Anda di halaman 1dari 13

FISTULA URETRO CUTON

1. Definisi

Hipospadia merupakan kelainan perkembangan uretra anterior dimana


muara uretra terletak ektopik pada bagian ventral penis proksimal hingga
glans penis. Muara uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum, dan
semakin keproksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami
pemendekan dan membentuk curvature yang disebut chordae (Baskin,
2006). Menurut Hosam et al, (2008), Komplikasi pada operasi hipospadia
adalah tinggi jika dibanding dengan operasi rekonstruksi yang lain. Fistula
uretrokutan setelah urtroplasti merupakan komplikasi yang sering dan
menyebabkan frustasi dari operator.
Fistula didefinisikan sebagai saluran yang menghubungkan antara dua
permukaan epitelial. Permasalahan yang dihadapi pada fistula uretrokutan
seringkali berulang dan kadang berpotensi mengganggu secara fisik maupun
psikologis
Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering
munculpascarepair hipospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat
diperbaiki dengan penutupan berlapis dari flap kulit lokal.
Fistel atau fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung
normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai
dengan hubunganya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus) (Sylvia A. Price,
2005). Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ
berongga internal atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar.

2. Klasifikasi fistula
a. Klasifikasi klinis
1) Fistel enterocutaneous
adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan
keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit
2) enterovesicular yaitu vesikovaginal dan uretrovaginal
fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina
sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara ureta dan vagina.
Fistula pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi
saluran kemih.
3) Fistula rektovaginalis
adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur
granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit
anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal
4) fistula enterocolic
saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil

3. Etiologi
Kebanyakan fistula merupakan hasil dari operasi pembedahan. Atau
penyebab lain meliputi proses peradangan, seperti infeksi atau inflammatory
bowel disease, melahirkan dan terapi radiasi, infeksi lokal, iskemia lokal,
prosedur yang tidak adekuat, penyembuhan jaringan yang jelek, obstruksi
distal karena meatal stenosis/ encrustasi (Shehata, 2011).
Van der Meulen, et al, menyatakan ada enam (6) faktor yang menyumbang
kejadian fistula berulang, yaitu:
1. Devaskularisasi pada kulit akibat tidak adekuatnya delineasi pada flap
kulit atau penarikan kulit akibat dressing yang ketat,
2. Tarikan yang kuat pada kulit akibat kombinasi dari sedikitnya kulit yang
tersisa dan edema sekitar luka,
3. Superposisi dari uretra dan garis jahitan kulit
4. Infeksi pada luka, yang menyebabkan devaskularisasi pada kulit atau
stagnansi (berkumpulnya) darah dan urin,ISK
5. Perforasi pada kulit akibat jahitan transkutaneus
6. Terpisahnya tepi luka akibat tidak adekuatnya aliran urin
4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala tergantung pada kekhususan defek.
1) Urin dapat terus merembas kedalam vagina atau terdapat inkontinens
fekal dan flatus dikeluarkan, melalui vagina (terjadi pada fistula
rektovaginal).
2) Urin dapat terus merembes keluar dari jahitan bekas operasi
3) Keluarnya isi perut/feces dan flatus melalui kulit yang terbuka (terjadi
pada fistula enterocutaneous)
4) Nyeri
5) Gatal
6) Demam

5. Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan.
Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi
bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam
peritoneum hingga terjadinya peradangan pada peritoneum sehingga
keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses biasanya disertai
dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita
jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan
terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan
sehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh.
Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka jika tidak di tangani secara cepat maka bisa terjadi
infeksi.
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin adalah malnutrisi dan dehidrasi, bergantung pada
lokasi intestinum yang terbemtuk fistula. Fistula juga dapat menjadi sumber
problema kulit dan infeksi. Komplikasi lain yang mungkin tarjadi :
1) Respon immun menurun
2) Resiko penyebaran infeksi
3) Penyembuhan luka lebih lama
4) Dehidrasi
5) Motilitas usus
6) Edema
7. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin.
3. BNO-IVP
Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital
ginjal.

8. Penatalaksanaan medis
Pengobatan untuk fistula bervariasi tergantung pada lokasi dan beratnya
gejala. Penatalaksanaan disini tujuannya adalah menghilangkan fistula,
infeksi dan ekskoriasi dengan cara :
a. Pembedahan pada fistula
Penutupan fistula dengan jahitan simpel, mudah dilakukan dan tidak
membutuhkan waktu yang banyak, namun jika dilakukan diatas jahitan
sebelumnya, merupakan hal yang potensial untuk terjadinya rekurensi.
Flap kulit biasa digunakan untuk memperbaiki fistula yang besar bagi
penutupan simpel, dan membuat kulit lokalnya lebih lembut dan adekuat
b. Non-bedah jika fistula merupakan akibat dari karsinoma, tuberkolosis,
penyakit crohn atau colitis, maka penyakit primer harus diterapi dengan
tepat agar lesi ini sembuh.
c. Diet enteral
Yaitu suatu nutrisi cair yang diambil melalui mulut atau diberikan melalui
tabung pengisi. Dimana formula ini menggantikan makanan padat cair
dan mengandung nutrisi penting. (biasanya diet ini diresepkan untuk,
fistula enterocutaneous, enterovesicular dan enterovaginal).
d. Pemberian obat-obatan
Biasanya obat flagly (antibiotik) dan immunosuppressant.
9. Gambar
Pathway Hypospadia

Hypospadia
Komplikasi prosedur
urethroplasty

Fistel uretrokutan

Penatalaksanaan fistel Penatalaksanaan operasi


hecting

Terputusnya Port the entry of the


Kegagalan fistel hecting
kontinuitas microorganisme
sebelumnya
jaringan

Merangsang pelepasan Risiko Infeksi


Cemas mediator kimia
(bradikinin, serotonin)
Perlukaan jaringan

Merangsang nociseptor

Kerusakan integritas
Saraf afferent kulit

Substansia gelatinosa
pada kornu dorsalis
medula

Traktus spinotalamikus

Talamus

Korteks cerebri

Saraf Efferent

Nyeri
ASUHAN KAPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Usia
Ditemukan saat lahir
b. Jenis kelamin
hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-
laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007:
130)
2. Keluhan Utama
Adanya rembesan pada luka bekas operasi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan fistula uretrocuton ditemukan adanya rembesan
pada lubang kencing yang tidak pada tempatnya yang telah dioperasi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung
kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir.
4. Riwayat Kongenital
a. Penyebab yang jelas belum diketahui.
b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
c. Lingkungan polutan teratogenik.
5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
6. Activity Daily Life
a. Nutrisi
Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk.
Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK
c. Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
d. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integumen
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
- Kaji fungsi perkemihan
- Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
Adanya lekukan pada ujung penis
Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
Terbukanya uretra pada ventral
Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
drinage.
B. Diagnosa
a. Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman
b. Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
C. Intervensi

No.
Tujuan Intervensi Rasional
Diagosa
1 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat
tindakan secara nyeri pasien
keperawatan selama komprehensif
3x24 jam, diharapkan 2. Kaji tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital
nyeri pada pasien vital sebagai indikator
berkurang sampai terjadinya nyeri
hilang dengan kriteria 3. Berikan posisi 3. Posisi nyaman dapat
hasil: yang nyaman mengurangi rasa
1. Pasien 4. Ajarkan terapi nyeri
menyatakan non farmakologi 4. Napas dalam dapat
nyeri (napas dalam) memaksimalkan
berkurang 5. Kolaborasi kadar O2 dalam tubuh
2. Skala nyeri 3 pemberian sehingga membuat
analgetik relaks
5. Analgetik membantu
mengurangi nyeri
secara farmakologi

2 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Indikator terjadinya


tindakan vital infeksi
keperawatan selama 2. Kaji luka post 2. Mengetahui kondisi
3x 24 jam, tidak operasi meliputi luka post operasi
terjadi infeksi pada kebersihan dan 3. Perawatan luka
pasien dengan tanda-tanda dengan prinsip steril
kriteria hasil: infeksi mencegah terjadinya
1. Tidak ada tanda- 3. Lakukan infeksi
tanda inflamasi perawatan luka 4. Menurangi tingkat
(rubor, kalor, dolor) dengan prinsip pajanan patogen
2. Suhu dalam batas steril penyebab infeksi
normal (36,5- 4. Anjurkan keluarga 5. Antibiotik bekerja
37,50C) untuk menjaga sebagai
area post operasi bakteriostatis
tetap bersih dan (menghambat
kering pertumbuhan bakteri)
5. Kolaborasi secara farmakologi
pemberian
antibiotik

3 Setelah dilakukan 1. Catat petunjuk 1. Stres dapat terjadi


tindakan perilaku mis, sebagai akibat gejala
keperawatan selama gelisah, peka fisik kondisi, juga
3x 24 jam,
rangsang, reaksi lain.
diharapkan cemas
menolak, kurang 2. membuka hubungan
berkurang.
kontak mata, terapeutik. Membantu
Kriteria hasil :
perilaku menarik dalam meng-
1. Menyatakan perhatian. indentifikasi masalah
kecemasan 2. Dorong yang menyebabkan
berkurang menyatakan stres.
2. Mengekspresikan perasaan. 3. Validasi bahwa
sikap positif dan 3. Berikan umpan perasaan normal dapat
mengerti tentang balik membantu
kondisinya, 4. Akui bahwa menurunkan stres.
pemeriksaan ansietas dan 4. Keterlibatan pasien
diagnostik dan masalah mirip dalam perencanaan
prosedur yang perawatan
pengobatan diekspresikan 5. memberikan rasa
3. Memperlihatkan orang lain. kontrol dan membantu
ekspresi wajah Tingkatkan menurunkan ansietas.
yang tenang perhatian 6. meningkatkan
mendengan relaksasi, membantu
pasien. menurunkan ansietas.
5. Berikan informasi 7. tindakan dukungan
yang akurat dan dapat membantu
nyata tentang apa pasien merasa stres
yang dilakukan. berkurang.
6. Berikan 8. meningkatkan kontrol
lingkungan tenang penyakit
dan istirahat.
7. Dorong
pasien/orang
terdekat untuk
menyatakan
perhatian, perilaku
perhatian.
8. Bantu pasien
belajar mekanisme
koping baru, mis
teknik
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media
Aesculapuis FKUI. Jakarta.
Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C.,Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart edisi 8. Vol. 2, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai