Anda di halaman 1dari 1

Terkait permasalahan tentang PCC, tentu adanya peran pemerintah yang tegas dalam mengawasi

pendistribusian bahan baku atau produk obat yang telah ditarik. Dapat kita ketahui bahwa, bahan baku
obat merupakan hasil impor dari negara lain. Oleh sebab itu perlunya ada kerjasama dengan direktorat
jenderal bea dan cukai terkait impor bahan baku obat. Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia terkait pemasukan obat impor bahwa pemasukan obat impor
dilaksanakan oleh Industri Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi yang mendapat persetujuan dari
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, sehingga perlu adanya ketegasan dan sanksi dari BPOM
terkait impor bahan baku obat. Selain itu perlu adanya pembaharuan mengenai list list obat yang
sudah tidak boleh lagi beredar di Indonesia, agar pengawasan dari BPOM bisa lebih baik lagi. Jalur
distribusi obat-obatan dari produsen hingga konsumen harus benar benar diawasi dengan ketat.
Mekanisme pengawasan serta regulasi yang telah disusun oleh BPOM mestinya tidak hanya tertulis di
kertas saja, tetapi juga harus dipastikan implementasi di lapangan. Ketegasan dari BPOM dapat juga
dilakukan dengan melarang masuknya bahan baku obat yang tidak terdata dengan jelas atau ambigu,
sehingga dapat meminimalisir pendistribusian bahan baku obat yang dapat disalahgunakan seperti PCC.

Sanksi dapat juga diberikan oleh BPOM ke Industri farmasi sesuai yang tertera di Pasal 7 yaitu ,
Tindakan administratif dapat berupa:

1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara Kegiatan
3. Pembekuan dan/atau pencabutan izin edar Obat Impor yang bersangkutan atau
4. Tindakan administrative lain dan atau tindakan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai