Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranperawat
2.1.1 Peran Perawat
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut beberapa ahli
sebagai berikut:
a. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989
1) Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
2) Advokat pasien /klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3) Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai
upaya menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator),
ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai
syarat utama, yaitu berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas,
kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologi, dan kemampuan
menjadi model/contoh dalam perilaku profesional.
4) Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5) Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6) Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
7) Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai peran
dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua
tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya)
maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai
dengan konsep manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat
diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya
staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat.
8) Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan
cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya
untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus
mampu melakukan riset keperawatan. Ada beberapa hal yang harus
dijadikan prinsip oleh perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik dan benar. Prinsip tersebut harus menjiwai setiap perawat
ketika memberi layanan keperawatan kepada klien.
b Peran Perawat Menurut Hasil “Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983 ”
1) Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan metode proses
keperawatan.
2) Pendidik dalam Keperawatan, perawat mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya.

7
3) Pengelola pelayanan Keperawatan, perawat mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam
kerangka paradigma keperawatan.
4) Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan, perawat melakukan
identifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian,
serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan. (Budiono,2016)
1. Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan seorang
perawat sesuai dengan perannya.fungsi keperawatan dapat dilakukan baik secara
mandiri,ketergantungan maupun dengan kolaborasi.
a. Fungsi keperawatan mandiri (independen)
Dalam hal ini fungsi perawat dilaksanakan secara mandiri, dimana
aktivitas keperawatan yang dilaksanakan berdasarkan inisiatif perawat itu
sendiri dengan dasar pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki.
b. Fungsi keperawatan ketergantungan (dependen)
Fungsi perawat dependen (ketergantungan) merupakan fungsi perawat
dimana aktifitas keperawatan dilaksanakan atas instruksi dokter atau
dibawah pengawasan dokter. Dalam hal ini perawat tidak bisa melakukan
tindakan atau memberikan perawatan kepada klien tanpa sepengetahuan
dokter.
c. Fungsi keperawatan kolaboratif (interdependen)
Fungsi perawat interdependen merupakan fungsi perawat dimana aktifitas
keperawatan dilakukan atas kerjasama dengan pihak lain atau tim
kesehatan yang lain. Dalam hal ini perawat dengan tim kesehatan yang
berkolaborasi harus bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap
tindakan yang diberikan kepada klien, seling melindungi kepentingan
setiap bagian dan bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati
oleh tim kesehatan yang berkolaborasi dalam memberikan tindakan
ataupun perawatan kepada klien.(Serri Hutahaean,2010)

8
2. Tugas Perawat Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam Lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan tugas dan tanggungjawab perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset).
b. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion
about the delay).
c. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan
dengan perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum,
membungkuk, dan bersalaman.
d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjectsthe
patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.
e. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina
(derogatory).
f. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut
pandang klien (see the patient point of view).(Sumirah Budi,2015)
2.1.2 Konsep Triage
Triage diambil dari bahasa perancis “trier” artinya “mengelompokkan”
atau memilih.Triage dikembangkan dimedanpertempuran, dimana memilih korban
untuk memberika pertolongan medis. Dahulunya konsep ini dikembangkan
keadaan bencana dan dilaksanakan diruang gawat darurat dari tahun 1950-1960
karena dua alasan yaitu tingginya kunjungan dan banyaknya penggunaan sarana
dan prasarana untuk keadaan monurgen.Triage adalah cara pemilihan penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi disasarkan
pada keadaan ABC (Airway, Dengan Cervical Spine Control, Breathing Dan
Circulation Dengan Cotrol Perdarahan).(Musliha, 2010)

9
1. Situasi Gawat Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
a. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat
meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas
pertama.sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang
termasuk keadaan adalah klien keracunan akut dengan penurunan
kesadaran, gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
atau pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan ini.
b. Gawat Tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan resultasi
segera konsultasi ke dokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang
termasuk klien gawat tidak darurat adalah: klien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut.
c. Darurat Tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Klien biasanya sadar tidak ada gangguan pernapasan dan sirkulasi
serta tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi
definifiv. Klien dapat dirawat di ruang rawat inap atau jika keadaannya
ringan dapat di pulangkan untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat
jalan.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis. Setelah
mendapat terapi definitive penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya
kontrol ke poliklinik rawat jalan. (Agnes,2015)

10
2. Tingkat Prioritas
a. Prioritas 1/Emergent/Immediate
Klien dalam kategori ini harus mendapat prioritas. Tindakan sudah
dilakukan pada fase pra RS atau di dalam ambulans. Yang masuk ke dalam
kelompok ini adalah:
1) Cedera berat
2) Infark miokard akut
3) Gangguan airway
4) Shock
5) Anafilaksis
b. Prioritas 2/Urgent
Klien dalam kategori ini harus sudah ditanggulangi dalam beberapa jam.
Termasuk klien yang secara fisiologik stabil, tetapi dapat memburuk bila
tidak ditanggulangi dalam beberapa jam seperti
1) Cedera spinal
2) Stroke/Cerebral Vascular Accident
3) Appendiksitis
4) Cholesistitis
c. Priority 3/Non-Urgent/Delayed
Dalam kategori ini termasuk klien-klien yang dapat jalan Walking
Wounded. Mereka termasuk klien yang secara hemodinamik stabil, tetapi
dengan cedera yang nyata :
1) Laserasi kulit
2) Kontusio
3) Abrasi dan luka lain
4) Fraktur tulang pendek dan sendi
5) Demam
d. mati/ nonsalvageable :
Sudah tidak bernafas meskipun telah dibebaskan jalan nafas atau cedera
berat. Perdarahan masih, luka bakar. >90% dikategorikan merah. Area

11
yang tidak jelas dapat bertahan hidup atau tidak, meskipun setelah
dilakukan resusitasi dan tindakan maksimum. (Pirton Lumbantoruan,2015)
3. Penilaian
a. primary survey (A,B,C)
Menghasilkan prioritas I dan selanjutnya dilakukan penanganan dengan
dengan segera.
b. secondary survei (Head To Toe)
Menghasilkan prioritas I,II dan III serta selanjutnya dilakukan penanganan
lanjutan.
Pemantauan korban atau klien akan kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan kondisi :
1) Fungsi jalan nafas, fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi
2) Derajat kesehatan
3) Tanda-tanda vital yang lain (Dewi,2011)
4 Prioritas dan Kode Warna
a. Prioritas I : Merah
1) Sumbatan jalan nafas atau stres nafas
2) Luka tusuk dada/perut dengan shock dan sesak
3) Hipotensi/shock
4) Pendarahan pembulu nadi
5) Problem kejiwaan yang serius
6) Tangan/kaki yang terpotong dengan pendarahan
7) Combustion tingkat II >25%
8) Combustion tingkat III >25
b. Prioritas II : kuning
1) Combustion tingkat II/III antara 20-25%
2) Patah tulang panjang tanpa shock
3) Trauma tumpul thorax/abdomen tanpa shock, tanpa sesak
4) Laserasi luas
5) Trauma bola mata

12
c. Prioritas III : Hijau
1) Contusio dan laserasi otot ringan
2) Combustion tingkat II < dari 20% (kecuali daerah muka dan
tangan)
d. Prioritas IV : Hitam
3) Henti jantung yang kritis
4) Trauma kepala yang kritis
5) Radiasi tinggi
(Wijaya,2010)
5. Klasifikasi Triage
a. Triage di tempat
Dilakukan di tempat korban ditemukan atau pada tempat penampungan,
triage ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk
ke tempat pelayanan medik lanjutan.
b. Triage medik
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik lanjutan yang
bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan
yang dibutuhkan oleh korban. Atau triage ini sering disebut dengan triage
unit gawat darurat.
c. Triage evakuasi
Triage ini ditunjukan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah
sakit yang telah siap menerima korban. Seperti bencana massal contohnya
saat tsunami, gempa bumi, atau bencana besar lain (Fathoni,2010)
6. Pedoman Triage
a. Pimpinan triage hanya melakukan
1) prima survey
2) menentukan prioritas
3) menentukan pertolongan apa yang harus diberikan seger

