CV. DIAN
ANUGERAH CONSULTANT
SPESIFIKASI TEKNIS
5.1.2.
Konstruksi Bangunan sesuai dengan perincian spesifikasi teknik
dengan gambar-gambar detail terlampir.
5.2. Kontraktor akan menerima tempat bangunan/Gedung sebagaimana adanya.
5.3. Bahan bangunan
tumbuhan dan atau pohon yang tidak perlu disingkirkan, maka harus
dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
Tumbuh – tumbuhan dan pohon – pohon diluar lokasi, tidak boleh ditebang
atau dibongkar, kecuali ada izin dari Pemberi Tugas.
Bila ternyata tanah berhumus atau berlumpur bekas bahan bongkaran,
ternyata menurut penelitian dapat digunakan untuk tanah penghijauan
dihalaman, maka tanah tersebut dikumpulkan dahulu disuatu tempat yang
tidak mengganggu pekerjaan dan penggunaannya diatur kemudian.
Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas Lapangan.
Untuk pedoman menentukan ketinggian peil Lantai Lainnya dari muka Selasar,
adalah + 0.1 cm.
Untuk pedoman selanjutnya dari bangunan yang lain, maka harus
dibuatkan patok permanen dari tiang beton bertulang yang ditanamkan
kedalam tanah dan tidak mudah bergerak / bergeser. Patok ditanamkan
sebelum pekerjaan bouwplank dimulai, tempat penanaman patok harus
dikonsultasikan kepada pengelola proyek dan Konsultan Pengawas.
Pada patok yang dimaksudkan pada point 4 diatas harus dibuat tanda yang
menunjukkan ketinggian lantai.
Ukuran ketinggian lantai dari bangunan yang lain, akan berpedoman kepada
patok permanen yang dimaksudkan pada pasal 9.
2). Ukuran layout dan peletakan papan nama proyek harus di pasang sesuai
dengan pengarahan Konsultan Pengawas serta direksi.
Pasal 15 PERIZINAN
1). Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat
izin-izin yang diperlukan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan, antara lain: izin penerangan, izin pengambilan material, izin
pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin
penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan/peraturan daerah setempat.
2). Biaya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik
proyek, dengan pengurusan dibantu konsultan perencana dan konsultan
pengawas serta pemborong.
3). Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut
ayat (1) dan (2) di atas menjadi tanggung jawab pemborong.
B. AGREAGAT/BATU PECAH
1). Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (aggregat kasar) dan
pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat :
Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3-1956)
Standar Nasional Indonesia (SNI) DT-91-0008-2007
Tidak Mudah Hancur ( tetap keras ) , tidak porous.
Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan
tanah/tanah liat atau kotoran – kotoran lainnya.
2). Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudelaff dengan beban penguji 20 ton, agregat kasar
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19 mm lebih dari 24
%
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19- 30 mm lebih dari
22 % atau dengan mesin pengaus Los Angelos dimana tidak
terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %.
3). Koral (kerikil) dan batu pecah (aggregat kasar) yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 30 mm, untuk penggunaannya harus
mendapat persetujuan Pengawas.
4). Gradasi dari aggregat – aggregat tersebut secara keseluruhan
harus dapat menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan
mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.
5). Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan
test kwalitas dari aggregat - aggregat tersebut dari tempat
penimbunan yang ditunjuk oleh Pengawas , setiap saat dalam
laboratorium yang diakui atas biaya Kontraktor.
6). Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana aggregat tersebut
disupply , maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan
kepada Pengawas.
7). Aggregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu
sama lain dan terkotori.
C. AIR
1). Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan - pekerjaan
di lapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung
bahan-bahan kimia (asam alkali) tidak mengandung organisme yang
E. ADMIXTURE
1). Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu
pengikatan dan pengerasan maupun untuk maksud-maksud lain
dapat dipakai bahan admixture. Jenis dan jumlah bahan admixture
yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas/Perencana.
Adukan beton :
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat (SNI) DT-91-0008-
2007. Beton harus mempunyai kekuatan karakteristik sesuai
yang disyaratkan dalam gambar.
Khusus untuk beton yang dipergunakan pada perbaikan/cover
kolom existing, aggregate terbesar/batu pecah tidak boleh lebih dari
1 cm atau mempergunakan cement grouting dari merk yang
disetujui oleh pengawas.
Apabila mutu beton rencana dari hasil site mixing tidak bisa
tercapai, kontraktor diharuskan membuat adukan beton di
Batching Plant (Beton Ready Mix).
Dalam hal apapun tidak diperkenakan membuat adukan beton
3. TEST KUBUS
1). Pengawas berhak meminta setiap saat kepada kontraktor untuk
membuat kubus coba dari adukan beton yang dibuat.
2). Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda - benda uji
setiap 5 m3 dengan minimum 2 (dua) benda uji setiap
pelaksanaan pengecoran dengan nomor urut yang menerus.
3). Cetakan kubus coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala
arah, dan memenuhi syarat-syarat dalam (SNI) DT-91-0008-2007.
4). Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15 x 15 x 15 Cm3.
Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya
harus dibawah pengawasan pengawas lapangan. Prosedurnya harus
memenuhi syarat - syarat dalam (SNI) DT-91-0008-2007.
5). Kubus coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu code
yang dapat menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan
struktur yang bersangkutan dan lain - lain yang perlu dicatat.
Pengujian kubus coba dilakukan untuk umur beton 7 hari dan 28 hari.
6). Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan (SNI) DT-91-
0008-2007, termasuk juga pengujian-pengujian usut ( slump ) dan
pengujian - pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi syarat-
syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak
memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan kontraktor harus
menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan
gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedure
- prosedure (SNI) DT-91-0008-2007, untuk perbaikan.
7). Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi
tanggung jawab kontraktor.
8). Semua kubus coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang
berwenang, dan disetujui Pengawas.
9). Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada pengawas segera
sesudah selesai percobaan, paling lambat 7 hari sesudah pengecoran,
dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi
standard,campuran adukan berat kubus benda uji tersebut, dan data-
data lain yang diperlukan.
10). Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton
yang dibuat seperti yang ditunjukan oleh kubus cobanya gagal
memenuhi syarat spesifikasi, maka pengawas berhak meminta
kontraktor supaya mengadakan percobaan- percobaan non
destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan
(Destruktif).
Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam (SNI)
DT-91-0008-2007Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut
harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk
pengawas. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat -
akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
kontraktor. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump
test menurut syarat-syarat dalam (SNI) DT-91-0008-2007.
11). Slump beton berkisar antara 10 cm sampai 12 cm untuk balok beton,
plat beton dan kolom komposit.
4. BEKISTING
Bahan/Material :
1). Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan
keperluan dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak
bergerak ketika dilakukan pengecoran.
2). Plywood; untuk plat lantai, balok dan kolom persegi, tebal 6 mm.
3). Pasangan bata untuk pile cap dan tie beam
4). Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom-kolom
bundar.
5). Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal).
Panjang fixed atau adjustable, dapat terkunci dengan baik
dan tidak berubah saat pengecoran. Lubang yang
terjadi pada permukaan beton setelah form ties dibuka tidak
boleh lebih dari 1 inch (25 mm).
6). Form Release Agent; minyak mineral yang tidak
berwarna, yang dak menimbulkan karat pada permukaan
beton dan tidak mempengaruhi rekatan maupun warna bahan
finishing permukaan beton.
7). Rencana pemakaian material harus di informasikan dan
mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
Pelaksanaan :
Pemasangan Bekisting
1). Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai
pekerjaan. Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan
gambar.
2). Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing),
sesuai dengan design dan standard yang telah ditentukan;
sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk, keselurusan dan
dimensi.
3). Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan
harus dibuat kedap air, untuk mencegah kebocoran adukan
atau kemungkinan deformasi bentuk beton.
4). Bekisting untuk pile cap dan tie beam harus dipasang pada kedua
sisinya. Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus
atas seijin Pengawas Lapangan. Semua tanah yang mengotori
bekisting pada sisi pengecoran harus dibuang.
5). Perkuatan pada bukaan dibagian-bagian yang structural yang
tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan
pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
6). Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
a) Deviasi garis vertikal dan horisontal :
6 mm, pada jarak 3000 mm.
10 mm, pada jarak 6000 mm.
20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
b) Deviasi pada pemotongan melintang dari dimensi
kolom/balok, ketebalan plat : 3 mm.
7). Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus
sesuai dengan rekomendasi pabrik. Aplikasi harus dilaksanakan
sebelum pemasangan besi beton, angkur-angkur dan bahan-
Kontrol Kualitas
1). Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai
dengan bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan-
perkuatannya guna memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai
dengan rancangan bekisting, wedgeeties, dan bagian- bagian
lainnya aman.
2). Informasikan pada Pengawas Lapangan jika bekisting telah
dilaksanakan, dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan
pemeriksaan. Mintakan persetujuan Pengawas terhadap bekisting
yang telah dilaksakan sebelum dimulai pengecoran beton.
3). Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu
plywood lebih dari 2 kali tidak diperkenankan.
4). Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan
persetujuan sebelumnya dari Pengawas Lapangan.
5. PENGECORAN BETON
1). Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada
bagian-bagian utama dari pekerjaan, kontraktor harus
memberitahukan pengawas dan mendapatkan persetujuan. Jika
tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat diperintahkan
untuk membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan,
atas biaya kontraktor sendiri.
2). Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran
dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan aggregat dan
tercampurnya kotoran- kotoran atau bahan lain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkutan mesin haruslah mendapat
persetujuan pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan
ketempat pekerjaan. Semua alat - alat pengangkutan yang
digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa
adukan yang mengeras.
8. GROUTING
Untuk grouting disekitar angkur dipakai Conbex 100 atau yang
setara setebal 2,5 cm atau sesuai gambar rencana. Material Grouting
harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
2). Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
Galvanised (Z220)
Pelapisan Galvanised
Jenis Hot-dip zinc
Kelas Z22
katebalan pelapisan 220 gr/m2
komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ100)
Pelapisan Zinc-Aluminium
Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
Kelas AZ100
ketebalan pelapisan 100 gr/m2
komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.
4). Multigrip ( MG )
Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate)
berfungsi untuk menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis
sebagai berikut :
Galvabond Z275
Yield Strength 250 MPa
Design Tensile Strength 150 MPa
struktur.
Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap
yang membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam
harus manggunakan talang dalam (Valley Gutter) untuk
mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal
0,45 mm dengan detail profil seperti gambar diatas.
Kekuatan Mekanikal
b) Persyaratan bahan :
Jenis kayu yang dipakai adalah kayu kayu kelas II kering
(diawetkan), atau sekelas digunakan untuk seluruh pekerjaan
kayu yang disebut diatas.
Dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putik
kayu, pecah-pecah, mata kayu, melintang, basah dan lapuk.
Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi
syarat PPKI. Untuk kayu kelas II kering setempat kelembaban
tidak dibenarkan melebihi 12%.
Jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu
yang disebutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis kayu lain
seperti dinyatakan dalam gambar.
Daun pintu dengan kanstruksi lapisan teakwood, ukuran
disesuaikan dengan gambar-gambar detail, tidak dipekenankan
menggunakan sambungan, , tebal rangka kayu daun pintu
minimum 3.20 cm.
(Gasket)
4. Perbedaan ukuran dalam, dari rangka + / - 1,5
aluminium dan daun jendela aluminium, baik
untuk tinggi maupun lebar.
5. Perbedaan ukuran dalam, dari jendela yang <2
bersebelahan.
6. Sambungan las Tidak terlihat pada
bagian yang terlihat
mata langsung
7. Sealant Sesuai ukuran di Shop
Drawing
23.9 Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan :
1). Kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi di bengkel, baik yang
berada di dalam site maupun yang berada diluar, yang memiliki
perangkat peralatan pemrosesan kayu maksimal yang lengkap.
Bilamana Kontraktor tidak memiliki perangkat peralatan tersebut,
maka pekerjaan tersebut harus diborongkan kepada bengkel kayu
yang terkenal baik dan memiliki mesin-mesin yang lengkap. Dalam
keadaan ini, maka sebelum pekerjaan kosen dapat dimulai, Sub-
Kontraktor wajib untuk disetujui secara tertulis.
2). Semua kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi sesuai dengan
dimensi dan detail yang ditujukkan dalam gambar, dan dirakit dengan
menggunakan sambungan lidah dan lubang, kemudian dipasak
dengan menggunakan pasak kayu, kaku dan baik. Semua terlihat
harus rata, halus dan bebas dari bekas-bekas mesin yang tampak, serta
siap untuk dicat.
3). Sebelum dapat difabrikasi, contoh dari pintu dan jendela harus
disiapkan dan didatangkan ke lapangan, untuk disetujui oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk melakukan tugas
pemeriksaan guna mengetahui perkembangan pekerjaan tersebut di
bengkel.
4). Pemasangan dari pintu dan jendela hanya boleh dilaksanakan, setelah
pekerjaan lantai dan langit-langit selesai dikerjakan.
5). Kosen, pintu dan jendela tidak boleh didatangkan ke lapangan sampai
perkembangan pekerjaan telah siap untuk menerimanya. Kosen, pintu
dan jendela yang disimpan, harus dilindungi dari cuaca, terutama dari
panas matahari dan hujan.
4). Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
5). Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
6). Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan di lapangan. Di dalam shop drawing harus jelas
dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum
tercakup secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai
dengan Standar Spesifikasi Pabrik.
7). Shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh
Direksi.
2). Hasil pekerjaan plafond yang terpasang harus rapi, rata untuk
seluruh permukaan tidak terdapat flek/kotor/gompal dan retak
pada permukaan. Profil yang dipasang dalam kondisi baik dan mulus
tanpa cacat.
3). Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Perencana.
33.2 Standart Pengerjaan :
1). Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan
warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang
akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi.
2). Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.
33.3 Contoh dan Bahan Untuk Perawatan :
1). Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan
jenis cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan
pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d
lapisan akhir).
2). Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara
tertulis oleh Direksi dan Perencana, barulah Kontraktor
melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti tercantum pada
B.2). di atas.
3). Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, untuk kemudian
diteruskan kepada Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan
jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup
rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di
dalamnya.Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan,
oleh Pemberi Tugas.
33.4 Syarat-syarat Bahan :
1). Cat Tembok :
a. Bahan : Bahan dari jenis acrilic emulsions paint
b. Kualitas : B ( Baik )
c. Produk : Nippont Paint
d. Merk : Vinilex, Catylax atau yang setara.
2). Cat Logam/Besi atau Kayu
a. Bahan : Syntetic Enamel super gloss
b. Kualitas : B ( Baik )
c. Produk : Nippont Paint
d. Merk : F-Talit, Avian atau yang setara.
3). Plamur
a. Bahan : Plamur Tembok, Kayu
b. Kualitas : B ( Baik )
c. Produk : Nippont Paint
d. Merk : Patna, Emco atau yang setara
33.5 Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan :
1). Pengecatan Permukaan Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
C. LAMPU :
B. Panel-Panel
Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar
kerja untuk mendapatkan persetujuan perencana dan Konsultan
Pengawas.
Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuat dan harus rata ( horizontal ).
Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
C. Konduit :
1). Kabel yang turun menuju saklar dan stop kontak didalam tembok
dan Konduit yang digunakan harus dari jenis PVC/EGA/CLIPSAL
atau setara.
2). Ukuran konduit yang digunakan minimum ukuran Diameter
5/8”.
3). Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dalam dokumen
gambar.
D. Instalasi Penerangan :
1). Instalasi penerangan dimaksud adalah titik lampu dan stop
kontak, dan Instalasi stop kontak AC sesuai petunjuk gambar.
2). Letak pasti dari lampu-lampu tersebut disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
3). Pada pemasangan diatas plafond, kabel-kabel tidak
diperkenankan diklem kerangka plafond, tetapi harus diklem ke
lantai beton, kecuali diatas plafond tidak ada lantai beton.
4). Pada setiap pencabangan titik lampu harus diberi doos/junction
box.
5). Sambungan didalam junction box menggunakan isolasi PVC
kemudian ditutup dengan lasdop.
6). Sambungan kabel untuk titik penerangan hanya diperkenankan
pada junction box/doos tersebut.
7). Kabel-kabel harus diklem setiap 30 cm, jalan-jalan kabel harus
diatur dengan baik dan rapi.
E. Peralatan Instalasi :
1). Seluruh klem-klem harus buatan pabrik dan tidak
diperkenankan membuat sendiri.
2). Semua kabel yang terlihat mata (exposed) harus diberi penahan
dengan klem sehingga kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.
3). Doos/junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan
dibuat dari PVC dari jenis baik.
37.5 Pengujian :
1). Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ternyata ada
kerusakan atau kegagalan dari suatu bagian instalasi, maka Kontraktor
harus mengganti bagian atau bahan yang rusak/gagal tersebut dan
pemeriksaan/pengujian dilakukan lagi sampai memuaskan.
2). Penggantian atas bagian instalasi, material atau bahan yang rusak
tersebut harus dengan bahan yang baru. Penambahan dalam
(caulking) dengan bahan apapun tidak diperkenankan.
PENUTUP