100%(3)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
2K tayangan4 halaman
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik asuhan kefarmasian untuk pengobatan demam berdarah dengue dan demam tifoid dewasa. Ringkasannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah terkait pengobatan pasien, seperti keluhan utama, riwayat penyakit dan alergi obat
2. Merencanakan regimen pengobatan yang meliputi pemilihan obat, dosis, lama pemberian dan monitoring efek samping
3. Memantau ke
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik asuhan kefarmasian untuk pengobatan demam berdarah dengue dan demam tifoid dewasa. Ringkasannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah terkait pengobatan pasien, seperti keluhan utama, riwayat penyakit dan alergi obat
2. Merencanakan regimen pengobatan yang meliputi pemilihan obat, dosis, lama pemberian dan monitoring efek samping
3. Memantau ke
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik asuhan kefarmasian untuk pengobatan demam berdarah dengue dan demam tifoid dewasa. Ringkasannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah terkait pengobatan pasien, seperti keluhan utama, riwayat penyakit dan alergi obat
2. Merencanakan regimen pengobatan yang meliputi pemilihan obat, dosis, lama pemberian dan monitoring efek samping
3. Memantau ke
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah demam
disebabkan infeksi virus dengue yang disertai 1. Pengertian ( Definisi) perembesan plasma yang ditandai demam mendadak 2-7 hari, keluhan anoreksia, mual muntah, sakit kepala, nyeri epigastrik. Pendarahan dibuktikan dengan uji tourniquet (+). 1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik (data subyektif dan obyektif) terkait pengobatan pasien : Suhu, IgM dengue, IgG dengue, Riwayat alergi obat, Riwayat pengobatan 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien : Keluhan dan problem medik (Demam, Nyeri 2. Asesmen Kefarmasian perut) 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien : Kebutuhan antipiretik 4. Mendesain regimen pengobatan pasien : Terapi diberikan sampai dengan keluhan teratasi, dosis berdasarkan usia dan berat badan
1. Pemilihan cairan plasma, elektrolit oral atau
infus berdasar kondisi klinis (cairan plasma hanya digunakan pada indikasi pendarahan) 2. Pemilihan antipiretik : Rekomendasi antipiretik Paracetamol 3. Dosis dan lama pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit berdasarkan kondisi klinis 3. Identifikasi DRP (Drug Related & laboratorium Problem) 4. Cara pemberian antipiretik, cairan plasma dan elektrolit 5. Kegagalan terapi obat : dengan monitoring TTV, Laboratorium Hb, Hematokrit 6. Efek samping obat 7. Kontraindikasi : Antipiretik golongan NSAID 8. Kepatuhan pasien 1. Rekomendasi pemilihan antipiretik dan cairan elektrolit 2. Pemantauan terapi cairan dan antipiretik 4. Intervensi Farmasi 3. Monitoring efek samping obat : udem 4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat 1. TTV 2. Tanda-tanda perembesan plasma 3. Trombosit 5. Monitoring dan Evaluasi 4. Hematokrit 5. Hemoglobin 6. Pemeriksaan penunjang : Ro.Thorax 1. Cara dan durasi pemberian antipiretik 6. Edukasi dan Informasi 2. Cara pemberian cairan elektrolit oral 7. Penelaah Kritis APJP 1. Demam turun (TTV normal), Kondisi klinis 8. Indikator 2. Hematokrit dan trombosit normal 1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional. 2014 2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58. Kemenkes RI. 2015 3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit 9. Kepustakaan IDAI 4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011 5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP Guidelines on a Standardized Method for Pharmaceutical Care. 1996 6. WHO, Dengue Guideline For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. 2009
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM) DEMAM TIFOID DEWASA
Demam Tifoid adalah demam 7 hari atau lebih
dengan minimal satu dari gejala/tanda terkait tifoid (diare, mual/muntah, nyeri perut, anoreksia, konstipasi, perut kembung, lidah kotor, 1. Pengertian ( Definisi) hepatomegali atau splenomegali) dan lboratorium berupa tes tubex 4 atau titer widal Salmonella typhi O 1/320, tanpa disertai dengan kesadaran menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena atau perforasi usus, syok atau koma. 1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik (data subyektif dan obyektif) terkait pengobatan pasien : Suhu, Laborat darah rutin, IgM salmonella, Widal, Riwayat alergi obat, Riwayat pengobatan 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien : Keluhan dan problem medik (Demam, Mual ) 2. Asesmen Kefarmasian 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien : Kebutuhan antipiretik, antibiotik 4. Mendesain regimen pengobatan pasien, berdasarkan: - Durasi antibiotik - Terapi simtomatik diberikan sampai dengan keluhan teratasi 1. Pemilihan antibiotik meliputi kesesuaian antibiotik, harga, frekuensi pemberian 2. Kesesuaian dosis dan lama pemberian antibiotik 3. Cara pemberian antibiotik meliputi rute dan 3. Identifikasi DRP (Drug Related waktu pemberian Problem) 4. Kegagalan terapi obat 5. Efek samping obat dan alergi obat 6. Interaksi Obat ( interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan) 9. Kontraindikasi 7. Kepatuhan pasien 4. Intervensi Farmasi 1. Rekomendasi pemilihan antibiotik, perubahan terapi berdasarkan hasil laboratorium, kondisi klinis, TTV 2. Pemantauan terapi antibiotik empirik selama 3 hari 3. Monitoring efek samping obat 4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat
5. Monitoring dan Evaluasi Suhu (TTV), kondisi klinis
1. Cara, durasi pemberian, nama dan kegunaan 6. Edukasi dan Informasi antibiotik 7. Penelaah Kritis APJP - Suhu turun 8. Indikator - TTV : Normal - Kondisi klinis 1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional. 2014 2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58. Kemenkes RI. 2015 3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit 9. Kepustakaan IDAI 4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011 5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP Guidelines on a Standardized Method for Pharmaceutical Care. 1996 6. WHO. Background document : The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. 2007