Anda di halaman 1dari 18

Step 3

1. Mengapa didapatkan batuk kental dan kehijauan?


Karena pneumonia dimana biasanya disebabkan karena infeksi
Infeksi ditangkap reseptor di faringmukusmengkompensasi dengan cara batuk.
Kehijauan berarti terkena infeksi disertai penimbunan darah karena ada verdoperoksidase
yang dihasilkan oleh sel PMN
Kuning: infeksi
2. Mengapa pada pemeriksaan didapatkan lobus kanan dan kiri terdapat redup dan ronkhi
basah?
Karena pada gambaran radiologi redup karena ada cairan, yaitu cairan eksudat serosa
Ronki basah karena eksudat masuk ke alveoli
3. Mengapa terjadi demam dan sesak nafas?
Demam : karena ada infeksi kuman mengeluarkan zat kimia tertentu menyebar kedarah
ke hipotalamusdi set ke suhu lebih tinggi supaya untuk berperang dengan kuman
yang ada di tubuhtubuh menjadi tidak nyamandemam
Sesak nafas :
Ada takipneadisebabkan oleh keletihan akibat hipoksiatakipneakeletihansesak
nafas,
Karena adanya infiltrat dan eksudat di lobus kanan dan kiri, sehingga menghambat(adanya
cairan, memperpanjang jarak difusi dan ventilasi) o2 dan jadi sesak
4. Mengapa pdaa pemeriksaan darah rutin terdapat leukosit 12500/mmk?
Leukosit normal 4-11rbu,
Karena adanya peningkatan leukosit, adanya infeksi bakteri (30rb lebih)
Virus peningkatannya <
Dilanjutkan pemeriksaan lab
Leukosit tinggi, karena ada pembuluh darah bocor, sel darah merah, leukosit akan masuk ke
alveoli, sehingga PMN akan tinggi
5. Mengapa pada pemeriksaan foto rontgen terdapat infiltrat?
Infiltrat adalah terdiri dari sel sel radang dan mikroorganisme, infiltrat menunjukan
radiodensitas dengan batas tidak tegas, disebabkan karena proses inflamasi
Macam-macam infiltrat:
Infiltrat nodula
Subnodula
Lobaris
Miliar
Tampak bayangan konsolidasi(paru yang terisi oleh cairan dan sel- sel radang)
6. Mengapa dokter merencanakan pengecetan gram dan sputum?
Untuk mengetahui data-data mikroorganisme patogen atau penghitungan sel, atau untuk
mengetahui sitologi dari sputum
Caranya ada yang dengan melalui nasotracheal saksion,
Dilihat secara makros sputum normal dilihat dari bau, warna, dan konsistensi
Pengecatan gram untuk mengetahui jenis kuman positif atau negatif, supaya penataksanaan
sesuai dengan etiologi. Karena paling sederhana, tapi tidak bisa untuk jenis kuman.
7. Etiologi dari skenario?
Infeksi bakteri( steptococus pneumoniae,bakteri gram positif atau negatif)
,infeksi virus ( influenza, adenofinis)
,infeksi protozoa( amebiasis)
,infeksi jamur ( candida, aspergilus) dengan pemeriksaan KOH
dan penyakit lainnya (bronkitaksis, aspirasi)
8. Faktor resiko dari skenario?
Usia >65th, dan <5th, didahului penyakit kronik (ginjal dan paru,)
Riwayat merokok
ISPA
Malnutrisi
Polusi Udara
Ketrgantungan alkohol
Pasca operasi
Lingkungan
perkerjaan

9. Manifestasiklinis dari skenario?


Demam disertai sesak, skit kepala
Batuk berdahak porulen (kering dan bahkan dapat berdarah)
Keringat dingin
Pleuritikpain +
Kesadaran menurun
Wheezing
Leukositosis
Ada infiltrat
Takipnea, dyspnea
Retraksi atau nafas cuping hidung
Seanosis
Perkusi : pekak, ronki basah halus, bronkoponi +

10. Patofisiologi dari skenario?


Ada 4:
Kongesti : karena pembuluh darah bocor, sehingga eksudat sersa masuk ke dalam alveolus
Hepatisasi : seperti hepar , warnanya merah bergrandula karena ada drah, fibrin dan sel
PMN masuk ke dalam alveolus
Hepatisasi Kelabu : warnanay menjadi klabu, adanya konsolidasi dari sel-sel yang msuk
Resolusi : makrofag kembali reabsorpsi sehingga dapat kembali ke struktur semula
Ada 4 cara mikroorganisme masuk ke paru
Inokulasi langsung ( pada orng normal yang tidur, pada orang yangturun kesadran, dan
pengkonsumsi alkohol)
Penyaberan melalui pembuluh drah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi di permukaan mukosa: paling sering. Bakteri tertanggap di mukustidak
dibatukkan maka terjadi penumpukan dan dapat menjadi inhalasi (menyebabkan masuk ke
SPB dan terjadi inokulasi langsung langsung yang berarti telah masuk ke permukaan paru
11. Penggunaan pneumonia severity indeks?

12. Klasifikasi dari pneumonia?


Pneumonia komunitas, di daptkan di luar rs dari mikroorganisme
Pneumonia dari rs, setealh rawat inap (kemotrapi, ventilator)
Pneumonia aspirasi (anaerob), karena infeksi bakteroit
Pneumonia opertunistik, sistem imun (HIV)
Pneumonia rekuren, bakteri aerob dan anaerob
13. DD dari skenario?
bronkopneumoni
14. Komplikasi dari skenario?
Efusi pleura,
Empiema
Abses paru
Gagal nafas
sepsis
15. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan?
Foto rontgan
Darah rutin
Pengecatan gram, kultur sputum
16. Penatalaksaaan?
Farmakologi :
Antibiotik (berdasarkan tingkat keparahan ), ringan (amisilin/amoxilin), berat (eritromisin ,
sefalosporin)
Terapi O2
STEP 7
1. Mengapa didapatkan batuk kental dan kehijauan?
Neutrofil memproduksi bahan kimia antiseptik ini diperlukan bantuan sebuah enzim
yang disebut myeloperoxidase. Enzim ini sendiri juga membutuhkan 'pembantu', yang
disebut co-enzim, agar enzim dapat berfungsi lebih baik. Dan co-enzim yang berperan
adalah co-enzim besi, dan inilah yang akhirnya memberikan mukus warna hijaunya.

Sumber : http://www.nejm.org/search?q=pneumonia&asug=pne

Warna sputum yang berwarna kuning menunjukkan proses infeksi, warna


hijau menunjukkan adanya penimbunan nanah. Warna hijau timbuk karena
adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit PMN dalam sputum.
Sputum yang berwarna hijau sering ditemukan dalam pneumonia dan
bronkiektasis akibat infeksi.

Patofisiologi sylvia a. Prince volume 2 edisi 6 EGC

Karena adanya fibrinopurulen (kombinasi fibrin dan neutrofil) di dalam


rongga alveolus. Hal ini terjadi akibat kongesti pada kapiler sebagai bentuk
mekanisme pertahanan paru yg menyebabkan kapiler di sekitar alveolus
berdilatasi dan bocor sehingga neutrofil dan fibrin keluar dari kapiler untuk
membersihkan alveolus dari mikroorganisme. Fibrinopurulen inilah yg
menyebabkan sputum berwarna hijau. Kemudian eksudat fibrin ini akan
dicerna secara enzimatis dan dikeluarkan dari alveolus dengan cara
dibatukkan.

Sumber : PATOLOGI
2. Mengapa pada pemeriksaan didapatkan lobus kanan dan kiri terdapat redup dan ronkhi
basah?
redup atau gangguan resonansi di akibatkan oleh setiap keadaan yang menganggu
getaran resonan normal dalam paru-paru atau keadaan yang menggangu
pengahtaran dari getaran tersebut dari luar. Oleh karen itu konsilidasi parenkim paru
paru mengakibatkan suara perkusis resup contoh penyakit seperti penumonia,
neoplasma, atelektasis, fibrosis pleura, efusi pleura. Suara resonansi skodaik bagian
bawah paru mengalami kompresi oleh setiap efusi pleuritik dan volume bagian
atasnya berkurang , suara bagian atas toraks akan bersifat timpani (pneumonia
lobaris) di atas daerah konsolidasi.
Sumber: DELF, Mohlan. H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Ed 9. Jakarta :EGC

Adams Diagnosis Fisik

karena adanya akumulasi cairan pada parenkim paru, sehingga dapat menimbulkan
aliran turbulen.
Sumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory
medicine). Jakarta : EGC

3. Mengapa terjadi demam dan sesak nafas?

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand,
2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan
demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary
temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve, 2010).
Patogenesis
Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan
beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada
saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat
tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan
berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C.

Kenapa hipotalamus memberitahu tubuh kita untuk mengubah ke suhu tubuh yang lebih
tinggi? Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang
melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman.
Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi
dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9
derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan
dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa
menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan
meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu
barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi.

Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka hipotalamus akan mengeset
semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat untuk radang tenggorokan kita sudah
mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita
akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh.
Kita akan berkeringat dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis.

Kejang Pada Demam


Jika tidak diatasi, demam bisa menyebabkan kejang atau stuip. Kejang demam terjadi ketika
suhu badan sedemikian tinggi sehingga menyebabkan gangguan metabolisme basal. Padahal
kenaikan suhu tubuh sebesar 1° C saja sudah bisa menyebabkan kenaikan metabolisme basal
(jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh)
sebanyak 10-15%. Sementara kebutuhan oksigen pada otak naik sebesar 20%.
Masalahnya, di usia balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh
(sedangkan pada orang dewasa hanya 15%). Itulah sebabnya, kenaikan suhu tubuh lebih
mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak. Gangguan keseimbangan sel otak
tersebut akan menimbulkan terjadinya pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh
jaringan otak. Akibatnya, terjadilah kekakuan otot yang menyebabkan kejang tadi. Bila tidak
segera diatasi kejang demam bisa menyebabkan gangguan di otak, bahkan kematian jika
sudah menyerang sistem pernapasan.NB : Kerusakan Otak biasanya terjadi jika demam
sudah >42° C.
Dr. Suryo Wibowo, MKK,SpOk.

4. Mengapa pdaa pemeriksaan darah rutin terdapat leukosit 12500/mmk?


Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit hingga 30.000/uL pada
infeksi bakteri,sedangkan infeksi yg disebabkan oleh virus, peningkatan leukositnya tdk terlalu
tinggi, bahkan ada yg menurun
Sumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory
medicine). Jakarta : EGC
5. Mengapa pada pemeriksaan foto rontgen terdapat infiltrat?
Cairan yang berisi sel-sel radang dan mikroorganisme.
Sumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory
medicine). Jakarta : EGC

: infiltrasi adalah istilah radiologi yang menunjukkan adanya radiodensitas yang


batasnnya tidak tegas. Infilrasi biasanya di sebabkan karena adanya proses inflamasi.
Terdapat macam-macam infiltrat yaitu infiltarat nodular, subnodular, lobaris, miliar
yang mengahasilkan banyangan konsilidasi.
Sumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory
medicine). Jakarta : EGC

6. Mengapa dokter merencanakan pengecetan gram dan sputum?


Untuk mengetahui data-data mikroorganisme patogen atau penghitungan sel, atau untuk
mengetahui sitologi dari sputum
Caranya ada yang dengan melalui nasotracheal saksion,
Dilihat secara makros sputum normal dilihat dari bau, warna, dan konsistensi
Pengecatan gram untuk mengetahui jenis kuman positif atau negatif, supaya penataksanaan
sesuai dengan etiologi. Karena paling sederhana, tapi tidak bisa untuk jenis kuman.
7. Etiologi dari skenario?

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan
oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan
bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti
adalah bakteri Gram negatif.
PEDOMAN DIAGNOSIS& PENATALAKSANAAN DI INDONESIA Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia 2003

8. Faktor resiko dari skenario?

Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian:

1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh


Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme, azotemia),
perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi
endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu
operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut
(acute lung injury) serta bronkiektasis.
2. Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan :
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan,
yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah
(5%).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif
terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan.
Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal
di orofaring dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus
merupakan flora normal di orofaring melepaskan bacterocins yang menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan
menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram
negatif di orofaring.
c. Peralatan terapi pernapasan
Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam
lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan.
Pemberian antasid / penyekat H yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan
2
peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan
enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
• Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
• Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat
bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
• Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
PEDOMAN DIAGNOSIS& PENATALAKSANAAN DI INDONESIA Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia 2003

9. Manifestasiklinis dari skenario?


Demam disertai sesak, skit kepala
Batuk berdahak porulen (kering dan bahkan dapat berdarah)
Keringat dingin
Pleuritikpain +
Kesadaran menurun
Wheezing
Leukositosis
Ada infiltrat
Takipnea, dyspnea
Retraksi atau nafas cuping hidung
Seanosis
Perkusi : pekak, ronki basah halus, bronkoponi +

10. Patofisiologi dari skenario?

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai
dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme
mencapai permukaan:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan
bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau
alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.
Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %)
juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi
dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang
tinggi dan terjadi pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara
inhalasi atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di
temukan jenis mikroorganisme yang sama.

PNEUMONIA KOMUNITI. PEDOMAN DIAGNOSIS& PENATALAKSANAAN DI INDONESIA


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Patogenesis

Saluran pernafasan atas


 Rongga hidung
 Bulu hidung
 Lapisan mukus
 Gerakan silia
 Antibodi IgA dalam sekret mukosa saluran pernapasan.
 Enzim lisozim.
 Reflek batuk.
 Organ-organ sistem RES
Saluran pernafasan bawah
 Reflek epiglotis
 Gerakan silia dari epitel traktus respiratorius.
 Sekret dari mukosa traktus respiratorius
 Aliran limfe dari bronchus terminalis ke bronchiolus.
 Adanya sel-sel fagosit pada dinding alveoli.
 Flora normal dari saluran pernapasan
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada anak balita, orang
dewasa, usia lanjut. Edisi 1. Jakarta : Pustaka obor Populer.

11. Penggunaan pneumonia severity indeks?

www.rmh.mh.org.au
http://medind.nic.in/iae/t10/i1/iaet10i1p9.pdf
12. Klasifikasi dari pneumonia?

1. Berdasarkan klinis dan epideologis :


a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan.

2. Berdasarkan bakteri penyebab


a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita
alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3. Berdasarkan predileksi infeksi


a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan
oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial

PEDOMAN DIAGNOSIS& PENATALAKSANAAN DI INDONESIA Perhimpunan Dokter Paru


Indonesia 2003

13. DD dari skenario? bronkopneumoni

13. Komplikasi dari skenario?


Efusi pleura,
Empiema
Abses paru
Gagal nafas
sepsis
14. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan?
Foto rontgan
Darah rutin
Pengecatan gram, kultur sputum
15. Penatalaksaaan?

Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan
ada tidaknya factor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan
mikroorganisme pathogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae . yang resisten penisilin.
Yang termasuk dalam factor modifikasis adalah: (ATS 2001)
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel
b. Bakteri enterik Gram negatif
• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang

Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi:


a. Penderita rawat jalan
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
• Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit Pemberian obat
simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
• Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam
• Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila
dapat distabilkan maka penderita dirawat map di ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory
distress maka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti.

PEDOMAN DIAGNOSIS& PENATALAKSANAAN DI INDONESIA Perhimpunan Dokter Paru


Indonesia 2003

Anda mungkin juga menyukai

  • LBM 1 SGD 5
    LBM 1 SGD 5
    Dokumen4 halaman
    LBM 1 SGD 5
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Tropis
    LBM 1 Tropis
    Dokumen4 halaman
    LBM 1 Tropis
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • Pengabdian Masyarakat
    Pengabdian Masyarakat
    Dokumen1 halaman
    Pengabdian Masyarakat
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 SGD 5
    LBM 1 SGD 5
    Dokumen4 halaman
    LBM 1 SGD 5
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • SGD Ke 2 LBM 2
    SGD Ke 2 LBM 2
    Dokumen20 halaman
    SGD Ke 2 LBM 2
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • Yusifa LMB 3
    Yusifa LMB 3
    Dokumen5 halaman
    Yusifa LMB 3
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • SGD Ke 2 LBM 2
    SGD Ke 2 LBM 2
    Dokumen20 halaman
    SGD Ke 2 LBM 2
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 5 Sesak Disertai Bentuk Dada Tong
    LBM 5 Sesak Disertai Bentuk Dada Tong
    Dokumen5 halaman
    LBM 5 Sesak Disertai Bentuk Dada Tong
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • SGD 13 LBM 3 Respi
    SGD 13 LBM 3 Respi
    Dokumen31 halaman
    SGD 13 LBM 3 Respi
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Respi SGD 5
    LBM 1 Respi SGD 5
    Dokumen26 halaman
    LBM 1 Respi SGD 5
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 4.........
    LBM 4.........
    Dokumen34 halaman
    LBM 4.........
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • SGD 3 LBM 3 Modul Respi
    SGD 3 LBM 3 Modul Respi
    Dokumen4 halaman
    SGD 3 LBM 3 Modul Respi
    Izzav
    Belum ada peringkat
  • Studi Kelayakan
    Studi Kelayakan
    Dokumen16 halaman
    Studi Kelayakan
    Sentot Black Suit
    60% (5)
  • Semangat
    Semangat
    Dokumen15 halaman
    Semangat
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 1
    SGD 1 LBM 1
    Dokumen6 halaman
    SGD 1 LBM 1
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 15
    LBM 2 SGD 15
    Dokumen6 halaman
    LBM 2 SGD 15
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 6 Respi......
    LBM 6 Respi......
    Dokumen8 halaman
    LBM 6 Respi......
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen7 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 1
    SGD 1 LBM 1
    Dokumen6 halaman
    SGD 1 LBM 1
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen7 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 15
    LBM 2 SGD 15
    Dokumen6 halaman
    LBM 2 SGD 15
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • Kwu 1
    Kwu 1
    Dokumen2 halaman
    Kwu 1
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • KWN 2017
    KWN 2017
    Dokumen4 halaman
    KWN 2017
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Smart
    Presentasi Smart
    Dokumen45 halaman
    Presentasi Smart
    Rais Muhammad
    Belum ada peringkat