Anda di halaman 1dari 15

Lagi cover

Kata pengantar
Daftar isi
Nama kelompok kls a
1. SRI WULANDARI
2. THERESYA PRATIWI KONIYO
3. WINDI FEBRIYANI PAKAI
4. ZENAB NURUL KHOTIMAH HASAN
5. MAISSY NADYA
6. MUKTI ALI MOKOGINTA
7. MOH YOGI KONO
8. FAIZAL B PANDI
9. MOH. OLIS DAMITI
10. RIMAWATI POLONTALO
11. RIFAI MARANYA
12. SASMITA BOBIHU
13. YASIN PULUMODUYO
14. MOH. RIVALDI ABAS
15. NIRMALA BILALE
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan keberhasilan
pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut mendorong
peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang harus
dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada
keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya memelihara
dan menjaga yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur, timbul
keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan
berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi
penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi
adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi
terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima ide baru.
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat
mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud isu-isu pada lansia ?
b. Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia?
c. Bagaimana dukungan terhadap orang yang merawat lansia ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan isu-isu pada lansia
b. Untuk mendeskripsikan strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada
lansia
c. Untuk mendeskripsikan dukungan terhadap orang yang merawat lansia.
1.4 Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan
pembaca guna memahami materi tentang komunitas 2 yang berhungan dengan Isu –
isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan lansia serta
dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geriatri


Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari
kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna
(DEPKES RI, 2000)
Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang
akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lail-lain.
(DEPKES RI, 2000). Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit
atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas
mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar
kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric baru
berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric mengusahakan agar
para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban
bagi keluarga dan masyarakat.
2.2 Issu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik
a. Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikn seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman (Parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isteri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun.
Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit atau mengalami
ketidakmampuan, dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasanagan
masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara
kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intin dapat
berulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara
mendalam selama masih mampu melaksanakan.
b. Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjaadi perubahan perilaku diantaranya : daya
ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat
diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber
banyak masalah.
c. Pembatasan fisik
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan pula timbulnya
gangguan di dalam hal mencakupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
d. Palliative care
Pemberian obat pada lansia yang bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena
polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat. Sebagai contoh klien dengan gangguan jantung dan edema mungkin
diobati dengan digoksin dan diuretika. Diuretic berfingsi untuk mengurangi volume
darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digoksin. Klien yang sama
mungkin mengalami depressi sehingga diobati dengan antidepresi. Dan efek samping
Antidepressant adalah retensi urin. Dan efek samping inilah yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada lansia.
e. Penggunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak
praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih
kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia
sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan
adalah :
1. Bingung
2. Lemah ingatan
3. Penglihatan berkurang
4. Tidak bisa memegang
5. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.
f. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.
g. Hukum dan etik dalam perawatan gerontik
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada :
1. Pasal 27
 Segala W.N. bersama kedudukannya didalam hokum dan pemerintahan dan
wajib menjunjungnya hokum dan pemerintahannya itu dengan tidak ada
kecualinya.
 Tiap-tiap W.N. berhak atas pekerjaannya dn penghidupannya yang layak bagi
kemanusiaan
2. Pasal 34
 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
 Berpedoman pada hukum tersebut, sebagai perawat kesehatan masyarakat
bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan. Penganiayaan yang
dimaksud dapat berupa : penyia-nyiaan, penganiayaan yang disengaja dan
eksploitasi. Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan adalah berupa :
perlindungan dirumah, perlindungan hokum dan perawatan dirumah. Berkaitan
dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
a) Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memeperhatikan
suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status social, masalah kesehatan.
b) Menjaga rahasia klien
c) Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis,
praktek illegal
d) Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya
e) Perawat menjaga kompetensi keperawatan
f) Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetensi individu
serta kualifikasi dalam memberikan konsultasi
g) Berpartisipasi aktif dalam kelanjutannya perkembangan body of knowledge
h) Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional
i) Berpartisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah
dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.
j) Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau
ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhakan
oleh masyarakat termasuk pada lansia.
h. JPKM lansia
Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada dipuskesmas
sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan
jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya membutuhkan perhatian yang khusus. Perkembangan yang terjadi tersebut
tentunya menuntut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional.
Tuntutan ini tentunya tidak berlebihan sebab hal ini sesuai dengan kebijakan
pemerintah dibidang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan perawatan yang baik dan
perhatian yang selayaknya
2.3 Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia
1. Masyarakat sehat 2010 dan lansia
Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika ( USDHHS,
1998 ). Dokumen ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi
kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional.
Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat sehat 2000 ( USDHHS, 1991 )
yang dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan
program promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat komunitas harus
memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat
sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada
lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun
atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu
program promosi kesehatan terorganisasi.
2. Advokasi
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan (Decision makers) dan penentu
kebijakan (Policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan
demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan
kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang
diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi ini
akan berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah para
pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah, swasta, pengusaha,
partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat sampai daerah.
Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau pembicaraan-
pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui
kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-seminar kesehatan. (Wahid Iqbal
Mubarak, Nurul Chayantin, 2009).
3. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru,
namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak
saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong
yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan
adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh. Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam
kemitraan, yakni:
 Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
 Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
 Saling menanggung resiko dan keuntungan
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada
konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun
1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang
saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif
dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan.
4. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekannkan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak
dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa
hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia. Kekuasaan tercipta dalam
relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan dapat berubah.
Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah
proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata
lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada
dua hal :
 Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
 Bahwa kekuasaan dapat diperluas
Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan mobilisasi
tetapi partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini, perencana, agents dan
masyarakat yang dijadikan sasaran pembangunan bersama-sama merancang
dan memikirkan pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat (Sairin,
2002).
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan
sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara
adil dan merata. Strategi ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada
berbagai bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh kerena
itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengingstruksikan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit (http://www.depkes.go.id/ ).
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan
melalui program pendampingan masyarakat (community organizing and
defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan (planning),
pengorganisasian (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau
pengawasan (Controlling) program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya
ini merupakan inti dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000).
2.3 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer.
Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi
kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan
imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal
yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus
ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan
Williams (1997) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk hidup
dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa percaya
diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit.
Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam
mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan
kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada
perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan
utama menurut usia (USDHHS, 1998). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia
memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita (O’Malley dan Blakeney, 1994)
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu
pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta
kelompok dan komunitas.
2.4 Dukungan Orang yang Terlibat Merawat Lansia
1. Dukungan keluarga
a. Pengertian keluarga
Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional yaitu keluarga
terdiri dari orang-orang yang tergabung karena hubungan pernikahan, hubungan darah,
atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah (Friedman, 2003). Menurut Dep Kes
R.I (1998, dalam Achjar, 2010) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri. Duvall dan Logan (1986) mengatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya. Sedangkan Bailon
dan Maglaya (1978) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung
karna hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Ali, 2010).
b. Komponen-komponen dukungan keluarga
Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima seseorang dari orang
lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat,
termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua dan teman (Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi
seseorang dari efek stress yang buruk. Menurut Friedman (1998, dalam Wijayanto, 2008),
ikatan keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan lansia. Dukungan
keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang-
orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik
dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.
Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga memiliki
beberapa bentuk dukungan, yaitu:
1) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan
terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dukungan
ini berupa nasehat, usualan saran, perunjuk dan informasi.
2) Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang
mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran sosial
yang meliputi pemberian umpan balik, informasi, atau penguatan.
3) Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat berwujud
barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan peralatan yang yang
dibutuhkan. Memberi bantuan dan melaksanakan aktivitas, memberi peluang
waktu, serta modifikasi lingkungan.
4) Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian, dan
ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan
diperhatikan.
2. Peran anggota keluarga terhadap lansia
Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga diantaranya
menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan, belanja, kesempatan untuk
sosialisasi, menasihati, menemani ke pelayanan kesehatan, memasak dan
menyediakan makanan, mengingatkan untuk berobat, menjaga janji, mengawasi,
melakukan perawatan, pemantauan dan administrasi obat-obatan.
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa hal yang
dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap lansia antara lain
melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan kehangatan keluarga,
membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal
transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati, mintalah nasihatnya untuk
peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu
mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-
kegiatan di luar rumah, memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan lansia,
keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal yang
mempengaruhi kemampuan keluarga memberi dukungan pada lansia yaitu
(Lueckenotte, 2000) :
1) Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
2) Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa merawat
lansia lebih sedikit.
3) Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan perawatan
primer adalah wanita.
4) Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang berjauhan dengan
keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan perawatan.
5) Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan menimbulkan
konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena berbedanya pandangan
antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, pemeliharaan
ikatan keluarga antargenerasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman
(2003) yaitu:
1) Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senamg maupun
sedih, dengan melihat bagaimana keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisisk, spiritual,
mental dengan cara merawat dan memelihara anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit setiap anggota kelarga.
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan dan
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.
5) Fungsi biologis
Bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tapi untuk memelihara dan
membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
7) Fungsi psikologis
Terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga (Achjar, 2010).
4. Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia
Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan keluarga
terhadap lansia yaitu:
1) Memahami persepsi dan perasaan lansia
2) Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa ketergantungan
3) Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya orang sulit untuk
menerima perubahan
4) Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan
juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional
untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan
kesehatan.
b. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan kami
mohon maaf yang sebesar – besarnya. Kami juga memohon untuk saran dan kritik
untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika

Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai