Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN INTRA UTERINE FETAL


DEATH (IUFD)

Dosen Pengampu : Eko Mardiyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun oleh :

1. Erika Risnamingtyas (010115A037)


2. Findriana Eka Sukmasari (010115A043)
3. Ade Lia Indiyani (011315A004)
PSIK- A / Semester V

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam rahim ibu. Sejak
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi
maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam kehidupan berikutnya. Pertumbuhan janin yang terhambat diartikan
sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran
biometri normal pada kehamilan. Kematian janin dalam kandungan apabila
tidak segera ditangani akan mengakibatkan ancaman bagi nyawa ibu.
Biasanya ini terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua . IUFD merupakan salah satu penyebab kematian perinatal.
Kematian perinatal (lahir mati dan kematian neonates) terjadi dalam 1%
kehamilan. Diperkirakan bahwa 10-25% kehamilan berakhir sebelum
mencapai 28 minggu. Kematian janin sebelum persalinan dimulai mungkin
terdiagnosis ketika sang ibu tidak merasakan gerakan janinya lagi atau gejala-
gejala kehamilan meredup, yang pertama lebih sering di jumpai. IUFD
termasuk dalam masalah angka kematian bayi (AKB) yang merupakan salah
satu indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara,
kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasental.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Intra Uterine Fetal Death/IUFD ?
2. Bagaimana klasifikasi dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
3. Bagaimana etiologi dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
4. Bagaimana patofisiologi dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
6. Bagaimana menetapkan kematian janin dalam kandungan dari Intra
Uterine Fetal Death/IUFD?
7. Bagaimana komplikasi dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?
9. Bagaimana pencegahan dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan dengan
kasus Intra Uterine Fetal Death/IUFD atau lebih dikenal dengan kematian
janin dalam kandungan sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
b. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
c. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
e. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Intra Uterine
Fetal Death/IUFD
f. Untuk mengetahui dan memahami menetapkan kematian janin dalam
kandungan dari Intra Uterine Fetal Death/IUFD
g. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
h. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Intra Uterine
Fetal Death/IUFD
i. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan dari Intra Uterine Fetal
Death/IUFD
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IUFD
Menurut WHO yang disebut dengan kematian janin dalam kandungan
atau Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin atau infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin atau akibat infeksi
yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin, 2008).

B. Klasifikasi
Kematian janin dalam kadungan dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai
berikut :
 Kelompok I : Kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu
 Kelompok II : Kematian janin pada umur kehamilan 20 – 28
minggu
 Kelompok III : Kematian janin pada umur kehamilan > 28
minggu (late fetal death)
 Kelompok IV : Kematian janin yang tidak dapat digolongkan
pada ketiga golongan diatas

C. Etiologi
Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
1. 50% kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
2. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)
berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini
dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD. 3.
3. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat
menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali
pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada
kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32
minggu.
4. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, Kelainan
kromosom, kelainan kromosom termasuk bawaan. Kematian janin akibat
kelainan genetic biasanya baru terdekteksi saat kematian sudah terjadi,
melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin
masih dalam kandungan.
5. Perdarahan, waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta
previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta
(terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya didalam uterus sebelum
bayi dilahirkan. Otomatis Hemoglobin (Hb) janin menurun dan bisa
memicu kematian janin.
6. Kelainan congenital (bawaan) bayi, yang bisa mengakibatkan kematian
janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin.
Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan
hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami
pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
7. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin, pada golongan darah A, B,
O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan ibu
bergolongan darah O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam
kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila
darah janin tidak cocok dengan darah ibunya maka ibu ibu akan
membentuk zat antibody.
8. Janin yang hiperaktif, gerakan janin yang berlebihan apalagi pada satu
arah saja bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan
janin terpelintir. Akibatnya pembuluh darah yang mengalirkan suplai
oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tidak
hanya itu, tidak kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali
simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak.
9. Gawat janin, bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara
badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin
“tercekik” karena suplai oksigen dari ibu ke janin terhenti. Gejalanya dapat
diketahui melalui cardiotopografi (CTG), mula-mula detak jantung janin
kencang lama-kelamaan menjadi menurun hingga dibawah rata-rata.
10. Kehamilan lewat waktu (postterm), kehamilan lebih dari 42 minggu, jika
kehamilan telah lewat waktu plasenta akan mengalami penuaan sehingga
fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan
oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau.
Akibatnya cairan dapat terhidap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini
bisa dievaluasi melalui USG dengan color Doppler sehingga bisa dilihat
arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi.
11. Infeksi saat hamil, saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan
baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan demam
tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh
ibunya.

Faktor Predisposisi :
Menurut Winkjosastro (2009), pada 25-60% kasus penyebba kematian janin
tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta :
1. Faktor Maternal antara lain adalah post term (>42 minggu), diabetes
mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi
hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua,
penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut
ibu, kematian ibu.
2. Faktor Fetal antara lain hamil kembar, hamil tumbuh terlambat,
kelainan congenital, kelainan genetik, infeksi.
3. Faktor Plasenta antara lain kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
solusio plasenta dan plasenta previa.
4. Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intra uterine
meningkat pada usia > 40 tahun, pada ibu infertile, kemokonsentrasi
pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu
(ureplasma urelitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
D. Manifestasi klinis
Menurut Achadiat (2004) Kriteria diagnosis kematian janin dalam rahim
meliputi :
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
 Nilai DJJ (Denyut Jantung Janin)
- Bila ibu mendapatkan sedative tunggu hilangnya pengaruh otot,
kemudian nilai ulang.
- Bila DJJ abnormal lihat penatalaksanaan DJJ abnormal
- Bila DJJ tidak terdengar pastikan adanya kematian janin dengan
stetoskop (Doppler)
- Bila DJJ baik berarti bayi tidur
- Rangsangan janin dengan rangsangan suara (bel) atau dengan
menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin.
Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin,
maka janin dapat dikatakan normal
- Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat
disimpulkan adanya gawat janin
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Gejala dan tanda selalu ada gejala dan kadang-kadang ada diagnosis
kemungkinan. Gerakan janin berkurang atau hilang. Nyeri perut hilang
timbul atau menetap, perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu.
3. Uterus tegang / kaku
- Gawat janin atau DJJ tidak terdengar (solusio plasenta)
- Gerakan janin dan DJJ tidak ada
- Perdarahan
- Nyeri perut hebat syok
- Perut kembung atau cairan bebas intra abdominal
- Kontur uterus abnormal
- Abdomen nyeri
- Bagian-bagian janin teraba
- Denyut nadi bayi cepat rupture uteri
- Gerakan janin berkurang atau hilang
- DJJ abnormal (<100/menit atau >140/menit) cairan ketuban
bercampur mekonium
- Gawat janin
- Gerakan janin atau DJJ hilang, tanda-tanda kehamilan berhenti
- Tinggi fundus uteri berkurang
- Perbesaran uterus berkurang, kematian janin
4. Bila kematian telah berlansung lama, dapat dirasakan krepitasi yatu akibat
penimbunan gas dalam tubuh.
5. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
E. Menetapkan Kematian Janin Dalam Rahim
Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop
laeneck, alat dopler)
2. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin
berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan
USG)
3. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang
melengkung, dalam usus janin dijumpai pembentukan gas (dengan foto
rontgen)
F. Komplikasi
Menurut Norwitz (2008), Sekitar 20 – 25 % dari ibu yang
mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka akan
mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular
Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan
darah secara berlebihan. Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan
mengakibatkan gangguan,pembekuan darah yang meluas (Disseminated
intravascular coagulation atau DIC), infeksi, dampak psikologis dan berbagai
komplikasi yang membahayakan nyawa ibu.
G. Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2012), janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera
dikeluarkan:
1. 4Lahir spontan : 75 % akan lahir spontan dalam 2 minggu
2. Persalinan anjuran :
a) Dilatasi serviks dengan batang laminaria
Setalah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan
infuse oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta.
b) Dilatasi serviks dengan kateter folley
1. Untuk umur kehamilan > 24 minggu
2. Kateter folley no 18, dimasukkan dalan kanalis serviks diluar
kantong amnion.
3. Diisi 50 ml aquades steril.
4. Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol ujung tali
diberikan beban sebesar 500 gram.
5. Dilanjukan infus oksitosin 10 unit dalam dekstrose 5% 500 ml, mulai
8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.
c) Infuse oksitosin
1. Kebersihan sangat tergantung dengan kematangan servika dinilai
dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.
2. Dipaki oksitosin 5-10 unit dapam dekstrose 5% 500 ml mulai 8
tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai his adekuat
d) Induksi prostaglandin
1. Dosis :
1) Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5
jam
2) Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan IM 400 mg
3) Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCl 0,9 % dimulai 0,625 mg/ml
dalam infuse
4) Kontra Indikasi : asma, alergi dan penyakit kardiovaskular
H. Pencegahan
Menurut Winkjosastro (2009), Upaya mencegah kematian janin, khususnya
yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin
menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli
dengan TT (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi
pembuluh anastomosis.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I. Biodata
a. Identitas Klien
b. Identitas Orang tua
1. Ibu
2. Ayah
c. Identitas Saudara Kandung
II. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal
berikut : Tanyakan apakah pasien menderita penyakit hipertensi
2. Keluhan Utama: biasanya ibu tidak merasakan gerakan janin sejak
beberapa hari yang lalu
3. Riwayat Kesehatan Lalu. Kemungkinan klien sedang menderita
penyakit hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Genogram
6. Riwayat menstruasi. Tanyakan HPHT untuk menanyakan taksiran
persalinan,siklus,lama,banyaknya,bau,warna dan apakah nyeri waktu
haid, serta kapan mendapat haid pertama kalinya
7. Riwayat kehamilan sekarang
- Kemungkinan klien merasakan mual,muntah
- Kemungkinan kapan merasakan gerakan janin pertama kali
- Kemungkinan trimester kedua klien mengalami sakit kepala
yang hebat

- Kemungkinan trimester kedua klien mengalami sakit kepala


yang hebat karena ibu mengalami hipertensi.
- Kemungkinan apakah ada pemeriksaan kehamilan pada tenaga
kesehatan,mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe.
8. Riwayat seksualitas. Kemungkinan aktifitas seksualitas klien normal
dan tidak ada gangguan.
9. Riwayat psikologis. Kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan
kehamilannya.kemungkinan klien dan kelurganya cemasdengan
keadaan kehamilannya.
10. Riwayat obstetric yang lalu
- Kehamilan yang lalu,kemungkinan klien dengan
paritas tinggi.dan pernah mengalami beberapa kali keguguran.
- Persalinan yang lalu,kemungkinan klien pernah mengalami
persalinan spontan atau dengan tindakan,posterm dan riwayat
BBLR.
- Nifas yang lalu,kemungkinan keadaan involusi uterus,lochea,dan
laktasi bejalan dengan normal.
III. Data Objektif
Dikumpulkan dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus.
1. Pemeriksaan Umum
Secara teoritis kemungkinan ditemukan gambaran keadaan umum klien
sedang,yang mencakup kesadaran,tekanan darah,nadi,nafas,suhu,tinggi
badan,berat badan dan keadaan umum.
2. Pemeriksaan khusus
 Inspeksi
- Wajah: simetris, tidak tampak oedema, tidak ada kloasma gravidarum,
menyeringai ketika ada kontraksi
- Mata: simetris, conjungtiva merah mudah, sklera putih.
- Hidung: bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
- Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak labioskisis
dan palatokisis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu.
- Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena
jugularis.
- Dada/ payudara: simetris, bersih, puting susu menojol,
hiperpigmentasi areola mamae, colostrum
- Abdomen : tampak tegang, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas
SC, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan
- Genetalia : bersih, pertumbuhan pubis merata, tidak tampak odema,
tidak ada condiloma acuminata, tidak tampak varises, tidak ada
pembesaran kelenjar skene dan bartholini
- Ekstremitas atas : simetris, pergerakan normal, tidak tampak odema
tidak ada sindaktil
- Ekstremitas bawah : simetris, pergerakan normal, odema , tidak ada
varises, tidak ada sindaktil dan polidaktil.
 Palpasi
Tidak teraba gerakan janin.
Dengan menggunakan cara Leopold, kemudian yang ditemukan ialah:
- Leopold I : kemungkinan tinggi fundus uteri dalam cm.pada fundus
kemungkinan teraba bundar,lembek,kemungkinan bokong janin.
- Leopold II : pada dinding perut klien sebelah kiri kemungkinan teraba
keras dan memapan kemungkinan punggung janin.pada dinding perut
klien sebelah kanan teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan
adalah ekstremitas jannin.
- Leopold III : pada bagian bawah perut klien teraba bulat,keras dan
tidak bias di goyangkan,kemungkinan kepala janin dan sudah masuk
pintu atas panggul (PAP).
- Leopold IV : untuk mengetahui sejauh mana bagian bawah janin
masuk PAP.
 Auskultasi
Kemungkinan tidak dapat terdengar bunyi jantung janin,dan
frekuensinya tidak ada/tidak terdengar.
 Perkusi
Kemungkinan reflex patella kiri dan kanan positif.
 Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan riwayat persalinan normal yang lalu.
 Pemeriksaan tafsiran berat badan janin (TBBJ)
Kemungkinan berat badan janin normal, dengan rumus :
(TFU dalam cm - 13)x155
IV. Data yang ditemui
1. Pemeriksaan Laboratorium
- USG : kemungkinan keadaan janin tidak hidup,intrauteri,tunggal,cairan
amnion yang keruh
- Pemeriksaan carditokografi(CTG) : kemungkinan denyut jantung janin tidak
ada/tidak terdengar lagi.
- Pemeriksaan Amnioskopi : kemungkinan air ketuban bercampur mekonium
dan kadar AFP(alfa fetoprotein)maupun ciran amnion menurun sampai 1/100
dari kadar normal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut WHO yang disebut dengan kematian janin dalam
kandungan atau Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah janin yang mati
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin, 2008).
Kematian janin sebelum persalinan dimulai mungkin terdiagnosis
ketika sang ibu tidak merasakan gerakan janinya lagi atau gejala-gejala
kehamilan meredup, yang pertama lebih sering di jumpai. IUFD termasuk
dalam masalah angka kematian bayi (AKB) yang merupakan salah satu
indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara,
kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasental.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Ardy, CA. 2013. G3P2A0 38 Tahun, Gravid 28 minggu, Janin Tunggal mati,
Intrauterin, presentasi bokong, letak sungsang, belum inpartu dengan
intrauterine fetal death (IUFD). Lampung. Volume1
Cashion, Perry, Lowdermilk. (2013).Keperawatan Maternitas.Edisi 8. Singapore:
Elsevier Mosby
Gerungan, Elvi Nola,dkk. 2016. Faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Manado. Volume 4
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif Obstreti Sosial.
Jakarta:EGC
Muttaqin. Husny. 2013. Catatan Saku Neonatalogi. Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
2015. Jakarta : EGC
NIC. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Philadelphia : Elsevier
NOC. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Philadelphia : Elsevier
Norwitz, Errol R dan John O. Schorge. 2008. Persalinan Prematur. Dalam: Safitri,
Amalia dan Rina Astikawati (editor). At a Glance Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Erlangga.
Nugroho. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro H.2009.Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4.Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yulianti, Devi. 2007. Praktik Kebidanan: Riset dan Isu. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai