TINJAUAN PUSTAKA
tinggi keperawatan, baik didalam maupun luar negeri yang diakui pemerintah
2017).
9
10
yaitu :
keperawatan.
tanggung jawabnya.
suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi
11
tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam
1. Fungsi Independen
keperawatan.
2. Fungsi Dependen
melaukan suntikan.
jawab dokter.
3. Fungsi Interpenden
perkembangan janin.
12
Budiono dan Pertami (2015) mengatakan bahwa tugas dan tanggung jawab
the delay).
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the
(derogotary)
berikut :
society)
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi pasien dan
telah disusun untuk meningkatkan proses penyembuhan klien dan komunikasi sangat
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
terapeutik perawat bisa membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien. Jadi,
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
yang realitas.
Tujuan terapeutik akan tercapai jika perawat memiliki karakteristik sebagai berikut :
d. Altruistik
adalah klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar
yang baik adalah pandang klien saat sedang bicara, tidak menyilangkan
kaki dan tangan, hindari gerakan yang tidak perlu, anggukkan kepala jika
2. Menunjukkan Penerimaan
Dalam hal ini sebaknya perawat tidak menjukkan ekspresi wajah yang
4. Klasifikasi
5. Memfokuskan pembicaraan
agar lebih spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela
7. Menawarkan Informasi
17
8. Diam
9. Menunjukan Penghargaan
10. Refleksi
2017)
Menurut Direja (2011) Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara
1. Berhadapan
keluhan klien.
Pada saat berkomunikasi dengan klien kita jangan melipat kaki atau
5. Tetap Relaks
Pada tahap ini perawat menggali dan mengenal perasaan, khayalan dan
dengan pasien.
2. Tahap Perkenalan
3. Tahap Kerja
4. Tahap Terminasi
dirasakan.
2. Transferens, Respon tidak sadar dimana pasien mengalami perasaan dan sikap
kehidupannya yang lalu. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah
21
emosional perawat terhadap pasien tidak tepat. Respon perawat tidak dapat
kemandirian.
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis. Sedangkan menurut (Yusuf, dkk, 2015) perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
Jadi perilaku kekerasan adalah respon dari rasa marah, kecewa, jengkel dan
hilangnya kontrol pikiran pada individu yang dapat melukai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
22
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menatang
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasaan jika faktor berikut
a. Faktor Psikologis
ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya
akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang
menyebabkan frustasi.
berbeda dengan respon-respn yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi
atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan, maka semakin besar
c. Faktor Biologis
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik )
d. Perilaku
kekerasan adalah :
1. Internal
a. kelemahan
c. takut sakit
d. hilang kontrol
2. Eksternal
a. penganiayaan fisik
c. kritik
pengurusan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau
perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah
25
Tabel 2.1
Gejala-gejala Marah
Menurut Muhith (2015) Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa
meknisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain
Tabel 2.2
26
Mekanisme Koping
nafas dalam)
bahwa fase intensif pasien lebih cepat pada kelompok perlakuan dari pada kelompok
kontrol dengan nilai p<0.001 dan didapatkan penurunan perilaku kekerasan yang
lebih besar pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol dengan nilai p
28
fase intensif dan menurunkan gejala perilaku kekerasan pasien oleh karena itu
sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok asertif paling banyak masuk kategori
setelah terapi aktivitas kelompok asertif paling banyak masuk baik sebanyak 50
(70,4) dan buruk 21 (29,6). Perilaku pasien yang mendapatkan terapi dapat
uji wilcoxon menunjukkan ada pengaruh yang sifnifikan antara terapi aktivitas
kelompok asertif terhadap perubahan perilaku pada pasien perilaku kekerasan terlihat
dari nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05), perubahan perilaku dari buruk ke baik
tampak pada hasil penurunan sebelum mendapat terapi dan setelah mendapat terapi.
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rawat Intensif Bima Rumah
5,386 dan nilai p=0,000. Karena p<0,005 maka ha ditolak dan ha diterima artinya ada
skizofrenia.
Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhoutomo Kota
Semarang, bahwa hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
kemampuan klien mengatasi perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok suportif yang dilakukan du rumah sakit jiwa denga spesialis keperawatan
jiwa.
30
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
b. Faktor Sosial Budaya
c. Faktor Biologis
d. Perilaku
2. Faktor Presipitasi
seseorang akan
mengeluarkan respon marah
apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut
dapat berupa luka secara
psikis atau lebih dikenal
denga cadanya ancaman
terhadap konsep diri
seseorang
Perilaku Kekerasan
Komunikasi terapeutik
1. Tahap prainteraksi
Pengendalian Perilaku
2. Tahap perkenalan
Kekerasaan
3. Tahap kerja
4. Thap terminasi
31
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dalam penelitian ini adalah
perilaku kekerasan di lima ruang rawat inap yaitu Cempaka, Cendrawasih, Kenanga,
Bagau dan Asoka RS. Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan (Notoatmodjo,
2018).
Cendrawasih, Kenanga, Bagau dan Asoka Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatra Selatan. Penelitian ini akan dilakukan pada Maret Sampai Juli tahun 2019.
3.3.1 Populasi 39
Populasi menjelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang
menjadi sasaran penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
32
perawat Rumah Sakit Dr Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan yang berjumlah 67
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari seluruh objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian ini adalah perawat di lima
ruang rawat inap yaitu Cempaka, Cendrawasih, Kenanga, Bagau dan Asoka Rumah
Sakit Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan yang berjumlah 50 orang sebagai
1. Kriteria Inklusi :
Asoka
2. Kriteria Ekslusi :
a. Responden menolak
jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi yang akan dijadikan
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti (Notoadmojo, 2010).
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Tabel 3.1
Definisi Operasional
3.6 Hipotesis
kalimat. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
2010).
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
mengumpulkan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan teknik dokumen,
maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek
Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil perlakuan secara
Data sekunder adalah adata yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada,
yaitu data yang diperoleh dari buku referensi, internet, dan Rumah Sakit Dr Ernaldi
data. Instrumen ini dapat berupa, kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi,
terbaca.
3. Coding
38
atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
Variabel Independen
Variabel Dependen
Komunikasi Terapeutik
Data, yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan dalam program atau software komputer. Salah
satu program yang paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah
Apabila data setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini
hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari
variabel dependen (komunikasi terpaetik) dengan uji kuadran (chi square). Uji chi
square dengan batas kemaknaan 𝛼 = 0,05 pada tes signifikan sebagai berikut :
a. p value <𝛼 (0,05) Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti ada berpengaruh
b. p value >𝛼 (0,05) H0 diterima dan ha ditolak yang berarti ada berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Budiono & Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta :
Bumi Medika
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika
Munith, Abdul. 2015. Pendikikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta
: Pustakaan nasional.
41
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Saseno & Kriswoyo. 2013. Pengaruh Tindakan Restrain Fisik Dengan Manset
Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Diruang
Rawat Intensif Bima Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Intimewa Yogjakarta.
(Online). http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/article/view/30. Diakses Pada Tanggal 02 Maret
2019.
Sodikin, dkk. 2015. Pengaruh Latihan Asertif Dalam Memperpendek Fase Intensif
Dan Menurunkan Gejala Perilaku Kekerasan Ruang Intensif Psychiatric Care
Unit (IPCU) RSJ Dr Radjiman Wediodoningrat Lawang. (Online).
http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/45. Diakses Pada Tanggal 02
Maret 2019.