13
b. Tanggung jawab tim triage
1) mencegah kerusakan berlanjut
2) pilah atau pilih korban
3) memberi perlindungan korban
(nurhasim,2015)
2.1.3 Konsep Length Of Stay
Lama rawat atau Lama Hari Rawat atau Length of Stay (LOS) adalah
suatu ukuran berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu periode
perawatan. Satuan lama hari rawat adalah hari. Kemudian, cara menghitung lama
hari rawat ialah dengan menghitung selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari
rumah sakit, baik hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit. 10
Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama
rawatnya dihitung sebagai 1 hari. Angka rerata lama rawat ini dikenal dengan
istilah average Length of Stay (aLOS). Mengukur rata-rata lama hari rawat yaitu
membagi jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) di rumah sakit
pada periode tertentu dengan jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan
mati) di rumah sakit pada periode waktu yang sama.
Dalam beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan
keluar saja, tapi juga butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan
keluar perawatan, terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal.
Lama hari rawat ini berkaitan dengan indikator penilaian efisiensi pengelolaan
rumah sakit bersama dengan tiga indikator lainnya yaitu lamanya rata-rata tempat
tidur tidak terisi (Turn Over Interval), presentase tempat tidur yang terisi atau
presentase tingkat hunian tempat tidur (Bed Occupancy Rate), dan pasien yang
dirawat keluar dalam keadaan hidup dan mati per tempat tidur yang tersedia
dalam periode tertentu (Bed Turn Over).(Fitria,2013)
LOS (Length of Stay) atau ALOS (Average Length of Stay) adalah rata-
rata lamanya (dinyatakan dalam hari) dari masing-masing penderita yang keluar
bibagi jumlah penderita tersebut selama jangka waktu tertentu atau periode
tertentu.

14
Manfaat:
a. Untuk mengatur efisiensi pelayanan rumah sakit (Instansi Rawat Inap)
b. Indikator ini disamping memberikan gambaran mutu pelayanan apabila
ditetapkan pada diagnosa tertentu yang dijalankan “tracer” (yang perlu
pengamatan lebih lanjut) Interpretasi:
1) LOS ini mengambarkan lamanya seorang penderita dirawat oleh suatu
rumah sakit dan secara tidak langsung menggambarkan efisiensi atau mutu
perawatan rumah sakit (instalasi rawat inap tersebut)
2) Umumnya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila harus membandingkan,
harus dipikirkan faktor penyakit-penyakit yang berlainan (lamanya
perawatan berlainan untuk penyakit yang berlainan) dan keadaan penderita
waktu keluar (penderita yang keluar mati atau pulang paksa sdalam
keadaan belum sembuh tidak menggambarkan lamanya dirawat
sebenarnya)
3) Secara umum LOS yang ideal adalah 6-9 hari.
LOS yaitu jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, ALOS
(Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) dalam penghitungan
statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit (RS) dikenal dua istilah yang masih
sering rancu dalam cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Dua
istilah tersebut adalah Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP). Masing-
masing istilah ini memiliki karakteristik cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaan yang berbeda. (Maria Mirna Triyane,2015)
a. Lama Dirawat (LD)
LD menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada
satu episode perawatan. Satuan untuk LD adalah “hari”. Cara menghitung LD
yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup
maupun mati) dengan tanggal masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk
dan keluar pada hari yang sama – LDnya dihitung sebagai 1 hari.

15
Beberapa istilah lain yang timbul berkaitan dengan penghitungan LD,
antara lain: total LD (ΣLD) dan rerata LD. ΣLD menunjukkan total LD dari
seluruh pasien yang dihitung dalam periode yang bersangkutan.
Tampak bahwa ΣLD periode Juni di bangsal Mawar tersebut adalah 76
hari. Dengan cara membagi ΣLD dengan jumlah pasien yang keluar pada periode
tersebut maka didapatkan rerata LD periode Juni di bangsal Mawar, yaitu: Rerata
LD = 76 / 7 = 10,86 hari
Angka rerata LD ini dikenal dengan istilah average Length of Stay
(aLOS). aLOS merupakan salah satu parameter dalam penghitungan efisiensi
penggunaan tempat tidur (TT) suatu bangsal atau RS. aLOS juga dibutuhkan
untuk menggambar grafik Barber-Johnson (BJ). Kesalahan dalam mencatat dan
menghitung LD berarti juga akan menyebabkan kesalahan dalam menggambar
grafik BJ dan kesalahan dalam menghitung tingkat efisiensi penggunaan TT.
Jadi, untuk bisa menghitung LD dibutuhkan data tentang tanggal masuk
dan tanggal keluar (baik keluar hidup maupun mati) dari setiap pasien. Umumnya
data ini tercantum dalam formulir “Ringkasan Masuk dan Keluar (RM-1)”. Dalam
beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan keluar saja, tapi
juga butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan keluar perawatan,
terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal. Data jam ini
dibutuhkan untuk menentukan apakah pasien tersebut meninggal sebelum atau
sesudah 48 jam dalam perawatan. Angka statistik yang berkaitan dengan jam
meninggal ini adalah Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR).
b. Hari Perawatan (HP)
Jika LD menunjukkan lamanya pasien dirawat (dengan satuan “hari”),
maka HP menunjukkan banyaknya beban merawat pasien dalam suatu periode.
Jadi satuan untuk HP adalah “hari-pasien”.
Cara menghitung HP berbeda dengan cara menghitung LD (seperti telah
dijelaskan terdahulu) maupun menghitung Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).
Dalam SHRI, maka angka utama yang dilaporkan adalah jumlah pasien sisa yang
masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan / sensus, sedangkan HP

16
menghitung juga jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama
meskipun saat dilakukan sensus pasien tersebut sudah tidak ada lagi.

Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang, Pasien H masuk tanggal
20 Mei Diasumsikan tgl 14-24 tidak ada pasien masuk maupun keluar. Dari tabel
diatas tampak, bahwa: HP tanggal 5 Juni yaitu 5 hari-pasien, berarti tanggal 5 Juni
beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 5 pasien termasuk 1 orang
pasien yang masuk dan keluar pada hari itu, HP tanggal 6 Juni yaitu 4 hari-pasien,
berarti tanggal 6 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 4 pasien,
HP tanggal 13 Juni 2 hari-pasien, berarti tanggal 13 Juni beban kerja bangsal
Mawar setara dengan merawat 2 pasien, dan HP tanggal 30 Juni 1 hari-pasien,
berarti tanggal 30 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat hanya 1
pasien.
Total HP (ΣHP) selama bulan Juni yaitu 73 hari-pasien, berarti selama
bulan Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 73 pasien (atau
rerata beban kerjanya selama bulan Juni setara dengan merawat 2,4 pasien per
hari). Dibandingkan dengan hasil sensus (SHRI), maka yang tampak berbeda
adalah hasil SHRI tanggal 5 Juni dengan hasil penghitungan HP pada tanggal
yang sama. Jika HP tanggal 5 ada 5 hari-pasien, maka SHRI tanggal 5 adalah 4
pasien. Berarti pada tanggal 5 beban bangsal Mawar setara dengan merawat 5
pasien, namun pada saat dilakukan penghitungan sensus (umumnya dilakukan
menjelang tengah malam) yang tersisa tinggal 4 pasien. Dengan pengertian ini
maka angka HP lebih bisa memberi gambaran mengenai beban kerja
dibandingkan hasil sensus.
Dari angka HP dapat dihitung angka lainnya, misalnya: Jumlah TT
terpakai (Occupaid bed / O) = ΣHP dibagi jumlah hari dalam periode tersebut.
Dalam contoh tabel diatas, berarti O = 57/30 = 1,9 buah. Tingkat penggunaan TT
(Bed Occupancy Rate / BOR) = ΣHP dibagi (jumlah hari dikali jumlah TT
tersedia) dikali 100%. Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi bangsal Mawar
memiliki 5 buah TT siap pakai, berarti BOR bangsal Mawar periode Juni =
57/(30x5)x100% = 57/150x100%=38%. Rerata jumlah hari dimana TT tidak

17
terpakai atau TT menganggur (Turn Over Interval / TOI) = ((jumlah TT x jumlah
hari)- ΣHP) / jumlah pasien keluar periode tersebut.

Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi terdapat 5 TT siap pakai, berarti
TOI bangsal Mawar periode Juni = ((5x30)-57)/7=13,3 hari (jumlah pasien keluar
periode Juni ada 7 orang menurut tabel diatas). Jadi detiap TT rata-rata kosong
13,3 hari sebelum ditempati oleh pasien baru.
Kesimpulan
Jelas sudah bahwa LD dan HP berbeda cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaannya. Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak RS yang
tertukar dalam menggunakan LD dan HP untuk menghitung rumus-rumus
indikator pelayanan rawat inap. Demikian pula antara LD, HP, dan SHRI.Dengan
memperhatikan cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaan yang benar antara
LD, HP, dan SHRI maka akan didapatkan informasi yang lebih akurat dan valid
untuk manajemen pasien rawat inap.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama Rawat
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lama rawat seseorang. Baik
dari internal maupun eksternal. Internal yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang
berasal atau ada dalam rumah sakit. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada atau berasal dari luar rumah sakit, dengan kata lain faktor yang
berhubungan dengan pasien. Faktor-faktor internal yang berpengaruh antara lain
adalah :
a. Jenis dan Derajat Penyakit
Penyakit yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang
berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat
lebih lama daripada penyakit yang bersifat akut.
b. Tenaga Medis yang menangani
Perbedaan keterampilan dan memutuskan melakukan suatu tindakan antar
dokter yang berbeda akan mempengaruhi lama hari rawat pasien. Selain
itu, jumlah tenaga dokter maupun perawat juga berperan penting dalam
menangani pasien.

18
c. Tindakan yang dilakukan
Tindakan dokter termasuk pemeriksaan penunjang rumah sakit
berpengaruh terhadap lama hari rawat. Pasien yang memerlukan tindakan
operasi akan memerlukan persiapan dan pemulihan lebih lama dibanding
pasien dengan prosedur standar.
d. Administrasi Rumah Sakit
Dari sisi administrasi rumah sakit, prosedur penerimaan dan pemulangan
pasien dapat menjadi hambatan yang menyebabkan lambatnya kepulangan
pasien dari rumah sakit. Sebagai contoh, pasien yang masuk rumah sakit
hari Sabtu dan Minggu akan memperpanjang lama hari rawatnya. Hal ini
dikarenakan pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang lain mungkin
akan diundur sampai hari kerja. Pasien masuk rumah sakit saat pergantian
jaga atau di luar jam kerjarumah sakit, dan berbagai alasan administrasi
lainnya.
Sedangkan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap lama hari
rawat,adalah sebagai berikut :
1) Umur Pasien
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko,
dan sifat resistensi tertentu. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan
sistem kekebalan tubuh seseorang untuk menghancurkan organisme asing
juga berkurang. 10 Peningkatan umur berhubungan dengan pengurangan
progresif terhadap kemungkinan pulang lebih awal dari rumah sakit baik
pada hari ke 14 maupun hari ke 28.
2) Pekerjaan Pasien
Walaupun pekerjaan tidak secara langsung mempengaruhi lama hari rawat,
tapi mempengaruhi cara pasien dalam membayar biaya perawatan.
Pekerjaan akan menentukan pendapatan dan ada atau tidaknya jaminan
kesehatan untuk menanggung biaya perawatan.
3) Penanggung jawab biaya
Adanya kecenderungan pasien yang biaya perawatannya ditanggung oleh
perusahaan atau pihak asuransi mempunyai lama rawat yang lebih lama

