Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Islam agama samawi yang bersumber dari Allah SWT yang di wahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan.Islam sebagai agama
mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau keyakinan dan sesuatu yang diamalkan atau
amaliyah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah
itu. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan. Keimananan adalah keyakinan
yang mendalam dalam hati, di ucapkan melalui lisan dan di aplikasikan dalam perbuatan.
Keimanan dalam agama islam merupakan dasar atau pondasi yang diatasnya berdiri syari’at-
syariat islam. Keimanan kita kepada Allah SWT terus menerus di pupuk agar semakin kokoh
dan kuat, karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita kepada kafir.
Kafir adalah mengingkari, mendustakan atau tidak beriman adanya Allah dan
Rasul-Nya, yang mana kafir ini terbagi menjadi dua yaitu: kafir besar dan kafir kecil.
Kekafiran apabila tertanam dalam jiwa manusia akan menjerumuskan kepada perbuatan
yang menyimpang yaitu munafik. Munafik adalah menampakan keislaman dan kebaikan
tetapi menyembunyikan kekafiran dan kejahatan.
Untuk itu dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang Iman, Kafir Dan
munafik menurut perspektif Al-Qur’an.
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Iman Dan ciri-ciri orang beriman menurut perspektif Al-
Qur’an?
2. Apa yang dimaksud Kafir dan sebutkan pembagiannya !
3. Apa yang dimaksud Munafik Dan Sebutkan Pembagiannya !

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. IMAN
1. Defenisi Iman
Jika dilihat dari asal bahasa kata iman berasal dari bahasa arab yang berarti
membenarkan, dan dalam bahasa Indonesia kata iman berarti percaya yaitu sebuah
kepercayaan dalam hati dan membenarkan bahwa adanya Allah SWT itu benar-
benar ada serta membenarkan dan mengamalkan semua yang di ajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan mempercayai Rasul-Rasul sebelumnya. Iman merupakan inti
dasar dari sebuah peribadatan, tanpa adanya keimanan sangat mustahil seseorang
dapat membenarkan adanya Tuhan.
Menurut pendapat-pendapat ulama fiqih bahwa iman merupakan sebuah
Tasdiq di dalam hati hal tersebut yaitu menurut, antara lain:
1. Menurut Abu Abdullah bin Khafif
Iman adalah sebuah pembenaran hati terhadap sesuatu yang telah di
jelaskan oleh Al Haq (Allah) tentang masalah-masalah yang gaib
2. Menurut Abdullah At Tustari
Bahwa iman adalah merupakan kesaksian Al-haq dalam. Karena jika Allah
di pandang dengan penglihatan tanpa pembatas, dan jika dengan pengetahuan
tanpa berakhir.
Dari pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa iman merupakan
hal yang bersangkutan dengan hati. Semua hal-hal yang gaib seperti Tuhan, sifat-
sifatnya, akhirat, takdir, rejeki, dan sebagainya merupakan sebuah pembenaran dan
kepercayaan hati. Jika dipahami secara mendalam iman mempunyai hubungan yang
sangat erat kaitannya dengan amaliyah-amaliyah atau perbuatan. Amaliyah-
amaliyah atau perbuatan merupakan tolak ukur keimanan seseorang. Jika seseorang
melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan dirinya dekat dengan Allah, maka
dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut beriman kepada Allah yaitu dengan
menjalankan syariat-syariatnya yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembahasan ilmu kalam konsep iman terbagi menjadi tiga pokok,
yaitu :
1. Iman adalah Tasdiq dalam hati atas wujud Allah dan keberadaan Nabi atau
Rasul Allah. Menurut konsep ini iman dan kafir semata-mata adalah urusan hati,
2
bukan Nampak dari luar. Jika seseorang membenarkan atau meyakini adanya
Allah maka ia dapat disebut teklah beriman kepada Allah meskipun
perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Konsep iman ini banyak
dianut oleh mazhab murjiah yang sebagian besar penganutnya adalah Jahamiyah
dan sebagian kecil Asy’ariyah
Menurut paham diatas bahwa keimanan seseorang tidak ada sangkut
pautnya dengan perbuatan atau amaliyah-amaliyah zahir, dikarenakan hati
adalah sesuatu yang tersembunyi sehingga tidak dapat disangkut pautkan dengan
keadaan yang zhahir.
2. Iman adalah Tasdiq di dalam hati dan diikrarkan dengan lidah. Dengan demikian
seseorang dapat digolongkan beriman apabila mempercayai dalam hati
keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) dengan lidah. Disini antara
keimanan dan perbuatan manusia tidak ada hubungannya. Yang terpenting
dalam iman adalah Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan konsep ini
dianut oleh sebagian pengikut Mahmudiyah.
3. Iman adalah Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan serta dibuktikan
dengan perbuatan. Disini diterangkan bahwa antara iman dan perbuatan terdapat
keterkaitan karena keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya
konsep iman ini dianut oleh Mu’tazilah dan Khawarij
Agama islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berbuat
amal shaleh dan menjauhi larangan-Nya. Oleh sebab itu seseorang dianggap telah
sempurna imannya apabila betul-betul telah diyakini dengan hati, diikrarkan dengan
lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Menyangkut tentang ciri keimanan
seseorang kita dapat melihat dari tasdiq dan perilakunya.
Manusia mempunyai sifat lahiriyah, sifat inilah yang menjadi ukuran bagi kita
untuk melihat keimanan seseorang. Sifat-sifat yang dapat dilihat melalui tindak-
tanduk manusia sama ada perkataan atau perbuatan adalah menjadi tanda iman yang
menjadi ukuran kita. Adapun segala apa yang tersirat dihatinya adalah terserah
kepada Allah SWT.

3
2. Ciri Orang Yang Beriman Menurut Perspektif Al-Qur’an
Ada beberapa ciri orang yang beriman menurut Perspektif Al-Qur’an, antara
lain:
a. Mereka yang bergetar hatinya ketika mendengar nama Allah SWT (Al-Anfal:2)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
b. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al-
Anfal:3)

“ (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian


dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
c. Orang yang Khuyu’ dalam sembahyangnya (Al-Mu’minun:1-2)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”

“(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya”


d. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat (Al- Mu’minun: 3)

“dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.”
e. Menafkahkan rezki yang diterimanya (Al-Mu’minun: 4)

“dan orang-orang yang menunaikan zakat”

4
f. Menjaga kehormatannya

“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya”


g. Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mu’minun: 8)

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan


janjinya.”
h. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.”
i. Sangat mencintai Allah SWT (Al-Baqarah:165)
َ َ‫ظلَ ُموا إِذْ يَ َر ْونَ ْالعَذ‬
‫اب‬ َ َ‫شدُّ ُحبًّا ِ َّّلِلِ َولَ ْو يَ َرى الَّذِين‬
َ َ ‫َّللاِ َوالَّذِينَ آ َمنُوا أ‬
َّ ‫ب‬ ِ ِّ ‫َّللاِ أَ ْندَادًا ي ُِحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬
َّ ‫ُون‬ِ ‫اس َم ْن يَت َّ ِخذ ُ ِم ْن د‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫شدِيدُ ْالعَذَا‬
‫ب‬ َّ ‫أ َ َّن ْالقُ َّوة َ ِ َّّلِلِ َج ِميعًا َوأ َ َّن‬
َ َ‫َّللا‬
“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
j. Menjadi Kader Perjuangan Islam (Al-Anfaal:64-65)
َ‫َف َكذَّبُوهُ َفأ َ ْن َج ْينَاهُ َو َّالذِينَ َم َعهُ فِي ْالفُ ْل ِك َوأ َ ْغ َر ْقنَا الَّذِينَ َكذَّبُوا ِبآيَا ِتنَا ِإنَّ ُه ْم كَانُوا قَ ْو ًما َع ِمين‬
َ‫َّللاَ َما لَ ُك ْم ِم ْن ِإ َل ٍه َغي ُْرهُ أَفَال تَتَّقُون‬
َّ ‫َو ِإلَى َعا ٍد أَخَا ُه ْم هُودًا قَا َل َيا قَ ْو ِم ا ْعبُد ُوا‬
64. Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-
orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta
(mata hatinya).
5
65. dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"
k. Selalu Komitmen dalam Syahadatnya (Al-Fath:18)
‫َّس ِكينََةَ َعلَ ْي ِه ْم َوأََثَا َب ُه ْم فَتْ ًحا قَ ِريبًا‬ َّ ‫َّللاُ َع ِن ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِإذْ يُ َبا ِيعُونَكَ تَحْ تَ ال‬
َّ ‫ش َج َر ِة فَ َع ِل َم َما ِفي قُلُو ِب ِه ْم فَأ َ ْنَزَ َل ال‬ َّ ‫ي‬ ِ ‫لَقَدْ َر‬
َ ‫ض‬
“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka
berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada
dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan
kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
l. Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu (Al-Isar' ayat 36)
‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل أُولَئِكَ َكانَ َع ْنهُ َم َّْسئُوال‬
َ ‫َّس ْم َع َو ْال َب‬
َّ ‫ْس َلكَ ِب ِه ِع ْل ٌم ِإ َّن ال‬ ُ ‫َوال ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.”
m. Hidup Berjamaah 9 (An-Nisa' ayat 59)
ُ‫ب َث ُ َّم قَا َل لَهُ ُك ْن فَ َي ُكون‬
ٍ ‫َّللاِ َك َمثَ ِل آدَ َم َخلَقَهُ ِم ْن ت ُ َرا‬ َ ‫ِإ َّن َمث َ َل ِعي‬
َّ َ‫َّسى ِع ْند‬
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.”
n. Senantiasa Bersyukur (As-Saba ayat 13)
ُ ‫ش ُك‬
‫ور‬ َّ ‫ِي ال‬ ُ َ‫ٍت ا ْع َملُوا آ َل دَ ُاود‬
َ ‫ش ْك ًرا َوقَ ِلي ٌل ِم ْن ِع َباد‬ ٍ ‫ُور َرا ِِس َيا‬ ِ ‫ان ك َْال َج َوا‬
ٍ ‫ب َوقُد‬ ٍ َ‫يب َوت َ َما َِثي َل َو ِجف‬ ِ ‫َي ْع َملُونَ لَهُ َما َيشَا ُء ِم ْن َم َح‬
َ ‫ار‬
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-
gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud
untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
berterima kasih.”

B. KAFIR
Arti Kafir Secara etimologi, kafir artinya menutupi, sedangkan menurut
terminology syariat, kafir artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak.
Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak
mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian
kafir yang disertai pendustaan itu lebih berat dari pada kafir sekedar kafir.
6
Kafir ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam ; yaitu kafir besar dan
kafir kecil.
a. Kafir Besar
Kafir besar adalah kafir yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
kafir besar ini ada lima macam :-
1. Kafir karena mendustakan.
Allah SWT berfirman:
”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang
kepadanya ? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang
yang kafir ?” (QS. 29:68)-
2. Kafir karena enggan dan sombong, padahal ia tahu dan membenarkannya.
Allah berfirman :
”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat :”Sujudlah kamu
kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. 2:34)-
3. Kafir karena ragu.
Allah SWT berfirman:
‘Dan dia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata
:”Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira
hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku,
pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun
itu.’ (QS. 18:35-36)
Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap
dengannya : “Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-
laki yang sempurna”. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Rabbku, dan aku
tidak mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku”. (QS. 18:37-38)-
4. Kafir karena berpaling.
Firman Allah swt :
‘Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan
orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka.’(QS. 46:3)-
7
5. Kafir karena munafik.
Firman Allah SWT:
‘Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka
tidak dapat mengerti.’ (QS. 63:3)
b. Kafir Kecil
Kafir kecil, adalah kafir yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
ia adalah kafir amali. Kafir amali adalah dosa-dosa yang disebut dalam al-Quran dan
as-sunnah sebagai dosa-dosa kafir, tetapi tidak mencapai derajat kafir besar.
Contohnya seperti kafir nikmat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
‘Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.’ (QS. 16:83).

C. MUNAFIK (NIFAQ)
Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa – yunaafiqu – nifaaqan wa
munaafaqan yang diambil dari kata an-naafiqaa’, yaitu salah satu lubang tempat
keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangannya, dimana jika ia dicari
dari lubang yang satu, maka ia akan keluar dari lubang yang lain. Dikatakan pula,
ia berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. Nifaq
menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan atau bisa disebut bahwa seseorang tersebut
memperlihatkan sesuatu baik berupa ucapan, tingkah laku yang berlainan dengan
yang ada dihatinya.
Contoh, orang yang mengaku sebagai seorang mukmin padahal dihatinya atau
batinnya masih sebagai orang kafir. Orang-orang seperti ini biasa disebut dengan
munafik, munafik adalah orang yang berbuat nifaq. Tidaklah mudah mengetahui
orang yang munafik sebab tindakan orang-orang munafik tidak menampakkan
sebenarnya secara terbuka melainkan secara sembunyi-sembunyi, ibarat musuh
adalah musuh dalam selimut.
Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu :
· 1. Nifaq I'tiqodiy atau keyakinan, adalah nifaq besar, di mana pelakunya
menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya tersimpan kekufuran dan
kebencian terhadap Islam. Jenis nifaq ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar
dari agama dan khirat kelak ia akan berada dalam kerak Neraka.
8
Nifaq jenis ini ada empat macam :
a. Mendustakan Rasulullah SAW atau mendustakan sebagian dari apa yg
beliau bawa.
b. Membenci Rasulullah SAW atau membenci sebagian apa yang beliau bawa.
c. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW.
d. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah SAW.
2. Nifaq Amaliah, yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-
orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak
mengeluarkannya dari agama, namun merupakan washilah (perantara) kepada
yang demikian. Pelakunya berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika
perbuatan nifaqnya lebih banyak maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya
dia ke dalam nifaq sesungguhnya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah saw bersabda, “Ada
empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia akan menjadi seorang
munafiq sejati, dan jika seseorang terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut,
maka ia memiliki satu karakter kemunafiqkan hingga ia meninggalkannya; bila
dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri
dan bila bertengkar ia melewati batas” (HR. al Bukhari)

9
BAB III
PENUTUP
Dalam agama islam, adanya kepercayaan harus mendorong pemeluknya dengan
keyakinan dan kesadarannya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Tuhan oleh sebab
itu, seseorang baru dianggap sempurna imannya apabila betul – betul telah di yakinkan
dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Kufur adalah orang yang mengingkari Tauhid, Kenabian, atau ragu terhadap
kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui
kedatangannya dari sisi Allah SWT. Artinya bahwa kufur memanglah sifat yang
bertentangan dengan iman, karena dengan mempercayainya adalah beriman sedangkan
dengan mengingkarinya adalah kufur.
Perbedaan kufur besar dan kecil, Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
menghapuskan pahala amalnya, sedangkan kufur kecil tidak mengeluarkan pelaku dari
agama dan tidak menghapus pahala amalnya, hanya saja dapat menguranginya.
Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan atau bisa disebut bahwa seseorang tersebut memperlihatkan sesuatu
baik berupa ucapan, tingkah laku yang berlainan dengan yang ada dihatinya. Nifaq terbagi
dua yaitu Nifaq I'tiqodiy atau keyakinan adalah nifaq besar dan Nifaq
Amaliah, yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi
masih tetap ada iman di dalam hati.

10

Anda mungkin juga menyukai