PENDAHULUAN
disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai
sensasi fungsi motorik volunter total dan tidak komplet : campuran kehilangan
baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda
sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data
dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam
5 bulan terakhir terhitung dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka
kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 165 orang yang di dalamnya termasuk
angka kejadian untuk cidera medulla spinalis yang berjumlah 20 orang (12,5%).
Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita
1
wanita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di
Klien yang mengalami cidera medulla spinalis khususnya bone loss pada
ADL dan dalam pemenuhan kebutuhan untuk mobilisasi. Selain itu klien juga
beresiko mengalami komplikasi cedera spinal seperti syok spinal, trombosis vena
profunda, gagal napas; pneumonia dan hiperfleksia autonomic. Maka dari itu
sebagai perawat merasa perlu untuk dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan cidera medulla spinalis dengan cara promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga masalahnya dapat teratasi dan klien
Berdasarkan uraian diatas di harapkan dengan adanya laporan inti ini yang
Bone Loss L2-3 di Ruang Orthopaedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta” dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan.
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
keperawatan
3
observasi, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan dengan mengambil literature yang
4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
perubahan fungsional, baik secara mental maupun permanen, pada fungsi motorik,
sensorik, atau otonom. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma
ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang
Cedera medula spinalis (CMS) atau spinal cord injury (SCI ) ditandai
dengan adanya tetralegia atau paraplegia, parsial atau komplit, dan tingkatan atau
level tergantung area terjadinya lesi atau CMS. Tetraplegia atau quadriplegia
Cedera Medula Spinalis adalah cedera yang mengenai Medula Spinalis baik
itu bagian servikalis, torakalis, lumbal maupun sakral akibat dari suatu trauma
5
2.2 ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab dari cidera medulla spinalis adalah :
a. otomobil, industri
Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ tubuh
salah satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara langsung yang
b. Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi
faktor terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka tusuk atau
luka tembak.
d. Tumor
daerah tulang belakang spinal. Ini merupakan bentuk cidera tulang belakang.
Medulla Spinalis
6
2.3 PATOFISIOLOGI
dan kompresi substansi medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi), sampai
cedera). Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis darah dapat merembes
setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-serabut saraf mulai
menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera pembuluh
yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-
yang pada gilirannya mengakibatkan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini,
cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika
7
2.4 TANDA DAN GEJALA
Meliputi :
a) Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang
terkena
b) Paraplegia
c) Tingkat neurologic
kemih)
h) Gagal nafas
i) Pernafasan dangkal
c) Hipotensi
d) Bradikardi
8
g) Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan gerak
h) Kehilangan sensasi
3. Menurut Brunner dan Suddarth, (2001) tanda dan gejala Medula Spinalis
Meliputi :
a) nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang
terkena
b) paraplegia
c) tingkat neurologik
a) Kelemahan otot
c) Nyeri
9
f) Terjadi gangguan ereksi penis (priapism)
2.5 PENATALAKSANAAN
Meliputi:
lanjut. Reabduksi atas subluksasi (dislokasi sebagian pada sendi di salah satu
2) Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi internal, atau
4) Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah koral
10
5) Penilaian keadaan neurologis setiap jam, termasuk pengamatan fungsi
sensorik, motorik, dan penting untuk melacak deficit yang progresif atau
asenden.
keadaan dekompensasi.
7) Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis seperti angulasi atau baji
dari bahan luas tulang belakang, fraktr psoses transverses, spinosus, dan
8) Cedera tak stabil disertai deficit neurologis. Bila terjadi pergeseran, fraktur
yang dipasang pada tengkorak. Beban 20kg tergantung dari tingkat ruas
tulang belakang, ulai sekitar 2,5 kg pada fraktur C1. · Manipulasi dengan
cedera yang sudah direabduksi. · Plester paris dan splin eksternal lain. ·
Operasi.
11
a. Pergeseran yang cukup besar yang terjadi saat cedera menyebabkan
g. Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi keadaan memburuk maka
lakukan mielografi.
12
k. Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral dilakukan pada saat yang
sama.
Cedera yang menyertai dan komplikasi: · cedera mayor berupa cedera kepala atau
otak, toraks, berhubungan dengan ominal, dan vascular. · cedera berat yang dapat
a. Foto Polos
Posisi lateral dalam keadaan fleksi dan ekstensi mungkin berguna untuk melihat
pada AP dan lateral, dengan identifikasi tepi korpus vertebrae, garis spinolamina,
b. CT Scan
CT scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutama yang
mengenai elemen posterior dari medulla spinalis. Fraktur dengan garis fraktur
sesuai bidang horizontal, seperti Chane fraktur, dan fraktur kompresif kurang baik
13
melihat pendesakan kanal oleh fragmen tulang, dan melihat fraktur elemen
posterior.
c. MRI
spinalis dan struktur ligament. Identifikasi ligament yang robek seringkali lebih
yang mengganggu penilaian fisik. Kombinasi antara foto polos, CT Scan dan
MRI, memungkinkan kita bias melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan
membedakan lesi pada medulla spinalis atau cauda equine, dengan lesi pada
a. Pemeriksaan Rontgen
14
Pada pemeriksaan Rontgen, rnanipulasi penderita harus dilakukan secara
2.7 KOMPLIKASI
1. Neurogenik shock
15
ini menyebabkan kehilangan sinyal saraf tiba-tiba, yang menyebabkan terjadinya
2. Hipoksia.
jaringan di bawah level normal yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh.
3. Hipoventilasi
4. Instabilitas spinal
5. Orthostatic Hipotensi
saat berubah posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak. Hal ini lebih sering
pada pasien yang mengambil obat antihipertensi. Gejala seperti lemah tiba-tiba,
6. Ileus Paralitik
16
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari
saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai
8. Kontraktur
secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong,
9. Dekubitus
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir
yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang
menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu
yang lama.
17
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang
Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak
bisa sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-
gejala tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran
Herniasi diskus lumbal atau hernia nucleus pulposus sering terjadi pada pria
dewasa dengan insiden puncak decade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini dapat terjadi
pada individu yang bekerja membungkuk dan mengangkat berat. Keluhan utama :
c. Sering intermiten
diskus tidak memiliki serabut nyeri, nyeri tersebut khas yaitu diperhebat
18
g. Nyeri menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan
i. Nyeri pinggul pada sisi posterior atau posterolatral paha serta tungkai sisi
yang memiliki struktur seperti tulang, tetapi penyakit tertentu dapat mekenan
medula spinalis dan mengganggu fungsi normalnya. Lokasi dari kerusakan pada
medula spinalis menentukan otot dan sensase yang terkena. Kelemahan atau
daerah yang mengalami cedera. Penekanan medula spinalis yang berjalan paling
lambat biasanya merupakan akibat dari kelainan pada tulang yang disebabkan
Penderita tidak merasakan nyeri atau nyeri bersifat ringan, perubahan rasa
19
BAB III
SPINALIS
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma
Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnose Medis :
Pengumpulan data
1. Identitas
Nama Pasien :
20
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
a. Keluhan Utama
berbeda-beda tergantung letak lesi dan luas lesi. Keluhan utama yang timbul
seperti nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau punggun dan kelemahan pada
melalui beberapa mekanisme, cedera primer meliputi satu atau lebih proses
verikut dan gaya : kompresi akut, benturan, destruksi, laserasi dan trauma tembak.
21
Klien dengan cedera medulla spinalis bias disebabkan oleh beberapa
medulla spinlis.
e. Riwayat Psiko-Sosio-Spiiritual
3. Pemeriksaan Fisik
focus ditujukan pada gejala-gejala yang muncul akibat cedera medulla spinalis.
Keadaan umum : (Arif muttaqin 2008) Pada keadaan cidera tulang belakang
B1 (BREATHING)
22
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok saraf
karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending akibat trauma pada tulang
pemeriksaan fisik dari sistem ini akan didapatkan hasil sebagai berikut inspeksi
B2 (BLOOD)
yang sering terjadi pada klien cedera tulang belakang. Dari hasil pemeriksaan
B3 (BRAIN)
dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
penampilan, tingkah laku nilai gaya bicara dan aktivitas motorik klien Pengkajian
23
ganguan sensibilitas pada klien cedera medula spinalis sesuai dengan segmen
B4 (BLADDER)
berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Bila terjadi lesi pada kauida ekuina
kandung kemih dikontrol oleh pusat (S2-S4) atau dibawah pusat spinal kandung
kemih akan menyebabkan interupsi hubungan antara kandung kemih dan pusat
spinal.
B5 (BOWEL)
tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari tahap syok spinal yang akan
B6 (BONE)
lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi
24
4. pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Neurofisiologi klinik
EMG
NCV
SSEP
d. MRI
e. CT Scan
Menurut Arif Muttaqim, (2008) diagnosa keperawatan yang muncul pada Cedera
25
4. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, cedera neuromuskular, dan
muskular
kelumpuhansaraf perkemihan
ekstremitas bawah.
12. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
26
14. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasidan
klien.
Rasionalisasi
Batasan karakteristik :
27
c. melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
f. gerakan bergetar
l. pergerakan lambat
NOC :
b. Mobility Level
d. Transfer performance
Criteria Hasil :
kemampuan berpindah
28
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC :
a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
diperlukan
29
l. Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta
m. Otot volumter akan kehilangan tonus dan kekuatanya bila tidahk dilatih
untuk digerakan
o. Deteksi dini adanya gangguan sirkulai dan hilangnya sensasi resiko tinggi
mobilitas fisik
Faktor-faktor risiko
Internal:
1. Kelemahan
2. penglihatan menurun
30
5. kurangnya edukasi keamanan
6. keterbelakangan mental
Eksternal:
Lingkungan
NOC :
Kriteria hasil :
31
h. Dapat memproteksi terhadap kekerasan
NIC :
perabotan)
g. M embatasi pengunjung
RASIONAL :
32
a. Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang
dan keamanan.
d. Bila fase edema telah lewat, kemungkinan bebat menjadi longer dapat
terjadi.
gangguan persarafan pada usus dan rektum, imobilisasi, intake cairan yang
tidak adekuat
Batasan Karakeristik :
Nyeri abdomen
Anoraksia
Borbogirigmi
33
Penurunan frekuensi
Distensi abdomen
Keletihan umum
Sakit kepala
Sering flatus
Muntah
NOC :
a. Bowel elimination
b. Hydration
34
Kriteria Hasil
NIC :
Constipation/Impaction Management
dan warna
35
13. Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan/tentang kenaikan bising
usus
konsistensi tinja
22. Anjurkan pasien/keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat pencahar
23. Anjurkan pasien/keluarga pada hubungan asupan diet, olahraga dan cairan
sembelit
24. Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit terus
ada
perlu
28. Ajarkan pisen atau keluarga tentang proses pencernaan yang normal
36
29. Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi
sembelit
RASIONAL :
dan stress.
eliminasi regular.
37
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
pengkajian ulang.
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
38
O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
pengobatan.
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi
Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah
ditentukan.
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons
klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus
tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses
39
asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka
40
BAB IV
4.1 Kesimpulan
spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan
pada daerah medulla spinalis. Penyebab dari cidera medulla spinalis adalah
otomobil, industri , terjatuh, olahraga, terluka tusuk, tembak ,tumor. Tanda dan
4.2 Saran :
41
manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga
42