19
daripada pasien yang menanggung sendiri biayanya. Hal ini dapat
disebabkan karena proses penyelesaian administrasi yang memakan waktu
dan kondisi sosial ekonomi pasien.10 Kondisi sosioekonomi yang rendah
dapat mengakibatkan seorang pasien mempercepat lama rawatnya untuk
menghindari mengeluarkan banyak biaya atau justru memperlama karena
tidak memiliki biaya untuk memenuhi administrasi selama perawatan.
4) Alasan Pulang
Pasien akan pulang atau keluar dari rumah sakit apabila telah mendapat
persetujuan dari dokter yang merawatnya. Tetapi ada beberapa penderita
yang walaupun dinyatakan sembuh dan boleh pulang harus tertunda
pulangnya. Hal tersebut karena masih menunggu pengurusan pembayaran
oleh pihak penanggung biaya (perusahaan/ asuransi kesehatan) atau surat
keterangan tidak mampu, jamkesmas dari pihak yang berwenang bagi yang
kurang mampu. Sehingga lama hari rawat menjadi memanjang. Sedangkan
ada pula pasien-pasien yang pulang atas permintaan sendiri/ keluarga
(pulang paksa), sehingga lama rawat memendek.
5) Komorbiditas (Penyakit Penyerta)
Komorbiditas yaitu terdapatnya 2 atau lebih diagnosis penyakit
padaindividu yang sama. Komorbiditas yang tinggi pada pasien UGD
yangmasuk kembali dalam 72 jam memiliki tingkat penerimaan yang
lebihtinggi, prognosis yang lebih buruk, lebih lama tinggal di rumah sakit,
dankematian di rumah sakit yang tinggi.
6) Tingkat Kerapuhan Pasien
Tingkat kerapuhan pasien terutama pasien lanjut usia dapat menjadi salah
satu petanda awal memanjangnya lama rawat.24 Pada penelitian
sebelumnya, peningkatan skor kerapuhan pada Edmonton Frail Scale yang
diberikan saat sebelum penerimaan operasi elektif non-kardiak
dihubungkan dengan komplikasi post-operasi, peningkatan lama tinggal di
rumah sakit dan ketidakmampuan untuk dipulangkan ke rumah, terlepas
dari umur.5 Selain itu juga meningkatkan risiko mortalitas dan
memanjangnya perawatan setelah operasi jantung.(Qualls Pallin,2010)

20
2.2 Penelitian Yang Relevan
Tabel 1. Penelitian yang relevan
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
1 Hubungan peran 1. variabel 1.waktu dan tempat
perawat triage independen dan penelitian
dengan length of dependen. 2.teknik pengambilan
stay pada ruang 2. pendekatan cross sampel yaitu
Rahmad triage prioritas II sectional. purposive sampling.
gurusinga,2017 dan III di instalasi 3. analisa bivariat 3.metode deskriptif
gawat darurat menggunakan uji chi kolerasi
rumah sakit square.
umum daerah deli
serdang.
Analisis peran 1. variabel 1. waktu dan tempat
perawat triage independen dan penelitian
terhadap waiting dependen. 2. metode kuantitatif
time dan length of 2. pendekatan cross observasional analitik
Vita Maryah stay pada ruang sectional. 3. teknik pengambilan
2
Ardiyani,2015 triage di instalasi 3. analisa bivariat sampel quota
gawat darurat menggunakan uji chi sampling.
rumah sakit dr square.
saiful anwar
malang.
Pengaruh peran 1.variabel 1.waktu dan tempat
perawat sebagai independen dan penelitian.
Care giver dependen. 2. metode kuantitatif
Terhadap 2. pendekatan cross observasional
Length of stay Sectional. analitik.
Yuliana
(los) di igd rsud 3. analisa bivariat 3.teknik pengambilan
3 pitang,2016
dr.t.c.hillerrs menggunakan uji chi sampel quota
maumere dengan square. sampling.
pelaksanaan
Triage
Sebagai variabel
moderas

21
2.3 Kerangka teori

Faktor redikator :
Triage :
1. Jenis kelamin
1. Tipe kondisi klien
2. Usia
gawat darurat
3. Pekerjaan
2. Tingkat prioritas
4. Kelas rawat inap
sistem triage
5. Komplikasi

Peran perawat triage Leght of stay

Triage Minimal Triage maksimal

Gambar 1. Kerangka Teori (Pirton,2015 Dan Qualls,2010)

22
2.3 Kerangka Konsep

Peran perawat triage

Length of stay
Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum merupakan suatu tesis,
suatu kesimpulan yang sementara, suatu terdapat yang belum final, karena masih
harus dibuktikan kebenarannya (yusuf,2017)
Ha : ada hubungan peran perawat triage dengan length of stay di ruang triage
RSUD MM Dunda Limboto.

23

Anda mungkin juga menyukai