Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama 5 Orang Singkat Bertema Arti Persahabatan

Kara : Atik
Mimi: Salsa
Rena : Rita
Afika : Nudia

Suasana pagi cerah di SMPN 01 BUMIJAWA mengiringi sebuah kisah keempat sekawan
dengan karakter yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut tidak menjadikan mereka
berempat berselisih, tetapi menjadikan mereka mascot dalam persahabatan yang sejati.KARA,
MIMI, AFIKA, dan RENA, itulah nama mereka. Mereka selalu kompak dan tampak ceria
setiap hari. Jadi tidak heran jika mereka memiliki ribuan teman. Ke empat sekawan tersebut
berbincang-bincang sambil berjalan di koridor sekolah.

RENA: “Hey sob, sebentar lagi kita UAN nih, pastinya waktu untuk kumpul-kumpul kita akan
tersita buat belajar. Gimana nih?”

MIMI : “Iya bener juga Na, jadwal kita bakalan jungkir balik gara-gara persiapan UAN.
Jadwal shopping, ke salon, creambath, manypadhy, dan pastinya jadwal kencan bareng
bakalan ancur. Aduh, bisa-bisa rambut aku rontok nih.”

KARA : “Gak segitunya kalik, tergantung kita juga. Jika kita rajin menabung ilmu, maka kita
tidak akan sibuk belajar.”

MIMI : “Ah kamu ini Ra, mentang-mentang anak pintar jadinya sok ceramah. Huh nyebelin.”

RENA: “Sudah-sudah jangan berdebat, apa yang di omongin KARA itu ada benarnya juga.
Coba deh kalian bayangin, jika kita rajin belajar kita tidak perlu sibuk-sibuk mikirin UAN,
itung-itung siap senjata dulu sebelum perang. Enjoy aja lagi, bener gak?”

MIMI : “Iya-iya Bu guru. Belum masuk kelas aja sudah dapat ceramah dari Ibu KARA dan
Ibu RENA, capek deh.”

AFIKA : “Ha…ha…ha…MIMI MIMI dari dulu penyakit marah kamu gak sembuh-sembuh
yah.”
(Dengan nada ngeledek)

KARA : “Maklumlah dia itukan The Queen of Angry in the World.”

RENA: “KARA ini sukanya kok ngledekin aku terus. Kalau ngefans sama aku bilang aja
deh.”

KARA : “Ih, gak banget deh.”

Bel masuk kelas berbunyi, merekapun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu cepat
berlalu, tak terasa sudah saatnya pulang sekolah.

MIMI : “Guys, mau ke mana nih? Kalian mau langsung pulang atau mau shopping dulu?”

AFIKA : “Maybe, I go home now because I’m tired. Seharian ulangan terus.”

KARA : “Iya sama. Aku juga mau langsung pulang banyak tugas yang harus di kerjakan plus
jadwal les aku yang numpuk banget. Maklumlah, aku itukan orang sibuk.”
(Seraya tertawa)
RENA: “Aduh, jadi anak kelas satu capek banget ya. Dikit-dikit tugas, dikit-dikit ulangan
pusing.”

KARA : “Namanya juga sekolah.”

Hari demi hari berganti, namun ada keganjilan dari sikap KARA, sehingga terjadi perselisihan
di antara mereka.

MIMI : “Ra, akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget yah? Sampai-sampai sahabat sendiri di
lupain.”

KARA : “Sorry deh. Akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain tugas, les, and belajar buat persiapan
UAN nanti.”
RENA: “Yakin kamu nggak bohong sama kita?”

KARA : “Emh, beneran kok. Masa sih kalian nggak percaya sama sahabat sendiri.”

MIMI : “Bukan gitu, akhir-akhir ini kita liat kamu pulang lebih awal, kalau kita ajak kumpul-
kumpul, kamu ada aja alasan inilah, itulah, HP kamu juga tidak pernah aktif.”

AFIKA : “Iya, jujur aja lagi.”

KARA : “Nggak ada apa-apa kok guys. Sudah jangan di bahas. Nggak ada topik lain yah?”
(Mulai menitikan air mata)

RENA: “Kamu kenapa sih Ra? Cerita dong sama kita.”

MIMI : “Ayo dong Ra cerita sama kita.”

KARA : “Aku nggak kenapa-kenapa kok guys. Kenapa sih kalian nggak percaya?”

AFIKA : “Ugh tau wes. Kamu sudah nggak nganggep kita sahabat lagi.”

KARA : “Iya deh aku cerita.”

AFIKA : “Nah gitu dong. Dari tadi kenapa ceritanya.”

Ternyata KARA ada masalah dengan orang tuanya, dan masalah itu membuat KARA tidak
semangat untuk belajar. Saat pulang sekolah RENA, MIMI, dan AFIKA berkumpul di rumah
AFIKA.

MIMI : “Guys aku kasian nih sama KARA, dia les terus.”

(Dengan wajah memelas)

AFIKA : “Emang kamu punya rasa kasian?”

(Dengan nada meledek)

RENA: “Sudahlah nggak usah berantem terus. Tau nggak, kalian itu seperti kucing dan tikus,
rebut melulu.”

AFIKA : “Iya aku tau, sorry deh.”

RENA: “Gimana kalau kita tanya ke orang tuanya KARA aja? Jadi kita tau apa yang
sebenarnya terjadi antara KARA dengan orang tuanya.”
Akhirnya mereka bertiga datang ke rumah KARA, dan kebetulan pada saat mereka ke rumah
KARA, dia sedang les. Setelah mereka dipersilahkan masuk, mereka berbincang-bincang
dengan Ibu KARA. Mereka bertiga menanyakan apa yang terjadi antara KARA dengan orang
tuanya. Setelah bercerita panjang lebar, dan mereka telah mengetahui apa penyebabnya,
mereka mohon undur diri kepada Ibu KARA.

Keesokan harinya MIMI, RENA, dan AFIKA menghampiri KARA yang sedang duduk
termenung di dalam kelas.

AFIKA : “Woi.”

(Seraya mengagetkan KARA)

KARA : “Apa-apaan kalian ini, bikin aku kaget aja!”

RENA: “Kok kamu jadi nyalahin kita Ra? Kamu sih pagi-pagi sudah ngelamun, kena setan
sekolah baru tau rasa kamu.”

(KARA, MIMI, AFIKA, dan RENA (tertawa bersama)

AFIKA : “Ra, kita sudah tau kenapa akhir-akhir ini sikap kamu jadi aneh.”

KARA : “Kalian bicara apa sih, aku nggak ngerti?”

MIMI : “Ampun deh KARAku sayangku cintaku sahabatku jangan tulalit donk. Sudah jelas
kita ini lagi bahas sikap kamu yang berubah 180o.”

RENA: “Bener Ra, kita udah tau semuanya.”

KARA : “Kalian ini ada-ada aja, aku biasa aja kalian malah bilang aku berubah segala. Emang
apa yang berubah? Aku tetap KARA yang dulu.”

AFIKA : “Nggak Ra, kaum berubah semenjak kamu punya masalah dengan orang tua kamu.”

KARA : “Emang kalian tau apa tentang masalah aku ini? Kalian itu nggak tau apa-apa!”
(Dengan nada membentak)

AFIKA : “Kamu salah Ra, kita tau semuanya.”

KARA : “Maksudnya kalian tau masalhku dengan orang tuaku?”


(Dengan nada terbata-bata)

MIMI : “Yups betul betul betul.”

KARA : “Tapi gimana kalian bisa?”

AFIKA : “Iya kita tau dong. Kemarin kita bertiga sengaja ke rumah kamu buat tanya masalah
ini ke ibu kamu, dan ibu kamu cerita semuanya ke kita.”

KARA : “Napa sih kalian ngelakuin hal ini? Lagian kalian bisa langsung tanya sama aku.”

AFIKA : “Kita ngelakuin hal ini karena kita kasian liat kamu kayak gini Ra?”

RENA: “Kita sudah tanya sama kamu tentang hal ini, tapi kamu cuma bilang ada masalah
sama orang tua kamu. Kamu nggak jelasin apa masalah yang sebenarnya. Ya udah kita cari tau
aja sendiri.”
MIMI : “Terus kita tanya ke ibu kamu dan kita tau kamu kayak gini karena HP sama fasilitas
yang kamu punya di tarik sama ibu kamu kan?”

KARA : “Iya, HP sama fasilitas yang ada buat aku ditarik sama orang tua aku. Karena itu aku
nggak semangat belajar, lagian tanpa itu semua rasanya hampa. Untung I-pad aku nggak ikut
di sandra.”

(Sambil mengeluarkan I-pad miliknya)

MIMI : “What, I-pad baru Ra! Pinjem dong?”

KARA : “Dasar kamu nggak bisa liat barang bagus sedikit.”

MIMI : “Aduh, please deh Ra, tinggal pinjemin aja apa susahnya sih?”

KARA : “Iya ini aku pinjemin, tapi jangan sampai rusak ya?”

MIMI : “Gitu dong, dri tadi napa? Masa pakai ceramah dulu?”

KARA : “Anak ini udah di pinjemin masih aja nyebelin, dasar Miss Lebay.”

RENA: “Kalian ini kok malah rebut soal I-pad sih? Kalian nggak inget kita sekarang lagi
bahas tentang apa?”

AFIKA : “Lebih baik sekarang kita kembali ke permaslahan awal. Oke?”

KARA, MIMI, RENA : “Oke deh.”

AFIKA : “Menurut aku sikap orang tua kamu ada benarnya juga Ra. Jadi, kamu nggak perlu
jadi pendiam kayak gini. Bawa Enjoy aja Ra.”

KARA : “Emang bener. Tapi, tanpa semua itu aku jadi tambah malas belajar karena bosen
nggak ada hiburan. Aku sudah cukup tertekan harus belajar terus menerus. Orang tua aku
nggak peduli sama aku lagi, mereka selalu nuntut ini, itu tapi mereka nggak mikir gimana
perasaanku. Merek hanya tau keinginan mereka harus terpenuhi, tanpa berfikir kemampuan
aku. Mereka egois!”

(Sambil menangis)

RENA: “Sudah hapus air mata kamu. Lebih baik sekarang kita cari jalan keluarnya.”

MIMI : “Aha, aku punya ide, aku punya ide, ide ini bagus, ide ini untuk kita.”

KARA, MIMI, AFIKA : “Apa? Dasar Miss Lebay.”

MIMI : “Emh, bagaimana kalau kita batasi pemakaian fasilitas yang ada. Selama inikan setiap
hari,
setiap jam, setiap menit and setiap detik kita selalu tergantung sama fasilitas yang ada.”

KARA : “Bener juga kamu Ra. Aku jadi sadar, kalau kita selalu tergantung sama fasilitas yang
kita punya, kita bakalan jadi anak manja dan selalu tergantung sama apa yang ada. Emang
susah buat kita merubah kebiasaan yang sudah mengakar di dalam diri kita. Tapi, apa kalian
bisa ninggalin itu semua? Biar aku aja yang menjalankan ini semua. Aku punya sahabat
seperti kalian juga sudah cukup buat aku. tapi aku masih butuh paling tidak HP sich.”

(Mereka tertawa bersama)


MIMI : “Emh, gimana ya?”

AFIKA : “Aku bisa kok. Ra, inikan ide kamu, kok malah kamu yang jadi ragu sich?”

MIMI : “Uh, tadi aku nggak usul enak yach. Tapi, aku bisa kok. Demi sahabat aku tersayang.
Tapi sesekali nggak apakan?”

AFIKA : “Ya nggak apalah. Namanya juga masih proses. Tpi jangan terlalu sering yach?”

RENA: “Intinya kita setuju sama usul MIMI tadi. Lagian selayaknya sahabat sejati itu selalu
ada buat sahabatnya yang lagi butuh bantuan. Kamu sedih, kita juga ikut sedih Cha. Karena
kita merasa ada yang hilang. Kita juga ngerasa nggak enak kalau kita having fun, tapi
kamunya malah sedih, susah, campur aduk dech. Lagian kita juga harus konsentrasi sama
UAN. Bener nggak?”

KARA : “Bener, kalau gitu terima kasih ya guys.”

MIMI, AFIKA, RENA: “Sama-sama. Kita sayang kamu Cha.”


(Sambil berpelukan)
Akhirnya mereka berempat menyepakati perjanjian yang tadi diusulkan MIMI. Mereka
berharap hal ini dapat memberikan hasil yang baik pada UAN nanti.

Hari demi hari mereka lalui penuh suka cita, dan tidak terasa waktu UAN telah tiba. Pada
waktu pengumuman hasil UAN, mereka lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan mereka di
terima di SMA yang mereka inginkan selama ini. Sampai SMApun mereka tetap bersama.

Anda mungkin juga menyukai