OKSIDASI BIOLOGI
DOSEN PEMBIMBING :
RISKY YULINDA
ANGGITA NADIA
NAILATUL HIFDZIYATI C
MITA HASTUTI
KIKI PATMAWATI
LILY SAFITRI
AIDIL RAHMAN
ABDUL AZIZ
2015/2016
KATA PENGANTAR
Palembang 19 Desember 15
( )
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian oksidasi biologi
2. Untuk mengetahui enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi.
3. Untuk mengetahui peran oksidasi dalam biomedis
4. Untuk mengetahui implementasi reaksi oksidasi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit
tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip
bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam
jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan
ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan
isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap. Apabila
enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya,
atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi
kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran.
Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang
merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus),
berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya,
atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-
sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan
mengakibatkan kebocoran membrane.
Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah
sebagai berikut:
a. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke
glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu protein serum
yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
b. Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratus kali
lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan
sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedangkan
peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.
c. Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat ratus kali
menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda
(marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang
dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu
reagensia adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan
dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar senyawa yang
jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur.
Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut:
a. Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter globiformis dapat
digunakan untuk mengukur asam urat.
b. Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-oksidase yang
dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
c. Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan keracunan alcohol
dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alcohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh
Saccharomyces cerevisciae, dan lain-lain.
Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan
senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh
penyakit yang dapat diobati dengan terapi ini adalah:
a. Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan adalah akarbosa
(acarbose), di mana akarbosa akan bersaing dengan amilum makanan untuk mendapatkan situs
katalitik enzim amilase (pankreatik -amilase) yang seyogyanya akan mengubah amilum
menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu, sehingga kenaikan gula
darah setelah makan dapat dikendalikan.
b. Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang mengatur pertukaran
H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar bersama urine, sedangkan Na akan
diserap kembali ke dalam darah. Adalah senyawa turunan sulfonamida, yaitu azetolamida yang
berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara kompetitif sehingga pertukaran kation di
tubulus ginjal tidak akan terjadi. Ion Na akan dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na
yang higroskopis menyebabkan air akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini membawa
keuntungan apabila terjadi penumpukan cairan bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata lain
senyawa azetolamida turut berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan tubuh.
c. Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzim renin-
EKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk angiotensin II,
sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas angiotensin II. Untuk
menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi terhadap kerja enzim khususnya EKA
dapat dilakukan dengan pemberian obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).
d. Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan dua enzim,
yaitu siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II). Ada obat atau senyawa tertentu yang
mempengaruhi kinerja cox 1 dan cox II sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan
dan rasa sakit.
e. Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yang
berfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapat dihambat oleh
berbagai senyawa, antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan sildenafil.
Teofilin digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin digunakan untuk
menambah kelenturan membran sel darah merah sehingga dapat memasuki relung kapiler,
sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah penis sehingga aliran darah yang
masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa saat.
f. Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya. Salah
satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis sel ganas. Seperti
yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru (purin dan pirimidin). Pada
pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang melibatkan formilasi (penambahan
gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh
senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu penggunaan
azaserin dapat menghambat biosintesis purin yang membutuhkan asam glutamate. 6-
aminomerkaptopurin juga dapat menghambat adenilosuksinase sehingga menghambat
pembentukan AMP (salah satu bahan DNA).
g. Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor
monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidase yang
mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam amino.
Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang mengalami peningkatan jumlah ada
sel susunan saraf penderita penyakit kejiwaan.
Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja, digunakan
prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi
bagian dari proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk
melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah
enzim mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit
infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara
lain:
a. Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya dengan menghambat
mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan pirimidin baru). Proses ini
membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh mikroorganisme sendiri
dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat (PABA), pteridin, dan asam glutamat.
Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan turunannya dapat dimanfaatkan untuk
menghambat pemakaian PABA untuk membentuk asam folat.
b. Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme di alam
bebas dalam rangka mempertahankan substrat dari kolonisasi oleh mikroorganisme lain dalam
memperebutkan sumber daya, juga berperan dalam terapi. Contohnya adalah penisilin, suatu
antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis dipeptida D-alanil D-
alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri
akan rentan terhadap perbedaan tekanan osmotik sehingga gampang pecah.
c. Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi. Penggunaan antibiotika tertentu dapat
menghambat sintesis protein pada mikroorganisme.
3. Hidroperoksidase
Enzim Hidroperoksidase Menggunakan Hidrogen Peroksida Atau Peroksida Organik
Sebagai Substrat. Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini : peroksidase dan
katalase. Kedua tipe enzim ini ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan. Enzim
hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya.
Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkanradikal bebas yang selanjutnya akan
merusak membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker serta aterosklerosis.
4. Oksigenase
Enzim Oksigenase Mengatalisis Pemindahan Langsung Dan Inkorporasi Oksigen Ke
Dalam Molekul Substrat. Enzim oksigenase lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian
berbagai tipe metabolit dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan
memberikan enegi pada sel. Enzim-enzim dlam kelompok ini mengatalisis inkorporasi
(penyatuan) oksigen kedalam molekul substrat.peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap :
a. pengikatan oksigen dengan enzim pada tapak aktif.
b. reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan kepada substrat.
Rantai Respirasi Dan Fosforilasi Oksidatif
Mitokondria telah mendapatkan nama yang tepat sebagai pusat tenagasel karena di
dalam organel inilah berlangsung seagaian besar peristiwa penangkapan energy yang berasal dari
oksidasi respiratorik, system dalam mitokondria yang memasangkan respirasi dengan proses
pembentukan intermediate berenergi tinggi, ATP di sebut Fosforilasi Oksidatif.
4. Banyak racun menghambat rantai respirasi Sebagian besar informasi tantang rantai
respirasi diperoleh dari penggunaan inhibitor, dan sebaliknya, hal ini telah memberi pengetahan
mengenai mekanisme kerja beberapa jenis racun . untuk tujuan deskriptif, inhibitor dapat dibagi
menjadi inhibitor untuk rantai respirasi sendiri, inhibitor fosforilasi oksidatif, pemutus pasangan
fosforilasi oksidatif. Inhibitor yang menghentikan respirasi dengan menyekat rantai respirasi
berkerja pada tiga tempat. Tempat pertaa dihamba oleh olongan barbiturat seperti amobarbitual,
anti biotic pirisidin A, dan intektisida serta racun ikan rotenon. Semua inhibitor ini mencegah
oksidasi substrat yang berhubungan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim
dehidrogenaseterikat NAD, dengan menyekat pemindahan dari FeS ke Q. dalam takaran yang
cukup, pemberian inhibitor ini secara in vivo akan berakibat fatal. Dimerkaprol dan antimisi A
menghambat rantai respirasi antara stokrom b dan sitokrom c. racun klasik seperti HS, karbon
monoksida serta sianida menghambat sitokrom oksidase dengan demikian dapat menghentikan
respirasi secara total. Karboksin dan TCA secara spesifik menghambat dehidrogenase ke Q,
sedangkan manolat merupakan inhibitor kompentitif enzim suksinat dehidrogenase. Anti biotic
oligomisin menyebabkan penyekatan (blockade) seluruhproses oksidasi dan fosforilasi dalam
mitokondria utuh. Pemutusan pasangan (uncoupler) bekerja memisahkan proses oksidasi dalam
rantai respirasi dari proses fosforilasi, dan hal ini dapat menjelaskan kerja toksik senyawa
senyawa in vivo. Pemisah kedua proses tersebut akan membuat respirasi tidak terkontrol karena
konsentrasi ADP atau P tidak lagi membatasi laju respirasi. Preparat pemutus pasangan yang
paling sering di gunakan adalah 2,4 dinitrofenol, tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang
bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrofenol, tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang
bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrokresol, petakklofenol dan CCCP (in klorokarbonil
sianida fenilhidrazon). Senyawa terakhir ini dimiliki keaktifan sekitar 100 kali lebih besar dari
pada keaktifan dinitrofenol.
5. Enzim ATP Sintase Yang Terletak Pada Membran Membentuk ATP Selisih potensial
elektro kimia digunakan untuk menggerakkan enzim ATP sintase dimembran yang akan
membentuk ATP pada adanya P1 + ADP dengan demikian tidak ada intermediate berenergi
tinggi yang digunakan bersama, baik oleh proses oksidasi maupun fosforilasi seperti di syaratkan
dalam hipotesis kimiawi. Tersebar pada permukaan membran interna adalah kompleks yang
melaksanakan fosforilasi dan bertanggung jawab atas produksi ATP.
Asam piruvat sebagai hasil tiga metabolisme karbohidrat utama, Glikolisis, Jalur Pentosa Fosfat
dan Jalur Entner-Doudoroff akan dioksidasi lebih lanjut untuk mendapatkan energi lebih banyak
dari molekul tersebut, tergantung jenis mikroorganisme dan kondisi fisiologi lingkungan. Siklus
krebs atau siklus asam sitrat adalah salah satu cara sel mengoksidasi secara total asam piruvat
dalam kondisi aerobik.
Sebelum memasuksi siklus Krebs, asam piruvat akan mengalami proses dekarboksilasi
oksidatif oleh piruvat dehidrogenase dengan bantuan NAD+ sebagai reduktor yang akan
mengoksidasi asam piruvat dan koenzim A. Reaksi tersebut, secara kasar terjadi seperti
persamaan dibawah ini
Asetil-CoA hasil reaksi ini umumnya dapat menjadi prekursor asam amino dan asam lemak
Secara lengkap dan singkat, proses siklus krebs terjadi sebagai berikut
Intermediet dalam Proses Siklus Krebs Dapat Menjadi Bahan Sintesis Biomolekul Esensial
Sel
Beberapa intermediet siklus krebs dapat menjadi prekursor dalam reaksi biosintesis beberapa
molekul esensial sel seperti yang dirangkum dalam skema berikut:
Rangkuman Hasil Reaksi dalam Siklus Krebs
Hasil reaksi dari siklus krebs adalah CO2 dan beberapa molekul berenergi tinggi seperti
NADH, NADPH, FADH dan ATP yang dirangkum dalam persamaan reaksi berikut:
Molekul-molekul berenergi tinggi seperti NADH, NADPH dan FADH bukanlah molekul
berenergi yang dapat langsung dipakai oleh sel, kecuali dalam proses biosintesis biomolekul.
Jadi, tiga molekul tersebut harus direduksi dalam rantai transport elektron untuk menggerakkan
proton motion force dan mensintesis ATP.
Siklus Krebs adalah siklus amfibolik yang menyuplai energi dan prekursor-prekursor
berbagai sintesis biomolekul dalam sel. Maka dari itu, Siklus Krebs diregulasi berdasarkan status
energi dalam sel dan ketersediaan intermediet Siklus Krebs ini sendiri.
Contohnya adalah keberadaan oksigen yang diperlukan sebagai aseptor elektron saat molekul
berenergi tinggi seperi NADH dan FADH direduksi untuk menyintesis ATP, akan mengontrol
enzim-enzim yang berperan dalam siklus Krebs. Contohnya adalah enzim 2-ketoglutarate
dehydrogenase yang tidak diproduksi secara anaerobik tanpa adanya aseptor elektron pengganti
lain, nitrat misalnya.
Enzim yang berperan penting dalam regulasi siklus krebs adalah Citrate synthase yang direpresi
ekspresi gen penyandinya oleh NADH dan ATP atau keberadaan 2-ketoglutarate yang
terakumulasi. Akumulasi tiga senyawa tersebut memberi sinyal pada sel bahwa telah tersedia
banyak energi dan prekursor untuk menjalankan aktivitas biologis sel.
Reaksi anaplerotik adalah reaksi pembentukan senyawa intermediet suatu siklus metabolisme
dari senyawa intermediet siklus lain. Contohnya adalah saat suatu bakteri ditumbuhkan pada
media minimal (glukosa dan garam mineral saja) ternyata tidak mampu tumbuh, dapat diduga
bahwa bakteri tersebut adalah mutan yang memanfaatkan PEP karboksilase (1) sebagai sekuens
anaplerotiknya, hingga hanya dapat tumbuh jika dalam medium tersebut juga diberi beberapa
intermediet hasil siklus krebs.
Misalnya adalah penambahan glutamat pada medium yang akan dideaminasi menjadi -
ketoglutarat oleh glutamate-dehydrogenase yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus krebs
untuk menghasilkan energi berupa ATP dan beberapa intermediet lain yang dibutuhkan dalam
proses biologis sel tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Reaksi berlangsung spontan bila terjadi pelepasan energi bebas (tG negatif) yaitu reaksi
tersebut bersifat eksergonik, dan jika tG positif, reaksi hanya berlangsung bila diperoleh energi
bebas, reaksi ini bersifat endergonik.
2. ATP adalah zat perantara penukar energi bebas, yang merangkaikan proses-proses yang
bersifat eksergonik dengan proses-proses yang bersifat endergonik.
3. Enzym oksidase dan dehidrogenase memiliki peran utama dalam proses rantai pernapasan.
4. Komplek-komplek enzym dalam rantai pernapasan menggunakan potensial energi dari
gradien proton untuk mensintesa ATP dari ADP dan Pi. Dengan demikian jelas terlihat bahwa
rangkaian reaksi oksidasi terangkai erat dengan fosforilasi.
5. Terdapat sejumlah senyawa kimia yang dapat menghambat rangkaian reaksi oksidasi dan
peristiwa fosforilasi atau memutus rangkaian oksidasi dan fosforilasi.
6. Terdapat protein pengangkut khusus untuk perlintasan beberapa ion dan metabolit pada
membran mitokondria.
3.2 SARAN
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam
tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan
usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan
bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah
hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Murray R K, et al. Harpers Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000.
Davis S.P., 1985, prinsip-prinsip biokimia, Jakarta (BU II)
Gernida, 1996, Biokimia, Gramedia, jakarta (BA II)
Lehninger A, Nelson D, Cox M M. Principles of Biochemistry 2nd 1993
http://id.wikipedia.org//w/index.Enzim.25 Maret 2009. Anonim. 2009.
http://openid.claimid.com/fionaangelina. 25 Maret 2009.Anonim. 2009.
http://id.wikipedia.org//w/index.Nanas.25Maret 2009.Anonim. 2009.
http://id.wikipedia.com//w/index.Pisang. 25 Maret 2009.Anonim. 2009.
Pengaruh Konsentrasi enzim -amilaseterhadap Sifat fisik dan Organoleptik Filtrat Bubur .
http://lemlit.unila.ac.id//file.25 Maret 2009.Anonim. 2009.
http://kungfichem.blogspot.com/feeds/spots/default. 25 Maret2009. Anonim. 2009.