LAMPIRAN 1.
LAMPIRAN 2.
LAMPIRAN 3.
Kuesioner Penelitian
Hari/Tanggal :
Hari Ke :
Bahan Makanan Konversi
Waktu Nama
Banyaknya KH Protein Lemak Natrium Serat
Makan Masakan Jenis
URT Gr (gr) (gr) (gr) (mg) (gr)
No.Responden:
Frekuensi Konsumsi
Nama Bahan
Tidak Ket
Makanan >1/hr 1/hr 4-6/minggu 1-3/minggu 1/bln 1/thn
Pernah
1. Makanan Pokok
a. Beras merah
b. Jagung
2. Lauk Hewani
a. Ikan air tawar
b. Ikan tongkol
c. Ayam tanpa
kulit
3. Lauk Nabati
a. Tahu
b. Tempe
4. Sayur-sayuran
a. Tomat
b. Kentang
c. Daun Singkong
d. Buncis
e. Wortel
f. Sawi
5. Buah-buahan
a. Pisang
b. Semangka
c. Jeruk
d. Nenas
e. Pepaya
6. Kacang-kacangan
a. Kacang tanah
b. Kacang hijau
No.Responden:
Frekuensi Konsumsi
Nama Bahan
Tidak Ket
Makanan >1/hr 1/hr 4-6/minggu 1-3/minggu 1/bln 1/thn
pernah
5. Makanan Tinggi
Kolesterol
a. Daging sapi
b. Daging kambing
c. Daging babi
d. Udang
6. Makanan yang
Diawetkan
a. Ikan asin
b. Telur asin
c. Teri kering
7. Makanan Tinggi
Natrium
a. Biskuit
b. Keripik
LAMPIRAN 4 .
39 2 1 2 3 1 1 1 1
40 1 2 1 3 1 1 1 2
41 2 2 1 1 2 2 2 3
42 1 1 2 3 2 1 1 2
43 2 2 1 3 2 1 2 3
44 1 2 1 2 2 2 1 3
45 1 2 2 3 2 1 3 1
46 2 1 1 2 2 3 1 3
47 2 2 1 3 2 3 1 3
48 2 2 1 3 2 1 2 1
49 2 1 2 3 1 1 2 1
50 1 2 1 3 1 1 1 3
51 2 2 2 2 2 1 3 3
52 2 1 1 3 1 2 1 2
53 2 2 2 3 1 1 3 1
54 2 1 1 3 2 3 1 1
55 2 1 1 3 2 1 2 3
LAMPIRAN 5.
1. Karakteristik Responden
Statistics
Jenis Riwayat Hipertensi
Kelamin pada Keluarga
N Valid 55 55
Missing 0 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 17 30,9 30,9 30,9
Perempuan 38 69,1 69,1 100,0
Total 55 100,0 100,0
Lebih Count 11 7 18
Expected Count 10,8 7,2 18,0
Tingkat % within Tingkat
Konsumsi Konsumsi
61,1% 38,9% 100,0%
Karbohidrat Karbohidrat (gr)
(gr)
Baik Count 4 4 8
Expected Count 4,8 3,2 8,0
% within Tingkat
Konsumsi 50,0% 50,0% 100,0%
Karbohidrat (gr)
Kurang Count 18 11 29
Expected Count 17,4 11,6 29,0
% within Tingkat
Konsumsi 62,1% 37,9% 100,0%
Karbohidrat (gr)
Total Count 33 22 55
Expected Count 33,0 22,0 55,0
% within Tingkat
Konsumsi 60,0% 40,0% 100,0%
Karbohidrat (gr)
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
LAMPIRAN 6.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Gizi Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi.
Aritonang, Evawany., Siregar, Emi Inayah Sari., Nasution, Ernawati., 2016. The
Relationship of Food Consumption and Nutritional Status on Employee
of Health Polytechnic Directorate Health Ministry Medan. International
Jornal on Advanced Science Engineering Information Technology 6 (1).
Baliwati, Yayuk Farida., Khomsan, Ali., Dwiriani, Meti., 2010. Pengantar Pangan
dan Gizi. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Budianto, H., Agus Krisno., 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2012. Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut
Usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2011. Strategi Nasional Penerapan Pola
Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik untuk Mencegah Penyakit Tidak
Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Emiria, Rista., 2012. Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Terkait dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo
Semarang. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fatmah, Dr.,SKM., MSc., 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Feryadi, Rahmat., Sulastri, Delmi., Kadri, Husnil. 2014. Hubungan Kadar Profil
Lipid dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Etnik Minangkabau
di Kota Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas 3(2):206-211.
Irianto, Koes., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Konita, Saskia., Azmi, Syaiful., Erkadius., 2015. Pola Tekanan Darah pada Lansia
di Posyandu Lansia Kelurahan Padang Pasir Padang Januari 2014. Jurnal
Kesehatan Andalas 4(1):269-273.
Korneliani, K., Meida, D., 2012. Obesitas dan Stress dengan Kejadian Hipertensi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat: 117-121
Lewa, Abdul Farid., Pramantara, I Dewa Putu., Rahayujati, Baning., 2010. Faktor-
faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lanjut Usia. Berita
Kedokteran Masyarakat 26 (4):171-178.
Manawan, Anggun A., Rattu, A J M., Punuh, Maureen I., 2016. Hubungan Antara
Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi di Desa Tandengan Satu
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Farmasi 5(1):340-
347.
Oktariyani, 2012. Gambaran Status Gizi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok.
Ratnaningrum, Denny,. 2015. Hubungan Asupan Serat dan Status Gizi dengan
Tekanan Darah pada Wanita Menopause di Desa Kuwiran Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali. Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sediaoetama, A. D., 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.
Jakarta: Dian Rakyat.
Suoth, M., Bidjuni, H., Malara, R., 2014. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Keperawatan 2 (1).
Supariasa., Bakri, Bachyar., Fajar, Ibnu., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja
Penelitian ini akan dilakukan selama Bulan September 2015 hingga Mei
2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia 60 tahun di Desa
Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun yang
n=
Keterangan:
N = Besar populasi (120)
n = Jumlah sampel minimal yang akan diteliti
d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang ditetapkan 0,1.
Sehingga :
120
n=
1 + 120 (0,1)2
= 54,54 55 orang
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi lansia
Besar sampel dan responden dalam penelitian ini sebanyak 55 orang lansia
jumlah sampel yang ditentukan. Setelah itu, dilakukan teknik simple random
orang. Jumlah sampel masing-masing dusun yaitu pada Dusun Korem Luar
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan dari pengumpulan data secara
langsung oleh peneliti terhadap sasaran. Data primer pada penelitian ini adalah
tekanan darah lansia, jenis, frekuensi dan tingkat konsumsi makanan pada lansia.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan cara pengumpulan data
yang diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti
sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah lansia dan profil Desa
Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi sebagai tempat penelitian.
protein, lemak, natrium, serat), jenis dan frekuensi makanan pemicu dan
frequency dan food recall 24 jam, dan untuk data tekanan darah diperoleh melalui
1. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah sistolik
2. Konsumsi makanan adalah gambaran jenis dan frekuensi makanan pemicu dan
3. Jenis dan frekuensi makanan pemicu hipertensi adalah gambaran jenis dan
frekuensi makanan yang dapat menjadi penyebab tingginya tekanan darah atau
atau tahunan.
4. Jenis dan frekuensi makanan pencegah hipertensi adalah gambaran jenis dan
yang didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden
per hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall dan
didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per
hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall dan dibandingkan
7. Tingkat konsumsi lemak adalah jumlah rata-rata konsumsi lemak yang didapat
dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang
nilai % AKG.
didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per
hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall dan dibandingkan
9. Tingkat konsumsi serat adalah jumlah rata-rata konsumsi serat yang didapat
dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang
nilai % AKG.
3.6.1 Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh petugas kesehatan atau bidan desa
2) Tidak hipertensi (TDS <140 mmHg) dan atau TDD <90 mmHg)
makanan.
buah-buahan (pisang, jeruk, nenas, dll), ikan air tawar, kacang tanah, dsb.
harinya.
1) > 1 kali/hari
2) 1 kali/hari
3) 4-6 kali/minggu
4) 1-3 kali/minggu
5) 1 kali/bulan
6) 1 kali/tahun
7) Tidak pernah
Kategori:
a) Sering, jika frekuensi konsumsi makanan >1 kali/hari, 1 kali/hari dan 4-6
kali/minggu
kali/tahun
c) Tidak pernah
jumlah rata-rata konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium dan serat yang
didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari,
recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali dan harinya tidak berurutan.
2) Lalu setelah data konsumsi diperoleh, maka dilakukan konversi dari Ukuran
Rumah Tangga ke dalam Ukuran berat (gram) atau dari satuan berat.
3) Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi oleh
responden, maka dilakukan perhitungan nilai gizi dan bahan makanan tersebut.
4) Lalu hasil tiap zat gizi dihitung rata-ratanya dari kedua pengukuran (hari
pertama dan hari kedua) dan dibandingkan dengan nilai % AKG menggunakan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada usia lanjut dapat dilihat seperti dalam
Teknik penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Editing dimaksudkan agar sebelum diolah, data sudah tertata dan terinci
dengan baik. Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data yang dikumpulkan
dari kuesioner dibaca dan diperbaiki, apabila terdapat hal-hal yang salah atau
meragukan.
Pemberian kode pada setiap atribut dari setiap variabel yang diteliti untuk
c. Entry Data
dianalisis.
d. Cleaning Data
Memeriksa kembali data yang telah masuk dalam komputer, apakah ada
dan harus dilakukan meskipun dalam memasukkan data telah menggunakan atau
Analisis data yang digunakan mencakup univariat dan bivariat. Analisis data
natrium, serat, dan jenis, frekuensi makanan pemicu dan pencegah hipertensi dan
terkecil dari keseluruhan desa di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi yaitu
sejumlah 1583 jiwa, dengan kepadatan 179 jiwa/km2. Jika dibandingkan dengan
penduduk sebanyak 1583 jiwa yang terdiri dari 770 laki-laki dan 813 perempuan.
Jumlah penduduk usia produktif (45-59 tahun) sebanyak 389 orang dan jumlah
bertani, sebagian lagi buruh tani, pegawai negeri, pedagang/wiraswasta dan buruh
bangunan. Sebagian besar lansia masih aktif bekerja sebagai petani ataupun buruh
tani setiap hari untuk memenuhi kebutuhan ekonomis keluarga karena beberapa
Pola makan lansia sehari-hari masih dalam kategori yang kurang karena
tidak ada yang memerhatikan pola makan lansia itu sendiri. Di usia yang sudah
tua seharusnya ada yang memerhatikan pola makan lansia sehingga dapat
menjamin kesehatan lansia di masa tua dan dapat mengurangi terjadinya penyakit
hari. Puskesmas Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi berlokasi di pekan Jawa
Maraja yang juga merupakan ibukota Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi. Di
setiap desa di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi terdapat minimal satu fasilits
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Desa Mekar Bahalat yaitu
satu unit Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan adanya dua bidan desa. Di Desa
Mekar Bahalat hanya terdapat posyandu bayi dan balita yaitu Posyandu Sedap
bulannya. Lain halnya dengan Posyandu Lansia yang belum tersedia di Desa
Mekar Bahalat sehingga belum ada pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan riwayat keluarga dengan
sebagian besar responden tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi (69,1%).
Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 selengkapnya dapat dilihat
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa
Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Karakteristik Lansia N %
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 17 30,9
Perempuan 38 69,1
Total 55 100,0
Riwayat Keluarga dengan Hipertensi
2
(Penderita Hipertensi)
Ada riwayat keluarga dengan hipertensi 17 30,9
Tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi 38 69,1
Total 55 100,0
Status lansia yang dikaji dalam penelitian ini hanya meliputi tekanan darah
pada lansia yang terdiri dari tekanan sistolik dan diastolik yang diukur melalui
meliputi hipertensi apabila TD 140/90 mmHg dan tidak hipertensi apabila TD <
140/90 mmHg.
sebanyak 33 orang lansia (60,0 %) yang memiliki tekanan darah tinggi atau
hipertensi dan sebanyak 22 orang lansia (40,0%) yang tidak hipertensi pada saat
pengukuran dilakukan di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun.
Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 selengkapnya dapat
Tabel 4.2 Distribusi Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun
2016
No Kejadian Hipertensi N %
1 Hipertensi 33 60,0
2 Tidak Hipertensi 22 40,0
Total 55 100,0
diperoleh hasil bahwa jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar
responden yaitu: untuk jenis makanan pokok adalah jagung sebanyak 5,5%, untuk
jenis lauk hewani adalah ikan air tawar sebanyak 47,3%, untuk jenis lauk nabati
adalah tempe sebanyak 65,5%, untuk jenis sayur-sayuran adalah tomat sebanyak
98,2%, untuk jenis buah-buahan adalah pisang sebanyak 70,9% dan untuk jenis
pencegah hipertensi di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Tabel 4.3 Distribusi Jenis dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pencegah Hipertensi
pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
4.4.2 Jenis dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pemicu Hipertensi pada Lansia
diperoleh hasil bahwa jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar
responden yaitu: untuk makanan tinggi kolesterol adalah daging babi sebanyak
60,0%, untuk jenis makanan yang diawetkan adalah ikan asin sebanyak 94,5%
dan untuk jenis makanan tinggi natrium adalah biskuit sebanyak 50,9%.
hipertensi di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten
Tabel 4.4 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pemicu Hipertensi pada Lansia di
Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten
Simalungun Tahun 2016
serat harian yang didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi
responden per hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24
Kecukupan Gizi sebagian besar responden dalam kategori baik, yaitu sebanyak
besar responden dalam kategori lebih, yaitu sebanyak 58,2%, tingkat konsumsi
kategori lebih, yaitu sebanyak 50,9% dan tingkat konsumsi serat berdasarkan
natrium dan serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja
Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan
Serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah
Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016
Kategori
Total
No Tingkat Konsumsi Lebih Baik Kurang
N % N % N % N %
1 Karbohidrat 18 32,7 8 14,5 29 52,7 55 100,0
2 Protein 18 32,7 25 45,5 12 21,8 55 100,0
3 Lemak 32 58,2 14 25,5 9 16,4 55 100,0
4 Natrium 28 50,9 16 29,1 11 20,0 55 100,0
5 Serat 15 27,3 12 21,8 28 50,9 55 100,0
serat dengan kejadian hipertensi dianalisis menggunakan uji chi square dengan
= 0,05. Dikatakan memiliki hubungan yang bermakna jika nilai p 0,05 dan tidak
orang (50,0%) juga yang tidak hipertensi. Diantara 29 orang yang konsumsi
11 orang (37,9%) yang tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
value sebesar 0,821, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
orang (55,6%) yang tidak hipertensi. Diantara 25 orang yang konsumsi proteinnya
baik, terdapat 18 orang (72,0%) yang mengalami hipertensi dan 7 orang (28,0%)
terdapat 7 orang (58,3%) yang mengalami hipertensi dan 5 orang (41,7%) yang
tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,189,
artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa
Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
pada lansia diketahui bahwa diantara 32 orang yang konsumsi lemaknya lebih,
terdapat 16 orang (50,0%) yang mengalami hipertensi dan 15 orang (50,0%) juga
yang tidak hipertensi. Diantara 14 orang yang konsumsi lemaknya baik, terdapat 8
orang (57,1%) yang mengalami hipertensi dan 6 orang (42,9%) yang tidak
(100,0%) yang mengalami hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
value sebesar 0,025, artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
terdapat 20 orang (71,4%) yang mengalami hipertensi dan 8 orang (28,6%) yang
orang (62,5%) yang mengalami hipertensi dan 6 orang (37,5%) yang tidak
(27,3%) yang mengalami hipertensi dan 8 orang (72,7%) yang tidak hipertensi.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,039, artinya ada hubungan
yang bermakna antara tingkat konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten
Simalungun.
