DI SUSUN OLEH
T1117018
FAKULTAS TEKNIK
2019
Byzantine Architecture
1.LATAR BELAKANG
Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur
yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu
kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat
pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages),
kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari
Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran
Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat
di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan
Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine
menjadi dominan dalam arsitektur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:
Pengaruh kebudayaan Romawi.
Pengaruh agama Kristen.
Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.
Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat
perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000
tahun, mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan
penting di bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya
Kristiani kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita
arsitektur Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah
dianggap symbol dari kekuasaan yang Maha Esa.
Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan dengan pesat. Kubah yang
merupakan ciri dari daerah timur, menjadi model atap Byzantine yang merupakan
penggabungan dari Konstruksi kubah dan sudut model Yunani dan Romawi. Karena dominan
bentuk dari seluruh bangunan menggunakan bentuk lingkaran dan lengkung dengan bentang
lebih lebar.
Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-kecil
diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk denah
melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau batu
apung yang disebut Purnise. Kubah dibuat tanpa menggunakan penunjang sementara
(bekisting). Kubah bola utama tersebut melambangkan Surga menurut ajarannya, sedangkan
kubah kubah sudut atau disebut Squinch untuk menggambarkan ajarannya dalam bentuk
mosaik antara Bema atau bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh
Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture “tirai”. Bentuk Eksterior, kadang tidak
berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk, 2014).
4. Hagia Sophia
Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar
pertama Constantin dan diperbaiki kembali setelah
terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun
517 AD. Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa
Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara gereja lain di
Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan
dunia Kristen Orthodoks.
5.1 Fungsi
Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hampir lima abad,
sekarang akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi museum ini oleh penguasa Turki
yang Muslim nasionalis, Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1923, museum Hagia Sophia diawasi oleh
pemerintah sebagai cagar budaya peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di
dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama Kristen dan Islam berdampingan pada
satu tempat. (Febrianita, dkk, 2014).
5.2 Denah
Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah
berbentuk bujur sangkar yang berukuran 32,6 x 32,6 m2.
Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang
sangat masif dan besar. Kolom ini menyangga
pelengkung setengah lingkaran yang menyangga kubah
utama.
Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan segi
empat dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding yang dihias mosaic warna warni serta
cemerlang keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah Isodorus dari Miletus dan
Anthemius dari Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh bangsa Turki dan
diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar makhluk
hidup.
Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6)
yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine didasari oleh karya bangunan Kristen
awal yang menempatkan area pembaptisan dan kapel makam sebagai area yang terpusat.
Sehingga ruang-ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi radial dengan
pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya
pun tidak lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi
banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.
5.3 Dinding dan Kolom
Memakai bahan bata, dan dibagian dalam
(interiornya) dilapisi dengan mosaik yang terbuat dari
pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya.
Busur setengah lingkaran dipakai untuk menunjang
galery dan bukaan pada pintu dan jendela. Jendela-
jendela kecil setengah lingkaran mengelilingi dasar
kubah (pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan kepala
tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit. Secara
keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok banyak kubah yang
mengelilingi kubah utama secara simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita, dkk, 2014).
5.4 Atap
Kubah merupakan ciri khas arsitektur Byzantine, yang
kemudian ditopang dengan struktur pendentive. Pendentive
adalah struktur yang menopang kubah, berbentuk A terbalik
dengan kolom dibawahnya. (Febrianita, dkk, 2014).
5. Kesimpulan
Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek, dengan
material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan, unsur
dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja. Byzantine
adalah perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu.
Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang
menjadi semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk
membentuk arsitektur Byzantine.