Anda di halaman 1dari 20

Prakata

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
tentang Shelter Kendaraan Umum ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada pembimbing dan semua orang
yang telah membatu sehingga terciptanya laporan ini.

Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan
datang.

Bandung, April 2017


Bab 1
Definisi Shelter

Definisi

Tempat perhentian bus atau shelter adalah tempat untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang bus, biasanya ditempatkan pada jaringan pelayanan
angkutan bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300 sampai 500 m dan di
pinggiran kota antara 500 sampai 1000 m.

Semakin banyak penumpang yang naik turun di suatu tempat perhentian bus
semakin besar dan semakin lengkap fasilitas yang disediakan. Untuk tempat
perhentian yang kecil cukup dilengkapi dengan rambu lalu lintas saja, dan untuk
perhentian yang besar bisa dilengkapi dengan atap dan tempat duduk, bahkan bila
diperlukan dapat dilengkapi dengan kios kecil untuk menjual surat kabar.

Desain Shelter

Desain tempat perhentian tergantung kepada beberapa kriteria, yaitu:

1. Estetika, estetika tergantung kepada kebijakan daerah, ada yang menggunakan


pendekatan modern, yang minimalis, ataupun menggunakan pendekatan
kedaerahan dengan ciri khas daerah yang bersangkutan. Semakin bagus tempat
perhentian bus tersebut semakin besar biaya yang perlu dikeluarkan untuk
pembangunannya.
2. Dimensi, tergantung kepada jumlah penumpang yang akan menggunakan yang
kaitannya dengan jumlah bus yang melewati tempat perhentian tersebut, frekuensi
bus yang melalui tempat tersebut jumlah trayek yang melalui tempat perhentian
tersebut.
3. Jarak antara tempat perhentian bus, jarak antar tempat perhentian tergantung
kepada lokasinya dipusat kota dengan kegiatan yang tinggi disarankan 400 m
ataupun kurang dari itu sedang dipinggiran kota dengan kerapatan yang rendah
dapat ditempatkan pada jarak antara 600 sampai 1000 m. Untuk mendapatkan
jarak antara yang optimal disarankan untuk menggunakan modelling perencanaan
angkutan umum.
Perlengkapan Tempat Shelter

Perlengkapan tempat perhentian bus tergantung kepada sistem yang


digunakan, terbuka atau tertutup seperti shuttle/shelter atau tempat perhentian,
seperti contoh bus TransJakarta, ataupun jumlah penumpang yang menggunakan
fasilitas tempat perhentian bus. Perlengkapan meliputi:

 Rambu lalu lintas Tempat perhentian bus, tabel 2 no 6 k,


 Atap untuk melindungi penumpang dari hujan ataupun panas
 Tempat duduk untuk calon penumpang
 Sistem pendingin udara (AC)
 Informasi perjalanan
 Penjualan tiket seperti yang diterapkan pada TransJakarta atau Trans Jogja
 Telepon umum
 Sarana penunjang seperti kios media massa, rokok, dan minum.

Informasi

Tempat perhentian bus kadang-kadang dilewati oleh beberapa trayek dengan


jadwal yang berbeda-beda sehingga perlu dilengkapi dengan sistem informasi yang
memuat informasi mengenai:

 No. Trayek bus,


 Rute yang dilewati,
 Jadwal perjalanan,
 Besaran tarip, dan
 Untuk tempat perhentian bus modern dilengkapi dengan timer yang
menunjukkan berapa lama lagi bus akan datang. Untuk itu biasanya digunakan
sistem informasi modern yang menggunakan GPS dan komunikasi serta
sistem yang dapat memperkirakan berapa lama lagi bus berikut sampai.
Tujuan

Tujuan tempat perhentian kendaraan penumpang umum (shelter) adalah:

 Menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas


 Menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum
 Menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/ atau menurunkan
penumpang
 Memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan
umum atau bus.

Persyaratan Umum Perekayasaan

Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang umum


adalah:

 Berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;


 Terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas
pejalan(kaki);
 Diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman;
 Dilengkapi dengan rambu petunjuk;
 Tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.
Bab 2

Standarisasi

Standarisasi Shelter

1. Jarak Antar Shelter

Jarak Tempat Henti


Zona Tata Guna Lahan Lokasi
(m)
Pusat kegiatan sangat padat: pasar, CBD,
1 200 – 300 *)
pertokoan Kota
2 Padat: perkantoran, sekolah, jasa Kota 300 -- 400
3 Permukiman Kota 300 – 400
Campuran padat: perumahan,
4 Pinggiran 300 -- 500
sekolah, jasa
Campuran jarang: perumahan,
5 Pinggiran 500 -- 1000
ladang, sawah, tanah kosong

2. Tata Letak

Tata letak shelter terhadap ruang lalu lintas.

a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kakiadalah 100


meter.
b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter ataubergantung pada
panjang antrean.
c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan
ketenangan adalah 100 meter.
d. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah
persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan (nearside), sebagaimana
Gambar 3.1 dan 3.2.
e. Peletakan di ruas jalan terlihat sebagaimana Gambar 3.3 dan 3.4.
Standarisasi Public Space

Sumber: Data Arsitek jilid 1


Standarisasi Bus
Bab 3
Studi Preseden
Contoh desain shelter
1. Pendekatan Modern
Desain shelter tidak biasa (unik) kontruksi bangunannya modern,
pendekatan modern ini akan menjadi nuansa atau ruang baru bagi para calon
penumpang.
2. Pendekatan Ramah Lingkungan (Go Green)
Pendekatan seperti ini sangat diperlukan untuk dilterapkan di kota kota
besar atau di pusat kota yang penghijauannya kurang, sehingga dengan
menerapkan pendekatan ini maka akan menambah nuansa hijau atau asri
bagi para calon penumpang.
3. Pendekatan Minimalis
Pendekatan ini pada desainnya akan terkesan sederhana atau simple
namun keindahannya (estetika) menarik dan enak dipandang.
Bab 4

Data Survey Lapangan

Anda mungkin juga menyukai