir
b. Jenis kelamin
hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-
laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007:
130)
2. Keluhan Utama
Adanya rembesan pada luka bekas operasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan fistula uretrocuton ditemukan adanya rembesan
pada lubang kencing yang tidak pada tempatnya yang telah dioperasi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung
kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir.
4. Riwayat Kongenital
a. Penyebab yang jelas belum diketahui.
b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
c. Lingkungan polutan teratogenik.
5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
6. Activity Daily Life
a. Nutrisi
Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk.
Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK
c. Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
d. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integumen
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
- Kaji fungsi perkemihan
- Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
Adanya lekukan pada ujung penis
Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
Terbukanya uretra pada ventral
Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
drinage.
B. Diagnosa
a. Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman
b. Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
C. Intervensi
No.
Tujuan Intervensi Rasional
Diagosa
1 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat
tindakan secara nyeri pasien
keperawatan selama komprehensif
3x24 jam, diharapkan 2. Kaji tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital
nyeri pada pasien vital sebagai indikator
berkurang sampai terjadinya nyeri
hilang dengan kriteria 3. Berikan posisi 3. Posisi nyaman dapat
hasil: yang nyaman mengurangi rasa
1. Pasien 4. Ajarkan terapi nyeri
menyatakan non farmakologi 4. Napas dalam dapat
nyeri (napas dalam) memaksimalkan
berkurang 5. Kolaborasi kadar O2 dalam tubuh
2. Skala nyeri 3 pemberian sehingga membuat
analgetik relaks
5. Analgetik membantu
mengurangi nyeri
secara farmakologi