Anda di halaman 1dari 100

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah

suatu institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

peran yang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas sebagai upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan

secara menyeluruh, merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh

masyarakat. Peran strategis ini didapat karena rumah sakit merupakan

fasilitas pelayanan kesehatan yang padat modal, padat karya, dan padat

teknologi. Selain itu juga harus menerapkan nilai sosial dan etika serta

harus mempertimbangkan segi ekonomis agar rumah sakit dapat

berkembang terus. Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai wadah

pelayanan yang meliputi rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medik,


2

penunjang medik, non medik, serta service seperti laundry, dapur serta

bengkel.

Hakikat dasar dari rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan

tuntutan pasien yang mengaharapkan penyelesaian masalah kesehatannya

pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit yang

mampu memberikan pelayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan

pemulihan atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien mengharapkan

pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadap keluhan pasien

(Ristrini, 2005).

Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Ciri pelayanan yang berkualitas adalah

yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian sehingga

memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan (Nursalam, 2011).

Pelayanan kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para

pelanggannya jika penyampaiannya melebihi harapan para pengguna

layanan. Penilaian para pengguna jasa pelayanan ditujukan kepada

penyampaian jasa, kualitas, pelayanan, atau cara penyampaian jasa

tersebut kepada para pemakai jasa. Kualitas jasa pelayanan kesehatan akan

sangat ditentukan apabila kebutuhan para pengguna jasa bisa terpenuhi

dan diterima tepat waktu. Untuk itu, para penyedia pelayanan kesehatan

harus mampu memenuhi harapan pengguna jasa (Muninjaya, 2011).


3

Pelayanan yang baik dikarenakan petugas yang ramah terhadap pasien

dan juga empati petugas yang efektif terhadap pasien. Keberhasilan yang

diperoleh layanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan berhubungan erat dengan kepuasan pasien (Ike Wahyuli Putri,

2014).

Kepuasan pasien menurut Pohan (2007) adalah suatu tingkat perasaan

pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang

diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang

diharapkan. Pohan lebih lanjut mengatakan jika kita akan melakukan

upaya peningkatan mutu layanan kesehatan, pengukuran tingkat kepuasan

pasien ini mutlak diperlukan. Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui

sejauhmana dimensi-dimensi mutu layanan kesehatan yang telah

diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Pendapat ini diperkuat

oleh Sabarguna (2009) yang mengatakan bahwa salah satu aspek untuk

menilai mutu pelayanan rumah sakit adalah aspek kepuasan pasien.

Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat

penting bagi citra dan kelangsungan suatu rumah sakit. Tingginya tingkat

kepuasan pasien juga merupakan bukti nyata dari pelaksanaan visi dan

misi rumah sakit. Pasien yang puas akan lebih setia dalam menggunakan

jasa pelayanan yang sama, sedangkan pasien yang tidak puas akan

memberikan rekomendasi dari mulut kemulut, sehingga memengaruhi

sikap dan keyakinan orang lain dalam menggunakan layanan kesehatan

tersebut (Aji, 2011).


4

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum

publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.

BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pelayanan

pasien dengan menggunakan jaminan kesehatan melalui BPJS kesehatan

telah dilaksanakan mulai Januari 2014 yang selanjutnya secara bertahap

akan terus dilaksanakan diseluruh fasilitas kesehatan baik primer,

sekunder maupun tersier, termasuk dirumah sakit (Kementerian Kesehatan

RI, 2013).

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau di Pekanbaru merupakan RSUD

tipe B pendidikan, merupakan Institusi Pemerintah Provinsi Riau yang

mempunyai tugas dan fungsi mencakup upaya pelayanan kesehatan

perorangan, pusat rujukan dan pembina rumah sakit kabupaten/kota se

Provinsi Riau serta merupakan tempat pendidikan kesehatan dan

penelitian. Dipilihnya RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau sebagai tempat

rujukan pelayanan kesehatan bagi pengguna kartu BPJS, dikarenakan

RSUD Arifin Achmad merupakan salah satu pusat rujukan tingkat

Provinsi Riau yang rujukannya datang dari berbagai daerah yang ada di

Provinsi Riau. Rujukan tersebut berasal dari rumah sakit pemerintah

maupun swasta serta fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya. Sebagai pusat

rujukan, RSUD Arifin Achmad mampu memberikan berbagai macam jenis

pelayanan dan jenis jasa pelayanan. Pelayanan pasien rawat jalan

merupakan bagian dari pelayanan menyeluruh dan merupakan pintu masuk


5

pelayanan kesehatan sebuah rumah sakit (Profil RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau, 2014).

Sejak mulai diberlakukannya BPJS kesehatan pada tanggal 1 Januari

2014 jumlah pasien di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau mengalami

peningkatan ini sesuai dengan hasil laporan tahunan yang didapat dari data

rekam medis di tahun 2014 yaitu: rawat jalan sebanyak 100.666 pasien,

rawat inap sebanyak 19.829 pasien, dan IGD sebanyak 14.402 pasien.

Laporan rekam medis bulan Juni 2015 menunjukkan bahwa dari 17 (tujuh

belas) poliklinik yang ada di RSUD Arifin Achmad jumlah kunjungan

pasien poliklinik terbanyak yaitu dipoliklinik penyakit dalam dengan

jumlah pasien 1.870 orang. (Data Laporan Rekam Medis, 2014).

Berdasarkan observasi dan hasil survey awal khususnya diruang

tunggu poliklinik penyakit dalam pada bulan Juni 2015 terhadap 10

(sepuluh) orang pasien yang berobat kepoliklinik penyakit dalam

menggunakan kartu BPJS, hanya 4 (empat)yang menyatakan puas dengan

pelayanan yang diberikan dan 6(enam) lagi menyatakan tidak puas dengan

pelayanan kesehatan yang diberikan dirawat jalan poliklinik penyakit

dalam. Hal ini dikarenakan prosedur pelayanan berbelit-belit sehingga

pasien harus bolak-balik. Tidak hanya itu sikap petugas yang kurang baik

memberikan informasi, jadwal pelayanan yang tidak tepat waktu, dan

kenyamanan diruang tunggu poliklinik penyakit dalam yang fasilitasnya

tidak memadai seperti tempat duduk dan alat pendingin.


6

Hal ini diperkuat dengan informasi yang didapat dari bagian Humas

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berupa kliping dan kotak saran pada

tahun 2014 terkait dengan keluhan yang disampaikan pasien. Beberapa

keluhannya antara lain ; pasien merasa kecewa pada pelayanan yang tidak

tepat waktu, sikap petugas yang kurang baik memberikan informasi,

kenyamanan diruang tunggu rawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau (Bagian Humas RSUD Arifin Achmad,

2014).

Hasil survei kepuasan pasien dirawat jalan RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau pada Tahun 2014 sebesar 80 %, dipihak lain kepuasan

pasien rawat jalan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal RSUD Arifin

Achmad adalah 90 %. Hal ini berarti tingkat kepuasan pasien dirawat jalan

RSUD Arifin Achmad secara umum masih belum mencapai Standar

Mininal. Diperkuat dengan adanya teori menurut Pasuraman dkk dalam

Muninjaya (2011) bahwasanya kualitas pelayanan dinilai berdasarkan lima

dimensi mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien, meliputi kepuasan

terhadap: responsiveness (cepat tanggap), reliability yaitu kemampuan

untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat,

assurance yang meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan

keamanan, empathy yang terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian

khusus staf kepada setiap penggunan jasa dan tangible (bukti fisik) seperti

kenyamanan ruang tunggu. Seiring dengan semakin kritisnya masyarakat

akan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka fungsi


7

pelayanan kesehatan rumah sakit perlu ditingkatkan. Namun dalam hal ini

pihak rumah sakit belum sejauh itu menilai kepuasan pasien, penilaian

kepuasannya hanya sebatas hasil dari kotak saran.

Berdasarkan uraian diatas, apakah kepuasan pasien BPJS dirawat jalan

poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun

2015 berhubungan dengan kelima faktor dimensi mutu pelayanan,

sehingga menarik untuk diteliti.

B. Perumusan Masalah Penelitian Umum

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah penelitian adalah faktor-faktor apa yang berhubungan

dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015 ?

C. Tujuan Umum Penelitian

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien

BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Sosial

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau terutama dirawat jalan poliklinik penyakit

dalam, dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada

pasien yang berobat khususnya pasien yang menggunakan kartu BPJS,

demi tercapainya kepuasan pasien.


8

2. Signifikansi Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar

untuk penelitian lanjutan dan dapat memberikan informasi bagi

mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian sejenis kepuasan

pasien BPJS terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

Rumah Sakit, khususnya dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

b. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai proses belajar dalam

mengembangkan kemampuan berfikir dan analisis secara

sistematis dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada pasien BPJS khususnya dirawat jalan poliklinik

penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

E. Sifat Penelitian dan Langkah

Penelitian ini bersifat Kuantitatif Analitik. Pada bab-bab berikutnya

dilakukan penelaahan kepustakaan untuk menyusun kerangka teori

selanjutnya kerangka konsep yang menghasilkan masalah khusus

penelitian dan perumusan hipotesis. Kemudian ditentukan metode untuk

pembuktian hipotesis dengan menggunakan jenis desain Studi Penampang

Analitik (Analitik Cross Sectional).


9

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kepuasan Pasien

1. Pengertian Kepuasan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil

suatu produk atau jasa dan harapan-harapan (Supranto, 2011).

Menurut Hartono (2010), kepuasan adalah suatu keadaan yang

dirasakan oleh seseorang (klien/pasien) setelah ia mengalami suatu

tindakan atau hasil dari tindakan yang memenuhi harapan-harapannya.

Jadi kepuasan adalah perpaduan antara harapan dan persepsi terhadap

tindakan atau hasil tindakan.

Kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu

fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan

kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah

kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan

tersebut, sedangkan sikap karyawan terhadap pelanggan juga akan

berdampak terhadap kepuasan pelanggan dimana kebutuhan pelanggan

dari waktu kewaktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan

mutu pelayanan yang diberikan (Gaspersz, 2005).

Kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.


10

Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja

yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,

maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan

pelanggan akan sangat puas (Yustina, 2011).

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil

suatu produk atau jasa dan harapan-harapan (Kotler, 2007).

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kepuasan adalah perasaan seseorang

terhadap hasil yang diterima serta memenuhi harapan dan

keinginannya.

2. Harapan Pelanggan

Harapan pelanggan adalah nilai yang diharapkan atau diperkirakan

pelanggan dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan

(Tjiptono, 2005).

Setiap pelanggan yang terkait dengan institusi pelayanan kesehatan

mempunyai keinginan, atau harapan terhadap produk / jasa pelayanan

yang disediakan atau yang dihasilkan oleh institusi penyedia pelayanan

kesehatan (Muninjaya, 2011)

Menurut Arif (2006), kepuasan pelanggan terkait dengan harapan-

harapan dari pelanggan antara lain adalah :

a. Kemudahan dalam memperoleh barang dan jasa

b. Kualitas barang atau jasa


11

c. Harga yang kompetitif

d. Cara pelayanan yang tepat dan ramah

Banyak studi dalam kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan

telah memberikan simpulan yang jelas. Kegagalan perusahaan untuk

memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, 70%

adalah karena faktor manusia, sedangkan faktor teknologi dan sistem

hanya memberikan kontribusi 30%. Oleh karena itu, perusahaan yang

berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dengan hanya

memfokuskan kepada teknologi, akan kecewa pada akhirnya apabila

tidak mempersiapkan infrastruktur yang lebih penting, yaitu perilaku

karyawan (Asroel, 2009).

3. Kepuasan Pasien

Kepuasan pelanggan atau pasien merupakan respon dari

terpenuhnya kebutuhan dengan apa yang diharapkan pasien. Pasien

akan merasa puas apabila pelayanan kesehatan yang diterimanya sama

atau melebihi harapannya dan sebaliknya, pasien merasa tidak puas

atau kecewa apabila pelayanan kesehatan yang diterimanya itu tidak

sesuai harapannya, jadi kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan

pasien yang timbul sebagai akibat dari membandingkan dengan apa

yang diharapkannya (Pohan, 2007).

Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau

luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan

kesehatan itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan hasil


12

pelayanan. Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang

baik, dan merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu

pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi terhadap suksesnya

pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang

mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu

pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2010).

Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen

yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap

pelayanan yang pernah dirasakan, oleh karena itu perilaku konsumen

dapat juga diartikan sebagai model perilaku pembeli (Hafizurrachman,

2010).

Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil)

yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Kepuasan pasien akan

terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari pembeli jasa kepada

pasien sesuai dengan apa yang dipersepsikan pelanggan. Persepsi ini

dipengaruhi oleh faktor subyektifitas yang dapat membuat perbedaan

persepsi atau kesenjangan antara pelanggan dan pemberi jasa, ada lima

kesenjangan dalam kualitas jasa (Kotler, 2007) :

a. Kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan

konsumen dan spesifikasi kualitas jasa,

b. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen,

c. Kesenjangan antara spesifikasi jasa dan jasa yang disajikan,


13

d. Kesenjangan antara penyampaian jasa aktual dan komunikasi

eksternal kepada konsumen,

e. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang

diterima konsumen.

Menurut Sabarguna (2008), kepuasan pasien merupakan nilai

subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, walaupun

subjektif tetap ada dasar objektifnya, artinya walaupun penilaian itu

dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu

itu, dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetap akan didasari oleh

kebenaran dan kenyataan objektif yang ada, tidak semata-mata menilai

buruk kalau tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak semata-

mata mengatakan baik bila memang tidak ada suasana yang

menyenangkan yang dialami.

Fuzna (2014) berpendapat bahwa kepuasan konsumen merupakan

respon konsumen terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan

sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaiannya.

Jika kenyataannya konsumen menerima pelayanan melebihi

harapannya, maka konsumen akan mengatakan pelayanannya

berkualitas tetapi jika kenyataannya konsumen menerima pelayanan

kurang atau sama dari harapannya, maka konsumen akan mengatakan

pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan.

Kualitas pelayanan memilki hubungan yang erat dengan kepuasan

konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pasien untuk


14

menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan rumah sakit. Dalam

jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan rumah sakit untuk

memahami dengan seksama harapan pasien serta kebutuhan mereka

(Tjiptono, 2006).

Kepuasan pelanggan dapat terlihat dari lima dimensi mutu

pelayanan menurut Pasuraman dkk dalam Muninjaya (2011), meliputi:

a. Responsifiveness (Cepat Tanggap)

Yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan

memberikan jasa dengan cepat dan tanggap. Dimensi ini

dimasukkan dalam kemampuan petugas kesehatan menolong

pelanggan dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan bisa

memenuhi harapan pelanggan. Dimensi ini merupakan penilaian

mutu pelayanan yang paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap

kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu kewaktu

sejalan dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang

dimiliki oleh pelangganaan. Nilai waktu bagi pelanggan menjadi

semakin mahal karena masyarakat merasa kegiatan ekonominya

semakin meningkat.

Ketanggapan yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan

untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan, meliputi hal-

hal berikut :

1) Ketanggapan petugas dalam menangani masalah

2) Ketersediaan petugas menjawab pertanyaan konsumen


15

3) Ketersediaan petugas keamanan (satpam) membantu konsumen

Menurut Zithaml (dalam Fandi Tjiptono, 2006) daya tanggap

merupakan kemampuan para staf untuk membantu para pelanggan

dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Sedangkan Lerbin R.

Aritonang R (2005) mengatakan bahwa daya tanggap mencakup

keinginan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan

yang cepat dan tepat, selalu memperoleh definisi yang tepat dan

segera mengenai pelanggan. Misalnya: kemampuan dokter/perawat

untuk tanggap menyelesaikan keluhan pasien, petugas memberikan

informasi yang jelas dan mudah dimengerti, tindakan cepat pada

saat pasien membutuhkan.

Hasil penelitian Supratman (2008) membuktikan bahwa

memang ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi

pasien tentang ketanggapan dengan tingkat kepuasan pasien rawat

jalan RSUD Kota Yogyakarta. Dan hasil penelitian Fuzna (2014),

penelitiannya tentang kepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan

diunit rawat jalan Dirumah Sakit Permata Medika Semarang,

dengan hasil menunjukkan bahwa responsiveness, realibility,

assurance, emphaty, dan tangible membuktikan bahwa ada

hubungan yang sangat kuat dan bermakna antara ketanggapan dan

kepuasan pasien, sehingga dinilai buruk oleh pasien dengan

ketidakpuasan dengan pelayanan dirumah sakit.


16

Penilaian responsiveness oleh pasien rawat jalan dapat

diketahui dari seberapa cepatnya pelayanan diberikan petugas

disaat pasien membutuhkan. Semakin responsif sikap petugas

terutama dokter dan perawat maka semakin berkualitas persepsi

pasien tentang pelayanan rumah sakit dan akan menyebabkan

pasien merasa puas.

b. Reliability (Keandalan)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan

tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan (seperti

dalam brosur). Dari kelima dimensi kualitas jasa, reliability dinilai

paling penting oleh para pelanggan berbagai industri jasa, karena

sifat produk jasa nonstandardized output, dan produknya juga

sangat tergantung dari aktifitas manusia sehingga sulit

mengharapkan output yang konsisten. Apalagi jasa yang

diproduksi dan dikonsumsi ada saat yang bersamaan. Selain itu

juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi

janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal

yang disepakati, meliputi :

1) Ketepatan dalam memenuhi janji yang diberikan

2) Keandalan proses pelayanan

Menurut Zithaml (dalam Fandi Tjiptono, 2006), kehandalan

adalah kemapuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan memuaskan. Sedangkan Lerbin R.


17

Aritonang (2005) mengatakan bahwa keandalan menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan secara

akurat dan handal, bertanggung jawab atas apa yang dijanjikan,

tidak pernah memberikan janji yang berlebihan.

Hendrajaya (2005), penelitiannya yang berjudul pengaruh

kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta, membuktikan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara variabel kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Setiap pasien dirawat jalan dirumah sakit tentu mengharapkan

pelayanan yang diberikan oleh dokter dan perawat dilakukan tepat

waktu sesuai jadwal, dikerjakan dengan cekatan dan terampil

dengan akurasi tinggi. Apabila pasien merasa dilayani tanpa

membedakan status, tentu pasien akan merasa diperhatikan

sehingga pasien akanmerasa senang dan puas.

c. Assurance (Jaminan)

Assurance atau jaminan adalah pengetahuan dan kemampuan

karyawan untuk melayani dengan rasa percaya diri, diantaranya :

1) Bersikap ramah dan sopan dalam melayani pelanggan,

2) Kompetensi karyawan dalam melayani pelanggan sangatlah

penting dalam suatu layanan.

Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan

sifat petugas yang dapat dipercaya oleh pelanggan pemenuhan


18

terhadap kriteria pelayanan ini akan mengakibatkan pengguna jasa

merasa terbebas dari resiko. Berdasarkan riset dimensi ini meliputi

faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.

Menurut Zitaml (dalam Fandi Tjiptono, 2006) jaminan meliputi

kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

para staf, bebas dari bahaya resiko atau keragu-raguan. Sedangkan

Lerbin R Aritonang R (2005) mengatakan bahwa jaminan terdiri

dari empat (4) hal yang mencakup Competency yaitu kepemilikan

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Courtecy

mencakup kesopanan, rasa hormat, perhatian dan keramahan

pelayan. Credibility mencakup kepercayaan terhadap kejujuran

dari si pemberi jasa. Security mencakup kebebasan dari bahaya,

resiko atau keragu-raguan.

Asroel (2010), penelitian dengan judul pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa

dirumah sakit Ahmad Yani Pekanbaru menyimpulkan bahwa

kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

konsumen dimana assurance member pengaruh terbesar, karena

apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan dapat menjamin

pasien, maka kualitas jasa pelayanan akan dipersepsikan sebagai

baik dan memuaskan serta jika jasa yang diterima mampu

melampaui harapan pasien, maka kualitas jasa dipersepsikan

sebagai kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika jaminan atas


19

kualitas jasa yang diterima lebih rendah dari pada apa yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan kesehatan akan dipersepsikan

buruk atau tidak memuaskan.

d. Empathy (Perhatian)

Empathy yaitu rasa peduli, memberikan perhatian pribadi

kepada pasien, Empathy adalah karyawan harus memberikan

perhatian secara individual kepada konsumen dan mengerti semua

kebutuhan konsumen (pasien) tanpa membedakan status.

Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus

staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka

dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para

pengguna jasa ingin memperoleh bantuannya. Peranan SDM

kesehatan sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan karena

mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para pengguna jasa

kesehatan.

Menurut Zitaml (dalam Fandi Tjiptono, 2006) kepedulian

adalah kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para

pelanggannya. Sedangkan Lebin R Aritonang R (2005)

menyatakan bahwa kepedulian mencakup 3 (tiga) hal yakni :

Accessibility yaitu kemudahan untuk mendekati dan menghubungi.

Communication Skills yaitu pemberian informasi kepada pelanggan

dengan bahasa yang dapat dimengerti dan mendengarkan the


20

customer yaitu perlunya usaha untuk mengetahui pelanggan dan

kebutuhan khususnya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurcahya (2008)

pelayanan yang diberikan dengan disertai rasa empati dari petugas

merupakan harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika pemberian

layanan mampu memberikan pelayanan disertai dengan perhatian

yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan

kepada pasien dengan berupaya memahami keinginan pasien.

Ketika petugas memiliki pengertian dan pengetahuan tentang

pasien untuk memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki

waktu yang nyaman bagi pasien sesuaiharapannya maka pasien

akan merasa puas.

e. Tangible (Fasilitas Fisik)

Yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media

komunikasi Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan

secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan

fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai Rangkuti (2006).

Para penyedia layanan kesehatan akan mampu bekerja secara

optimal sesuai dengan keterampilan masing-masing. Dalam hal ini,

perlu dimasukkan perbaikan sarana komunikasi dan perlengkapan

pelayanan yang tidak langsung seperti tempat parkir dan kemanan

ruang tunggu, karena sifat produk jasa yang tidak terlihat, dipegang

atau dirasakan, perlu ada ukuran lain yang bisa dirasakan lebih
21

nyata oleh para pengguna pelayanan lain. Dalam hal ini, pengguna

jasa menggunakan inderanya (mata, telinga dan rasa) untuk menilai

kualitas jasa pelayanan yang diterima, misalnya ruang penerimaan

pasien yang bersih, nyaman, dilengkapi dengan kursi yang banyak,

lantai berkeramik, TV, peralatan kantor yang lengkap, kebersihan

toilet, ketersediaan tempat parkir, seragam staf yang rapi, menarik

dan bersih.

Menurut Afifuddin (2009), penelitiannya dengan judul analisis

pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien terdapat

hubungan langsung signifikan antara variabel kualitas pelayanan

dengan kepuasan pasien dimana variabel tangible merupakan

faktor utama.

Jika penampilan fisik mampu menyediakan sarana dan

prasarana fisik secara baik yang meliputi (gedung, bangunan, dan

lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan, serta

penampilan pegawainya sesuai harapan pasien maka akan

menyebabkan pasien merasa puas.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kepuasan pasien merupakan nilai subjektif pasien terhadap

pelayanan yang diberikan setelah membandingkan dari hasil pelayanan

yang diberikan dengan harapannya. Pasien akan merasa puas jika

pelayanan yang diberikan sesuai harapan pasien atau bahkan lebih dari

apa yang diharapkan pasien.


22

4. Klasifikasi Kepuasan Pasien

Menurut Azwar (2008), untuk mengetahui tingkat kepuasan

pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, sebagai

berikut :

a. Tidak puas

b. Kurang puas

c. Cukup puas

d. Puas

e. Sangat puas

Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang

diberikan oleh perawat/didapatkan pasien jauh dibawah harapannya,

jika hasil pelayanan yang diberikan oleh perawat belum memenuhi

harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas terhadap

pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan cukup memuaskan

jika pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi sebagian

harapan pasien. Pelayanan akan memuaskan apabila pelayanan yang

diberikan oleh perawat sudah memenuhi harapan rata-rata pasien,

sedangkan pasien akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang

diberikan oleh perawat melebihi apa yang diharapkan pasien (Fajria,

dkk. 2013).

5. Strategi Peningkatan Kepuasan Pasien

Menurut Tjiptono (2005) yang mengacu pendapat Schnaar,

kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang yang


23

membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana maupun sumber daya

manusia. Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih

dan meningkatkan kepuasan pelanggan, antara lain :

a. Strategi pemasaran berupa relationship marketing, yaitu strategi

dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual

berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai,

b. Strategi superior customer service, yaitu strategi menawarkan

pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing. Hal ini membutuhkan

dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia dan usaha

gigih agar dapat tercipta suatu pelayanan yang superior,

c. Strategi unconditional service guarantees atau extraordinary

guarantees, strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan

kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi

sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan

kinerja perusahaan. Selain itu, juga akan meningkatkan motivasi

para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik dari

pada sebelumnnya,

d. Strategi penanganan keluhan yang efisien, yaitu penanganan

keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan

yang tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas

atau bahkan menjadi pelanggan abadi,

e. Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya

seperti melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan


24

pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan

pelatihan menyangkut komunikasi kepada pihak manajemen dan

karyawan,

f. Menerapkan quality function deployment (QFD), yaitu praktik

untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap

kebutuhan pelanggan.

6. Hak–Hak dan Kewajiban Pasien

Hak pasien (Pasal 32 Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit), yaitu :

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di rumah sakit,

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien,

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa

diskriminasi,

d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional,

e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi,

f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan,

g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya

dan peraturan yang berlaku dirumah sakit,


25

h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada

dokter lain yang mempunyai izin praktek (SIP) baik didalam

maupun diluar rumah sakit,

i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yag diderita

termasuk data-data medisnya,

j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi, dan prognosis terhadap tindakan serta perkiraan biaya

pengobatan.

Kewajiban pasien (Pasal 31 Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit), yaitu :

a. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas

pelayanan yang diterimanya,

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan

Peraturan Menteri.

7. Mengukur Kepuasan Pasien

Menurut Hartono (2010) ada empat cara yang dapat dilakukan

rumah sakit untuk mengukur kepuasan pasiennya, yaitu :

a. Melihat indikator hasil pelayanan, banyak rumah sakit mengukur

kepuasan pasien dengan menghitung BOR, LOS dan TOL. Ukuran

ini merupakan ukuran yang tidak langsung,


26

b. Menampung keluhan dan saran, banyak cara dapat dilakukan dalam

hal ini, misalnya dengan menyediakan kotak saran, membagikan

formulir tanggapan kepada pasien tertentu dan lain-lain,

c. Menyelenggarakan panel pasien/klien, membentuk kelompok kecil

klien/pasien untuk membahas hal-hal yang sudah baik dan

kekurangan-kekurangan dari rumah sakit guna disampaikan kepada

rumah sakit,

d. Menyelenggarakan survei kepuasan pasien, cara ini merupakan

pelengkap bagi cara-cara lain tersebut diatas. Cara ini dapat

dilakukan sendiri oleh rumah sakit atau diborongkan kepada

organisasi lain.

Kepuasan pasien menurut Pohan (2007) diukur dengan indikator

berikut :

a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan. Dinyatakan oleh sikap

dan pengetahuan tentang :

1) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan

tempat saat dibutuhkan,

2) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam

keadaan biasa ataupun dalam keadaan gawat darurat,

3) Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan

kesehatan itu bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan

kesehatan.
27

b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan. Dinyatakan oleh sikap

terhadap :

1) Kompetensi teknik dokter dan atau profesi layanan kesehatan

lain yang berhubungan dengan pasien,

2) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang

dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan,

c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan

antar manusia. Ditentukan dengan melakukan pengukuran :

1) Sejauh mana ketersediaan layanan rumah sakit menurut

penilaian pasien,

2) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan atau

profesi layanan kesehatan lain,

3) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter,

4) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis,

5) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasehat

dokter dan atau rencana pengobatan.

d. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan. Ditentukan oleh

sikap terhadap :

1) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan,

2) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu,

pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong

atau kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan

keluhan yang timbul.


28

3) Lingkup dan sifat keuntungan layanan kesehatan yang

ditawarkan.

Menurut Tjiptono (2005) ada beberapa macam metode pengukuran

kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

a. Sistem Keluhan dan Saran

Kepuasan yang berpusat pada pasien memberikan kesempatan

yang luas kepada pasien untuk menyampaikan saran dan keluhan.

Dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar dan lain-lain.

Informasi ini dapat memberikan ide-ide cemerlang bagi rumah

sakit untuk mengatasi masalah yang timbul.

b. Ghost Shopping

Cara ini adalah dengan memperkerjakan beberpa orang untuk

berperan atau bersikap sebagai pasien, kemudian melaporkan

temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan pelayanan

rumah sakit dan persaing berdasarkan pengalamannya.

c. Lost Costumer Analisis

Rumah sakit menghubungi pasien yang berobat kerumah sakit

lain agar dapat memahami penyebab pasien tersebut berobat

dirumah sakit tersebut.

d. Survey Kepuasan Pasien

Umumnya penelitian mengenai kepuasan pasien dilakukan

dengan penelitian survey, baik melalui pos, telepon maupun

wawancara langsung. Hal ini karena metode survey kepuasan


29

pasien dapat memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pasien dan memberikan tanda positif bahwa rumah

sakit menaruh perhatian terhadap pasiennya.

Lebih lanjut menurut Nursalam (2013) ada beberapa cara

mengukur kepuasan pelanggan :

1) Sistem keluhan dan saran

2) Survey kepuasan pelanggan

3) Pembeli bayangan

4) Analisis kehilangan pelanggan

8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pasien

Tingkat kepuasan antara individu satu dengan individu lain

berbeda. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan,

umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, jenis kelamin,

sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 2005). Kepuasan pasien atau

konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh

rumah sakit semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pelayanan yang

diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter, perawat, dan

karyawan-karyawan lainnya.

Menurut Kuswadi (2005) hal-hal yang menentukan puas atau tidak

puasnya pelanggan biasanya adalah :

a. Mutu Produk atau Jasa

b. Mutu Pelayanan (Service)

c. Harga
30

d. Waktu Penyerahan

e. Keamanan, dan sebagainya

Semua fakor kepuasan pelanggan tersebut pada hakikatnya sangat

berkaitan dan ditentukan oleh mutu kerja para karyawan (Job-

Performance). Disini terlihat bagaimana pentingnya peranan karyawan

dalam menciptakan laba perusahaan melalui penciptaan kepuasan

pelanggan (Machmud, 2013). Sehubungan dengan hal tersebut, pada

dasarnya kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Teknologi

b. Kemampuan Karyawan

c. Kemauan Karyawan

d. Lingkungan Kerja Karyawan

Menurut Sabarguna (2008), kepuasan pasien meliputi 4 (empat)

aspek yaitu :

a. Kenyamanan

b. Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit

c. Kompetensi teknik petugas

d. Biaya

Aspek-aspek yang memengaruhi kepuasan pada pasien adalah

sebagai berikut (Melisa, 2014) :

a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien

ketika pertama kali datang kerumah sakit,


31

b. Kualitas perawatan yang telah diterima pasien yaitu apa saja yang

telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa

pelayanan perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan

penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan klien

selama berada dirumah sakit,

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan

administrasi klien dimulai dari awal masuk sampai keluarnya dari

rumah sakit,

d. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang

rawat inap, kualitas makanan atau kios-kios penjual makanan yang

terjamin kesehatannya, privasi dan jam kunjungan pasien.

9. Pelayanan Kesehatan Dirumah Sakit

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan

yang peduli dan terpusat pada pelanggan, kebutuhan serta harapan.

Sementara itu, nilai-nilai pelanggan menjadi titik tolak penyedia

pelayanan kesehatan dan menjadi persyaratan yang harus dapat

dipenuhi (Koentjoro, 2007).

Apa yang ditangkap dari kebutuhan dan harapan pelanggan harus

diwujudkan dalam perilaku pelayanan. Citra pelayanan akan tumbuh

dari penampilan fisik seseorang yang memberikan pelayanan dan

sarana kerja tempat pelayanan. Misalnya, pada penampilan fisik

perawat yang meliputi tata rambut, pakaian seragam dan atribut yang

dipakai, riasan wajah, postur tubuh, kebersihan diri, kerapian, cara


32

senyum, cara berjalan, cara bertutur kata, maupun penggunaan dan

kepekaan terhadap bahasa tubuh yang akan memberikan citra yang

prima (Koentjoro, 2007).

Penampilan fisik tidaklah cukup, tetapi harus ditindak lanjuti

dengan memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan

harapan pelanggan. Hal ini harus didasari dengan kerelaan untuk

melayani, kepedulian, kecepatan memberikan respon terhadap

kebutuhan, kesediaan untuk membantu, kesabaran dan percaya diri,

profesional dalam menjalankan asuhan, serta ketaatan pada strandar

dan prosedur pelayanan tanpa mengabaikan harapan dan tata nilai

pelanggan (Melisa, 2014).

Pelayanan merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai usaha

atau kegiatan yang bersifat jasa, peranannya dalam pelayanan

kesehatan masyarakat yaitu untuk memberikan pelayanan kepada

pasien dengan sebaik mungkin. Pada umumnya layanan dalam bentuk

perbuatan dilakukan oleh karyawan-karyawan rumah sakit, karena itu

faktor keahlian dan keterampilan karyawan tersebut sangat

menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan. Disini faktor

kecepatan dalam pelayanan menjadi keinginan setiap pelanggan dan

disertai dengan kualitas hasil yang baik (Ristrini, 2005).

10. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan (ambulatory service) adalah salah satu

bentuk dari pelayanan kedokteran.Secara sederhana yang dimaksud


33

dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang

disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap

(hospitalization). Kedalam pengertian pelayanan rawat jalan ini

termasuk tidak hanya diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan

yang telah lazim dikenal seperti Rumah Sakit atau Klinik, tetapi yang

diselenggarakan dirumah pasien (home care) serta dirumah perawatan

(nursing home).

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang

diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit,

yang secara umum dapat dibedakan atas empat macam :

a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk

menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera dan

mendadak.

b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital

outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan

paripurna sesuai kebutuhan pasien.

c. Pelayanan rujukan (referral service) yakni hanya melayani pasien-

pasien yang dirujuk oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk

diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap

ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.

d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery service) yakni yang

memberikan pelayanan-pelayanan bedah yang dipulangkan pada

hari yang sama.


34

Salah satu cara utama mendeferensikan pelayanan jasa kesehatan

termasuk pelayanan rawat jalan adalah memberikan jasa pelayanan

kesehatan yang berkualitas, lebih tinggi dari pesaing secara konsisten.

Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan pasien tentang

mutu pelayanan yang diterimanya. Setelah menerima jasa pelayanan

kesehatan, pasien akan membandingkan jasa yang dialami dengan jasa

yang diharapkan. Jika jasa yang dirasakan tidak sesuai dengan jasa

yang diharapkan, maka pasien tidak puas dan akhirnya tidak akan loyal

kepada rumah sakit. Namun jika jasa yang dirasakan memenuhi atau

bahkan melebihi harapan pasien maka pasien akan puas dan tetap

bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan rumah sakit serta

menjadi pasien yang loyal kepada rumah sakit (Asfeni, 2011).

11. Pembiayaan Kesehatan

a. Pengertian

Biaya kesehatan merupakan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan

berbagai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan bagi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera

terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni :

1) Penyedia pelayanan kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut

penyedia pelayanan (health provider) adalah besarnya dana

yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya


35

kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak bahwa

kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan

utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak

yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.

2) Pemakai jasa pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai

jasa pelayanan (health consumer) adalah besarnya dana yang

harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan

disini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut

mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminya pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang

membutuhkannya.

b. Program pembiayaan kesehatan

Program pembiayaan kesehatan di Indonesia mempunyai

sejarah yang cukup panjang. Evaluasi ini dimulai sejak zaman

penjajahan yang dimulai dengan era pengobatan china sampai

dengan sistem pengobatan barat. Diawal abad ke 20 pemerintah

Belanda mulai membangun sebuah sistem asuransi kesehatan yang

dibuat untuk pegawai negeri. Penyedia pelayanannya adalah rumah

sakit pemerintah yang bertanggung jawab memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Pada tahun 1938 seluruh pegawai


36

negeri sipil dan keluarganya sudah dijamin oleh pemerintah.

Kemudian sejak Indonesia merdeka sudah berkembang sistem

pembiayaan kesehatan untuk masyarakat sampai dengan sekarang

yang kita kenal dengan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Bentuk dari Univesal Coverage sudah dibentuk dari tahun 2004

dengan mengenalkan program pembiayaan kesehatan untuk

masyarakat miskin yaitu ASKESKIN beralih JAMKESMAS dan

saat ini penyelenggara Jaminan Kesehatan dipegang oleh pihak ke

3 (tiga) yaitu BPJS Kesehatan.

1) Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari

Sistem Jaminan Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan

menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

bersifat wajib (mondatory) berdasarkan Undang-Undang No.

40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak diberikan


37

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya

dibayar oleh pemerintah (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi

hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya

pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan,

kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial

untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan

dasar hidup yang layak. Kebutuhan dasar hidup yang layak

yang dimaksud oleh UU SJSN adalah kebutuhan esensial setiap

orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jaminan sosial diselenggarakan melalui mekanisme

Asuransi sosial yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang

bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan

perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa korban

atau keluarganya (Menkokesra, 2006).

2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia

menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-


38

Undang Nomor 24 Tahun 2011 (Kementerian Kesehatan RI,

2013).

BPJS kesehatan merupakan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan

(Kementerian Kesehatan RI, 2003). BPJS kesehatan merupakan

transformasi dari PT. ASKES Indonesia untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia

dibidang kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Sistem JKN oleh BPJS kesehatan mulai dilaksanakan pada

tanggal 01 Januari 2014 dengan tujuan masyarakat dapat

memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan tidak ada

lagi masyarakat yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan

dengan alasan tidak mempunyai biaya. Tetapi dibalik tujuan

tersebut JKN merupakan program yang baru sehingga tentunya

respon terhadap program ini juga sama dengan program baru

yang lain yaitu belum tentu menimbulkan sikap setuju dari

berbagai pihak. Membutuhkan waktu lama untuk

mempromosikan suatu perubahan kepada setiap orang dan

tentunya tidak semua orang bersikap sama terhadap suatu hal

atau inovasi yang dalam hal ini pelaksanaan JKN oleh BPJS

kesehatan.
39

12. Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Istilah hospital berasal dari bahasa latin yakni hostel yangbiasa

digunakan di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi

yang sakit, menderita dan miskin. Menurut Willan (1990) yang

dikutip oleh Aditama (2007) menyampaikan bahwa, kata hospital

berasal dari bahasa latin hospitium yang artinya suatu tempat atau

suatu ruangan untuk menerima tamu.

Sedangkan menurut Yu (1997) dalam Aditama (2007)

menyatakan, hospital berasal dari bahasa Prancis kuno yang

berarti:

1) Tempat untuk istirahat dan hiburan

2) Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan akomodasi,

lemah dan sakit

3) Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda

4) Institusi untuk merawat mereka yang sakit dan cedera.

Menurut Rowland and Rowland dalam bukunya Hospital

Administratios Handbook (1984) yang dikutip oleh Aditama

(2007) menyatakan bahwa, rumah sakit adalah salah satu sistem

kesehatan yang paling komplek dan paling efektif di dunia.

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga

medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang

permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan


40

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan

penyakit yang diderita oleh pasien (Azwar, 2006).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan,

merupakan bagian sumber daya kesehatanyang sangat diperlukan

dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

karakteristik organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis

tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya berinteraksi satu

sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang

berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan

dalam pemberian pelayanan yang bermutu (UU RI No 44 Tahun

2009).

b. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan KeputusanPresiden Republik Indonesia No.40

tahun 2001 Tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan

Rumah Sakit Daerah menyatakanbahwa rumah sakit daerah

mempunyai fungsi antara lain :

1) Melaksanakan pelayanan medis

2) Melaksanakan pelayan penunjang medis dan non medis

3) Melaksanakan asuhan keperawatan

4) Melaksanakan pelayanan rujukan

5) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

6) Melaksanakan penelitian dan pengembangan


41

7) Melaksanakan administrasi umum dan keuangan

Menurut Aditama (2007), Rumah Sakit setidaknya memiliki

lima fungsi :

1) Pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutik

2) Pelayanan rawat jalan

3) Tugas melakukan pendidikan dan pelatihan

4) Penelitian di bidang kesehatan

5) Program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi

populasi disekitarnya.

c. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Depkes RI (2004), berdasarkan jenis, Rumah Sakit

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Berdasarkan jenis pelayanan

a) Rumah Sakit Umum, yaitu Rumah Sakit yang memberikan

pelayanan kepada semua jenis penyakit dari yang bersifat

dasar sampai dengan sub spesialistik.

b) Rumah Sakit Jiwa (RSJ), yaitu Rumah Sakit yang khusus

hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa.

c) Rumah Sakit Khusus, yaitu Rumah Sakit yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan

penyakit dan disiplin ilmu tertentu seperti Rumah Sakit

Kusta, Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Kanker dan lain-

lain.
42

2) Berdasarkan tingkat kemampuannya

a) Rumah Sakit kelas A

Yaitu rumah sakit dengan jumlah spesialis lengkap, sub

spesialis luas dengan jumlah tempat tidur antara 1000

sampai dengan 1500.

b) Rumah Sakit Kelas B

Yaitu rumah sakit dengan jumlah spesialis lengkap, sub

spesialis terbatas, dan dengan jumlah tempat tidur 400

sampai dengan 1000.

c) Rumah Sakit Kelas C

Yaitu rumah sakit dengan jenis atau memiliki 5 jenis

spesialis dasar, yaitu spesialis bedah, spesialis kebidanan,

spesialis anak, spesialis penyakit dalam dan spesialis mata,

jumlah tempat tidur yang dimiliki antara 100 sampai dengan

400.

d) Rumah Sakit Kelas D

Yaitu rumah sakit dengan pelayanan kesehatan umum

tanpa spesialis dan jumlah tempat tidur antara 25 sampai

100.
43

B. Kerangka Teori

Atas dasar kepustakaan dan dukungan penelitian terdahulu terhadap

kepuasan pasien, maka dijabarkan kerangka teori seperti terlihat pada

Gambar. 1 dibawah ini :

Kepuasan Terdiri atas :

Reliability (keandalan)

Responsiveness (cepat tanggap)

Kepuasan Pasien
Assurance (jaminan)

Emphaty (perhatian)

Tangible (fasilitas fisik)

Sumber : Pasuraman dkk dalam Muninjaya (2011)

Gambar. 1
Kerangka Teori
44

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas maka dapat digambarkan kerangka

konsep seperti pada Gambar. 2 dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepuasan Terdiri atas :

Reliability (keandalan)

Responsiveness (cepat tanggap)

Kepuasan Pasien
Assurance (jaminan)

Emphaty (perhatian)

Tangible (fasilitas fisik)

Karakteristik responden :

1. Umur
2. Tingkat Pendidikan
3. Pekerjaan

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar. 2
Kerangka Konsep
45

D. Masalah Khusus Penelitian

Berdasarkan informasi Kerangka Konsep tersebut, maka dapat

dirumuskan masalah khusus penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada tidaknya hubungan antara tingkat kepuasan pasien BPJS

dengan pelayanan kesehatan dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?

2. Apakah ada tidaknya hubungan antara Reliability dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?

3. Apakah ada tidaknya hubungan antara Responsiveness petugas dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?

4. Apakah ada tidaknya hubungan antara Assurance dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?

5. Apakah ada tidaknya hubungan antara Emphaty petugas dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?

6. Apakah ada tidaknya hubungan antara Tangible dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015?


46

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian

1. Diketahui ada tidaknya antara hubungan tingkat kepuasan pasien BPJS

dengan pelayanan kesehatan dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

2. Diketahui ada tidaknya antara hubungan Reliability dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

3. Diketahui ada tidaknya antara hubungan Responsiveness petugas

dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

4. Diketahui ada tidaknya antara hubungan Assurance dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

5. Diketahui ada tidaknya antara hubungan Emphaty petugas dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

6. Diketahui ada tidaknya antara hubungan Tangible dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.


47

B. Hipotesis

1. Pernyataan Hipotesis

Y = F (X1, X2, X3, X4, X5)

Keterangan :

Y : Variabel Dependen kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik

penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015.

X1 : Reliability

X2 : Responsiveness

X3 : Assurance

X4 : Emphaty

X5 : Tangible

2. Sub Hipotesis

a. Apakah Rumah Sakit dengan tingkat kehandalan (reliability) yang

rendah lebih berisiko mempengaruhi kepuasan pasien BPJS dari

pada rumah sakit dengan kehandalan yang tinggi.

b. Apakah Rumah Sakit dengan Daya Tanggap (responsiveness) yang

lambat lebih berisiko mempengaruhi kepuasan pasien BPJS dari

pada rumah sakit dengan Daya Tanggap yang cepat.

c. Apakah Rumah Sakit dengan jaminan (assurance) yang tidak

memuaskan lebih berisiko mempengaruhi kepuasan pasien BPJS

dari pada rumah sakit dengan jaminan yang memuaskan.


48

d. Apakah Rumah Sakit dengan Empati (emphaty) yang rendah lebih

berisiko mempengaruhi kepuasan pasien BPJS dari pada rumah

sakit dengan Empati yang tinggi.

e. Apakah Rumah Sakit dengan Tampilan Fisik (tangible) yang tidak

memadai lebih berisiko mempengaruhi mutu pelayanan dengan

kepuasan pasien dari pada rumah sakit dengan Tampilan Fisik yang

memadai.

3. Sokongan Hipotesis

Sokongan hipotesis pada penelitian ini faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik

penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau terlihat pada

Tabel. 1 dibawah ini:

Tabel. 1
Sokongan Hipotesis Terhadap Beberapa Variabel Independen
Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien

No. Variabel Sumber

1. Realibity Tjiptono (2006), Aritonang (2005),


Hendrajaya (2005), Muninjaya (2011)
2. Responsiveness Tjiptono (2006), Aritonang (2005),
Supratman (2008), Fuzna (2014), Muninjaya
(2011)
3. Assurance Tjiptono (2006), Aritonang (2005), Asroel
(2008), Muninjaya (2011)
4. Emphaty Tjiptono (2006), Aritonang (2005), Nurcahya
(2008), Muninjaya (2011)
5. Tangible Tjiptono (2006), Aritonang (2005), Afifuddin
(2009), Muninjaya (2011)

Dilanjutkan…..
49
Lanjutan Tabel. 1

6. Kepuasan Pasien Gaspersz (2005), Pohan (2007),


Hafizurrachman (2010), Kotler (2007),
Sabarguna (2008)

4. Definisi Operasional, Skala Pengukuran dan Kategori

a. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah kepuasan pasien seperti terlihat pada

Tabel. 2 dibawah ini :

Tabel. 2
Definisi Operasional Variabel Dependen Dalam Penelitian Kepuasan
Pasien

No. Variabel Definisi Operasional Skala Kategori

1. Kepuasan Pasien Kepuasan pasien yaitu Ordinal Sangat Puas


(Y) perasaan senang atau kecewa (Jika hasil
yang dialami pasien setelah median≥13)
membandingkan antara
persepsi pasien dengan Puas (jika
harapan-harapannya. Penilaian hasil
kepuasan pasien terhadap median=13)
pelayanan yang dibutuhkan
berupa kenyamanan Tidak Puas
lingkungan, hasil kinerja (jika hasil
pelayanan, pelayanan dokter median<13 )
dan perawat, dan prosedur
pelayanan yang mudah dan
tanggap terhadap kebutuhan
pasien.
Tingkat kepuasan pasien
diukur dengan:

Dilanjutkan….
50
Lanjutan Tabel. 2

1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
5. Sangat Puas

b. Variabel Independen

Variabel Independen adalah kualitas pelayanan dan

karakteristik responden. Kualitas pelayanan adalah tingkat

keunggulan pelayanan yang dapat memenuhi keinginan pasien

yang diberikan oleh tenaga medis, non medis. Kualitas pelayanan

diukur dengan lima indikator yaitu Reliability (X1),

Responsiveness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4), Tangible

(X5) seperti terlihat pada Tabel. 3 dibawah ini :

Tabel. 3
Definisi Operasional Variabel Independen Dalam Penelitian
Kepuasan Pasien

No. Variabel Definisi Operasional Skala Kategori

1. Kepuasan atas Reliability adalah keandalan Ordinal Sangat


Reliability atau kemampuan memberikan Puas (jika hasil
(X1) pelayanan dengan segera, median ≥ 17)
akurat dan memuaskan.
Tingkat kepuasan atas Puas (jika hasil
Reliability diukur dengan: median = 17 )
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas Tidak Puas
3. Cukup Puas (jika hasil
4. Puas median <17)
5. Sangat Puas
Dilanjutkan….
51
Lanjutan Tabel. 3
2. Kepuasan atas Responsiveness adalah daya Ordinal Sangat
Responsiveness tanggap atau keinginan petugas Puas (jika hasil
(X2) membantu pasien dan median ≥18)
memberikan pelayanan dengan Puas (jika hasil
tanggap. median = 18)
Tingkat kepuasan atas
Responsiveness diukur Tidak Puas
dengan : (jika median
1. Tidak Puas <18)
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
5. Sangat Puas
3. Kepuasan atas Assurance merupakan Ordinal Sangat
Assurance kemampuan, kesopanan, dan Puas (jika hasil
(X3) sifat yang dapat dipercaya yang median ≥18)
dimiliki pegawai.
Tingkat kepuasan atas Puas (jika hasil
Assurance diukur dengan: median =18)
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas Tidak Puas
3. Cukup Puas (jika hasil
4. Puas median< 18)
5. Sangat Puas

4. Kepuasan atas Emphaty merupakan perhatian Ordinal Sangat


Emphaty pribadi memahami kebutuhan Puas (jika hasil
(X4) pasien yang diberikan oleh median ≥14)
pegawai.
Tingkat kepuasan atas Puas (jika hasil
Emphaty diukur dengan: median =14)
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas Tidak Puas
3. Cukup Puas (jika hasil
4. Puas median <13)
5. Sangat Puas

Dilanjutkan…….
52
Lanjutan Tabel. 3

5. Kepuasan atas Tangible merupakan fasilitas Ordinal Sangat


Tangible fisik dan perlengkapannya Puas (jika hasil
(X5) termasuk pegawai. median ≥17)
Tingkat kepuasan atas
Tangible diukur dengan: Puas (jika hasil
1. Tidak Puas median = 17)
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas Tidak Puas
4. Puas (jika hasil
5. Sangat Puas median <17)
53

C. Jenis Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Kuantitatif Analitik Observasional dengan Jenis

Desain Analytic Cross Sectional dengan pengambilan data variabel

independen dan variabel dependen ditanya dalam waktu sama kepada

responden (Lapau, 2012) pasien BPJS yang sedang menjalani rawat jalan

di poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Survey

penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik

penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yang dapat dilihat

dalam model pada Gambar. 3 dibawah ini :


Variabel
Populasi Pasien BPJS Independen
Dirawat Jalan Poliklinik
Pasien Tidak (1,2,3,4,5) +
Penyakit Dalam RSUD
Puas
Arifin Achmad Provinsi
Riau Variabel
Independen
(1,2,3,4,5) -
Sampel Pasien BPJS
Dirawat Jalan Poliklinik Variabel
Penyakit Dalam RSUD Independen
Arifin Achmad Provinsi (1,2,3,4,5) +
Pasien Puas
Riau
dan Pasien
Sangat Puas Variabel
Independen
(1,2,3,4,5) -

Gambar 3 : Model Jenis Desain Studi Penampang Analitik Dalam


Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepuasan Pasien BPJS Dirawat Jalan Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015.
54

Variabel Independen :

1. : Keandalan (reliability)

2. : Ketanggapan (responsiveness)

3. : Jaminan (assurance)

4. : Perhatian (emphaty)

5. : Bukti Fisik (tangible)

+ : Berisiko

- : Tidak Berisiko

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat

menggunakan BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau pada bulan Juni Tahun 2015.

Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu pasien BPJS di rawat

jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

Tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan jenis desain Studi Penampang Analitik.

Untuk menentukan ukuran sampel minimal, dibutuhkan informasi (WHO,

1986) sebagai berikut :

a) Nilai hipotesis proporsi populasi (hasil penelitian terdahulu) = Po

b) Nilai sesungguhnya dari proporsi populasi (yang diinginkan) = Pa

yaitu : proporsi berdasarkan pada hasil yang dinginkan (Po -15%).

c) Tingkat signifikasi (α) 5%

d) Kekuatan uji 90 % atau Beta (β) 10%


55

e) Hipotesis : Pa< Po

Dengan menggunakan tabel Sampel Size For One Sampel of

Proportion (Level Of Signifirance 5% Power 90 %) Alternatives

Hypotesis (WHO, 1986), maka untuk masing-masing variabel

independen hasil penentuan besar atau ukuran sampel minimal dapat

dilihat pada tabel. 4 berikut :

Tabel. 4
Penentuan Besar Ukuran Sampel Dalam Penelitian Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien BPJS Dirawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015

Tingkat Ukuran
No. Variabel Pa Po Power Sumber
Signifikan Sampel
1 Keandalan 0,45 0,55 5% 90% 212 Hendrajaya
(2005)
2 Ketanggapan 0,50 0,60 5% 90% 210 Fuzna
(2014)
3 Jaminan 0,60 0,70 5% 90% 191 Atmawati
(2008)
4 Perhatian 0,60 0,70 5% 90% 191 Nurcahya
(2008)
5 Bukti 0,60 0,70 5% 90% 191 Affuddin
Langsung (2009)
6 Kepuasan 0,50 0,60 5% 90% 210 Fuzna
Pasien (2014)

Berdasarkan tabel. 4 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah sampel

tertinggi adalah 212 untuk variabel reliability (keandalan). Sesuai

dengan syarat sampel minimal menurut Rules Of Thum dalam Lapau


56

(2012) untuk masing-masing variabel adalah 15. Berdasarkan jumlah

variabel independen maka dibutuhkan ukuran sampel 6 × 15 = 90,

berarti batas sampel minimal sudah dipenuhi. Jadi, jumlah sampel yang

diambil dalam penelitian ini minimal sampel diperlukan adalah 212

sampel dan digenapkan menjadi 220 sampel.

1. Kriteria inklusi sampel penelitian :

a. Responden yang bisa baca dan tulis

b. Responden yang berobat dirawat jalan poliklinik penyakit

dalam RSUD Arifin Achmad

c. Responden pengguna BPJS

2. Kriteria eksklusi sampel penelitian :

a. Responden yang sedang dalam keadaan cemas, gelisah, dan

marah

b. Responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner


57

E. Pengumpulan Data

Tabel. 5
Pengumpulan Data Dalam Penelitian Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien BPJS Dirawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Acmad
Provinsi Riau Tahun 2015

Jenis data Variabel Cara Instrumen


Memperoleh
Data
Primer Kepuasan Pasien Wawancara Kuesioner
BPJS
Reliability Wawancara Kuesioner
Responsiveness Wawancara Kuesioner
Assurance Wawancara Kuesioner
Emphaty Wawancara Kuesioner
Tangible Wawancara Kuesioner
Data Sekunder Data dari RSUD Data Profil RSUD
Arifin Achmad Prov. Arifin Achmad,
Riau (Profil rumah Studi
sakit, jumlah pasien Dokumentasi.
rawat jalan BPJS,
jumlah pasien BPJS
penyakit dalam,
survey kepuasan
pasien)

F. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya data diolah dengan langkah-

langkah, yaitu :
58

1. Pemeriksaan data (Editing)

Setelah kuesioner dibagikan kepada responden, kemudian

responden mengisinya dan dikembalikan kembali kepada peneliti.

Setelah itu peneliti melakukan pemeriksaan apakah kuesioner telah

diisi dengan benar dan semua item pertanyaannya dijawab oleh

responden.

2. Pengkodean (Coding)

Peneliti kemudian memberi kode dalam bentuk angka untuk

mengklasifikasikan data dari jawaban menurut kategori masing-

masing responden sehingga memudahkan dalam pengelompokan

data dikomputer.

3. Proses (Processing)

Data yang telah dikelompokkan atau diklasifikasikan diproses

dengan cara meng-entry (Memasukan) data hasil pengisian

kuesioner kedalam master tabel dan database komputer.

4. Pembersihan (Cleaning)

Setelah semua data dimasukkan ke program SPPS, selanjutnya

peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah dientry,

apakah masih ada kesalahan atau tidak.

5. Tabulasi (Tabulating)

Setelah diperoleh hasil dari SPSS selanjutnya melakukan tabulasi

atau mengelompokkan data sedemikian rupa agar dengan mudah

dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis


59

sesuai dengan yang telah ditentukan, kemudian data tersebut

dimasukkan ke dalam tabel.

b. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Dimulai dengan perhitungan distribusi frekuensi dengan

menggunakan program komputerisasi, dengan tujuan untuk

mengetahui distribusi frekuensi responden terhadap setiap

pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Data disajikan

dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan.

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel

yang diamati yaitu : kepuasan pasien BPJS rawat jalan

poliklinik penyakit dalam BPJS dan variabel independen

terdiri dari Kehandalan (reliability), cepat tanggap

(responsiveness), Jaminan (assurance), Perhatian (emphaty),

Bukti Fisik (tangible). Data-data yang diperoleh dikumpulkan

dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan

Chi-Square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen dengan derajat

kemaknaan α : 0,05. Dengan ketentuan bila :


60

a. P Value ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Uji statistik menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan.

b. P Value > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (Riyanto,

2011).

3. Analisis Multivariat

Analisis data dengan variabel lebih dari dua dan mencari

hubungan dari masing-masing variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat serta mencari manakah variabel

bebas yang paling berhubungan terhadap variabel terikat,

maka dilakukan uji logistik.

Analisis regresi logistik merupakan analisis pengaruh setiap

variabel bebas terhadap variabel terikat termasuk mencari

pengaruhnya secara bersama-sama variabel terikat.

Penggunaan analisis regresi logistik dalam penelitian karena

skala pengukuran dari variabel bebas dan terikat adalah

kategori (ordinal).
61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Variabel Dependen

Variabel Dependen penelitian ini adalah kepuasan pasien BPJS.

Dari hasil analisis univariat didapatkan data bahwa sebagian besar

pasien (responden) memiliki kepuasan seperti gambar. 4 dibawah ini :

Puas 94 Tidak Puas


(42.7 %) 78 (35.5 %)

48
8
8
(
2
1.
8
)

Gambar. 4
Proporsi Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Dirawat Jalan Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015
62

Pada gambar. 4 diatas menunjukkan bahwa proporsi dari 220 orang

responden (pasien) poliklinik penyakit dalam yang merasa sangat puas

sebanyak 94 orang (42,7%), responden yang merasa puas sebanyak 48

orang (21.8%), dan jumlah frekuensi responden yang tidak puas

sebesar 78 orang (35,5%).

2. Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini terdiri dari reliability,

responsiveness, assurance, empahty dan tangible. Distribusi frekuensi

variabel independen dapat dilihat pada tabel. 11 :

Tabel. 11
Distribusi Responden Menurut Variabel Independen Pada Pasien
Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau Tahun 2015
No. Variabel Independen Frekuensi Persentase (%)
1. Reliability
Tidak Reliability 102 46.4
Reliability 69 31.4
Sangat Reliability 49 22,2
Jumlah 220 100,0
2. Responsiveness
Tidak Responsiveness 112 50.9
Responsiveness 82 37.3
Sangat Responsiveness 26 11,8
Jumlah 220 100,0
3. Assurance
Tidak Assurance 103 46.8
Assurance 98 44.6
Sangat Assurance 19 8.6
Jumlah 220 100,0

Dilanjutkan……
63

Lanjutan Tabel. 11

4. Emphaty
Tidak Emphaty 100 45.4
Emphaty 53 24,1
Sangat Emphaty 67 30,5
Jumlah 220 100,0
5. Tangible
Tidak Tangible 123 55.9
Tangible 50 22.7
Sangat Tangible 47 21,4
Jumlah 220 100,0

Pada tabel. 11 diatas didapatkan jumlah responden yang merasakan

pelayanan Reliability yang tidak Reliability sebanyak 62 orang

(28,2%), responden yang merasakan pelayanan Reliability yang puas

sebesar 109 orang (49,5%) dan responden yang merasakan pelayanan

Reliability yang sangat puas sebanyak 49 orang (22,3%).

Didapatkan jumlah responden yang merasakan pelayanan

Responsiveness yang tidak puas sebanyak 82 orang (37,3%),

responden yang merasakan pelayanan Responsiveness yang puas

sebesar 112 orang (50,9%) dan responden yang merasakan pelayanan

Responsiveness yang sangat puas sebanyak 26 orang (11,8%).

Kemudian jumlah responden yang merasakan pelayanan Assurance

yang tidak puas sebanyak 84 orang (38,2%) , responden yang

merasakan pelayanan Assurance yang puas sebesar 38 orang (17,3%)

dan responden yang merasakan pelayanan Assurance yang sangat

puas sebanyak 99 orang (44,5%).


64

Dari 220 responden ditemukan banyak responden yang merasakan

petugas tidak memiliki emphaty terhadap mereka. Didapatkan sebesar

56 orang (25,5%) responden tidak merasakan emphaty dari petugas,

kemudian 53 orang (24,1%) responden puas merasakan emphaty dari

petugas dan sebanyak 111 orang (50,5%) responden merasakan sangat

puas emphaty dari petugas. Dari hasil penelitian juga didapatkan

responden merasakan pelayanan yang tidak tangible yaitu sebesar 66

orang (30,0%), kemudian responden yang merasakan pelayanan yang

tangible yaitu sebesar 107 orang (48,6%) dan responden yang

merasakan sangat puas dengan tangible yaitu 47 orang (21,4%).

Dari tabel. 11 diatas didapatkan bahwa semua variabel tidak ada

yang nilai proporsinya kurang dari 15 %. Ini berarti tidak ada variabel

homogen pada penelitian ini.

B. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen penelitian seperti dibawah ini :

1. Hubungan kepuasan pasien dengan Reliability

Hubungan kepuasan pasien dengan Reliability pada pasien rawat

jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad di Provinsi Riau

Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 12 sebagai berikut :

Tabel. 12
Distribusi Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Reliability
Pada Pasien Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015
65

Kepuasan Pasien
Reliability Tidak Puas Puas dan Total P OR (95%CI)
Sangat Puas Value
N % N % n (%)
Tidak Puas 26 25,5 76 74,5 102(100) 0,004 0,434
(0,244-0,771)
Puas dan 52 44,1 66 55,9 118(100)
Sangat
Puas
Total 78 35,5 142 64,5 220(100)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel. 12 diatas diperoleh nilai

P value 0,004, OR 0,434 (95 % CI,OR = 0,244-0,771), maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Reliability dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau.


66

2. Hubungan kepuasan pasien dengan Responsiveness

Hubungan kepuasan pasien dengan Responsiveness pada pasien

rawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 13 sebagai berikut :

Tabel. 13
Distribusi Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Responsiveness
Pada Pasien Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015

Kepuasan Pasien
Responsiveness Tidak Puas Puas dan Total P OR (95%CI)
Sangat Puas Value
N % N % n (%)
Tidak Puas 51 45,5 61 54,5 112(100) 0,001 2,508
(1,415-4,447)
Puas dan Sangat 27 25,0 81 75,0 108(100)
Puas
Total 78 35,5 142 64,5 220(100)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel. 13 diatas diperoleh nilai

P value 0,001, OR 2,508 (95 % CI,OR = 1,415-4,447), maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Responsiveness

dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmaad Provinsi Riau.


67

3. Hubungan kepuasan pasien dengan Assurance

Hubungan kepuasan pasien dengan Assurance pada pasien rawat

jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 14 sebagai berikut :

Tabel. 14
Distribusi Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Assurance
Pada Pasien Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015

Kepuasan Pasien
Assurance Tidak Puas Puas dan Total P OR (95%CI)
Sangat Puas Value
N % N % n (%)
Tidak Puas 37 35,9 66 64,1 103(100) 0,892 1,039
(0,598-1,807)
Puas dan 41 35,0 76 65,0 117(100)
Sangat
Puas
Total 78 35,5 142 64,5 220(100)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel. 14 diatas diperoleh nilai

P value 0,892, OR 1,039 (95 % CI,OR = 0,598-1,807), maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara Assurance

dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmaad Provinsi Riau.


68

4. Hubungan kepuasan pasien dengan Emphaty

Hubungan kepuasan pasien dengan Emphaty pada pasien rawat

jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 15 sebagai berikut :

Tabel. 15
Distribusi Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Emphaty
Pada Pasien Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015

Kepuasan Pasien
Emphaty Tidak Puas Puas dan Total P OR (95%CI)
Sangat Puas Value
N % N % n (%)
Tidak Puas 25 25,0 75 75,0 100(100) 0,003 0,421
(0,236-0,751)
Puas dan 53 44,2 67 55,8 120(100)
Sangat
Puas
Total 78 35,5 142 64,5 220(100)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel. 15 diatas diperoleh nilai

P value 0,003, OR 0,421 (95 % CI,OR = 0,236-0,751), maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Emphaty dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmaad Provinsi Riau.


69

5. Hubungan kepuasan pasien dengan Tangible

Hubungan kepuasan pasien dengan Tangible pada pasien rawat

jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 16 sebagai berikut :

Tabel. 16
Distribusi Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Tangible
Pada Pasien Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015

Kepuasan Pasien
Tangible Tidak Puas Puas dan Total P OR (95%CI)
Sangat Puas Value
N % N % n (%)
Tidak Puas 56 45,5 67 54,5 123(100) 0,000 2,849
(1,575-5,156)
Puas dan 22 22,7 75 77,3 97(100)
Sangat
Puas
Total 78 35,5 142 64,5 220(100)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel. 16 diatas diperoleh nilai

P value 0,000, OR 2,849 (95 % CI,OR = 1,575-5,156), maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Emphaty dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmaad Provinsi Riau.


70

C. Analisis Multivariat

Setelah dilakukan analisa bivariat selanjutnya dilakukan analisis

multivariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang paling

dominan antara variabel independen dan variabel dependen.

1. Hasil Seleksi Bivariat

Tahap awal analisis multivariat adalah penentuan variabel

independen potensial (variabel kandidat multivariat) yang akan masuk

dalam analisis multivariat, yaitu variabel dari hasil analisis bivariat

yang mempunyai nilai p <0,25. Analisis multivariat yang akan

digunakan adalah uji regresi logistik ganda model prediksi, karena

variabel dependennya merupakan variabel kategorik (Hastono, 2007).

Tabel. 17
Hasil Seleksi Analisis Bivariat

No. Variabel P Value Keterangan


1. Reliability 0,004 Kandidat
2. Responsiveness 0,001 Kandidat
3. Assurance 0,892 Bukan Kandidat*
4. Emphaty 0,003 Kandidat
5. Tangible 0,000 Kandidat
*Menjadi kandidat berdasarkan substansi

Dari hasil seleksi bivariat yang telah dilakukan didapatkan 4

variabel yang mempunyai nilai p value < 0,05 yaitu variabel

reliability, responsiveness, Emphaty, dan Tangible. Meskipun

variabel Assurance tinggi dengan nilai p value > 0,05, tetapi variabel

tersebut secara substantif merupakan variabel yang sangat penting

berhubungan dengan kepuasan pasien, maka variabel tersebut tetap


71

dimasukkan dalam analisis multivariat. Dengan demikian kandidat

yang diikut sertakan pada analisis multivariat tetap menjadi 5 (lima)

yaitu variabel reliability, responsiveness, Assurance, Emphaty, dan

Tangible.

2. Pemodelan Multivariat

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap ke-5 variabel

independen dengan kepuasan pasien, maka dihasilkan analisis

multivariat permodelan 1, seperti tabel 18 berikut :

Tabel. 18
Analisis Multivariat (Permodelan Multivariat 1)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien
BPJS Terhadap Pelayanan Kesehatan Dirawat Jalan Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015

(95%CI)
No. Variabel P Value POR Lower Upper
1. Reliability 0,583 0,448 0,026 7,872
2. Responsiveness 0,025 0,491 0,264 0,916
3. Assurance 0,092 1,844 0,904 3,762
4. Emphaty 0,222 6,117 0,335 111,7
5. Tangible 0,000 0,223 0,106 0,467

Tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 1 variabel yang p value > 0,05

yaitu Reliability, variabel yang tertinggi nilai p value nya dikeluarkan dari

model pada analisis multivariat permodelan 2. Selanjutnya dilakukan

analisis multivariat secara bertahap dengan mengeluarkan variabel

Reliability yang nilai p value nya > 0,05 dimulai dengan nilai p yang

tertinggi, maka diperoleh hasil seperti pada tabel. 19 berikut :


72

Tabel. 19
Analisis Multivariat (Permodelan Multivariat 2)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien
BPJS Terhadap Pelayanan Kesehatan Dirawat Jalan Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015

(95%CI)
No. Variabel P Value POR Lower Upper

1 Assurance 0,088 1,858 0,912 3,786

2 Responsiveness 0,025 0,490 0,263 0,913

3 Emphaty 0,002 2,766 1,457 5,251


4 Tangible 0,000 0,227 0,108 0,474

Setelah variabel Reliability dikeluarkan, kita lihat perubahan nilai OR

untuk variabel Assurance, Responsiveness, Emphaty, dan Tangible.

Perubahan OR setelah variabel Reliability dapat dilihat pada tabel 20

berikut :

Tabel. 20
Perubahan OR Dengan Dan Tanpa Variabel

No. Variabel OR OR Tanpa Perubahan OR (%)


Independen Dengan Reliability
Reliability
1. Reliability 0,448 - -

2. Responsiveness 0,491 0,49 0,1

3. Assurance 1,844 1,858 1,4

4. Emphaty 6,117 2,766 3,351

5. Tangible 0,223 0,227 4


73

Dengan hasil perbandingan OR tidak ada yang mempunyai nilai ≥

10 % dengan demikian variabel Reliability dikeluarkan dari

permodelan.

3. Permodelan Terakhir

Permodelan multivariat terakhir dapat dilihat pada tabel 21 berikut :

Tabel. 21
Analisis Multivariat (Permodelan Terakhir)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien
BPJS Terhadap Pelayanan Kesehatan Dirawat Jalan Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015.

(95%CI)
No. Variabel P Value POR Lower Upper
1. Assurance 0,088 1,858 0,912 3,786
2. Responsiveness 0,025 0,490 0,263 0,913
3. Emphaty 0,002 2,766 1,457 5,251
4. Tangible 0,000 0,227 0,108 0,474

Dari analisis multivariat yang dilakukan dengan 2 (dua) kali

permodelan ternyata pada tabel. 21 terlihat bahwa variabel yang

berhubungan bermakna dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan

poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad adalah variabel

Assurance, Responsiveness, Emphaty, dan Tangible, hasilnya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara tidak Emphaty

akan berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 2,766 kali (95%


74

CI, POR = 1,457-5,251) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara Emphaty

(perhatian).

b. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara Assurance akan

berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 1,858 kali (95% CI,

POR = 0,912-3,786) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam dari

pada pelayanan yang tidak diberikan secara Assurance (jaminan).

c. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara Responsiveness

akan berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 0,490 kali (95%

CI, POR = 0,263-0,913) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara Responsiveness

(tanggapan).

d. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara Tangible akan

berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 0.227 kali (95% CI,

POR = 0,108-0,474) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam dari

pada pelayanan yang tidak diberikan secara Tangible (Bukti fisik).

Dari hasil analisis multivariat tidak ditemukan adanya variabel

confounding. Dan variabel yang tidak berhubungan bermakna dengan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2015. Dari keseluruhan variabel

independen yang diduga mempengaruhi variabel dependen terlihat

bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah variabel emphaty

dengan p value 0.001 < 0.05. Nilai POR yang tertinggi adalah variabel
75

emphaty dimana yang tidak puas terhadap emphaty lebih berisiko 2,8

kali (C.I 95% : 1,4-5,2) untuk kepuasan pasien BPJS Kesehatan.


76

BAB V

PEMBAHASAN

A. Kualitas dan Akurasi Data

Kualitas data ditentukan oleh relevansi data, dan validitas data,

sedangkan akursi data terdiri atas relevansi data, validitas data dan

reliabilitas data (Lapau, 2007).

1. Relevansi Data

Relevansi data berarti data yang dikumpulkan sesuai dengan jenis

desain penelitian dan metode analisis data yang digunakan (Lapau,

2012). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya relevansi data karena

adanya kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan pencapaian

tujuan khusus dan pembuktian hipotesis.

2. Validitas Data

Validitas berarti apa yang dilaporkan peneliti sama dengan apa

yang terjadi dilapangan atau tempat penelitian. Validitas dibagi

menjadi dua yaitu validitas eksternal dan internal.

a. Validitas Eksternal

Validitas eksternal menggambarkan seberapa jauh dari sampel

penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi dari mana

sampel berasal atau dapat digeneralisasikan kepopulasi yang lebih

luas (Lapau, 2012).


77

Sampel yang representativ didapat kalau prosedur pengambilan

sampel yang digunakan adalah prosedur Sampel Probilitas

(probability sampling). Penelitian ini menggunakan Studi

Penampang Analitik (Cross Sectional Study). Pengambilan data

penelitian diambil dari populasi dengan simple random sampling.

Validitas eksternal ada dalam penelitian ini karena sampel

penelitian adalah pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit

dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yang diambil dari

populasi studi. Sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan

kepopulasi studi.

b. Validitas Internal

Validitas internal adalah validitas data dalam sampel (bagian

dari populasi) yang diteliti, atau dalam populasi yang seluruhnya

diteliti. Validitas internal terdiri dari :

1) Kesalahan Random (Random Error)

Kesalahan random/kesalahan sampling terdiri dari alfa

error dan beta error, dalam penelitian sudah ditetapkan α error

= 5 % dan β error 10 % sehingga didapatkan besar sampel 220

sampel.
78

2) Kesalahan Sistematis/Bias

Bias adalah keadaan dimana terjadi penaksiran efek yang

tidak benar dari hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Bias terdiri atas bias seleksi, bias informasi

dan confounding bias/bias pengacau (Lapau, 2012).

a) Bias Seleksi

Bias seleksi dapat terjadi ketika menggunakan kriteria yang

berbeda dalam prosedur seleksi subjek. Dalam penelitian

ini bias seleksi tidak terjadi karena saat pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti langsung dengan pasien BPJS

dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau, sehingga ketepatan responden pada

temuan penelitian yang dikumpulkan sesuai dengan

keinginan peneliti.

b) Bias Informasi

Bias informasi atau bias pengukuran dapat terjadi karena

perbedaan sistematik dan cara pengumpulan data.

Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena kesalahan

diagnosis, instrumennya, dan sebagainya.

Pada penelitian ini bias informasi dapat terjadi, sehingga

ada kemungkinan sampel tidak memberikan informasi yang

sesungguhnya. Pada penelitian ini ada responden yang

mengisi kuesioner karena masukan dari keluarganya,


79

sehingga ada kemungkinan responden memberikan

jawaban asal-asalan pada kuesioner atau tidak sesuai

kenyataan yang dirasakan responden itu sendiri.

c) Confounding bias/bias pengacau

Confounding bias terjadi apabila didalam analisis terdapat

variabel pengacau (Confounding) yaitu variabel independen

yang berhubungan dengan variabel dependen (Lapau,

2012). Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya

variabel Confounding.

3) Realiabilitas Data

Realiabilitas adalah seberapa besar instrument dapat

mengukur secara konsisten menurut waktu dan orang (Lapau,

2012). Dalam penelitian ini pengumpulan data hanya dilakukan

satu kali pengukuran dengan demikian realibilitas data tidak

dapat ditentukan.

B. Variabel Independen Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien

Dari hasil bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan antara

variabel independen dengan dependen, yaitu variabel keandalan

(reliability), cepat tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),

perhatian (emphaty), dan bukti langsung (tangible) dengan kepuasan

pasien. Untuk hasil multivariat diperoleh empat variabel independen yang

berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen, yaitu variabel

cepat tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian (emphaty),


80

dan bukti langsung (tangible) dengan kepuasan pasien BPJS dirawat jalan

poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

1. Hubungan sebab akibat

Hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan

variabel dependen dapat dilakukan dengan mengidentifikasi

persyaratan hubungan sebab akibat sebagai berikut (Lapau, 2012) :

a. Hubungan Temporal

Hubungan temporal terjadi apabila variabel independen (sebagai

sebab) mendahului variabel dependen (sebagai akibat). Perlu

diperhitungkan perjalanan waktu.

b. Plausibility

Plausibility bila adanya hubungan informasi yang ditemukan

dengan teori dan atau pengetahuan lain.

c. Konsistensi

Konsistensi terjadi apabila ada hasil penelitian tentang variabel

independen dengan variabel dependen.

d. Kekuatan Asosiasi

Kekuatan asosiasi ditentukan dengan kekuatan hubungan (asosiasi)

antara variabel independen dan dependen.

e. Hubungan dose response relationship

Perubahan intensitas paparan (variabel independen) yang diikuti

oleh perubahan akibat (variabel dependen).


81

f. Jenis Desain Studi

Hubungan sebab akibat berbanding lurus dengan inferensi yang

dihasilkan oleh jenis disain studi.

2. Aplikasi hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan

variabel dependen dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Cepat Tanggap (Responsiveness)

1) Hubungan Temporal (+), diyakini ketanggapan akan

mendahului kepuasan pasien.

2) Plausibility (+), ditemukan adanya teori yang mendukung

menurut Zithmal (dalam Tjiptono, 2006) daya tanggap

merupakan kemampuan para staf untuk membantu para

pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

Sedangkan Aritonang (2005) mengatakan bahwa daya tanggap

mencakup keinginan untuk membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat, selalu memperoleh

definisi yang tepat dan segera mengenai pelanggan.

3) Kekuatan Assosiasi (+), kekuatan hubungan antara ketanggapan

dengan kepuasan pasien BPJS adalah sebesar 0,5 kali (95% CI

0,263-0,913) artinya ketanggapan akan menimbulkan kepuasan

pasien 0,5 kali dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara

tanggap (responsiveness).

4) Konsistensi (+), hasil penelitian ini memiliki korelasi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Supratman (2008) dan Fuzna


82

(2014) membuktikan bahwa memang ada hubungan yang positif

dan signifikan antara persepsi pasien tentang ketanggapan

dengan tingkat kepuasan pasien.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ketanggapan

merupakan faktor yang diperlukan untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad harus mampu meningkatkan kompetensi petugas yang

cepat dan tanggap dalam membantu pasien BPJS dan melayani

pasien BPJS.

5) Dose Response Relationship (-), tidak dapat dinilai karena

penelitian ini tidak menggunakan data continue.

6) Jenis disain studi (-), disain cross sectional mempunyai

inferensi lemah.

b. Jaminan (Assurance)

1) Hubungan Temporal (+), diyakini jaminan akan mendahului

kepuasan pasien.

2) Plausibility (+), ditemukan adanya teori yang mendukung

menurut Zithmal (dalam Tjiptono, 2006) jaminan meliputi

kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sedangkan

Aritonang (2005) mengatakan bahwa jaminan terdiri dari


83

empat (4) hal yang mencakup Competency yaitu kepemilikikan

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Courtecy

mencakup kesopanan, rasa hormat, perhatian dan keramahan

pelayan. Credibility mencakup kepercayaan terhadap kejujuran

dari si pemberi jasa. Security mencakup kebebasan dari bahaya,

resiko dan keragu-raguan.

3) Kekuatan Assosiasi (+), kekuatan hubungan antara jaminan

dengan kepuasan pasien BPJS adalah sebesar 1,9 kali (95% CI

0,912-3,786) artinya jaminan akan menimbulkan kepuasan

pasien 1,9 kali dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara

jaminan (assurance).

4) Konsistensi (+), hasil penelitian ini memiliki korelasi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Asroel (2010), membuktikan

bahwa pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien

dalam menggunakan jasa dirumah sakit Ahmad Yani

Pekanbaru berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

konsumen dimana assurance member pengaruh terbesar,

karena apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan dapat

menjamin pasien, maka kualitas jasa pelayanan akan

dipersepsikan sebagai baik dan memuaskan serta jika jasa yang

diterima mampu melampaui harapan pasien, maka kualitas jasa

dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika

jaminan atas kualitas jasa yang diterima lebih rendah dari pada
84

apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan kesehatan akan

dipersepsikan buruk atau tidak memuaskan.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini jaminan

merupakan faktor yang diperlukan untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad harus mampu meningkatkan kompetensi dan

keterampilan petugas dalam customer service, sehingga

pelayanan yang diterimah dengan baik dapat membantu pasien

dalam mendapatkan informasi yang baik dan jelas.

5) Dose Response Relationship (-), tidak dapat dinilai karena

penelitian ini tidak menggunakan data continue.

6) Jenis disain studi (-), disain cross sectional mempunyai

inferensi lemah.

c. Perhatian (Emphaty)

1) Hubungan Temporal (+), diyakini perhatian akan mendahului

kepuasan pasien.

2) Plausibility (+), ditemukan adanya teori yang mendukung

menurut Zithmal (dalam Tjiptono, 2006) kepedulian adalah

kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para

pelanggannya. Sedangkan Aritonang (2005) mengatakan


85

bahwa bahwa kepedulian mencakup 3 (tiga) hal yakni :

Accessibility yaitu kemudahan untuk mendekati dan

menghubungi. Communication Skills yaitu pemberian

informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang dapat

dimengerti dan mendengarkan the customer yaitu perlunya

usaha untuk mengetahui pelanggan dan kebutuhan khususnya.

3) Kekuatan Assosiasi (+), kekuatan hubungan antara perhatian

dengan kepuasan pasien BPJS adalah sebesar 2,8 kali (95% CI

1,457-5,251) artinya ketanggapan akan menimbulkan kepuasan

pasien 2,8 kali dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara

perhatian (emphaty).

4) Konsistensi (+), hasil penelitian ini memiliki korelasi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nurcahya (2008) pelayanan

yang diberikan dengan disertai rasa empati dari petugas

merupakan harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika

pemberian layanan mampu memberikan pelayanan disertai

dengan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi

yang diberikan kepada pasien dengan berupaya memahami

keinginan pasien. Ketika petugas memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pasien untuk memahami kebutuhan secara

spesifik, serta memiliki waktu yang nyaman bagi pasien sesuai

harapannya maka pasien akan merasa puas.


86

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian perhatian

merupakan faktor yang diperlukan untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad harus mampu meningkatkan kepedulian petugas

tehadap keluhan dan kebutuhan pasien dan memberikan

pelayanan kepada semua pasein tanpa membedakan status

pasien.

5) Dose Response Relationship (-), tidak dapat dinilai karena

penelitian ini tidak menggunakan data continue.

6) Jenis disain studi (-), disain cross sectional mempunyai

inferensi lemah.

d. Bukti Langsung (Tangible)

1) Hubungan Temporal (+), diyakini bukti langsung akan

mendahului kepuasan pasien.

2) Plausibility (+), ditemukan adanya teori yang mendukung

menurut Rangkuti (2006) Tangible yaitu penampilan fasilitas

fisik, peralatan, personel dan media komunikasi Mutu jasa

pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh

para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan

perlengkapan yang memadai.


87

3) Kekuatan Assosiasi (+), kekuatan hubungan antara bukti

langsung dengan kepuasan pasien BPJS adalah sebesar 0,3 kali

(95% CI 0,108-0,474) artinya bukti langsung akan

menimbulkan kepuasan pasien 0,3 kali dari pada pelayanan

yang tidak diberikan secara bukti langsung (tangible).

4) Konsistensi (+), hasil penelitian ini memiliki korelasi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Menurut Afifuddin (2009),

penelitiannya dengan judul analisis pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pasien terdapat hubungan

langsung signifikan antara variabel kualitas pelayanan dengan

kepuasan pasien dimana variabel tangible merupakan faktor

utama. Jika penampilan fisik mampu menyediakan sarana dan

prasarana fisik secara baik yang meliputi (gedung, bangunan,

dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan,

serta penampilan pegawainya sesuai harapan pasien maka akan

menyebabkan pasien merasa puas.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini bukti langsung

merupakan faktor yang diperlukan untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Untuk meningkatkan

kepuasan pasien BPJS poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad harus mampu meningkatkan bukti langsung yang

terdiri dari kebersihan, kerapian, fasilitas yang lengkap dan


88

kenyaman diruang tunggu, kebersihan alat-alat yang dipakai

dan penampilan petugas (karyawan).

5) Dose Response Relationship (-), tidak dapat dinilai karena

penelitian ini tidak menggunakan data continue.

6) Jenis disain studi (-), disain cross sectional mempunyai

inferensi lemah.

3. Justifikasi Bukti

Justifikasi hubungan sebab akibat dari variabel independen yaitu,

diperoleh bahwa hubungan kausal yang paling kuat adalah

perhatian. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel. 22 berikutnya :

Tabel. 22
Resume Hubungan Sebab Akibat Variabel Independen Dengan
Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Kesehatan
Dirawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2015.

