Oleh :
Nama : Laras Pratiwi
NPM : 1416051059
Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis
Reg :A
1
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................2
5.1 Al-Qur’an telah ditinggalkan .....................................................................................3
5.2 Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) .....................................................................4
5.3 Nama-nama Al-Qur’an ..............................................................................................8
5.4 Meningkatkan keimanan dengan Al-Qur’an ..............................................................11
5.5 Keutamaan Al-Qur’an ................................................................................................12
5.6 Kisah Teladan seputar Ma’rifatul Qur’an ..................................................................18
5.7 Evaluasi ......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................26
2
5.1 Al-Qur’an telah ditinggalkan
Untuk bisa mencapai derajat orang yang bertakwa yang sesungguhnya, maka umat
Islam, baik secara individu maupun kelompok dituntut harus senantiasa berinteraksi
dengan Al-Qur’an, sebab ia akan selalu menunjukkan kepada jalan yang benar.
Interaksi yang dengan Al-Qur’an adalah salah satu ciri dari orang-orang yang
bertakwa, sebagaimana dikatakan oleh sebagian Ulama, bahwa esensi daripada takwa
yang sesungguhnya adalah senantiasa berupaya untuk mengamalkan Al-Qur’an.
Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan
3
kalimat mahjuran dalam ayat tersebut adalah matrukan (ditinggalkan).
Jika keberadaan Al-Qur’an di Lauh Mahfuzh itu merupakan Qadha (ketentuan) dari
Allah SWT, maka ketika itu Al-Qur’an adanya persis sama dengan keadaannya
sekarang. Namun demikian hakekatnya tidak dapat diketahui, kecuali oleh seorang
Nabi yang diperlihatkan oleh Allah kepadanya. Dan segala sesuatu yang terjadi di
bumi ini telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh sebagaimana firman Allah :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
4
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(Q.S.
Al Hadiid: 22)
Tahap Kedua, Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke langit bumi (Baitul
‘Izzah)
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang
dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan.
Sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan.”(Q.S Al-Qadr: 1)
Tiga ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an, diturunkan pada suatu
malam bulan Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh berkah.
Demikian juga berdasarkan beberapa riwayat sebagai berikut :
“Riwayat dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir lalu Al-
Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi.”
Sedangkan Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah,
Muharram, Safar dan bulan Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Ibnu Abbas menjawab
bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar secara
sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur di
sepanjang bulan dan hari.
Yang dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan
terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya.
Barangkali hikmah dari penurunan ini adalah untuk menyatakan keagungan Al-
Qur’an dan kebesaran bagi orang yang diturunkannya dengan cara memberitahukan
kepada penghuni langit yang tujuh bahwa kitab yang paling terakhir yang
disampaikan kepada Rasul penutup dari umat pilihan sungguh telah diambang pintu
dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya.
6
As-Suyuthy berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang menyatakan
turunnya kepada umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya akan sampai ke
muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab
sebelumnya, maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara sekaligus
kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap orang yang
akan menerimanya.
c. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat,
meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta
beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun
ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit : “Aku
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah
ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan
7
keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu,
barulah beliau kembali seperti biasa.”
d. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti
keadaan point b, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam
Al-Qur’an :
Artinya : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.” (Q.S. An-Najm: 13-
14).
Al Baqarah 2:2: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa
Ad Dukhaan 44:2: Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
Asy Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.
Al Furqaan 25:1: Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
8
Al Hijr 15:9: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan pengingat (Al Quran), dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Yunus 10:57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Ar Ra’d 13:37: Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Hukum(Al Quran) itu
sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti
hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada
pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
Al Isra’ 17:39: Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan
janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat
Allah).
Yunus 10:57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al Isra’ 17:82: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penyembuh(penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
9
Al Jin 72:13: Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
At Taubah 9:33: Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
An Naml 27:77: Dan sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Asy Syu’araa’ 26:192: Ini (Al Quran) sesungguhnya adalah yang diturunkan oleh
Tuhan semesta alam.
An Naml 27:77: Dan sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
As Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.
Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
10
Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
An-Nur (cahaya): QS(4:174)
Asy Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus
Al-Qur’an adalah sumber ketenangan hati juga sebagai obat bagi penyakit yang ada di
dalamnya. Ketika kita membaca Al-Qur’an, berarti kita sedang mengingat dan
berkomunikasi dengan Allah SWT, ketika kita sedang berkomunikasi dengan Allah,
maka sudah barang tentu melalui firman-firman-Nya dalam Al-Qur’an yang kita baca
sambil ditadabburi, kita akan mendapatkan nilai-nilai akhlakul karimah yang akan
menjadikan kualitas amal kita semakin baik.
Dengan kualitas amal yang semakin baik, maka kualitas iman pun akan semakin
meningkat; karena dengan ketaatan atau amal shalih lah keimanan ini akan terus
meningkat.
11
ُالَّذِينَ َءا َمنُوا َوت َْط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر هللاِ أَالَ ِب ِذ ْك ِر هللاِ ت َْط َمئِ ُّن ْالقُلُوب.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra’du (13) : 28)
Dalam kehidupan para sahabat, kita dapat melihat betapa mereka memiliki semngat
untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik mendengarkan, membaca, menghafal,
mentadabburi bahkan mengamalkannya. Kita mengetahui dari sejarah kehidupan
mereka, bahwa apabila diajarkan kepada mereka sepuluh ayat dari AL-Qur’an,
mereka tidak ditambah lagi kecuali setelah mengamalkan sepuluh ayat tersebut. Kita
juga tahu, bahwa mereka untuk setiap bulannya tidak kurang dari tiga kali untuk
mengkhatamkan Al-Qur’an, dan mereka juga sangat bersemangat untuk
membaguskan bacaan Al-Qur’an. Maka Rasulullah SAW sebagai satu-satunya suri
tauladan bagi kita yang telah diikuti terlebih dahulu oleh para sahabat, cukuplah bagi
kita sebagai acuan utama bagaimana seharuskah kita berinteraksi dengan al-Qur’an
dalam rangka meningkatkan keimanan dengan al-Qur’an.
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya
menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan
oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad-
tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami
jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk
siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-
Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu
tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada
hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang
keduanya.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
12
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang
kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada
kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa': 174)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang
yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju
cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang
mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah:
257)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu
Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di
tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi
orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu
yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi
hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan
cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.”
(lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada
sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-
Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini
menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan
mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa': 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah
bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi
13
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah
ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di
dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa': 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-
Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang
kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang
ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-
Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah
menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa': 82)
14
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung
ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan
kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan
lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat
bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-
Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah
Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari
siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik
bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan
yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
15
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan
mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil
membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan
di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain
daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat
dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits
bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah,
pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar
pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para
penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa
itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama
kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk
memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal
Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata,
“Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim
dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
16
niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki
yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan
yang benar kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan
sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal
sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-
Qur’an [5026])
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka
bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan
mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim
rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat
Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati
manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan
yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh
kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)
17
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila
kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika
kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa': 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-
Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau
masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’
‘anis Sunnah, hal. 14)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-
Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada
mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah
ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya
dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa': 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi
orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)
Dari kisah tersebut, kita bisa melihat betapa Abdullah bin Amer memiliki semangat
untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, sehingga ia tetap berisi keras untuk
menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam, meskipun Rasulullah SAW telah
memberikan rukhshah untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an tidak dalam satu
malam.
5.7 Evaluasi
Soal :
1. Jelaskan interaksi yang seharusnya dilakukan seorang Muslim terhadap Al-
Qur’an!
2. Kapankah Al-Qur’an akan menjadi petunjuk bagi kehidupan seorang Muslim?
Mengapa?
3. Dapatkah Al-Qur’an itu ditiru, ditandingi atau dipalsukan? Mengapa?
4. Mengapa setiap Rasul yang diutus itu diberi mukjizat?
5. Salah seorang penulis buku mengatakan, bahwa sebab ketertinggalan umat
islam adalah; karena umat islam telah meninggalkan Al-Qur’an. Apa yang
anda pahami dari pertanyaan tersebut? Berikan argumentasinya!
Jawaban :
1. Interaksi yang seharusnya dilakukan seorang Muslim terhadap Al-Qur’an
adalah :
1. Mendengarkan bacaan al-Qur’an.
2. Membaca al-Qur’an (untuk diri sendiri).
3. Mengikuti petunjuk di dalamnya.
4. Menta’ati perintah di dalamnya.
5. Membacakan al-Qur’an (untuk orang lain).
i. Al Quran dibaca dan ditadabbur ( dihayati )
(Al-Quran ini) sebuah Kitab Yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu
Wahai Muhammad), -Kitab Yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya,
19
untuk mereka memahami Dengan teliti kandungan ayat-ayatNya, dan
untuk orang-orang Yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar.
20
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Jadi, Al-Qur’an telah menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia sejak pertama
kali Allah SWT menurunkan Al-qur’an.
3. Baik dari segi isi maupun bahasa, Al Qur’an mempunyai kehebatan luar biasa
yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun di dunia ini, keserasian dan
keindahan bahasanya, keseimbangan kata-kata dan kalimatnya, dan
keselarasan kata dan maknanya bukan saja memberikan irama tertentu,tetapi
juga menimbulkan keindahan dan kedalaman makna yang berdimensi banyak.
Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab samawi yang dengan jelas dan tegas
menyatakan bahwa tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kitab
sepertinya, meskipun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukan hal
itu. (surah Al-Isra': 88). Bahkan, mereka tidak akan mampu sekalipun untuk
menyusun, misalnya, sepuluh surat saja, (surah Yunus: 38), atau malah satu
surat pendek sekalipun yang hanya mencakup satu baris saja ( surah Hud: 13).
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.
Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa
alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah
menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel
satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah
satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada
kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an,
21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi
bergerak dalam garis edar tertentu:
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan
peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang
sedang ditiup.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli
kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan
menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun
1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus
bergerak saling menjauhi.
Dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam Al-qur’an.
Dan jika umat Islam bisa memaksimalkan ilmu pengetahuan yang ada didalam
Al-qur’an, maka umat islam dapat menjadi umat yang maju. Dan didalam Al-
24
qur’an sudah tertera semua pertanyaan manusia tentang permasalahan yang
ada di bumi.
25
DAFTAR PUSTAKA
1) http://amriyogi.blogspot.com/2013/01/kisah-teladan-seputar-marifatul-quran.html
2) http://muslim.or.id/al-quran/keutamaan-keutamaan-al-quran.html
3) http://daesri.blogspot.com/2013/07/apa-saja-nama-lain-al-quran-itu.html)
4) http://cydwaee.blogspot.com/2012/12/proses-turunnya-al-quran.html
26