4.6.5 Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
diketahui bahwa diantara 15 orang yang konsumsi seratnya lebih, terdapat 5 orang
(33,3%) yang mengalami hipertensi dan 10 orang (66,7%) yang tidak hipertensi.
Diantara 12 orang yang konsumsi seratnya baik, terdapat 7 orang (58,3%) yang
orang yang konsumsi seratnya kurang, terdapat 21 orang (75,0%) yang mengalami
hipertensi dan 7 orang (25,0%) yang tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p value sebesar 0,029, artinya ada hubungan yang bermakna antara
tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar
Tabel 4.10 Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
Di negara maju saat ini hanya sedikit pasien hipertensi dengan tekanan
darah yang terkontrol (TDS <140, TDD <90 mmHg), hal ini disebabkan oleh
sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut, jika keadaan ini dijumpai
pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan
adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
jumlahnya lebih banyak daripada lansia yang tidak menderita hipertensi (40,0%).
kelompok lanjut usia (60 tahun keatas) di Desa Mekar Bahalat lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penelitian Siti Widyaningrum (2012) pada lansia (55
tahun keatas) di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember, yaitu sebesar 48%.
Selain itu, angka prevalensi hipertensi di Desa Mekar Bahalat tersebut sudah
termasuk dalam kategori tinggi menurut batas yang ditetapkan oleh Depkes RI
(2000) untuk usia 50 tahun keatas yaitu melebihi 20-30%. Hal ini sudah termasuk
dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi maka itu diperlukan adanya
hal ini meliputi jenis dan frekuensi konsumsi makanan pencegah dan pemicu
lansia di Desa Mekar Bahalat adalah jagung (5,5%). Jenis makanan pokok yang
beras merah dan jagung. Namun, yang paling sering dikonsumsi adalah jagung
karena jagung lebih mudah didapat di Desa Mekar Bahalat ini daripada beras
merah. Kandungan yang terdapat dalam tanaman jagung sangat banyak mulai dari
karbohidrat, serat, vitamin, kalium, asam linoleat, asam folat, beta karoten,
mineral, protein dan lain-lain. Di dalam jagung terdapat zat gizi kalium yang
Desa Mekar Bahalat adalah ikan air tawar (47,3%). Ikan air tawar yang sering
dikonsumsi lansia adalah ikan nila dan ikan mas. Manfaat ikan air tawar bagi
kesehatan yaitu memiliki kandungan zat besi yang tinggi. Manfaat zat besi ini
lancar akan membuat tubuh menjadi lebih segar dan organ tubuh tidak akan
kekurangan pasokan darah. Hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai macam
serangan stroke. Ikan air tawar seperti ikan nila dan ikan mas lebih sering
beberapa masyarakat juga memiliki kolam ikan air tawar yang dipelihara untuk
Jenis lauk nabati pencegah hipertensi yang sering dikonsumsi lansia di Desa
Mekar Bahalat adalah tempe (65,5%). Selain mudah didapat dan dengan harga
yang terjangkau, tempe juga lebih disukai dan sering dikonsumsi oleh masyarakat
di Desa Mekar Bahalat. Kandungan gizi dalam tempe diperkaya dengan vitamin B
kompleks yang terdiri dari B12 atau sianokobalamin, B1 atau tiamin, B2 atau
riboflavin, B6 atau piridoksin dan lain-lain. Yang unik, kandungan vitamin B12
tempe sangat tinggi dan mampu mencukupi kebutuhan vitamin tubuh. Selain
vitamin dan asam lemak, tempe juga diperkaya dengan mineral antara lain
kalsium, Fe atau zat besi, mangan, zink, fosfor, inositol, magnesium dan lain-lain.
Hal lain yang penting dari tempe adalah keberadaan zat anti-oksidan yang populer
disebut isoflavon. Zat ini mampu melawan pengaruh radikal bebas yang merusak
(0,007%), sapinin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid, protein,
lemak, gula, adenin, trigolin, holin, tomatin, mineral, vitamin, dan histamin.
bahwa gel berwarna kuning yang menyelubungi biji tomat dapat mencegah
hipertensi, jantung, dan stroke. Warna merah pada tomat banyak mengandung
lycopene, yaitu suatu zat antioksidan yang dapat menghancurkan radikal bebas
yang hijau. Hal ini didasarkan bahwa, kandungan lycopene dalam tomat merah 5
(lima) kali lebih banyak dari pada yang berawrna hjau. Berbeda dengan sayur
lainnya yang lebih bermanfaat jika dimakan mentah-mentah, ternyata tomat lebih
baik dicampur dengan masakan atau dihancurkan dahulu sebelum dimakan. Para
peneliti menemukan lycopene yang dkeluarkan pada tomat tersebut lebih banyak
dibandingkan dengan tomat yang langsung dimakan tanpa diolah terlebih dahulu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monika (2013) di Bandung
bahwa pemberian jus tomat secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah
dan bayam. Walaupun harga yang ditawarkan relatif terjangkau dan mudah untuk
rasa suka akan jenis makanan tersebut atau kebiasaan makan yang ada di
kholin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E,
dinding kapiler pembuluh darah. Klorin dan sulfur adalah trace element yang
racun tubuh dan sulfur melindungi hati dari terjadinya sirosis hati dan penyakit
hati lainnya.
Bahalat. Selain bergizi tinggi, harga yang ditawarkan juga terjangkau. Pengolahan
pisang menjadi makanan olahan lain juga mudah, misalnya: digoreng, direbus,
ataupun dibakar. Oleh karena itu, pisang tidak cepat membuat jenuh atau bosan
strawberry dan anggur. Jenis buah ini jarang dikonsumsi oleh masyarakat di desa
ini karena harganya jauh lebih mahal dibandingkan buah-buahan lain seperti
pisang dan selera di mayarakat yang mungkin sebagian besar kurang suka untuk
di Desa Mekar Bahalat adalah kacang hijau (16,4%). Kacang hijau memiliki
kalsium, lemak dan serat yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Kacang hijau
juga diperkaya dengan Omega-3 sebesar 0,9 mg/100gr dan Omega-6 sebesar 119
lansia di Desa Mekar Bahalat adalah daging babi (60,0%). Jenis makanan yang
mengandung kolesterol tinggi dalam penelitian ini yaitu daging kambing, daging
sapi, daging babi dan udang. Namun yang paling sering dikonsumsi lansia adalah
daging babi yang biasanya didapat dan dikonsumsi saat adanya pesta adat di desa
tersebut. Tidak hanya saat pesta adat, namun juga masyarakat mengolah dan
Daging sapi, kambing dan babi dikenal sebagai salah satu sumber kolesterol
jahat. Kandungan kolesterol per 100 gram dari daging sebenarnya tidak terlalu
tinggi, yaitu sekitar 72 mg untuk daging sapi dan 70 mg untuk babi. Namun
dikonsumsi terlalu sering. Beberapa bagian daging seperti iga bahkan memiliki
kadar lemak yang sangat tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah yaitu
melebihi batas maksimum 240 mg akan sangat rentan dengan berbagai ancaman
dikonsumsi lansia di Desa Mekar Bahalat adalah ikan asin (94,5%). Jenis
makanan yang diawetkan ada 3 (tiga) macam dalam penelitian ini yaitu: ikan asin,
telur asin dan ikan teri kering. Makanan yang diawetkan tidak baik bagi penderita
hipertensi. Hal ini disebabkan karena kandungan garam yang tinggi yang
vitamin, mineral dan serat yang ada karena terkikis dalam proses pengawetan.
Penambahan kadar natrium juga terlihat pada telur asin, dimana pada telur itik
segar mempunyai kadar natrium 56 mg, meningkat menjadi 120 mg pada saat
diolah menjadi telur asin. Penambahan ini dimungkinkan berasal dari garam dapur
(NaCl) yang masuk melalui pori-pori telur saat perendaman (Muchtadi, 2000).
menggunakan garam atau soda kue yang tinggi akan natrium. Masyarakat lansia
di pagi ataupun sore hari. Selain harganya terjangkau, biskuit juga mudah didapat
mengonsumsinya.
Kandungan natrium yang tinggi dalam tubuh dapat mengganggu kerja ginjal.
Natrium harus dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena natrium sifatnya
mengikat banyak air, maka makin tinggi natrium membuat volume darah
meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh darah tetap,
maka alirannya jadi deras, yang artinya tekanan darah menjadi semakin
Desa Mekar Bahalat, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
beberapa lansia lebih sering hanya mengonsumsi nasi setiap harinya sebagai
lainnya.
peningkatan jumlah makanan yang tinggi lemak dan kolesterol yang dapat
glikogen dalam tubuh. Glukosa yang ada di dalam tubuh nantinya berpengaruh
dalam tubuh untuk mengimbangi cairan yang ada dalam pembuluh darah. Jika hal
dan natrium. Lansia sebaiknya mengonsumsi karbohidrat yang cukup dan sesuai
dengan standar agar terhindar dari penyakit yang sering terjadi pada lansia seperti
hipertensi.
Desa Mekar Bahalat, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat konsumsi protein baik (45,5%). Protein nabati yang sering dikonsumsi
adalah tempe, tahu dan kacang hijau. Secara teori, protein nabati memiliki
Treonin, Lisin dan Histidin, kecuali Metionin. Asam amino essensial dapat
meningkatkan proses transport aktif dari darah ke dalam sel otot dan jaringan
lainnya dan meningkatkan sintesa protein di sel otot dan sel hati dengan
bantuan insulin. Hal ini berefek terhadap sistem kardiovaskular yaitu dapat
darah.
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat konsumsi lemak lebih
(58,2%). Rata-rata tingkat konsumsi lemak yang didasarkan pada %AKG adalah
responden jauh melebihi kecukupan gizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
tubuh mereka. Pembatasan konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
lebih (50,9%). Jenis makanan yang mengandung natrium banyak dikonsumsi oleh
garam melebihi standar yang ada dan sesuai dengan selera. Lansia di Desa Mekar
natrium seperti lauk ikan asin dan teri kering karena harganya yang memang
tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah
naik. Kenaikan ini berakibat pada ginjal yang harus menyaring lebih banyak
garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran
(output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat
dengan tekanan lebih tinggi. Dinding pembuluh darah kemudian bereaksi dengan
cara penebalan dan penyempitan, untuk menyediakan ruang yang lebih sempit di
tekanan yang lebih tinggi untuk memindahkan darah ke organ dan akibatnya
adalah hipertensi.
Mekar Bahalat sebagian besar sering mengonsumsi sayuran seperti tomat dan
desa ini terutama lansia jarang untuk mengonsumsi buah-buahan sehingga sumber
serat dari jenis buah-buahan masih kurang. Sebagian besar responden lebih sering
kolesterol diit sehingga dapat dikeluarkan oleh tubuh. Serat larut diantaranya
pektin (terdapat sayur dan buah terutama di dalam jambu biji, apel, dan wortel),
gum (didapat dari sari pohon akasia), mukilase (terdapat di dalam jenis biji-
bijian), dan algal (terdapat dalam alga dan rumput laut) (Almatsier, 2005).
protein, lemak, natrium dan serat yaitu jumlah rata-rata konsumsi karbohidrat,
lemak, natrium dan serat harian yang didapat dari hasil konversi semua makanan
yang dikonsumsi responden per hari, yang diukur dengan menggunakan metode
hipertensi pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah
jauh melebihi standar yang ada. Apabila tidak diimbangi dengan pengeluaran
(output) energi yang ada, maka sisa kalori karbohidrat yang ada di dalam tubuh
diperlukan, asetil KoA tidak memasuki siklus asam sitrat (TCA) tetapi digunakan
untuk membentuk asam lemak dan menghasilkan trigliserida. Oleh karena itu,
dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal,
daerah dinding perut bagian depan (obesitas sentral) sangat berbahaya daripada
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siti Widyaningrum (2012) di Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Jember yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna (signifikan secara statistik dengan nilai p (0,599) > (0,05)) antara
asupan karbohidrat dengan tekanan darah pada penderita hipertensi lansia. Hasil
penelitian ini juga sama dengan penelitian Manawan, dkk (2016) yang
kejadian hipertensi. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian
Pengayoman Semarang.
antara tingkat konsumsi protein dengan kejadian hipertensi pada lansia didapatkan
pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun.
tubuh manusia. Protein itu tidak diproduksi dari tubuh kita melainkan bersumber
dari makanan yang mengandung protein yang kita konsumsi. Artinya manfaat
sumber protein.
protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Dalam
kondisi normal, protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 0,8 gr/kg BB/hari dengan
perbandingan protein nabati dan hewani yaitu 3:1. Pada dua studi observasional
utama INTERMAP dan The Chicago Western Electric Study telah membuktikan
bermakna antara konsumsi protein dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Derris Sugianty (2010) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada lansia di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Namun,
hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rista Emiria (2012) yang
menyatakan bahwa ada keterkaitan antara asupan protein dengan tekanan darah
antara tingkat konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi pada lansia didapatkan
hasil (p=0,025) < , sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat konsumsi
Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan hasil % AKG rata-rata tingkat konsumsi lemak maka dapat diketahui
bahwa jumlah konsumsi responden jauh melebihi standar yang ada. Lemak
memang diperlukan oleh tubuh sebagai zat pelindung dan pembangun. Tetapi,
dimulai ketika lipoprotein sebagai alat angkut lipida bersikulasi dalam tubuh dan
dibawa ke sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain. Begitu juga pada trigliserida dalam
aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim
lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler. Kolesterol yang
banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan
membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel
darah koroner yang menderita aterosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga
juga naik, yang nantinya akan memicu terjadinya hipertensi (Vilareal, 2008).
vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan mengandung
lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan
dinding pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat memacu jantung untuk
lemak yang paling sering dikonsumsi beberapa lansia adalah daging babi. DASH
daging/ikan 100 gram/hari (untuk daging unggas dikonsumsi tanpa kulit), telur 1
butir/hari, margarin 2-3 sdt/hari (Kurniawan, 2010 dan Almatsier, 2005). Hasil
dalam jumlah yang lebih. Almatsier (2001) memaparkan bahwa konsumsi lemak
bermakna antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil
hipertensi. Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Feryadi, dkk
(2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sebagian
fraksi profil lipid dengan kejadian hipertensi pada masyarakat etnik Minangkabau
Rinawang (2011) pada lansia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
hasil yang sama di atas maka dapat disimpulkan bahwa lemak merupakan
pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
suatu komponen dalam darah yang mengatur keseimbangan air di dalam sistem
pembuluh darah. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau NaCl. WHO
Salah satu dari fungsi natrium dalam tubuh, yaitu mengatur osmolaritas
volume darah yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam
sel-sel serta membantu transmisi kontraksi otot. Sebagian natrium dalam diit
datang dari makanan dalam bentuk garam dapur, MSG (Mono Sodium
memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik (Soeharto, 2004). Natrium
kejadian apabila konsumsi lemak dan karbohidrat melebihi dari apa yang
adalah saat terjadi kelebihan kandungan garam yang ada di dalam tubuh, maka
akan diserap kembali secara tidak proporsional sekitar 20% melalui proses yang
dikenal sebagai osmosis, sehingga air garam tetap stabil. Kandungan garam yang
menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, akibatnya kelebihan cairan tersebut
meningkatkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Dinding ini bereaksi dengan
cara penebalan dan penyempitan, menyediakan ruang yang lebih sempit di kapiler
bermakna antara konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Adhyanti dkk (2012) pada lansia di Puskesmas
hipertensi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rinawang (2011) di
Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan penelitian
Panjang Barat yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada lanjut usia. Namun, hal ini
pada lansia.
Dari hasil food frequency questioner diketahui bahwa rata-rata lansia baik
yang menderita hipertensi maupun yang tidak hipertensi masih tinggi dalam
seperti konsumsi mie instan, ikan asin dan ikan teri kering dalam jangka waktu
yang dekat. Hal ini sependapat dengan Cahyono (2008) yang memaparkan bahwa
pemilihan makanan. Makanan asin dan siap saji dapat meningkatkan nafsu makan
seseorang karena rasanya yang gurih, sehingga jika seseorang menyukai dan
terbiasa mengonsumsi makanan sumber natrium seperti ikan asin, maka akan
5.3.5 Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
antara tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia didapatkan
pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun.
Data tentang tingkat konsumsi makanan ini didapat melalui metode food
recall 2x24 jam yang kemudian dibandingkan dengan standar yang ditetapkan
bahan makanan melalui usus kecil. Selain itu, konsumsi serat sayuran dan buah
mengurangi pemasukan energi dan obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko
cangkir/hari buah segar (misalnya: pisang, kurma, anggur, jeruk, nanas, dan
strawberry) dan untuk jenis sayuran sebesar 4 cangkir sayuran daun segar
(mentah) atau 2 cangkir sayuran matang/ hari (misalnya: bayam, tomat, kentang,
bermakna antara konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil
menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kejadian hipertensi
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Namun hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Denny Putri (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah pada wanita menopause di
6.1 Kesimpulan
jenis makanan pokok adalah jagung, jenis lauk hewani adalah ikan air tawar,
jenis lauk nabati adalah tempe, jenis makanan sayuran adalah tomat, jenis
hijau.
jenis makanan tinggi kolesterol adalah daging babi, jenis makanan yang
diawetkan adalah ikan asin dan jenis makanan tinggi natrium adalah biskuit.
responden adalah lebih dan tingkat konsumsi serat responden adalah kurang
5. Ada 3 (tiga) tingkat konsumsi zat gizi yang berhubungan secara signifikan
dengan kejadian hipertensi yaitu: variabel lemak, natrium dan serat, sedangkan
kejadian hipertensi.
6.2 Saran
pada lansia yaitu dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat lansia agar
2. Bagi masyarakat Desa Mekar Bahalat terutama pada lanjut usia agar
mengurangi konsumsi makanan yang tinggi natrium atau garam, tinggi lemak,
dan juga meningkatkan konsumsi sayur dan buah dengan harga yang
terjangkau setiap harinya. Bagi kepala adat di Desa Mekar Bahalat agar
untuk konsumsi para lansia sehingga setiap lansia tidak terlalu sering
waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu dengan adanya
perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ
yang pada akhirnya memengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.
Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia dan
pengaruhnya yaitu:
lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik. Hal ini sering
kecap atau garam yang berlebihan yang tentunya dapat berdampak kurang baik
vitamin A, D, E, K.
penyerapan vitamin B12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCl
dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang
maupun mental. Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari aspek
umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi. Hal ini tergantung
pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, gizi untuk lansia pria dan wanita
sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
a. Energi
Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012, secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia pada laki-laki adalah 2325 kalori dan
pada wanita adalah 1900 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun
b. Karbohidrat
kebutuhan energi.
c. Protein
Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lansia adalah sekitar 0,8
memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan protein hewani
dengan perbandingan 2:1. Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki lansia
adalah 65 gram/hari dan wanita 57 gram/hari yang terdiri 15% protein ikan, 10%
d. Lemak
kadar kolesterol dalam darah, pada lansia dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih
e. Vitamin
konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat, vitamin
f. Mineral
(Zn), selenium (Se), dan kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis,
Lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan asupan zat gizi mikro lainnya
seperti fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), dan magnesium (Mg) untuk
mengeluarkan sisa pembakaran energi dalam tubuh. Oleh karena itu dianjurkan
Serat juga dianjurkan untuk lansia agar buang air besar menjadi lancar,
tubuh.
Rincian faktor yang memengaruhi kebutuhan dan kecukupan zat gizi lansia
a. Usia
radikal bebas.
b. Jenis Kelamin
protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik.
c. Faktor Lingkungan
pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi
dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu
e. Kemunduran Biologis
secara fisik maupun biologis. Hal ini akan memengaruhi proses pencernaan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena itu, asupan gizi
f. Penyakit
Usia lanjut merupakan usia saat risiko terkena penyakit degeneratif paling
besar selama daur kehidupan. Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif,
maka asupan gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan
dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal yaitu tekanan sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (WHO/ISH, 2012). Hipertensi
atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
kardiovaskular, infeksi dan gagal jantung. TDS (tekanan darah sistolik) meningkat
sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi TDD (tekanan darah diastolik)
meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian
kardiovaskuler penting pada lansia, dua faktor yang bisa meramalkan terjadinya
hipertensi sistolik adalah kekakuan arteri dan pantulan gelombang carotid secara
stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ukuran jantung, gagal ginjal dan
kali lipat pada wanita dan meningkatkan morbiditas kardiovaskuler 2,5 kali lipat
pada kedua jenis kelamin. Bahkan HST stadium I dengan tekanan sistolik 140-
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,115 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah,
2012).
Di negara maju saat ini tekanan darah yang terkontrol (TDS <140, TDD <90
rendah pada usia lanjut diakibatkan juga oleh karena banyak dokter tidak
mengobati hipertensi usia lanjut sampai optimal (kurang dari 140/90). Pada usia
lanjut, prevalensi gagal jantung dan stroke tinggi, yang keduanya merupakan
akibat dari hipertensi. Oleh karena itu pengobatan hipertensi penting sekali dalam
darah sistolik 160 mmHg, mempunyai risiko masalah vascular dalam 10 tahun
mendatang sekitar 14%. Baik pria maupun wanita hidup lebih lama dan 50% dari
mereka yang berusia di atas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi
(TDS 160 mmHg dan diatolik 90 mmHg). Dengan menurunkan tekanan darah
telah terbukti mengurangi insiden gagal jantung, mengurangi demensia, dan dapat
1. Hipertensi Essensial/Primer
karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Jenis hipertensi ini tidak jelas
hipertensi. Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
Penyebab utama hipertensi yaitu gaya hidup modern, sebab dalam gaya
hidup modern situasi penuh tekanan dan stres. Dalam kondisi tertekan, adrenalin
tekanan darah. Gaya hidup yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang
berolah raga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol
atau kopi sehingga berisiko terkena hipertensi. Kedua yaitu pola makan yang
2. Hipertensi Sekunder
dengan tekanan darah tinggi. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada
gejala penyakit.
pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika
diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi
(WHO, 2013).
a) Umur
hipertensi adalah usia diatas 45 tahun dan serangan darah tinggi baru muncul
sekitar usia 40 walaupun dapat terjadi pada usia muda (Kumar, 2005).
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar
40% dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi
ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang
b) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda, tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur wanita secara
alami.
c) Keturunan (Genetik)
terhadap sodium individu dengan orang tua yang menderita hipertensi daripada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, 2003).
keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah
tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama
hidup. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk
a) Merokok
Merokok dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah. Jika
kadar HDL turun maka jumlah kolesterol dalam darah yang akan diekskresikan
melalui hati juga akan berkurang. Hal ini dapat mempercepat proses
b) Kegemukan
saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.
c) Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang
d) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga dapat menjaga tubuh tetap sehat. Penelitian
membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor risiko lebih rendah
untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Oleh karena itu, latihan fisik seperti berolahraga antara 30-45 menit sebanyak
lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Hal ini berkaitan dengan intake lemak dan
karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Keadaan tersebut akan
glikogen dalam hati dan otot. Kemudian glikogen dipecah menjadi glukosa diubah
dalam bentuk piruvat dipecah menjadi asetil KoA sehingga akhirnya terbentuk
karbondioksida, air dan energi. Bila energi tidak diperlukan, asetil KoA tidak
sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik, yang nantinya
sel makhluk hidup dan virus. Protein juga bekerja sebagai neurotransmiter dan
pembawa oksigen dalam darah (hemoglobin) dan berguna sebagai sumber energi
tubuh. Dalam kondisi normal, protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 0,8-1
Pada dua studi observasional yaitu INTERMAP dan The Chicago Western
Electric Study telah membuktikan adanya hubungan sumber protein nabati dengan
terhadap tekanan darah. Para peneliti dari Boston University memberikan alasan
yang berbeda mengapa perlu mengonsumsi diet tinggi protein untuk menurunkan
dibandingkan dengan mereka yang memiliki asupan paling rendah untuk protein
dalam diet.
menemukan bahwa orang dengan asupan tinggi protein, terlepas dari protein
hewani atau nabati, secara signifikan memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik
lebih rendah setelah 4 tahun masa tindak lanjut. Penelitian ini menunjukkan
bahwa risiko hipertensi dapat dengan mudah diatasi dengan mengubah diet,
karena protein memberikan manfaat vaskular, hal ini bisa juga bermanfaat untuk
membuat rasa kenyang lebih lama (karena proses pencernaan lemak lebih lama),
pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik. Fungsi lemak dalam tubuh
adalah sebagai zat pembangun, pelindung kehilangan panas tubuh, penghasil asam
yang berperan mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipofisis (Yuniastuti,
2007).
dalam darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan
lemak yang disebabkan oleh kolesterol akan menempel pada pembuluh darah
seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu peningkatan volume darah dan
cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium yang masuk dalam
darah secara berlebihan dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah.
pembuluh darah sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit dan akibatnya
darah, walaupun kandungan natrium dalam garam dapur cukup tinggi yaitu sekitar
40%. Mono Sodium Glutamat (MSG) atau lebih dikenal dengan merek dagang
vetsin dan soda pembuat roti juga merupakan sumber natrium. Konsumsi MSG
natrium yang sering dikonsumsi sehari-hari yang disajikan dalam Tabel 2.1.
Kandungan Kandungan
Bahan Makanan Bahan Makanan
Natrium (mg) Natrium (mg)
Daging sapi 93 Bihun goreng instan 928
Hati sapi 110 Mentega 780
Ginjal sapi 200 Margarin 950
Telur bebek 191 Roti cokelat 500
Telur ayam 158 Roti putih 530
Ikan ekor kuning 59 Jambu monyet, biji 26
Sardin 131 Pisang 18
Udang segar 185 Mangga manalagi 70
Teri kering 885 Teh 50
Susu sapi 36 Ragi 610
Cakalang, perut 230
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009.
Serat merupakan jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dapat dibedakan
atas serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat makanan
adalah komponen makanan yang berasal dari tanaman yang tidak dapat dicerna
oleh enzim pencernaan manusia. Serat makanan total terdiri dari komponen serat
makanan yang larut (misalnya: pektin, gum) dan yang tidak dapat larut dalam air
(misalnya selulosa, hemiselulosa, lignin). Kadar serat makanan berkisar 2-3 kali
serat kasar.
mengalami status gizi obesitas yang pada akhirnya dapat menurunkan risiko
Serat bukanlah zat yang dapat diserap oleh usus. Namun peranannya sangat
penting karena pada penderita gizi lebih dapat mencegah atau mengurangi resiko
penyakit degeneratif. Serat larut lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol
yaitu LDL dan meningkatkan kadar HDL (Baliwati, et al., 2010). Serat pangan
Tabel 2.2 Nilai Serat Berbagai Bahan Makanan (g/ 100 gram)
Kandungan Kandungan
Bahan Makanan Bahan Makanan
Serat (g) Serat (g)
Beras hitam 20,1 Sagu 4,7
Beras jagung 10,0 Biji nangka 8
Keripik ubi 14,3 Oncom ampas kacang hijau 12,3
Biji mente 0,9 Kacang hijau 7,5
Kecipir 10,7 Kacang kedelai goreng 7,6
Kacang ercis 28,6 Kacang koro 7,5
Kacang merah 26,3 Keripik tempe abadi besar 3,5
Lamtoro dengan kulit 15,4 Mangga manalagi 11,8
Rebung 9,7 Mangga kuini 6,5
Daun singkong 2,4 Abon sapi 7,5
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2009
1. Arterosklorosis
yakni lapisan dalamnya menjadi tebal karena timbunan lemak yang dinamakan
plaque atau suatu endapan keras yang tidak normal pada dinding arteri. Pembuluh
darah mendapat pukulan paling berat, jika tekanan darah terus menerus tinggi dan
berubah, saluran darah tersebut menjadi sempit dan aliran darah menjadi tidak
lancar.
2. Penyakit Jantung
terjadi karena pada penderita hipertensi kerja jantung akan meningkat, sehingga
terjadi pembengkakan jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor
serta berkurang elastisitasnya. Akhirnya jantung tidak mampu lagi memompa dan
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas. Kondisi ini
3. Penyakit Ginjal
ginjal mengerut sehingga aliran zat-zat makanan menuju ginjal terganggu dan
mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal. Jika hal ini terjadi secara terus menerus
maka sel-sel ginjal tidak bisa berfungsi lagi. Apabila tidak segera diatasi maka
akan menyebabkan kerusakan parah pada ginjal yang disebut sebagai gagal ginjal
kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis, frekuensi dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi atau dimakan
penduduk dalam jangka waktu tertentu (Harap VY, 2012). Dalam hal konsumsi
kecukupan gizi.
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain.
tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas
atau kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-
keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan
yang berarti sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata,
hidup sehat dan pola makan sehat merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri
berikut:
1. Makanan tinggi kolesterol, seperti daging sapi, daging kambing, daging atau
2. Makanan yang diawetkan, seperti ikan asin, telur asin, dendeng, teri kering.
a) Hindari untuk mengonsumsi lemak jenuh seperti makanan yang digoreng dan
d) Konsumsi lauk hewani seperti ikan air tawar, ikan tongkol dan daging ayam
tanpa kulit.
psikologis, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan ataupun tahun. Selain itu dengan metode frekuensi
kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan
individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
Bahan makanan yang ada dalam kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi
dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden (Supariasa et al., 2002).
1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia
makan.
recall 24 hours. Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat
jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Menurut E-Siong, Dop, Winichagoon (2004) untuk survei konsumsi gizi individu
dikarenakan darisisi kepraktisan dan kevalidan data masih dapat diperoleh dengan
Pada metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak responden
bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga
dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam
penuh. Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali (1 x 24 jam), maka data
tidak berurutan sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan gizi secara lebih
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam, data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan
lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari (Supariasa et al.,
2002).
sebagai berikut:
2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat
sebagai berikut:
3) The flat syndrome yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.
dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan
Variabel Bebas
Variabel Terikat
a. Ada hubungan tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium, dan serat
dengan hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja
hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
penduduk menurut umur, yang disebut windows of opportunity pada tahun 2030-
an. Kondisi ini disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif,
penduduk lansia.
11,4 juta dalam waktu 30 tahun mendatang, maka jumlah penduduk Indonesia
akan naik sebesar 40% sehingga Umur Harapan Hidup Indonesia akan meningkat.
Hal ini membuat kualitas penduduk Indonesia semakin rendah karena terjadinya
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka
salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang
bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap
baik.
empat yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa usia lanjut atau usia 60
tahun ke atas merupakan tahap akhir dari proses penuaan yang memiliki dampak
organ juga terjadi pada sistem kardiovaskular, salah satunya adalah dinding arteri
telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga darah dipaksa untuk
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
istirahat/tenang. Batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg
tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik (WHO, 2011).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi masalah kesehatan yang serius,
karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(penurunan drastis aliran darah otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) jelas berhubungan dengan
kejadian stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ukuran jantung, gagal
berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika,
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan. Hal itu
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8
% sesuai dengan data Riskesdas 2013. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 juga
perempuan yaitu sekitar 28,8 % dan pada golongan lanjut usia. Di Sumatera
Utara, prevalensi hipertensi juga termasuk tinggi yaitu sekitar 24,7 % berdasarkan
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari
proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Banyak faktor risiko
fisik, tingkat stress, merokok maupun faktor genetik. Penduduk yang masih
hubungan yang signifikan antara konsumsi karbohidrat dan lemak dengan status
Medan. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dalam beberapa tempat tertentu,
badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal.
Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat
bahwa asupan serat juga berhubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi
melalui feses dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui
pemasukan energi dan obesitas yang pada akhirnya menurunkan risiko penyakit
dan diperlukan penyusunan menu khusus bagi lansia agar keperluan gizi pada
lansia tercukupi secara optimal. Asupan zat gizi yang tepat berperan dalam
menciptakan kesehatan lanjut usia secara optimal. Kecukupan gizi akan terpenuhi
jika para lanjut usia memperhatikan pola makan yang beragam dan gizi seimbang.
Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi ini
kecamatan ini, penduduk lansia ada sebanyak 1690 jiwa (8,16 %) dengan usia
65 tahun.
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi. Desa Mekar Bahalat terdiri dari 6 dusun,
yaitu Dusun Korem Luar, Dusun Korem Dalam, Dusun Siabarta, Dusun Bahalat I,
Dusun Bahalat II dan Dusun Ranto. Jumlah penduduk di Desa Mekar Bahalat
adalah 1583 jiwa dan jumlah lansia usia 60 tahun sebanyak 120 jiwa (7,58%).
peningkatan dari 6,27 % di tahun 2013 menjadi 11,89 % di tahun 2014, lalu
tahun. Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi juga menyebutkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit kedua terbesar yang ada di wilayah puskesmas. Hal ini dapat
tahun 2015, prevalensi penyakit hipertensi pada lansia yaitu sekitar 21 orang
(8,8%). Data ini merupakan data pasien hipertensi yang datang ke pustu untuk
terbesar yang ada di Desa Mekar Bahalat. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas
yang dilakukan lansia termasuk dalam hal melakukan pekerjaan mereka sehari-
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, salah satu faktor risiko
penyebab hipertensi di desa ini adalah pola konsumsi makanan lansia sehari-hari.
tinggi natrium dapat menjadi pemicu kenaikan tekanan darah. Sebagian besar
berkolesterol tinggi dan tinggi natrium seperti daging kambing, daging sapi,
makanan yang bersantan, ikan asin dan telur asin. Oleh karena itu, kebiasaan
hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah
kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja
lemak, natrium, dan serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa
2. Bagi Puskesmas
dengan hipertensi pada lansia misalnya pada saat Posyandu Lansia dalam rangka
tersebut.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan masukan yang bermanfaat
bagi instansi terkait seperti panti pelayanan sosial lansia untuk dijadikan dasar
ABSTRAK
Hipertensi saat ini merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
lansia. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia berkisar 25,8% dengan insiden penyakit lebih banyak terjadi pada
perempuan (28,8%) dan pada golongan lanjut usia. Di Sumatera Utara, prevalensi
hipertensi juga termasuk tinggi yaitu sekitar 24,7 % berdasarkan data Riskesdas
2013. Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Mekar Bahalat tahun 2015
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lansia yaitu sekitar 21
orang (8,8%). Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) tahun 2014 juga
menyebutkan bahwa hipertensi merupakan penyakit keempat terbesar yang ada di
Desa Mekar Bahalat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan
konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar
Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun. Jenis
penelitian ini adalah analitik observasional dengan jenis rancangan penelitian
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia 60
tahun di Desa Mekar Bahalat yang berjumlah 120 orang, dengan besar sampel 55
responden. Penelitian ini dilakukan di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa
Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun pada bulan September 2015 hingga
Mei 2016. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (jenis dan
frekuensi konsumsi makanan pencegah dan pemicu hipertensi, tingkat konsumsi
karbohidrat, protein, lemak, natrium, serat) dan variabel terikat (kejadian
hipertensi pada lansia).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan pencegah hipertensi
yang sering dikonsumsi responden yaitu jagung, ikan air tawar, tempe, tomat,
buah pisang, kacang hijau dan jenis makanan pemicu hipertensi yang sering
dikonsumsi responden adalah daging babi, ikan asin, dan biskuit. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan
kejadian hipertensi yaitu variabel lemak (p=0,025), natrium (p= 0,039) dan serat
(p=0,029), sedangkan variabel karbohidrat (p= 0,821) dan protein (p= 0,189) tidak
berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi. Saran yang dapat
diberikan kepada masyarakat Desa Mekar Bahalat khususnya lansia yaitu agar
dapat mengurangi konsumsi makanan yang tinggi natrium atau garam, tinggi
lemak, dan juga meningkatkan konsumsi sayur dan buah dengan harga yang
terjangkau setiap harinya.
iii
ABSTRACT
Hypertension is now a risk factor for morbidity and mortality for the
elderly. Riskesdas 2013 mentioned that the prevalence of hypertension in
Indonesia ranges from 25.8% and the incidence of this disease is more common in
women (28.8%) and in the elderly group. In North Sumatra, the prevalence of
hypertension is high and also included about 24.7% based on Riskesdas 2013.
Data from Puskesmas in the village of Mekar Bahalat 2015 mentioned that the
prevalence of hypertension in the elderly is about 21 people (8.8%). Data from
Puskesmas in 2014 also mentions that hypertension is a disease that is the fourth
highest in Mekar Bahalat village.
The purpose of this study was to determine and analyze the correlation
between food consumption with the incidence of hypertension in the elderly in
Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah Jambi, Simalungun. This
research type is an analytic observational study with cross sectional study design
types. The population in this study were all elderly that aged 60 years in Mekar
Bahalat village that totaling 120 people, and the samples are 55 respondents. This
research was conducted in Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah
Jambi, Simalungun in September 2015 to May 2016. There are two variables in
this study, namely the independent variable (type and frequency of food
consumption deterrents and trigger hypertension, the level of consumption of
carbohydrates, protein, fat, sodium, fiber) and the dependent variable (the
incidence of hypertension in the elderly).
The results of this research showed that the type of food detterents
hypertension that often consumed by the respondents are corn, fresh water fish,
tempeh, tomatoes, bananas, green beans and the type of food triggers
hypertension that often consumed by the respondent are pork, salted fish, and
biscuits. The results also showed that the variables were significantly related to
the incidence of hypertension is variable fat (p = 0.025), sodium (p = 0.039) and
fiber (p = 0.029), while the variable carbohydrate (p = 0.821) and protein (p =
0.189 ) is not significantly related to the incidence of hypertension. The advice
can be given to people in Mekar Bahalat especially the elderly is to reduce the
consumption of foods that high in sodium or salt, high fat, and also increase
consumption of fruits and vegetables at affordable prices every day.
iv
SKRIPSI
OLEH:
IRA LAUROMAITO GULTOM
NIM : 121000286
OLEH:
IRA LAUROMAITO GULTOM
NIM : 121000286
ii
ABSTRAK
Hipertensi saat ini merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
lansia. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia berkisar 25,8% dengan insiden penyakit lebih banyak terjadi pada
perempuan (28,8%) dan pada golongan lanjut usia. Di Sumatera Utara, prevalensi
hipertensi juga termasuk tinggi yaitu sekitar 24,7 % berdasarkan data Riskesdas
2013. Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Mekar Bahalat tahun 2015
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lansia yaitu sekitar 21
orang (8,8%). Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) tahun 2014 juga
menyebutkan bahwa hipertensi merupakan penyakit keempat terbesar yang ada di
Desa Mekar Bahalat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan
konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar
Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun. Jenis
penelitian ini adalah analitik observasional dengan jenis rancangan penelitian
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia 60
tahun di Desa Mekar Bahalat yang berjumlah 120 orang, dengan besar sampel 55
responden. Penelitian ini dilakukan di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa
Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun pada bulan September 2015 hingga
Mei 2016. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (jenis dan
frekuensi konsumsi makanan pencegah dan pemicu hipertensi, tingkat konsumsi
karbohidrat, protein, lemak, natrium, serat) dan variabel terikat (kejadian
hipertensi pada lansia).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan pencegah hipertensi
yang sering dikonsumsi responden yaitu jagung, ikan air tawar, tempe, tomat,
buah pisang, kacang hijau dan jenis makanan pemicu hipertensi yang sering
dikonsumsi responden adalah daging babi, ikan asin, dan biskuit. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan
kejadian hipertensi yaitu variabel lemak (p=0,025), natrium (p= 0,039) dan serat
(p=0,029), sedangkan variabel karbohidrat (p= 0,821) dan protein (p= 0,189) tidak
berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi. Saran yang dapat
diberikan kepada masyarakat Desa Mekar Bahalat khususnya lansia yaitu agar
dapat mengurangi konsumsi makanan yang tinggi natrium atau garam, tinggi
lemak, dan juga meningkatkan konsumsi sayur dan buah dengan harga yang
terjangkau setiap harinya.
iii
ABSTRACT
Hypertension is now a risk factor for morbidity and mortality for the
elderly. Riskesdas 2013 mentioned that the prevalence of hypertension in
Indonesia ranges from 25.8% and the incidence of this disease is more common in
women (28.8%) and in the elderly group. In North Sumatra, the prevalence of
hypertension is high and also included about 24.7% based on Riskesdas 2013.
Data from Puskesmas in the village of Mekar Bahalat 2015 mentioned that the
prevalence of hypertension in the elderly is about 21 people (8.8%). Data from
Puskesmas in 2014 also mentions that hypertension is a disease that is the fourth
highest in Mekar Bahalat village.
The purpose of this study was to determine and analyze the correlation
between food consumption with the incidence of hypertension in the elderly in
Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah Jambi, Simalungun. This
research type is an analytic observational study with cross sectional study design
types. The population in this study were all elderly that aged 60 years in Mekar
Bahalat village that totaling 120 people, and the samples are 55 respondents. This
research was conducted in Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah
Jambi, Simalungun in September 2015 to May 2016. There are two variables in
this study, namely the independent variable (type and frequency of food
consumption deterrents and trigger hypertension, the level of consumption of
carbohydrates, protein, fat, sodium, fiber) and the dependent variable (the
incidence of hypertension in the elderly).
The results of this research showed that the type of food detterents
hypertension that often consumed by the respondents are corn, fresh water fish,
tempeh, tomatoes, bananas, green beans and the type of food triggers
hypertension that often consumed by the respondent are pork, salted fish, and
biscuits. The results also showed that the variables were significantly related to
the incidence of hypertension is variable fat (p = 0.025), sodium (p = 0.039) and
fiber (p = 0.029), while the variable carbohydrate (p = 0.821) and protein (p =
0.189 ) is not significantly related to the incidence of hypertension. The advice
can be given to people in Mekar Bahalat especially the elderly is to reduce the
consumption of foods that high in sodium or salt, high fat, and also increase
consumption of fruits and vegetables at affordable prices every day.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. Bapak Heldy B.Z, dr., MPH, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I
dan Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang
5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner
6. Bapak Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf departemen Gizi Kesehatan
Sumatera Utara;
8. Bapak dr. Mario Sitepu, selaku Kepala Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi
dan seluruh staf pegawai yang telah memberikan data-data dan informasi
9. Bapak Remantus Sinaga, selaku Kepala Desa Mekar Bahalat yang telah
10. Ibu D. Sibarani, selaku petugas kesehatan di Desa Mekar Bahalat yang
11. Seluruh responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian;
12. Keluarga tercinta Ayahanda Marihot Gultom dan Ibunda Erida Sirait,
S.Pd. serta kakak-kakak Erisma, Marina, Lusi dan adik-adik Tyo, Rima,
material kepada penulis selama ini dan demi terselesaikannya skripsi ini;
vi
13. Para sahabat seperjuangan terkasih Quin Dwi Jayanti Purba, Margaretha
Kelompok 18 Desa Suka Sipilihen yang tidak dapat penulis sebutkan satu
17. Pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu atas bantuannya
masyarakat dan penulis lain. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Atas perhatian dan
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Natrium Beberapa Bahan Makanan ..................................26
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat Tahun : SD St. Antonius V Medan/2006
2. SLTP/Tamat Tahun : SMP Trisakti I Medan/2009
3. SLTA/Tamat Tahun : SMA Negeri 5 Medan/2012
4. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan
xiv