Variabel
No. Kriteria Perhatian Jaminan Ketanggapan Bukti
Langsung
1. Temporal +/- +/- +/- +/-
2. Plausibility + + + +
(Teori)
3. Konsistensi + + + +
(Penelitian Lain)
4. Kekuatan Asosiasi 2,8 1,9 0,5 0,3
5. Dose Response - - - -
Relationship
6. Jenis Desain Studi - - - -
89

C. Implikasi Penelitian

1. Hubungan perhatian (Emphaty) dengan kepuasan pasien

Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa

pelayanan yang tidak emphaty memengaruhi ketidakpuasan pada

pasien seperti dengan pelayanan yang diberikan terlihat pada gambar.

5 berikut:

Emphaty Kepuasan Pasien


(Perhatian) BPJS

Gambar. 5
Hubungan Variabel Emphaty Dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan gambar. 5 hubungan variabel Emphaty dengan

kepuasan pasien dapat diketahui bahwa emphaty petugas merupakan

harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika pemberi layanan (petugas

dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad)

mampu memberikan pelayanan disertai dengan perhatian yang tulus

dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pasien

dengan berupaya memahami keinginan pasien. Ketika petugas

memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pasien untuk

memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu

pengoperasian yang nyaman bagi pasien sesuai harapannya maka

pasien akan merasa puas.

Namun begitu pula sebaliknya, ketika petugas tidak memiliki

pengertian dan pengetahuan tentang pasien untuk memahami


90

kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang

nyaman bagi pasien sesuai harapannya maka pasien akan merasa tidak

puas. Perlu adanya perubahan dalam pemberian pelayanan petugas

yang tidak emphaty menjadi emphaty. Hal ini dapat dilakukan dengan

cara memberikan pelatihan kepada petugas tentang bagaimana

menilai pasien dan memberikan perhatian kepada pasien. Selanjutnya

mengajak dan membina seluruh karyawan untuk mencoba berempati

merasakan keadaan pasien dalam memberikan pelayanan.

2. Hubungan jaminan (Assurance) dengan kepuasan pasien

Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa

pelayanan yang tidak assurance memengaruhi ketidakpuasan pada

pasien seperti dengan pelayanan yang diberikan terlihat pada gambar.

6 berikut:

Assurance Kepuasan Pasien


(Jaminan) BPJS

Gambar. 6
Hubungan Variabel Assurance Dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan gambar. 6 hubungan variabel Assurance dengan

kepuasan pasien dapat diketahui bahwa assurance petugas merupakan

harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika pemberi layanan (petugas

dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad)

mampu memberikan kemampuan, kesopanan disertai sifat yang baik

kepada pasien dan berupaya memahami keinginan pasien. Ketika


91

petugas memiliki jaminan kemampuan, kesopanan dan sifat yang baik

secara spesifik, maka pasien akan merasa puas.

Namun begitu pula sebaliknya, ketika petugas tidak memiliki

jaminan kemampuasn, kesopanan dan sifat yang secara spesifik, maka

pasien akan merasa tidak puas. Perlu adanya perubahan dalam

pemberian pelayanan yang tidak assurance menjadi assurance. Hal

ini dapat dilakukan dengan cara membina seluruh petugas dengan

adanya pelatihan, agar petugas memiliki kemampuan, terampil dan

meiliki jiwa kesopanan.

3. Hubungan ketanggapan (Responsiveness) dengan kepuasan pasien

Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa

pelayanan yang tidak responsiveness memengaruhi ketidakpuasan

pada pasien seperti dengan pelayanan yang diberikan terlihat pada

gambar. 7 berikut:

Responsiveness Kepuasan Pasien


(Ketanggapan) BPJS

Gambar. 7
Hubungan Variabel Responsiveness Dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan gambar. 7 hubungan variabel Responsiveness

dengan kepuasan pasien dapat diketahui bahwa pelayanan yang

responsiveness merupakan harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika

pemberi layanan (petugas dirawat jalan poliklinik penyakit dalam


92

RSUD Arifin Achmad) mampu membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien dengan menyampaikan

informasi yang jelas, hal ini akan menyebabkan pasien merasa puas

karena sesuai dengan harapannya.

Namun begitu pula sebaliknya, ketika petugas tidak membantu

dan memberikan layanan yang cepat dan tepat kepada pasien dengan

menyampaikan informasi yang jelas, hal ini menyebakan pasien

merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan harapannya. Perlu

adanya perubahan dalam pelayanan petugas yang tidak

responsiveness menjadi responsiveness terhadap pasien. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memantau dan membina petugas oleh tim

menjaga mutu dirumah sakit untuk lebih cepat tanggap dalam

memberiakan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

pasien serta mengatur jadwal visite sesuai standar.


93

4. Hubungan bukti langsung (Tangible) dengan kepuasan pasien

Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa

pelayanan petugas yang tidak tangible memengaruhi ketidakpuasan

pada pasien seperti dengan pelayanan yang diberikan terlihat pada

gambar. 8 berikut:

Tangible (Bukti Kepuasan Pasien


Langsung) BPJS

Gambar. 8
Hubungan Variabel Tangible Dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan gambar. 8 hubungan variabel tangible dengan

kepuasan pasien dapat diketahui bahwa pelayanan yang tangible

merupakan harapan yang diinginkan oleh pasien. Jika pemberi

layanan (petugas dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad) mampu menyediakan sarana dan prasarana yang

lengkap dan memadai serta penampilan petugas sesuai dengan

harapan pasien, hal ini akan menyebabkan pasien merasa puas.

Namun begitu pula sebaliknya, ketika petugas tidak mampu

menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta

penampilan petugas yang kurang rapi, hal ini menyebakan pasien

merasa tidak puas. Perlu adanya perubahan yang tidak tangible

menjadi tangible terhadap pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
94

menyediakkan sarana dan prasarana yang lengkap dan membuat

fasilitas yang lengkap sehingga membuat kenyamanan bagi pasien.

D. Variabel Independen Yang Tidak Berhubungan Sebab Akibat

Dengan Kepuasan Pasien

Hasil analisis multivariat diketahui bahwa ada 1 (satu) variabel

independen yang tidak ada berhubungan dengan kepuasan pasien, yaitu

variabel kehandalan (reliability). Menurut peneliti hal ini disebabkan

adanya bias informasi. Pada penelitian ini bias informasi tidak dapat

dihindari karena bias saja responden menjawab tidak sesuai dengan

kondisinya atau menutupi kelemahannya, sehingga responden memilih

jawaban yang ideal bukan jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya.
95

BAB VI

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan proporsi tingkat kepuasan pasien BPJS dirawat jalan

poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dari 220

pasien BPJS yang menyatakan sangat puas sebanyak 99 orang (45,0%),

puas sebanyak 13 orang (5,9%) dan pasien yang merasa tidak puas dengan

pelayanan poliklinik penyakit dalam sebanyak 108 orang (49,1%).

Uraian pada bab hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel perhatian (emphaty) sebesar 164 (74,6%) dengan OR 2,8 kali

lebih besar yang memberikan perhatian dibandingkan yang tidak ada

memberikan perhatian, jaminan (assurance) memberikan kepuasan

kepada pasien sebesar 136 (61,8%) dengan OR 1,9 kali lebih besar

tenaga yang memberikan jaminan dibandingkan dengan yang tidak

memberikan jaminan yang baik dengan pasien, cepat tanggap

(responsivenss) memberikan kepuasan kepada pasien sebesar 138

(62,7%) dengan OR 0,5 kali lebih besar tenaga yang tanggap

dibandingkan dengan yang tidak tanggap, bukti langsung (tangible)

sebesar 154 (70%) dengan OR 0,3 kali lebih besar yang memberikan

bukti langsung dibandingkan yang tidak ada bukti langsung.


96

2. Variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat dengan kepuasan

pasien BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau berturut-turut adalah :

a. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara tidak Emphaty

akan berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 2,766 kali (95%

CI, POR = 1,457-5,251) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara Emphaty

(perhatian).

b. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara Assurance

akan berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 1,858 kali (95%

CI, POR = 0,912-3,786) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam

dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara Assurance

(jaminan).

c. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara

Responsiveness akan berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien

0,490 kali (95% CI, POR = 0,263-0,913) dirawat jalan poliklinik

penyakit dalam dari pada pelayanan yang tidak diberikan secara

Responsiveness (tanggapan).

d. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan secara Tangible akan

berisiko menimbulkan ketidakpuasan pasien 0.227 kali (95% CI,

POR = 0,108-0,474) dirawat jalan poliklinik penyakit dalam dari

pada pelayanan yang tidak diberikan secara Tangible (Bukti fisik).


97

3. Dari hasil analisis multivariat tidak ditemukan adanya variabel

confounding.

4. Variabel yang tidak berhubungan bermakna dengan kepuasan pasien

BPJS dirawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau adalah variabel keandalan (reliability).

B. Rekomendasi dalam arti Signifikan Sosial

Untuk variabel independen yang berhubungan dengan kepuasan pasien :

1. Perhatian (emphaty)

Perlu adanya perubahan dalam pemberian pelayanan petugas yang

tidak emphaty menjadi emphaty. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

memberikan pelatihan kepada petugas tentang bagaimana menilai

pasien dan memberikan emphaty kepada pasien. Selanjutnya

mengajak dan membina seluruh petugas untuk mencoba berempati

merasakan keadaan pasien dalam memberikan pelayanan.

2. Jaminan (assurance)

Perlu adanya perubahan dalam pemberian pelayanan yang tidak

assurance menjadi assurance. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

membina seluruh petugas dengan adanya pelatihan, agar petugas

memiliki kemampuan, terampil dan meiliki jiwa kesopanan.

3. Ketanggapan (responsiveness)

Perlu adanya perubahan dalam pelayanan petugas yang tidak

responsiveness menjadi responsiveness terhadap pasien. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memantau membina petugas oleh tim penjaga


98

mutu untuk lebih cepat tanggap dalam memberikan pelayanan sesuai

denga kebutuhan dan keinginan pasien serta mengatur jadwal visite

poliklinik sesuai standar.

4. Bukti Langsung (tangible)

Perlu adanya perubahan dalam pelayanan yang tidak tangible menjadi

tangible. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas

fisik, perawatan sarana dan prasarana, dan penampilan petugas yang

baik.

C. Rekomendasi dalam arti Signifikan Penelitian

Untuk penelitian lebih lanjut dengan masih menggunakan variabel

independen yang tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan

kepuasan pasien dalam penelitian ini, direkomendasika seperti berikut :

1. Keandalan (reliability)

Diketahui bahwa variabel keandalan (reliability) tidak berhubungan

dengan kepuasan pasien. Menurut peneliti hal ini disebabkan adanya

bias informasi. Karena itu direkomendasikan bagi peneliti lainnya agar

dapat menghindari bias informasi disarankan melakukan teknik

pengumpulan data dengan cara observasi langsung pada subjek

peneliti, sehingga tidak adanya keterbatasan penelitian dan

keterbatasan sampel.
99

D. Saran

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

a. Kepada pihak rumah sakit perlu diadakannya pelatihan dan

pertemuan rutin bagi petugas RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau, khususnya petugas poliklinik penyakit dalam untuk

meningkatan kualitas pelayanan dalam dimensi keandalan

(reability), cepat tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),

perhatian (emphaty) dan bukti langsung (tangible) dalam

mengevaluasi kualitas pelayanan.

b. Kepada pihak manajemen rumah sakit melalui bagian rumah

tangga untuk mengadakan perbaikan fasilitas (fisik, sarana

prasarana, penampilan petugas, kebersihan ruangan dan

kenyamanan ruangan) dan apabila sarana dan prasarananya belum

lengkap, maka bagian perencanaan mengajukan dana untuk

dianggarakan ditahun yang akan datang.

c. Kepada Petugas dan tenaga kesehatan untuk selalu memberikan

informasi yang jelas kepada pasien, agar tidak adanya kesalah

pahaman antara pemberi pelayanan kesehatan dengan penerima

pelayanan kesehatan.
100

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya supaya melakukan pengumpulan data tidak

hanya dibagian poliklinik penyakit dalam saja tetapi juga dibagian

poliklinik-poliklinik lain dirawat jalan RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau, sehingga bias seleksi dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai