Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Puspita Sari
102011101050

Dokter Pembimbing:
dr. Arief Suseno, Sp.PD

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

DAFTAR ISI

Bab 1. Pendahuluan .............................................................................................. 3


Bab 2. Laporan Kasus ............................................................................................
2.1.Identitas penderita ....................................................................................... 5
2.2.Anamnesis ................................................................................................... 5
2.3.Pemeriksaan fisik ........................................................................................ 7
2.4.Pemeriksaan penunjang .............................................................................. 9
2.5.Resume ...................................................................................................... 12
2.6.Diagnosis kerja .......................................................................................... 13
2.7.Penatalaksanaan ........................................................................................ 13
2.8.Prognosis ................................................................................................... 13
Bab 3. Pembahasan Laporan Kasus .................................................................. 18
Bab 1. Pendahuluan

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi glukosa. Pada DM glukosa
dimetabolisme dengan bantuan dua enzim yang dihasilkan oleh pulau langerhans di pankreas
yaitu insulin dan glukagon. Insulin digunakan untuk membantu transfer glukosa ke sel serta
merendahkan kadar glukosa darah, sedangkan glukagon befrungsi sebaliknya. Sehingga pada
gangguan insulin glukosa akan banyak ditemukan di darah dan akan menimbulkan manifestasi
yang khas bagi pasien DM. Manifestasi klinis DM diantaranya adalah peningkatan pengeluaran
urin (poliuri), peningkatan nafsu makan (polifagi), dan peningkatan rasa haus (polidipsi). Jika
tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang berbahaya
(Price dan Wilson, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2025, jumlah penderita
DM membengkak menjadi 300 juta orang. Data WHO yang lain menyebutkan bahwa pada
tahun 2025, Indonesia akan menempati peringkat nomor lima sedunia dengan jumlah penderita
DM sebanyak 12,4 juta orang dan pada tahun 2030 prevalensi diabetes di Indonesia mencapai
21,3 juta penderita (Suyono, 2006).
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan
penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, toleransi glukosa terganggu (TGT) dan
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk
mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5
sampai 10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM, 1/3 tetap dan
1/3 lainnya kembali normal. Adanya TGT seringkali berhubungan dengan resistensi insulin.
Pada kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan kelompok
normal. TGT seringkali berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan dislipidemia.
Individu dengan DM mudah terjadi penyakit yang berhubungan dengan aterosklerosis,
dan diyakini bahwa lebih dari dua pertiga kematian pasien DM akibat penyakit arterial. Pada
satu penelitian (Helsinki policeman study) untuk setiap faktor risiko dan pada setiap tingkatan
risiko, angka kematian penyakit jantung koroner 3 kali lebih tinggi pada pasien DM daripada
individu normal (Libby, 2003).
Aterosklerosis sebagai komplikasi kardiovaskular dari DM diramalkan pada tahun
2020 sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masyarakat yang sedang
berkembang oleh karena adanya perubahan pola hidup yang tidak sehat. Aterosklerosis dapat
menyebabkan iskemia, infark jantung, stroke, hipertensi renovaskular dan penyakit oklusi
tungkai bawah. Lesi ateroma yang mengenai arteri renalis dapat menyebabkan hipertensi
renovaskular sekitar 60-70% (Libby, 2003).

Anda mungkin juga menyukai