Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGANTAR AGAMA ISLAM


Bab 5 Mengenal Al-Qur’an (Ma’rifatul Qur’an)

Oleh :
Nama : Laras Pratiwi
NPM : 1416051059
Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis
Reg :A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

1
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................2
5.1 Al-Qur’an telah ditinggalkan .....................................................................................3
5.2 Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) .....................................................................4
5.3 Nama-nama Al-Qur’an ..............................................................................................8
5.4 Meningkatkan keimanan dengan Al-Qur’an ..............................................................11
5.5 Keutamaan Al-Qur’an ................................................................................................12
5.6 Kisah Teladan seputar Ma’rifatul Qur’an ..................................................................18
5.7 Evaluasi ......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................26

2
5.1 Al-Qur’an telah ditinggalkan
Untuk bisa mencapai derajat orang yang bertakwa yang sesungguhnya, maka umat
Islam, baik secara individu maupun kelompok dituntut harus senantiasa berinteraksi
dengan Al-Qur’an, sebab ia akan selalu menunjukkan kepada jalan yang benar.

Interaksi yang dengan Al-Qur’an adalah salah satu ciri dari orang-orang yang
bertakwa, sebagaimana dikatakan oleh sebagian Ulama, bahwa esensi daripada takwa
yang sesungguhnya adalah senantiasa berupaya untuk mengamalkan Al-Qur’an.

Namun apabila melihat fenomena yang berkembang di masyarakat, ternyata sebagian


masyarakat, bahkan kitapun terkadang melakukannya, Al-Qur’an tidak lagi dijadikan
sebagai sahabat dalam kesehariannya. Al-Qur’an tidak lagi dijadikan lagi sebagai
teman untuk bercengkrama bersama, Al-Qur’an tidak lagi dijadikan obat kegalauan
hatinya, padahal ia adalah sebagai kisah yang menyenangkan, sebagai sya’ir yang
indah untuk dinikmati dan sekaligus sebagai acuan dalam hidup dan kehidupan,
sebagaimana telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW beserta para
sahabatnya.
Realita sebagian masyarakat ini, padahal mereka sebagai Muslim, adalah realita yang
sangat menyedihkan dan menghawatirkan untuk masa depan umat ini, sekaligus
menunjukkan bahwa mereka telah menjauhkan al-Qur’an dari kehidupannya.
AlQur’an hanya dijadikan sebagai pajangan di lemari buku untuk melengkapi buku-
buku yang lainnya, atau Al-Qur’an hanya dibuka seminggu sekali setiap malam
jum’at, atau bahkan sebagian dari mereka dekat dengan Al-Qur’an hanya ketika ada
yang meninggal. Dan masih banyak lagi realita yang lainnya yang menunjukkan
bahwa al-Qur’an sudah benar-benar dijauhkan dari kehidupan mereka.

Rasulullah SAW pernah mengadukan keadaan sebagian umatnya yang meninggalkan


Al-Qur’an sebagaimana disinyalir dalam firman Allah SWT,
ً ‫ب ِإ َّن قَ ْو ِمي ات َّ َخذُوا َهذَا ْالقُ ْر َءانَ َم ْه ُج‬
‫ورا‬ َ َ‫سو ُل ي‬
ِ ِّ ‫ار‬ َّ ‫وقَا َل‬.
ُ ‫الر‬ َ
Berkatalah Rasul:"Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini
sesuatu yang diacuhkan". (QS. Al-Furqan (25) : 30)

Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan

3
kalimat mahjuran dalam ayat tersebut adalah matrukan (ditinggalkan).

Yang termasuk kategori meninggalkan Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam


tafsir Ibnu Katsir adalah, tidak mau mendengarkan, tidak membacanya, tidak mau
mentadaburi dan tidak mengamalkannya. Dengan demikian, maka interaksi dengan
al-Qur’an yang sesungguhnya yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah diawali
dengan semangat untuk selalu mendengarkan ayat-ayat Allah, kemudian diikuti
dengan upaya keras untuk meningkatkan interaksi tersebut dengan membaca,
mentadaburi kemudian mengamalkannya.

5.2 Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an)


Para ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa turunnya Al-Qur’an berdasarkan dalil ayat
Al-Qur’an dan riwayat Hadits shahih melalui tiga tahap yaitu :
Tahap Pertama, Al-Qur’an berada di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah:
“padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan
mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” (Q.S.
Al-Buruuj: 20-22)

Ketika Al-Qur’an berada di Lauh Mahfuzh tidak diketahui bagaimana keadaannya,


kecuali Allah yang mengetahuinya, karena waktu itu Al-Qur’an berada di alam ghaib,
kemudian Allah menampakkan atau menurunkannya ke Baitul ‘Izzah di langit bumi.
Secara umum, demikian itu menunjukkan adanya Lauh Mahfuzh, yaitu yang merekam
segala qadha dan takdir Allah SWT, segala sesuatu yang sudah, sedang, atau yang
akan terjadi di alam semesta ini. Demikian ini merupakan bukti nyata akan
mengagungkan kehendak dan kebijaksanaan Allah SWT yang Maha Kuasa.

Jika keberadaan Al-Qur’an di Lauh Mahfuzh itu merupakan Qadha (ketentuan) dari
Allah SWT, maka ketika itu Al-Qur’an adanya persis sama dengan keadaannya
sekarang. Namun demikian hakekatnya tidak dapat diketahui, kecuali oleh seorang
Nabi yang diperlihatkan oleh Allah kepadanya. Dan segala sesuatu yang terjadi di
bumi ini telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh sebagaimana firman Allah :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami

4
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(Q.S.
Al Hadiid: 22)

Tahap Kedua, Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke langit bumi (Baitul
‘Izzah)
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang
dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan.
Sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan.”(Q.S Al-Qadr: 1)

Dan firman Allah :


“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). (Q.S. Al Baqarah: 185)

Dan firman Allah :


“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-Dukhaan: 3)

Tiga ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an, diturunkan pada suatu
malam bulan Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh berkah.
Demikian juga berdasarkan beberapa riwayat sebagai berikut :
“Riwayat dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir lalu Al-
Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi.”

Dan hadis riwayat Ibnu Abbas :


“Riwayat dari Ibnu Abbas berkata : Al-Qur'an diturunkan sekaligus langit bumi (Bait
Al-Izzah) berada di Mawaqi’a Al-Nujum (tempat bintang-bintang) dan kemudian
Allah menurukan kepada Rasul-Nya dengan berangsur-angsur.”
5
Dan hadits riwayat Imam Thabrani :
“Riwayat dari Ibnu Abbas ra. berkata : Al-Qur'an diturunkan pada malam Al-Qadar
pada bulan Ramadhan di langit bumi sekaligus kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur.”
Ketiga riwayat tersebut dijelaskan di dalam Al-Iqam bahwa ketiganya adalah sahih
sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Suyuthy riwayat dari Ibn Abbas, dimana
dia ditanya oleh Athiyah bin Aswad dia berkata : “Dalam hatiku terdapat keraguan
tentang firman Allah dalam surah Al - baqarah ayat 185 :
“ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran…….”dan firman Allah dalam surah Al –
Qadr ayat 1:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”

Sedangkan Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah,
Muharram, Safar dan bulan Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Ibnu Abbas menjawab
bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar secara
sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur di
sepanjang bulan dan hari.

Yang dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan
terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya.

Al-Suyuthy mengemukakan bahwa Al-Qurthuby telah menukilkan hikayat Ijma’


bahwa turunnya Al-Qur’an secara sekaligus adalah dari Lauh Al-Mahfuzh ke Baitul
‘Izzah di langit pertama.

Barangkali hikmah dari penurunan ini adalah untuk menyatakan keagungan Al-
Qur’an dan kebesaran bagi orang yang diturunkannya dengan cara memberitahukan
kepada penghuni langit yang tujuh bahwa kitab yang paling terakhir yang
disampaikan kepada Rasul penutup dari umat pilihan sungguh telah diambang pintu
dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya.

6
As-Suyuthy berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang menyatakan
turunnya kepada umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya akan sampai ke
muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab
sebelumnya, maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara sekaligus
kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap orang yang
akan menerimanya.

Tahap Ketiga : Al-Qur’an diturunkan dari Baitul-‘Izzah kepada Nabi Muhammad


SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari dengan cara sebagai
berikut :
a. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak
ada melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu (wahyu) sudah ada dalam
kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: “Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam
qalbuku.”

Firman Allah SWT :


“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. Asy
Syuuraa : 51).

b. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang


mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan
kata-kata itu.

c. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat,
meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta
beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun
ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit : “Aku
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah
ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan
7
keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu,
barulah beliau kembali seperti biasa.”

d. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti
keadaan point b, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam
Al-Qur’an :
Artinya : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.” (Q.S. An-Najm: 13-
14).

5.3 Nama-nama Al-Qur’an


Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan
untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan
ayat yang mencantumkannya :

 Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)

Al Baqarah 2:2: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa
Ad Dukhaan 44:2: Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,
Asy Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.

 Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)

Al Furqaan 25:1: Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

 Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)

8
Al Hijr 15:9: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan pengingat (Al Quran), dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

 Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)

Yunus 10:57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

 Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)

Ar Ra’d 13:37: Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Hukum(Al Quran) itu
sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti
hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada
pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

 Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)

Al Isra’ 17:39: Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan
janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat
Allah).

 Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)

Yunus 10:57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al Isra’ 17:82: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penyembuh(penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

 Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)

9
Al Jin 72:13: Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
At Taubah 9:33: Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
An Naml 27:77: Dan sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

 At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)

Asy Syu’araa’ 26:192: Ini (Al Quran) sesungguhnya adalah yang diturunkan oleh
Tuhan semesta alam.

 Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)

An Naml 27:77: Dan sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

 Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)

As Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.

 Al-Bayan (penerang): QS(3:138)

Ali ‘Imran 3:138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

10
 Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
 Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
 An-Nur (cahaya): QS(4:174)

Asy Syuraa 42:52: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran
itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus

 Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)


 Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
 Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

5.4 Meningkatkan Keimanan dengan Al-Qur’an


Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan mengatakan, bahwa untuk salah satu upaya dalam
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan adalah dengan cara interaksi yang
baik bersama Al-Qur’an (mendengarkan, membaca, mentadaburi dan
mengamalkannya).

Al-Qur’an adalah sumber ketenangan hati juga sebagai obat bagi penyakit yang ada di
dalamnya. Ketika kita membaca Al-Qur’an, berarti kita sedang mengingat dan
berkomunikasi dengan Allah SWT, ketika kita sedang berkomunikasi dengan Allah,
maka sudah barang tentu melalui firman-firman-Nya dalam Al-Qur’an yang kita baca
sambil ditadabburi, kita akan mendapatkan nilai-nilai akhlakul karimah yang akan
menjadikan kualitas amal kita semakin baik.

Dengan kualitas amal yang semakin baik, maka kualitas iman pun akan semakin
meningkat; karena dengan ketaatan atau amal shalih lah keimanan ini akan terus
meningkat.

Allah SWt berfirman,

11
ُ‫الَّذِينَ َءا َمنُوا َوت َْط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر هللاِ أَالَ ِب ِذ ْك ِر هللاِ ت َْط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra’du (13) : 28)

Dalam kehidupan para sahabat, kita dapat melihat betapa mereka memiliki semngat
untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik mendengarkan, membaca, menghafal,
mentadabburi bahkan mengamalkannya. Kita mengetahui dari sejarah kehidupan
mereka, bahwa apabila diajarkan kepada mereka sepuluh ayat dari AL-Qur’an,
mereka tidak ditambah lagi kecuali setelah mengamalkan sepuluh ayat tersebut. Kita
juga tahu, bahwa mereka untuk setiap bulannya tidak kurang dari tiga kali untuk
mengkhatamkan Al-Qur’an, dan mereka juga sangat bersemangat untuk
membaguskan bacaan Al-Qur’an. Maka Rasulullah SAW sebagai satu-satunya suri
tauladan bagi kita yang telah diikuti terlebih dahulu oleh para sahabat, cukuplah bagi
kita sebagai acuan utama bagaimana seharuskah kita berinteraksi dengan al-Qur’an
dalam rangka meningkatkan keimanan dengan al-Qur’an.

5.5 Keutamaan Al-Qur’an

[1] al-Qur’an adalah Cahaya

Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya
menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan
oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad-
tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami
jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk
siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-
Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu
tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada
hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang
keduanya.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)

12
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang
kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada
kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa': 174)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang
yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju
cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang
mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah:
257)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu
Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di
tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi
orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu
yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi
hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan
cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.”
(lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)

[2] al-Qur’an adalah Petunjuk

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada
sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-
Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini
menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan
mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa': 9).

Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah
bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi

13
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS. Shaad: 29).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah
ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di
dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa': 82)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-
Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah memberikan jaminan kepada siapa


saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di
dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat.”
Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud


dari mengikuti petunjuk Allah ialah:

1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,


2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
3. Mematuhi perintah,
4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang
kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang
ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-
Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah
menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa': 82)

14
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung
ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan
kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan
lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat
bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-
Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka
membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan
turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para malaikat
pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka
diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr
wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])

[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca


Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami
berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka
berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan
balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-
30)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah
Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari
siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik
bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan
yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)

15
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan
mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil
membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan
di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain
daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat
dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)

[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat

Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits
bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah,
pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar
pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para
penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa
itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama
kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk
memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal
Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata,
“Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim
dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])

[6] al-Qur’an dan Hasad Yang Diperbolehkan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang
diberikan ilmu oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya
sepanjang malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia
berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan

16
niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki
yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan
yang benar kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan
sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal
sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-
Qur’an [5026])

[7] al-Qur’an dan Syafa’at

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari
kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab
Sholat al-Musafirin [804])

[8] al-Qur’an dan Pahala Yang Berlipat-Lipat

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia
akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali
lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu
huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-
Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)

[9] al-Qur’an Menentramkan Hati

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka
bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan
mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim
rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat
Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati
manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan
yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh
kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan Umat

17
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila
kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika
kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa': 59)

Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-
Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau
masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’
‘anis Sunnah, hal. 14)

[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh as-Sunnah

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-
Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada
mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah
ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya
dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa': 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi
orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)

Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan


kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13).
Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan
menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13)

5.6 Kisah Teladan Seputar Al-Qur’an


Dikisahkan, bahwa Abdullah bin Amer r.a dia seorang yang sudah hafal Al-Qur’an,
pada suatu ketika ia berkata kepada Rasulullah SAW,”Aku adalah seorang yang sudah
hafal Al-Qur’an, maka aku mampu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an selama satu
malam.” Mendengar hal itu Rasulullah SAW berkata kepadanya,”Aku hawatir,
seandainya kamu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam, kamu akan
merasa bosan, maka dari itu, cukuplah bagi kamu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an
itu satu kali dalam sebulan.” Abdullah menjawab,Wahai Rasulullah! Biarkanlah aku
menyelesaikan bacaan Al-Qur’an seperti itu (dalam satu malam); karena aku masih
kuat dan masih muda. Rasulullah SAW bersabda,”Selesaikanlan olehmu bacaan Al-
18
Qur’an pada setiap sepuluh hari.” Jawab Abdullah,”Biarkanlah aku menyelesaikannya
dalam satu malam; karena aku masih kuat dan masih muda, ia tetap dalam
pendiriannya.

Dari kisah tersebut, kita bisa melihat betapa Abdullah bin Amer memiliki semangat
untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, sehingga ia tetap berisi keras untuk
menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam, meskipun Rasulullah SAW telah
memberikan rukhshah untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an tidak dalam satu
malam.

5.7 Evaluasi
Soal :
1. Jelaskan interaksi yang seharusnya dilakukan seorang Muslim terhadap Al-
Qur’an!
2. Kapankah Al-Qur’an akan menjadi petunjuk bagi kehidupan seorang Muslim?
Mengapa?
3. Dapatkah Al-Qur’an itu ditiru, ditandingi atau dipalsukan? Mengapa?
4. Mengapa setiap Rasul yang diutus itu diberi mukjizat?
5. Salah seorang penulis buku mengatakan, bahwa sebab ketertinggalan umat
islam adalah; karena umat islam telah meninggalkan Al-Qur’an. Apa yang
anda pahami dari pertanyaan tersebut? Berikan argumentasinya!
Jawaban :
1. Interaksi yang seharusnya dilakukan seorang Muslim terhadap Al-Qur’an
adalah :
1. Mendengarkan bacaan al-Qur’an.
2. Membaca al-Qur’an (untuk diri sendiri).
3. Mengikuti petunjuk di dalamnya.
4. Menta’ati perintah di dalamnya.
5. Membacakan al-Qur’an (untuk orang lain).
i. Al Quran dibaca dan ditadabbur ( dihayati )

(Al-Quran ini) sebuah Kitab Yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu
Wahai Muhammad), -Kitab Yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya,

19
untuk mereka memahami Dengan teliti kandungan ayat-ayatNya, dan
untuk orang-orang Yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar.

( Surah Shod . Ayat : 29 )

ii. Al Quran dipelajari dan dilaksanakan.

Dan hendaklah Engkau menjalankan hukum di antara mereka Dengan apa


Yang telah diturunkan oleh Allah ( hukum di dalam al Quran ) dan
janganlah Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka, dan berjaga-
jagalah supaya mereka tidak memesongkanmu dari sesuatu hukum Yang
telah diturunkan oleh Allah kepadamu. kemudian jika mereka berpaling
(enggan menerima hukum Allah itu), maka ketahuilah, Hanyasanya Allah
mahu menyeksa mereka Dengan sebab setengah dari dosa-dosa mereka;
dan Sesungguhnya kebanyakan dari umat manusia itu adalah orang-orang
Yang fasik.

( Surah al Maaidah . Ayat : 49 )

Sabda Rasulullah saw :

َ‫ل وَ للاَِ ِكتابَ تعلَّ َْم ُحذيْفةَ يا‬


َْ ‫فِ ْي َِه بِما اعْم‬

Wahai Huzaifah pelajarilah kitab Allah dan beramallah dengan isi


kandungannya

2. Sebagaimana kita ketahui Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT sebagai


petunjuk umat muslim untuk menjalankan hidupnya. Sebagaimana yang telah
Allah sampaikan pada QS. An-Nahl : 44
“ dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka(Yakni: perintah-perintah,
larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran) dan
supaya mereka memikirkan”
QS. Al-Baqarah : 2-4
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

20
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Jadi, Al-Qur’an telah menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia sejak pertama
kali Allah SWT menurunkan Al-qur’an.

3. Baik dari segi isi maupun bahasa, Al Qur’an mempunyai kehebatan luar biasa
yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun di dunia ini, keserasian dan
keindahan bahasanya, keseimbangan kata-kata dan kalimatnya, dan
keselarasan kata dan maknanya bukan saja memberikan irama tertentu,tetapi
juga menimbulkan keindahan dan kedalaman makna yang berdimensi banyak.
Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab samawi yang dengan jelas dan tegas
menyatakan bahwa tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kitab
sepertinya, meskipun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukan hal
itu. (surah Al-Isra': 88). Bahkan, mereka tidak akan mampu sekalipun untuk
menyusun, misalnya, sepuluh surat saja, (surah Yunus: 38), atau malah satu
surat pendek sekalipun yang hanya mencakup satu baris saja ( surah Hud: 13).

“Katakanlah, “ Sesunggugnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


membuat yang serupa (dengan) Al qur’an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain “ (Q.S. Al Isra’, 17:88)

“Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-


buatnya? katakanlah, “Buatlah sebuah surat yang semisal dengan surat (Al
Quran), dan ajaklah siapa saja diantara kamu orang yang mampu
(membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (Q.S. Yunus,
10:38)

“ Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al


Qur’an itu”. Katakanlah, “ (kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat
semisal dengannya (Al Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah sipa saja
diantara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar”. (Q.S. Hud, 11:13)
21
Jadi, Al-qur’an tidak bisa ditiru, ditandingi atau dipalsukan. Karena Al-qur’an
adalah kitab suci dari agama penutup dan agama penyemurna dari agama-
agama yang ada. Tidak ada yang dapat menandingi keindahannya, bahkan jika
seluruh manusia dan jin berkumpul sekalipun tidak dapat membuat kitab
seindah Al-Qur’an.

4. Allah SWT memberikan mukjizat kepada setiap rasul karena :


a) Manusia pilihan
Dialah manusia pilihan ternama dan terutama para nabi dan rasul. Ada
tingkat pengetahuan yang tidak dapat dicerna oleh akal dan dijangkau
oleh pemikiran manusia biasa, hanya merekalah para nabi dan rasul
yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT akan pengetahuan lebih
tersebut. Salah satu pengetahuan yang luar biasa yang khusus langsung
pemberian Allah SWT adalah mukjizat. Itulah salah satu sebab
mengapa Allah SWT member mukjizat terhadap nabi dan rasul.
b) Ciri-ciri Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul sangat berbeda dengan manusia lain, para nabi dan
rasul mempunyai kelebihan yang sangat menonjol dibandingkan
dengan manusia lain. Tingkat keamanatannya terhadap perintah Allah
SWT sangat kokoh (amanah) ; tingkat kejujurannya tidak dapat
diragukan sama sekali, dalam perkataan dan perilaku selalu sejalan dan
benar (siddiq); selalu memiliki sikap bijaksana terhadap sesame
manusia dan Makhluk Allah (fatonah) ; dan yang terkahir tugasnya
adalah menyampaikan atau perintah kebenaran dari Allah SWT kepada
umatnya yaitu manusia lainnya (tabligh). Tanpa keempat sifat wajib
ini, mustahil seorang nabi dan rasul akan menjalankan tugas yang
maha dahsyat langsung dari Tuhan-Nya berupa ketaqwaan dan
peribadatan.
c) Keistimewaan Nabi dan Rasul
Keutamaanya para nabi dan rasul membuat manusia pilihan ini sangat
diistimewakan oleh Allah SWT. Dalam menghadapi cobaan hidup
hanya para nabi dan rasul yang mampu menghadapi cobaan yang tidak
pernah dibayangkan dan dipikirkan oleh manusia bahkan malaikat
sekalipun.
22
Itulah mengapa Allah SWT memberi mukjizat bagi nabi dan rasul,
karena hanya merekalah yang pantas menyandangnya dalam
memberikan tuntunan kehidupan kepada manusia lainnya sebagai
bekal didunia dan kampung abadi di akhirat.
5. Menurut saya ketertinggalan umat islam karena umat islam telah
meninggalkan Al-qur’an adalah benar adanya. Karena, jauh sebelum ilmu
pengetahuan berkembang, Allah telah menyampaikan ilmu pengetahuan
tersebut di dalam Al-qur’an. Seperti :
Sebagai contoh ayat di bawah:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.
Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa
alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah
menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel
satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah
satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada
kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan


bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an,
21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi
bergerak dalam garis edar tertentu:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang


Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
23
Langit yang mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi


masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana
berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan


yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan
peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang
sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di


dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah
ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa
alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus
“mengembang”.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli
kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan
menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun
1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus
bergerak saling menjauhi.

Dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam Al-qur’an.
Dan jika umat Islam bisa memaksimalkan ilmu pengetahuan yang ada didalam
Al-qur’an, maka umat islam dapat menjadi umat yang maju. Dan didalam Al-
24
qur’an sudah tertera semua pertanyaan manusia tentang permasalahan yang
ada di bumi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1) http://amriyogi.blogspot.com/2013/01/kisah-teladan-seputar-marifatul-quran.html
2) http://muslim.or.id/al-quran/keutamaan-keutamaan-al-quran.html
3) http://daesri.blogspot.com/2013/07/apa-saja-nama-lain-al-quran-itu.html)
4) http://cydwaee.blogspot.com/2012/12/proses-turunnya-al-quran.html

26

Anda mungkin juga menyukai