Anda di halaman 1dari 60

PEDOMAN DASAR

UMAT BUDDHA MAHAYANA


TIDAK DIPERJUALBELIKAN
“Semoga jasa dan kebajikan Para Donatur memperindah Tanah Suci
Para Buddha, membalas empat budi besar dan menolong mereka di tiga
Pengumpul Materi: alam sengsara. Semoga mereka yang menyebarkan Dharma ini, semua
Namo Sakyamuni Buddhaya,
Luky bertekad membangkitkan kebodhian. Sampai di akhir penghidupan ini,
Namo Buddhaya,
bersama-sama lahir di alam bahagia”
Editor :
Banyak orang yang ber-
Luky
agama Buddha yang merasa penge-
tahuan Dharmanya sangat terbatas,
Alamat Redaksi :
bahkan merasa bingung ketika ingin
Jalan Kelenteng 10/23A
berdoa secara Buddhis.
Bandung 40182
Buku ini diterbitkan dengan
harapan dapat memberikan tambah-
E-mail Redaksi :
an pengetahuan Dharma sekaligus
amvbg2182@yahoo.com
pengetahuan doa secara Buddhis
(dalam hal ini mengacu kepada tra-
disi Mahayana), sehingga istilah yang
digunakan dalam bahasa Sansekerta
dan Mandarin.
Buku ini hendaknya tidak
menjadikan kita fanatik terhadap
salah satu tradisi agama Buddha,
tetapi tetap menjunjung sikap meng-
hormati terhadap tradisi agama
Buddha lainnya.
Akhir kata, kesempurnaan
hanyalah milik Para Buddha dan ke-
kurangan adalah milik semua makh
119
luk sehingga kami sangat
mengharapkan kritik dan saran atas
penerbitan buku ini. Selamat mem-
baca dan mempraktikkan Dharma.

Maitricittena,
Redaksi

2
119
REFERENSI
DAFTAR ISI
Y.A.Bhiksu Dutavira Mahastavira.Apa yang Harus Diketahui oleh Umat Bud
dha Mahayana(2).2003
Riwayat Sakyamuni Buddha…………………………………………………4
Sudharma,Budiman.Pedoman Umat Buddha. FKUB DKI Jakarta.2007 Catvari Arya Satyani………………………………………………………….40
Suwarto,T.Drs. Buddha Dharma Mahayana. 1995 Tri Ratna………………………………………………………………………..46
Trilaksana………………………………………………………………………49
Chodron,Tubten.Tradisi dan Harmoni Menelusuri Jejak-jejak Agama Bud-
Hukum Karma………………………………………………………………….53
dha.2000
Tumimbal Lahir………………………………………………………………..58
Majalah Sinar Borobudur Pratitya Samutpada…………………………………………………………..59

Website KMB Universitas Indonesia Nirvana………………………………………………………………………….64


Sila……………………………………………………………………………….65
Website www.vihara.com
Bodhisattva…………………………………………………………………….68
Om Mani Padme Hum………………………………………………………..71
Hari Suci Agama Buddha……………………………………………………73
Makna Hari Raya Agama Buddha………………………………………….74
Makna Persembahan………………………………………………………...80
Upacara Uposadhadivasa…………………………………………………..83
Doa di Rumah………………………………………………………………….88
Doa sehari-hari………………………………………………………………..96
Konsep Trikaya dan Panca Dhyani Buddha…………………………….101
Sutra dan Sastra Mahayana………………………………………………..105
Melihat Waisak Lebih Dekat……………………………………………….109
Pelimpahan Jasa…………………………………………………………….112
Tanah Suci…………………………………………………………………….114
Referensi………………………………………………………………………118
Daftar Donatur………………………………………………………………..119

118 3
RIWAYAT SAKYAMUNI BUDDHA Jika seseorang tidak menciptakan penyebab utuk terlahir di Sukha-
vati dengan melakukan hal-hal yang positif, Amitabha pun tidak dapat secara
magis membuat orang tersebut terlahir di sana.
KELAHIRAN BODHISATTVA
Terdapat beberapa cara memandang Amitabha menurut tingkat pe-
Di Jambudvipa (sekarang India), dinegara Shakya di India Utara
mahaman dan tingkat latihan seseorang. Buddha Amitabha eksternal tinggal
bernama kerajaan Kapilavastu, terletak di utara Sungai Rapti (Sungai
di Tanah Suci. Buddha Amitabha internal adalah pikiran yang telah men-
Rohini),di daerah dekat pegunungan Hilamaya, diperintah oleh seorang Raja
galami pencerahan yang dapat dicapai oleh pikiran kita sekarang dengan
bernama Suddhodana dengan permaisurinya Ratu Maya Dewi (Dewi
cara melaksanakan Dharma. Baik Buddha Amitabha eksternal maupun Bud-
Mahamaya). Setelah duapuluh tahun perkawinan, mereka belum juga
dha Amitabha internal bukan merupakan suatu hal yang konkret, bukan me-
dikaruniai seorang Putra.
rupakan suatu kepribadian yang uth. Sebenarnya semakin seseorang
Pada suatu malam, Ratu Maya Dewi bermimpi aneh sekali. Dalam
mengerti konsep tanpa inti, semakin ia mengerti siapa sebenarnya Amitabha
mimpi itu, Ratu Maya Dewi melihat seekor gajah putih turun dari langit
itu. Seperti juga semua latihan Buddhis yang lain, latihan ini juga dapat dila-
memiliki enam gading dan sekuntum bunga teratai di mulutnya memasuki
kukan dalam beberapa level, tergantung dari tingkat pengertian dari yang
rahim Ratu Maya Dewi melalui tubuhnya sebelah kanan. Sejak mimpi itu
melaksanakannya. Pengulangan nama Amitabha dan membangkitkan pen-
Ratu Maya mengandung. Dia mengandung seorang bodhisattva dalam
gabdian kepada Amitabha sangat bermanfaat untuk orang-orang yang
kandungannya selama sepuluh bulan.
kurangberpendidikan dan bagi mereka yang tidak mempunyai waktu atau
Selama ia mengandung bodhisattva banyak kejadian ajaib terjadi.
minat untuk mempelajari filsafat Buddhis. Untuk mereka, cara ini akan mem-
Misalnya, di mana saja ia pergi di Kapilavastu didampingi suaminya, Raja
berikan arah kehidupan dan memberikan perlindungan bagi mereka di saat-
Suddhodana, Singa duduk dengan jinaknya di depan gerbang-gerbang,
saat yang sulit. Dengan mengulangi nama Amitabha dan memikirkan Ami-
gajah-gajah menghormati raja, burung-burung diangkasa sangat bersuka cita
tabha, mereka menciptakan potensi yang positif. Orang-orang dengan
mengiringi mereka. Ratu Maya dewi mendadak dapat mengobati orang sakit,
pengertian yang lebih menyeluruh dari jalan Buddha untuk mencapai pener-
banyak sekali orang sakit yang dapat diobati hingga sembuh. Dia sangat
angan, menerapkan pengertian mereka di dalam latihan Tanah Suci, dan
dermawan. Para dewa tidak menampakkan diri mendampingi permaisuri
dengan cara ini mereka mencapai kebebasan yang lebih dalam.
kemana dia pergi. Untuk tidak mengecewakan para dewa, Sang Bodhisattva
Latihan Tanah Suci juga cocok untuk mereka, yang dengan rasa
membuat supaya Ratu Maya Dewi terlihat bersamaan di semua surga. Bila
bakti yang menginspirasi mereka dapat mencegah mereka melakukan tinda-
waktu malam, dia, memasuki ruang kamar tidurnya, tiga kamarnya mendapat
kan yang dapat merusak dan membantu mereka mengembangkan kualitas-
pantulan cahaya dari tubuh permaisuri secara merata. Dan masih banyak
kualitas yang bermanfaat.
lagi kejadian yang menakjubkan semua perbuatannya penuh welas asih.
Ketika waktunya telah tiba untuk melahirkan, Ratu Maya pergi ke
Taman Lumbini dengan para dayangnya. Ratu juga meminta suaminya, Raja
Sumber : Tradisi dan Harmoni Menelusuri Jejak-jejak Agama Buddha
Suddhodana, ikut. Sudah tentu dipenuhi dengan segala senang hati. Juga
Oleh : Thubten Chodron
para dewa yang tidak menampakkan diri ikut mendampinginya. Di saat bulan
purnama sidhi (menurut aliran Utara atau Mahayana, beliau lahir tanggal 8
bulan 4, lunar tahun 566 S.M.; menurut aliran Selatan atau Hinayana, tanggal
6 May, tahun 623 S.M.), di Taman Lumbini ini (dekat perbatasan India-
Nepal), Ratu Maya melahirkan seorang bodhisattva tanpa kesulitan dan para

4 117
nan untuk membantu sesame, konsentrasi, dan meditasi dengan obyek kuali- dayang yang mendampingi Ratu, menyaksikan dengan penuh kesenangan.
tas-kualitas dari Sang Buddha dan Tanah Suci. Kemudian dengan hati yang Begitu pula Raja Suddhodana dan para dewa dan dewi yang mendampingi
penuh terinspirasi, seseorang menyalurkan semua potensi positif dari latihan ratu.
untuk terlahir di Sukhavati untuk mencapai penerangan dan demi manfaat Saat ia dilahirkan, bumi menjadi terang benderang, seberkas sinar
bagi semua makhluk. sangat terang mengelilingi bodhisattva yang baru lahir itu. Sesaat ia
Keyakinan merupakan suatu pelengkap dari meditasi. Keyakinan dilahirkan, bodhisattva berjalan tujuh langkah dengan jari telunjuk tangan
tidak timbul dari suatu kepercayaan buta atau sikap apsrah, tetapi keyakinan kanan menunjuk ke langit, dan jari telunjuk tangan kiri menunjuk ke bumi,
akan timbul melalui pengetahuan akan kualitas dari Buddha, Dharma, dan yang artinya Akulah teragung, pemimpin alam semesta, guru para dewa
Sangha. Latihan mengucapkan nama Amitabha dapat digunakan untuk dan manusia. Para dewa yang mendampingi menjatuhkan bunga dan air
mengembangkan kualitas-kualitas di atas. Sebagai contoh, mengulang-ulang suci untuk memandikannya. Pada saat ia akan menapakkan kakinya ke
“Namo Amito Fo” ketika memikirkan tujuan Amitabha untuk menolong semua bumi, timbullah seketika itu tujuh kuntum bunga padma yang besar dibawah
makhluk, seseorang dapat mengagumi bodhicitta dan akan mengembang- setiap langkahnya. Setiap ia melangkah ia menghadap ke sepuluh penjuru.
kannya di dalam kehidupan. Dengan memfokuskan perhatian pada suara Juga bersamaan waktu lahirnya, tumbuhlah pohon Bodhi.
Amitabha, seseorang menghilangkan gangguan dan mengembangkan kon- Seisi alam menyambutnya dengan suka cita karena telah lahir seorang
sentrasi. Seseorang dapat memperoleh samatha dengan memvisualisasikan bodhisattva yang pada nantinya dia akan menjadi pemimpin alam semesta,
Amitabha atau Tanah Suci sebagai obyek meditasi. Vipassana tanpa inti gurunya para dewa dan manusia, mencapai Samyak Sam Buddha untuk
dikembangkan denagn meditasi atas “kekosongan” dari sifat Amitabha dan mengakhiri penderitaan manusia di alam samsara ini.
individu yang ada. Dengan cara ini kita melihat bahwa latihan Tanah Suci
sangat kaya dan jauh melampaui dari sekedar mengulang nama Amitabha. KUNJUNGAN PERTAPA ASITA
Selama aktivitas kehidupan sehari-hari, seseorang dapat terus men- Pertapa Asita yang agung yang disebut juga Kala Devala berdiam di
gulang nama Amitabha untuk mengingatkan seseorang akan kualitas dari sebuah pegunungan yang tidak begitu jauh dari istana. Pertapa Asita melihat
Tiga Mustika. Pada saat berjalan atau menyetir, seseorang dapat mengem- sinar yang sekonyong-konyong memancar terang-benderang di kawasan
bangkan pikiran yang terkonsentrasi dengan suara Amitabha. Dengan selalu istana. Cahaya terang ini dinilai oleh pertapa Asita sebagai suatu pertanda
mengingat bahwa tindakan benar merupakan sebab utama untuk terlahir di baik, maka beliau bergegas menuruni gunung dan pergi menuju istana Raja
tanah suci, seseorang akan selalu sadar dengan apa yang dipikirkan, dikata- Suddhodana.
kan, dan dilakukan. Adanya kebingungan apakah latihan sudah cukup den- Kunjungan pertapa Asita adalah untuk menyaksikan tanda-tanda
gan mengucapkan nama Amitabha timbul dari terminology bahasa China pada tubuh pangeran, memperhatikan dengan seksama dan menemukan
“nien fo” yang mempunyai beberapa arti. Nien dapat berarti konsentrasi atau bahwa pangeran memiliki kewajiban besar (karena memiliki tanda-
Samadhi, suatu momen waktu, atau pengulangan suatu suara. tandatubuh dari orang yang yang Agung yang disebut Maha Purisa).
Pada saat seorang guru menekankan pentingnya menyerahkan diri Kelahiran adalah sebagai suatu keajaiban sebab anggota-anggota
kepada Amitabha, seseorang seharusnya tidak berpikir bahwa Amitabha me- tubuhnya merupakan titisan para Dewa Aurva, Prithu, Mandhatari, dan
rupakan dewa yang maha kuasa yang dapt melakukan apapun juga. Menurut Kakshivat, para pahlawan dari masa lampau yang menyelinap masuk melalui
agama Buddha, seorang Buddha adalah Maha Tahu tetapi tidaklah Maha paha, tangan, kepala, dan ketiak. Dia lahir tanpa melukai dan menyakiti
Kuasa. ibunya. Jadi dia keluar dari rahim itu secara sempurna sebagai seorang
tidak mungkin bagi seseorang untuk menjadi Maha Kuasa. Kekuatan dari Buddha.
seorang Buddha sama halnya dengan kekuatan karma yang diperbuat. Pertapa Asita tertawa setelah melihat pangeran. Tertawa karena
116 5
pada suatu hari nanti pangeran akan mencapai Kesempurnaan (Buddha), Mengapa terlahir di Tanah Suci didambakan? Di dunia manusia,
sempurna dalam kebijaksanaan maupun Kewajiban, menjadi guru para dewa umat yang berlatih sering menemui banyak hambatan : mereka harus
dan manusia. Kemudian dia menangis. Menangis karena usianya yang telah bekerja dalam waktu yang lama dan oleh karena itu mereka mempunyai lebih
lanjut dan tidak mempunyai kesempatan lagi melihat dan mendengarkan sedikit waktu untuk berkonsentrasi terhadap latihan; terdapat kejahatan dan
pada saat pangeran mencapai Kesempurnaan (Buddha) dan menjadi Juru kemarahan di dalam masyarakat; manusia harus memikirkan uang untuk
Selamat dunia dengan mengajarkan Buddha Dharma. Kemudian dia berlutut menunjang keluarganya. Media massa yang menarik perhatian mereka dari
dan menghormat kepada pangeran dan tanpa disadari diikuti oleh Raja latihan.
Suddhodana. Di Tanah Suci seperti Sukhavati, panca indera tidak ada. Setiap
Lima hari setelah pangeran lahir, Raja Suddhodana mengumpulkan orang berlatih Dharma dan semua kondisi – fisik, sosial, ekonomi, dan seba-
para pertapa di ruang istana untuk memberikan nama kepada pangeran. gainya – semuanya berhubungan dengan pencapaian Sang Jalan. Karena di
Pangeran diberi nama Sidharta Gautama.Sidharta berarti semua cita- Sukhavati, mudah untuk mencapai penerangan, maka kelahiran di Sukhavati
citanya tercapai, dan Gautama adalah nama keluarganya. didambakan. Sukhavati tidak sama dengan tanah suci-tanah suci lainnya,
karena lebih mudah untuk pergi ke sana : makhluk-makhluk biasa yang tidak
MASA KECIL, MASA REMAJA, DAN PERNIKAHAN PANGERAN mempunyai pemahaman langsung akan kekosongan atau bodhicitta dapat
Ratu Maya Dewi tidak dapat menahan luapan perasaan terlahir di sana.
kegembiraan tatkala dia melihat seorang putra mahkotanya, yang Tanah Suci Sukhavati tercipta sebagai akibat dari bhikshu bodhi-
dipersamakan sebagai seorang ahli peramal yang paling bijaksana. Dan sattva, Dharmakara, yang beberapa kalpa yang lalu berharap menciptakan
Ratu Maya begitu suci, hingga ia tidak dapat melanjutkan untuk hidup sebuah tempat di mana makhluk lain dapat dengan mudah melaksanakan
sebagai seorang permaisuri biasa, kemudian ia harus mengorbankan dirinya Dharma. Beliau mengucapkan beberapa sumpah yang di antaranya adalah
hidup menderita karena penolakan putranya untuk menjadi raja di kemudian berjanji untuk menciptakan tanah suci bila beliau menjadi Buddha dan mem-
hari. Ataukah dia rela pergi ke surga, tinggal di Surga Tusita pada hari ke babarkan cara untuk dapat terlahir di sana.
tujuh setelah pangeran dilahirkan? Bagaimana caranya seseorang dapat terlahir di Sukhavati? Be-
Pada suatu hari, raja dan pangeran kecil disertai para pengasuh dan berapa orang percaya bahwa dengan mempunyai keyakinan yang kuat ter-
pembesar istana berjalan pergi kesawah untuk merayakan perayaan hadap Amitabha dan mengulang-ulang namanya sudahlah cukup. Kemudian
membajak sawah. Pangeran diletakkan di bawah sebuah pohon besar yang dengan kekuatan Amitabha, mereka akan dibimbing ke tanah suci pada saat
rimbun. Kemudian para pengasuh pergi untuk melihat jalannya upacara. mereka meninggal.
Sewaktu ditinggalkan seorang diri, pangeran kecil itu lalu duduk ber-meditasi Pandangan seperti ini terlalu disederhanakan, dan akan menimbul-
dalam keretanya, saat itu umurnya baru kira-kira lima tahun. Ayahnya yang kan pertanyaan, “Buddha mengatakan tidak ada yang dapat menolong kita
melihat kejadian tersebut menjadi sangat gembira dan memberi hormat kecuali diri sendiri. Kita harus melatih Dharma dan mentransformasikan
kepada putranya sambil berkata, “Putraku yang tercinta, inilah hormatku pikiran kita”. Tidakkah merupakan suatu kontradiksi untuk menyatakan yang
yang kedua.” diperlukan seseorang hanyalah mempunyai keyakinan dan Amitabha akan
Sebagai pangeran dari sebuah kerajaan, beliau sebetulnya hidup melakukan sisanya?
sangat bahagia, dia lebih pintar dari gurunya yang bernama Visvamitra Ya, ini merupakan suatu kontradiksi. Pada saat Amitabha dapat
ketika ia berumur tujuh tahun, dan telah menguasai berbagai ilmu menginspirasi dan membimbing kita, kita sendiri harus berlatih. Sutra Sukha-
pengetahuan. Dia adalah anak yang terpandai diantara teman-teman vati mengharuskan melakukan latihan-latihan ini : tingkah laku yang benar,
sekolahnya, dan sangat cepat menguasai setiap pelajaran yang diberikan penyucian diri dari tindakan-tindakan yang merusak, membangkitkan keingi-
6 115
TANAH SUCI oleh gurunya. Dikelas dia selalu duduk paling depan dan penuh perhatian,
mengikuti setiap pelajaran yang diberikan gurunya.
Pada umur 12 tahun, Pangeran Sidharta telah menguasai berbagai
Pujian yang merdu dan melodius dari kata-kata “Namo Amito
ilmu pengetahuan, ilmu taktik perang, sejarah dan Pancavidya, yaitu : sabda
Fo” (Terpujilah Amitabha Buddha) bergema di dalam vihara-vihara dan
(bahasa dan sastra); Silpakarmasthana (ilmu dan matematika); Cikitsa
rumah-rumah orang China. Figur dari Amitabha, yang diapit oleh dua pengi-
(ramuan obat-obatan); Hatri (logika); Adhyatma (filsafat agama).
kut utamanya, Bodhisatva Avalokitesvara dan Mahastamaprapta, menginspi-
Dia juga menguasai Catur Veda: Rgveda (lagu-lagu pujian
rasi banyak orang. Selama berabad-abad kesederhanaan latihan dari tradisi
keagamaan); Yajurveda (pujaan untuk upacara sembahyang); Atharvaveda
Tanah Suci, yang terpusat pada pengulangan nama Amitabha menarik pen-
(mantra).
gikut dari segala lapisan masyarakat.
Pangeran Sidharta disamping pandai, juga seorang anak yang sopan
Tradisi Tanah Suci tumbuh dari Sukhavati-vyuha Sutra dan beberapa
dan baik budi pekerti, dan sayang pada binatang terutama binatang yang
sutra lainnya yang menjelaskan bagaimana untuk terlahir di Tanah Suci Ami-
lemah.
tabha, Sukhavati (Tanah Suci Bahagia atau Surga Barat). Latihan Amitabha
Dia sangat pandai menunggang kuda dan gemar berburu. Bila kuda
terdapat di India, walaupun tidak sedominan di Asia Timur. Pada abad
yang ditungganginya telah letih, dia turun dari kudanya dan membiarkannya
kedua, sutra Sukhavati diterjemahkan ke dalam bahasa China, dan pada
untuk beristirahat dan mengusap-usap dengan penuh kasih sayang. Dia
permulaan abad keenam sutra ini menjadi sangat terkenal.
pergi berburu bukan untuk membunuh binatang tapi mengajak binatang
Latihan ini sangat sejalan dengan kebudayaan China. Latihan Tao
hutan untuk bermain dan berkejar-kejaran.
bertujuan mencapai umur panjang, dan karena Buddha Amitabha sama den-
Suatu hari, Pangeran Sidharta melihat Devadatta dan teman-
gan Amitayus, Buddha dari Kehidupan Tak Terbatas, masyarakat menjadi
temannya berburu burung dengan panah. Devadatta memanah seekor
tertarik dengan latihan Tanah Suci. Latihan dengan mengulang dharani telah
burung yang sedang berdiri di ranting pohon. Burung itu terkena panah
sangat popular di China Utara, sehingga masyarakat dengan mudah meng-
Devadatta dan jatuh ke bawah. Pangeran Sidharta cepat pergi menghampiri
gantikannya dengan melafalkan nama Amitabha.
burung itu dan segera mengobatinya. Devadatta meminta kembali burung itu
Keadaan ini mempermudah masyarakat menerima latihan Tanah
dari Sidharta karena ia merasa bahwa ia yang memanah burung itu dan
Suci. Sebagai tambahan, saat itu adalah waktu yang sulit di China dan
harus menjadi miliknya. Tapi Pangeran Sidharta mengatakan bahwa burung
masyarakat sangat menerima suatu latihan yang langsung dan sederhana.
yang terpanah itu adalah miliknya. Terjadilah pertengkaran diantara mereka
Tanah Suci tidak ditampilkan sebagai suatu latihan yang elit karena setiap
untuk memiliki burung itu.
orang, siapapun juga, seorang terpelajar atau seorang buta huruf dapat me-
Akhirnya hal ini dibawa kepada seorang pejabat Dewan Penasehat
laksanakannya.
Kerajaan untuk dimintai pendapatnya. Pejabat Dewan Kerajaan menjelaskan
Tujuan jangka panjang dari latihan ini adalah mencapai penerangan
kepada mereka berdua bahwa burung yang terkena panah itu adalah milik
demi manfaat bagi semua makhluk. Tujuan jangka pendek adalah terlahir di
orang yang telah mengobati dan menyelamatkan hidupnya. Kemudian
Sukhavati, Tanah Suci yang terberkahi, pada kehidupan yang akan datang.
Pangeran Sidharta melepaskan burung itu ke alam bebas.
Tanah Suci tidak termasuk ke dalam enam alam kehidupan dari siklus ke-
Adalah suatu tradisi dalam lingkungan kerajaan di India dimasa
hidupan, karena sekali terlahir di sana, mereka akan mencapai penerangan
lampau di mana usia muda sudah dijodohkan dan dinikahkan. Ketika
dan tidak akan terlahir dalam siklus kehidupan lagi. Setelah seseorang men-
pangeran mencapai usia 16 tahun, ayahnya menikahkan dia dengan
jadi Buddha di Sukhavati mereka akan bermanifestasi di dunia kita untuk
sepupunya, Putri Yasodhara yang sangat cantik juga berusia 16 tahun. Ini
memimpin yang lainnya mencapai penerangan.
sebenarnya merupakan janjinya di masa lampau kepada Sidharta untuk tetap
114 7
mendampingi dan melayani dengan setia. sepuluh sendok garam dimasukkan ke dalam gelas dan ketika larut maka
Putri Yasodhara adalah kakak perempuan dari Devadatta. Ibu kita mencicipi rasa dari garam tersebut sangat asin. Ketika sepuluh sendok
mereka bernama Amita adalah adik perempuan dari Raja Suddhodana yang garam dimasukkan ke dalam satu ember berisi penuh air dan ketika larut
menikah dengan Raja Suprabuddha. maka kita mencicipi rasa dari garam tersebut nyaris tidak ada lagi dan ketika
Raja Suddhodana juga mempunyai tiga adik laki-laki, masing-masing sepuluh sendok garam dimasukkan ke dalam kolam maka kita sudah tidak
bernama Suklodana, Amrtodana, dan Drandana. Suklodana mempunyai merasakan garamnya. Namun apakah garam tersebut tidak ada lagi? Tidak,
seorang putra bernama Ananda. Amrtodana mempunyai dua putra bernama garam tersebut tidak akan pernah hilang walaupun dimasukkan ke tempat
Mahananma dan Anuruddha. Dranana juga mempunyai dua putra, masing- yang lebih besar lagi hanya rasanya saja yang sudah tidak dapat kita rasa
masing bernama Vibhasa dan Bhadrika. lagi.
Setelah pernikahan Pangeran Sidharta dengan Putri Yasodhara, Demikianlah pula dengan karma buruk kita. Apapun kebajikan yang
mereka hidup amat bahagia, karena mereka cocok satu sama lain. Pangeran kita perbuat (berdana ke vihara, berdana kepada anggota Sangha, membaca
hidupnya sangat senang tapi hanya menikmati kesenangan hidup duniawi Mantra Maha Karuna Dharani 108x setiap hari, menolong orang lain, menjadi
dalam istananya. Namun demikian pangeran suka pergi menyendiri untuk vegetarian, bermeditasi setiap hari secara rutin, rajin membaca mantra,
merenung di tempat yang sunyi dan tenang. Beliau tidak menderita, hanya gatha dan sutra, dan sebagainya) tidak akan bisa menghilangkan karma bu-
mempunyai perasaan belas kasihan yang mendalam terhadap semua ruk kita, tetapi bisa meredam akibat/buah karma buruk yang akan kita tuai
makhluk. nantinya.
Setelah beberapa kali berkunjung ke ibukota Kapilavastu, beliau Karma bukanlah operasi pengurangan dalam Matematika di mana 1
melihat empat pemandangan yang membuat dia terus berpikir, yakni : -1 = 0 di mana karma buruk ditutupi dengan karma baik hasilnya impas,
melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa mulia. tetapi karma akan berjalan satu per satu dan mungkin saja berbuah secara
Beliau sangat tergugah hatinya oleh kejadian-kejadian tersebut. Beliau bersamaan, maka dari itu pelimpahan jasa dan berbuat kebajikan lain ten-
kembali ke istana dan mendapat kabar bahagia bahwa seorang putra telah tunya sangatlah penting untuk membantu semua makhluk termasuk diri kita
lahir. Namun beliau tidak bahagia, karena menganggap bahwa kelahiran sendiri agar dapat terus memperbaiki diri hingga tercapai kebahagiaan
putra anak pertamanya hanya sebagai belenggu. Maka kakeknya tertinggi.
memberikan nama pada cucunya Rahula, artinya belenggu. So, coba deh simak baik-baik penggalan lirik dari Gatha Pengem-
bangan Jasa-jasa :”Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini, semua
KESADARAN bertekad membangkitkan kebodhian. Sampai di akhir penghidupan ini, ber-
Empat peristiwa penting yang beliau lihat diluar istana itu, yakni: tua, sama-sama lahir di alam bahagia.”. Kalau kita membacakan Gatha Pengem-
sakit, meninggal dan seorang pertapa mulia, menyadarkan beliau bahwa bangan Jasa-jasa dengan sungguh-sungguh merupakan suatu kebajikan
semua itu harus dialami oleh semua makhluk, yakni setiap orang akan yang sungguh luar biasa tetapi sekali lagi itu bukan berarti kita “mentransfer”
menjadi tua, setiap orang dapat sakit, dan setiap orang tidak terelakkan pasti karma baik/kebajikan kita kepada makhluk lain.(Luky)
suatu hari akan meninggal. Semua kejadian ini sungguh suatu penderitaan.
Peristiwa yang ketiga beliau lihat adalah orang meninggal, sesosok
mayat. Maka beliau berpikir bahwa baik buruk seorang lelaki maupun
perempuan, yang pandai maupun yang cantik, yang gagah maupun yang
lemah, semuanya pada suatu hari pasti akan meninggal dan tubuhnya akan
menjadi mayat. Mayat adalah suatu sosok tubuh yang tidak bagus
8 113
PELIMPAHAN JASA dipandang.
Sejak saat itu, beliau mengundurkan diri dari sentuhan para
perempuan di istana, dan sebagai jawabannya atas bujuk rayuan Undayin,
Sebagai umat Buddha, tentunya kita sudah akrab dengan pelimpa- penasehat raja, dia menjelaskan sikap barunya dengan kata-kata sebagai
han jasa (hui xiang). Namun masih banyak di antara kita yang belum mema- berikut :
hami apa sih pelimpahan jasa itu? Seorang temanku yang juga Buddhis per- “Bukanlah saya memandang rendah hakekat dari rasa, dan saya mengetahui
nah bertanya,”Luk, gw ga ngerti deh. Dalam agama Buddha kan kita percaya baik bahwa mereka itu membuat apa yang dinamakan dunia. Tapi bila saya
kalo hukum karma tuh bekerja dan kita yang bertanggung jawab terhadap mempertimbangkan ketidakkekalan dari dunia ini, saya menemukan tiada
karma kita, apa yang ditabur begitu pula yang dituai. Yang gw bingung bagai- kebahagiaan di dunia ini. Usia tua, sakit, dan kematian tidak luput dari
mana dengan pelimpahan jasa? Apakah karma baik kita bisa dilimpahkan kehidupan manusia. Jika kecantikan dari wanita adalah kekal abadi, pikiran
untuk orang ataupun makhluk lain? Kalo gitu berarti ga konsisten dengan saya tentu sudah menuruti kata hati dan dalam hawa nafsu. Kenyataannya
makna hokum karma itu sendiri dong?” sejak kecantikan perempuan tidak melekat lagi, maka tubuhnya menua
Sering pula kita jumpai dalam buku-buku Dharma di bagian be- karena usia melunturkan kecantikannya. Menyenangi perempuan merupakan
lakangnya tertulis “Buku ini dipersembahkan dengan penuh cinta kasih seba- khayalan. Semua kenyataan ini sungguh menakutkan. Bagaimana dapat
gai PELIMPAHAN JASA untuk mengenang bla bla bla”. Apa maksud dari seorang pintar tidak memperdulikan akan bencana itu? Kapan dia
pelimpahan jasa ini? Sebegitu pentingnyakah Pelimpahan Jasa sehingga kita mengetahui penghancuran yang akan datang?”
selalu menyanyikan Gatha Pengembangan Jasa-jasa di penutup kebaktian?
Pelimpahan jasa sebenarnya bukanlah pelimpahan karma. Pelim- MENINGGALKAN ISTANA (DUNIAWI)
pahan jasa berarti kita melimpahkan energi-energi positif dan menyalurkan Setelah mantap pada pendiriannya maka beliau pergi mencari obat
rasa bahagia atas kebajikan yang telah kita perbuat kepada semua makhluk. agar orang tidak menjadi tua, tidak menjadi sakit, dan tidak meninggal, untuk
Dengan pelimpahan jasa berarti kita juga memancarkan Maitri dan Karuna dipersembahkan kepada setiap orang. Pada saat itu beliau berusia 29 tahun,
kepada semua makhluk, karena kita percaya bahwa dengan memancarkan dan dengan seijin Raja Suddhodana beliau meninggalkan keduniawian. Pada
Maitri dan Karuna maka akan timbul rasa bahagia dan ketenangan batin. malam sebelum kepergiannya, beliau sekali lagi memandang kepada istrinya
Inilah yang sebenarnya disalurkan kepada para makhluk. dan anaknya. Diam-diam tanpa memberitahukan kepada mereka, beliau
Contoh yang paling sederhana adalah ketika teman kita yang rajin meninggalkan istana dengan kudanya yang bernama Kanthaka dan ditemani
belajar kemudian meraih juara kelas tentunya kita akan ikut berbahagia atas oleh seorang pengawal, anak menteri, bernama Candaka.
keberhasilan teman kita padahal sebenarnya bukan kita yang meraih keber- Selama dalam perjalanan ke desa dia menikmati pemandangan yang
hasilan. Demikianlah perasaan bahagia itu timbul. Sama halnya juga ketika indah, tapi melihat para petani bercucuran keringat kelelahan membajak
kita bangga dan bahagia saat kita melihat teman kita menolong orang lain. sawah, tanah dipacul dan dibuang kesamping, dan kelihatan cacing dan
Jadi dengan adanya pelimpahan jasa diharapkan semua makhluk binatang melata lainnya terputus badannya oleh ayunan pacul. Semua ini
akan berbahagia dan berusaha membangkitkan Bodhicitta dan bersemangat membuat dia berpikir, sungguh semua makhluk hidup menderita.
untuk berbuat kebajikan. Dengan demikian tentunya dapat meredam akibat Karena kesucian yang tinggi dalam benaknya terbentuklah sikap
dari karma buruk yang telah diperbuat. Analogi yang paling mudah adalah akan kepribadian yang luhur, dia melangkah turun dari kudanya dan berjalan
ketika kita mempunyai segelas air, satu ember air, dan satu kolam air dan dengan hati–hati dan perlahan-lahan diatas tanah, melewatinya dengan
garam. Anggap saja gelas, ember, dan kolam sebagai kumpulan kebajikan gundah-gulana. Pikirannya penuh dengan hal-hal kesengsaraan dan
yang pernah kita perbuat dan garam sebagai kumpulan karma buruk. Ketika penderitaan makhluk hidup.
112 9
Pikirannya perlu ketenangan. Dia memisahkan diri dari temannya Peristiwa Parinirvana menunjukkan bahwa tubuh ini adalah Anitya
yang berjalan dibelakangnya dan pergi mencari suatu tempat sunyi dekat (tidak kekal) dan sangat rapuh. Terbukti menjelang Parinirvana Sang Buddha
sebuah pohon besar yang rimbun. Daun-daun yang menyejukkan dari pohon pun mengalami sakit. Karena sadar bahwa tubuh ini adalah Anitya dan se-
itu dalam keadaan tidak bergerak, dan tanah dibawah itu nyaman. Disana ia mua manusia pun akan mati maka ini akan memberikan pelajaran bahwa
duduk bersila, memikirkan mengenai asal mula dan matinya dari semua kehidupan ini hanyalah “persinggahan sementara” menuju kehidupan selan-
makhluk hidup. Pikirannya terus menerawang mengenai hal-hal tersebut. jutnya dan kita terus memutar roda kehidupan hingga mencapai Nirvana
Pikirannya penuh konsentrasi dan menjadi tenang. Ketika ia memenangkan seperti yang telah dijalani Sakyamuni Buddha.
kerisauan, dia tiba-tiba bebas dari semua keinginan akan hakekat rasa dan Jika seseorang memiliki aspek ritual yang terlalu dominan maka
kenafsuan duniawi. Dia telah mencapai tingkat pertama mengenai orang tersebut meskipun menjadi sosok yang religius tetapi cenderung men-
ketenangan luar biasa, yaitu tenang di tengah-tengah pikiran yang beraneka jadi tidak berkembang, memiliki dasar yang kurang kuat, dan rentan terhadap
ragam. Dalam tempatnya itu, dia telah berada pada tingkat kesucian pikiran pandangan salah. Hal ini bisa terjadi karena orang tersebut hanya mement-
yang luar biasa. Sekarang dia tidak gembira maupun duka, tidak mengenal ingkan peribadatan tanpa belajar konsep ajaran dan esensi di dalamnya tidak
tawa atau tangis. memiliki acuan yang benar.
Sementara jika seseorang memiliki aspek kontekstual yang terlalu
BERTEMU PERTAPA SECARA TIBA-TIBA dominan maka orang tersebut meskipun mempunyai pengetahuan Dharma
Pengertian yang sifatnya murni dan bersih ini tumbuh lebih lanjut yang luas tetapi hanya sebatas teori sehingga kehidupan spiritualnya kurang
dalam jiwanya yang luhur. Dia melihat seorang pria muncul kehadapannya berkembang dan menjadi pribadi yang kaku, dan bisa juga mengarah pada
yang tidak kelihatan oleh orang lain, yang muncul dalam samaran sebagai fanatisme yang salah. Hal ini bisa terjadi karena orang yang mempelajari te-
seorang peminta-minta saleh. ori saja tanpa menerapkannya akan “menelan” apa yang dia terima secara
Pangeran lalu bertanya, “Katakanlah kepada saya siapa anda?” mentah-mentah tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi se-
Jawabannya adalah : “Oh bagaikan sapi jantan di antara orang-orang, saya hingga menjadi orang yang statis dan tidak berkembang secara spiritual.
adalah pertapa, yang ditakuti oleh kelahiran dan kematian, telah mengambil Sementara jika seseorang memiliki aspek aktualisasi yang terlalu
suatu kehidupan berkelana untuk mencapai keselamatan. Karena seluruh dominan maka orang tersebut meskipun kehidupan sosialisasinya baik tetapi
akhirnya tidak kekal. Keselamatan dari dunia ini adalah apa yang saya menjadi kurang religius dan memiliki dasar yang kurang kuat, dan bisa men-
inginkan dan saya mencari kebahagiaan yang paling sempurna, di mana garah pada pandangan salah. Hal ini disebabkan orang yang terlalu mengu-
pemusnahan tidak dikenal. Sanak keluarga dan orang asing sama saja bagi tamakan praktek tapi kurang memahami teori secara benar tentunya menjadi
saya, perasaan rakus serta kebencian juga telah sirna. kurang efektif karena dasar dari apa yang dipraktekkan tidak cukup kuat dan
Pertapa ini bernama Arada Kalama dan Pangeran Sidharta bisa mengarah pada pandangan salah.
Gautama langsung berguru kepadanya. Sebagai gurunya yang pertama Jadi tempatkanlah ketiga aspek tersebut dalam porsi yang seimbang
dalam hal untuk mencari pembebasan penderitaan bagi dunia. Chandaka dalam mempelajari Dharma, bahkan ketiga aspek ini pun bisa diterapkan
yang mendampinginya di suruh pulang dengan kudanya, Kanthaka. dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selamat merayakan Hari Trisuci
“Temanku, jangan bersedih, “ ujar pangeran, “ Bawalah kuda ini Waisak 2553 BE/2009. Semoga perayaan Waisak menjadi lebih bermakna
serta pesan saya kepada raja dan rakyat di Kapilavastu yang selalu dan membawa perubahan dalam diri kita ke arah yang lebih baik. Saddhu…
memperhatikan saya. Hentikan rasa kasih sayang kepadaku dan Saddhu….Saddhu…(Luky)
dengarkanlah ketetapan hatiku yang tak tergoyahkan. Apa aku akan
meleyapkan usia tua dan kematian, dan kemudian engkau akan segera
10 111
peristiwa ini kita bisa mencoba mengintrospeksi diri supaya kehadiran kita melihat aku lagi. Atau aku akan kehilangan semua, sebab aku gagal dan
membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. tidak dapat mencapai tujuan.”
Dari peristiwa Pangeran Siddharta meninggalkan istana hingga men- Pangeran Sidharta Gautama telah menjadi pertapa kelana. Beliau
capai keBuddhaan kita bisa belajar untuk tidak melekat atau mempunyai juga telah menjadi Bodhisattva. Beliau tidak puas mengikuti gurunya yang
perasaan memiliki berlebihan. Kemelekatan hanya akan membawa kita pada pertama ini, karena ia hanya dapat belajar sampai pada tingkatan tertentu
penderitaan (Dukkha) yang lebih dalam dari sebelumnya dan justru akan saja dalam meditasi. Lalu beliau mencari lagi orang suci lain yang bernama
menjauhkan kita dari kehidupan yang lebih baik. Sebenarnya ada hal ironis Undraka Ramaputra.
yang ingin saya ungkapkan di sini. Banyak di antara kita yang meminta se- Dengan guru yang kedua ini beliau juga tidak puas, karena hanya
suatu kepada Buddha ketika bersembahyang, entah itu panjang umur, ban- sampai pada tingkat meditasi yang lebih tinggi saja. Yang beliau ingin cari
yak rejeki, bisnis sukses, dan permintaan lainnya. Bayangkan, seorang adalah Kebahagiaan sejati, yaitu akhir dari segala penderitaan. Akhirnya
pangeran yang tidak pernah merasakan hidup kekurangan, dikelilingi oleh alkisah beliau memutuskan untuk berdaya upaya sendiri.
kemewahan, kekuasaan, dan kenikmatan rela meninggalkan semua kema-
panannya untuk mencari jawaban dan esensi kehidupan. Keironisan di sini LATIHAN MENGENAI KEKERASAN
adalah kita justru meminta hal-hal duniawi kepada Buddha yang telah me- Sejak waktu itu, pangeran yang sekarang telah menjadi seorang
lepas segala keterikatanNya terhadap hal-hal duniawi. Bodhisattva, dengan rajin belajar pelbagai latihan di antara para pertapa dan
Memang dalam konsep Mahayana dikenal adanya figur Bodhisattva para yogi. Dia berkelana mencari tempat pengasingan yang sunyi, untuk
yang memiliki ikrar luhur untuk menolong semua makhluk terlepas dari sam- tinggal pada tepi sungai Nainranjana. Lima orang pertapa telah tinggal pada
sara. Namun, seperti artikel yang pernah saya tulis sebelumnya, mendapat tepi sungai itu, sebelum ia menuju kesana.
pertolongan Bodhisattva tidaklah sesederhana dan semudah yang kita Kesucian dari lubuk hati muncul dari keberanian dirinya sendiri.
bayangkan. Intinya untuk mendapat pertolongan baik dari para Bodhisattva Mereka menempuh kehidupan dengan disiplin keras sekali, dalam ketaatan
maupun para dewa, kita haruslah memiliki jodoh dan buah karma baik yang terhadap janji agama masing-masing mengenai lima perasaan.
matang sehingga pertolongan itu datang dan untuk itu berarti kita haruslah Ketika para pertapa itu melihat dia disana , mereka menunggu dia untuk
memiliki tabungan karma baik yang cukup. memberikan ajaran perihal pembebasan, menunggu seorang yang agung
Mengharapkan pertolongan dari para Bodhisattva maupun para yang hakekat kebaikan dari kehidupan lampaunya telah memberikan berkah
dewa tidaklah salah, tetapi itu bukan esensi utama dari mempelajari Dharma dan karunia.
dan melakukan kebajikan. Seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha bahwa Mereka menyapa dengan hormat, membungkukkan badan mereka di
segalanya ada dalam kendali kita. Jika kita ingin kebahagiaan dan kesuk- hadapan bodhisattva, mengikuti petunjuknya, dan menempatkan diri mereka
sesan datang pada diri kita maka buatlah sebab-sebab yang membuat sendiri sebagai murid dibawah pengawasannya. Bagaimanapun juga, dia
kebahagiaan dan kesuksesan itu datang. mulai pada cara tapa yang keras, dan khususnya mengenai penderitaan
Hal lain yang bisa kita teladani adalah tekad yang begitu kuat untuk akibat kelaparan sebagai jalan mengakhiri kelahiran dan kematian. Karena
melakukan sesuatu yang luhur. Demikian halnya kita, sudah seharusnya kita keinginannya yang sungguh-sungguh badannya menjadi kurus selama enam
tidak mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan hidup karena se- tahun, dengan melaksanakan puasa secara ketat, yang sangat sukar bagi
sungguhnya apa yang dihadapi oleh Pangeran Siddharta dalam pen- orang biasa untuk bertahan. Pada jam makan, dia harus puasa bila hanya
carianNya jauh lebih sulit dari apa yang kita alami dan bayangkan. Jika kita makan sebutir, yang maksudnya dia telah memenangkan pantai Samsara.
belajar Dharma dan melaksanakan dalam kehidupan maka tentunya kita Sehingga tubuhnya menjadi kurus kering, hanya tinggal tulang-belulang
akan bisa menemukan solusi terhadap masalah dan godaan yang datang. terbungkus kulit.
110 11
Pada suatu hari, dia sedang duduk dibawah pohon bodhi terdengar MELIHAT WAISAK LEBIH DEKAT
suara lagu yang syairnya kira-kira mempunyai arti sebagai berikut:
“bila senar gitar ini dikencangkan,
Hari raya Waisak bisa dikatakan sebagai hari raya agama Buddha
Suaranya akan semakin tinggi.
yang paling besar jika tolak ukurnya adalah jumlah umat Buddha yang
Kalau terlalu kencang,
merayakannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa jutaan umat Buddha setiap
Putuslah senar gitar itu, dan lenyaplah suara gitar itu.
tahunnya memperingati Hari Waisak meskipun dengan cara dan waktu yang
Bila senar gitar ini dikendorkan,
berbeda. Jika diamati lebih dalam, Waisak bisa dilihat dari tiga aspek yakni
Suaranya akan semakin rendah.
aspek ritual, kontekstual, dan aktualisasi.
Kalau terlalu dikendorkan,
Aspek ritual dari hari raya Waisak adalah peringatan hari Waisak
Maka lenyaplah suara gitar itu.
dalam bentuk upacara puja bakti misalnya saja kebaktian di vihara maupun
Karena itu wahai manusia,
peringatan Waisak di Candi Borobudur. Aspek ini menekankan pada ke-
Mengapa belum sadar-sadar pula,
sucian dan keagungan figur Sakyamuni Buddha sebagai tokoh yang dijun-
Dalam segala hal janganlah keterlaluan.”
jung dan pedoman bagi umat Buddha, sehingga nuansa religius dan kek-
Akhirnya Pertapa Gautama menghentikan tapanya yang sangat
husyukan begitu terasa dari aspek ini.
ekstrim yang telah dijalani selama enam tahun di hutan Uruwela.
Sementara itu, aspek kontekstual adalah melihat Waisak berdasar-
kan peristiwa-peristiwa dan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti kita
PEMBERIAN NANDABALA
tahu, Waisak memperingati tiga peristiwa yakni kelahiran Pangeran
Kemudian pertapa Gautama pergi ke sungai untuk mandi.
Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna, dan Sang
Sesudahnya mandi, dia hampir tidak kuat bangun ke permukaan tepi sungai
Buddha Parinirvana. Menurut aliran Mahayana, tiga peristiwa ini terjadi pada
disebabkan badannya sangat lemah. Dengan bersusah payah akhirnya
waktu yang berbeda-beda (hal ini dimungkinkan karena mengacu pada kal-
sampai juga didarat dan berjalan tidak terlalu jauh, dia duduk dibawah pohon
ender Lunar) yakni kelahiran Pangeran Siddharta pada tanggal 8 bulan 4,
Asetta. Seorang wanita yang kebetulan lewat, melihat tubuh pertapa
pencapaian penerangan sempurna pada tanggal 8 bulan 12, dan Sang Bud-
Gautama begitu lemah. Wanita itu bernama Nandabala, memberikan dia
dha Parinirvana pada tanggal 15 bulan 2.
semangkuk susu yang dimasak dengan nasi. Setelah makan, badannya
Tanpa disadari, kita hanya menyentuh dua aspek dari hari Waisak
terasa hangat dan segar.
yakni aspek kontekstual dan ritual sementara kita jarang bahkan tidak pernah
Kelima pertapa yang telah bersama-sama dia selama enam tahun,
melihat aspek aktualisasi Waisak. Aspek aktualisasi adalah cara pandang
menyaksikan kejadian ini lalu meninggalkan dia. Mereka sangat kecewa
Waisak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya, aspek ini menjadi
hatinya dan menganggap pertapa Gautama telah gagal, dan pergi
penting karena disadari atau tidak kita dapat belajar dan menerapkan Waisak
meninggalkan dia seorang diri.
dalam menjalani kehidupan.
Pertapa Gautama berpikir bahwa cara yang selama ini dilakukan
Kelahiran adalah peristiwa yang membahagiakan. Sungguh luar bi-
adalah salah. Lagipula, dia selama ini belum dan bahkan tidak dapat
asa jika kita pun bisa “dilahirkan” kembali, maksudnya alangkah baiknya jika
menemukan apa yang dicarinya. Dia berkesimpulan bahwa hanyalah dengan
Waisak menjadi titik awal dari kelahiran dan pembenahan diri
badannya yang sehat dan pikiran yang jernih, barulah dapat meneruskan
(menghilangkan segala sikap buruk, menanam kebajikan, dan menjalankan
niatnya untuk mencapai penerangan sempurna. Seterusnya, pertapa
Dharma). Seperti yang tertulis di sutra-sutra begitu bahagianya alam seme-
gautama makan kembali sekedarnya.
sta dan para Brahmana serta para dewa menyambut kelahiranNya dan dari
Dengan kebulatan tekad dan keyakinan diri sendiri, akhirnya pertapa
12 109
Prajna. Gautama memutuskan untuk bermeditasi. Dia mencari tempat yang sunyi,
4. Tanpa mistik. tenang, Di bawah pohon bodhi (diceritakan bahwa pohon bodhi ini tumbuh
5. Tripitaka, bersamaan waktu ia lahir). Selanjutnya dia duduk bermeditasi dengan sikap
6. Persatuan atau penyatuan dari semua aliran dan sekte. duduk Padmasana dan berjanji kepada dirinya sendiri. Dia tidak akan
7. Jalan Tengah, masa Mahayana hanya untuk para Bodhisattva, bergeming sedikit pun juga, dan berhenti bermeditasi ditempat ini sebelum
8. Kesatuan yang harmonis dan agung, semua ajaran Buddha Dharma tujuannya memperoleh penerangan (Nirvana) tercapai.
adalah Satu untuk Semua, dan Semua untuk Satu.
MENGALAHKAN MARA
Dharmaparyaya (9 Sutra Besar Mahayana, Secara Tradisi; 9 Bidang Pertapa Gautama adalah keturunan dari para pertapa yang setia dan
Dharma); memiliki kebijaksanaan tinggi. Dia telah memutuskan untuk mengalahkan
1. Astasahasrika Prajna Paramita Sutra kemelekatan dan memenangkan pembebasan. Dalam meditasinya datanglah
2. Saddharma Pundarika Sutra, Mara untuk mengoda. Mara adalah musuh utama Bodhisattva, namun dia
3. Lalita Vistara Sutra dapat menaklukkan godaan Mara.
4. Lankavatara Sutra (Aryasaddharma Lankavatararonama Mahayana
Sutram), PENERANGAN
5. Gandavyuha Sutra, Setelah mengalahkan Mara, dengan kebulatan tekad dan
6. Tathagataguhyaka Sutra, ketenangannya, Bodhisattva Gautama berhasil meneruskan meditasinya.
7. Samadhiraja Sutra, Akhirnya Bodhisattva Gautama secara berturut-turut telah mengalami :
8. Suvarna Prabhasa Sutra, Ketika Bodhisattva Gautama mampu mengalahkan para pengikut Mara,
9. Dasabhumika Sutra. beliau telah mengalami yang pertama kali dari empat tingkatan dhyana.
Pengamatan pertama malam itu:
Dengan kekuatan mata batinnya yang luar biasa (divyacaksus), Dia
menghancurkan kegelapan (tamas) dan menghasilkan terang (alokam).
Dalam pengamatan menengah, Dia mengingat kehidupan masa lampaunya
dan memperoleh pengetahuan seperti itu (vidya).
Dan pengamatan ketiga, ketika fajar menyingsing, Dia menyadari
dan memperoleh pengetahuan mengenai penghancuran dari asravas.
Selanjutnya, dia merenungkan sampai tiga kali tentang 12 jenis
pratitya samutpada. Pertama-tama, dia mulai dengan usia tua dan
kematian, dan berpikir, “Apa yang terjadi mengenai jaramarana? Apakah
penyebabnya?” Dia mengulangi pertayaan itu sampai pada avidya.
Yang kedua kali, dia mulai dengan avidya, dan berpikir demikian,
Samakara timbul dari avidya sebagai penyebabnya, dan seterusnya, sampai
pada hubungan mata rantai pratitya-samutpada yang terakhir.
Yang ketiga kali, dia mulai dengan jara-marana dan berpikir
demikian, “Apa yang tidak bereksistensi, jara-marana tidak akan terjadi? Apa
108 13
yang menyebabkan penghentian jara-marana? Dia meneruskan dengan cara sebagai berikut :
ini dan berakhir pada avidya. Kemudian Dia menyadari bahwa Pengetahuan, Kelompok 1 - 5 menyajikan pembagian secara umum,
Penglihatan ke dalam, Kebijaksanaan, dan Penerangan telah timbul dalam Kelompok 6, berbagai naskah yang independen.
dirinya. 1. Prajna Paramita (lebih dari 30 buku; dalam ribuan halaman),
Dia telah mengetahui fakta dan hakekat dari penderitaan itu, 2. Avatamsaka; ada 3 kelompok (Gandavyuha masuk dalam ini),
mengenai asravas, dan perihal 12 faktor tentang sebab-musabab yang saling 3. Dasabhumika,
bergantungan. Dia mengetahui pula tentang asal mula dan sebab 4. Ratnakuta dan Mahasamnipata,
penghentian semua itu, dan juga jalan menuju ke Penghentian itu. Jadi Dia 5. Nirvana atau Parinirvana,
memperoleh Pengetahuan kelipatan tiga dan memperoleh Penerangan 6. Naskah-naskah yang independen, termasuk beberapa Sutra penting dan
sempurna yang tertinggi. Dia mengetahui, mengerti, menyaksikan, dan berpengaruh, antara lain; Saddharma Pundarika, Lankavatara, Sukhavati-
merealisasikan semua yang di ketahui, dimengerti, disaksikan, dan Vyuha (teks pendek). Sukhavati-Vyuha (teks panjang) masuk dalam kelom-
direalisasikan. pok Mahasamnipata, dan Vimalakirti-Nirdesa masuk dalam kelompok Ratna-
Dia kemudian bangun dan melompat ke angkasa dengan ketinggian kuta.
tujuh kali pohon bodhi. Dia berbuat demikian untuk meyakinkan para deva Dharma yang disabdakan oleh Hyang Buddha menurut Master Chih-i
bahwa Dia telah memperoleh Penerangan. Dia mengucapkan sajak berikut (538-597) dari Sekte T'ien-T'ai dapat dibagi menjadi 5 periode dan 8 ajaran,
ini : yaitu: 5 Periode,
“Jalan itu telah diputuskan; debu itu telah dihilangkan; 1. Periode Avatamsaka ; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma se-
Asravas telah dikeringkan, mereka tidak akan mengalir lagi. lama 3 x 7 hari tanpa dapat dimengerti oleh para Bodhisattva Mahasattva
Bila jalan itu telah diputuskan, dia tidak kembali lagi, dan Makhluk suci.
Ini dinamakan akhir dari Penderitaan.” 2. Periode Agama; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma selama 12
Semua Buddha harus menunjukkan tanda-tanda kemampuan seperti tahun kepada umat awam di mulai dari Taman Rusa waktu Asadha den-
itu. Para dewa menaburi aneka bunga kepada-Nya dan mengakui ke- gan khotbah pertamanya Memutar Roda Dharma Dharmacakra Pravar-
Buddha-an-Nya. Penerangan dan kebahagiaan menyebar ke seluruh alam tana Sutra.
semesta, dan sampai menggoncangkan enam alam. Semua Buddha memuji 3. Periode Vaipulya; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma selama 8
Buddha yang baru itu dan menghadiahkan Dia payung permata yang tahun seperti yang terdapat dalam Sutra-Sutra : Lankavatara, Vimalakirti-
mengeluarkan sinar penerangan. Semua Bodhisattva dan deva gembira dan Nirdesa, Maha Prajna Paramita-Sutra.
memuji Buddha itu. (Penerangan ini diterjemahkan dari Penerangan yang di 4. Periode Prajna Paramita; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma
edit oleh P.Ghosa, Calcutta, 1902-13, Bibliotheca Indita, Catasahasrika selama 22 tahun menerangkan Maha Prajna Paramita Sutra.
Prajna Paramita, Bab I-XII) 5. Periode Lotus dan Nirvana; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma
Menurut versi Hinayana, beliau memperoleh Penerangan atau selama 8 tahun, menerangkan Saddharma Pundarika, dan Maha Pari
Pencerahan Agung dan menjadi Buddha (Samyak-Sam-Buddha) dibawah Nirvana, satu hari sebelum Buddha Sakyamuni memasuki Maha Pari
pohon Bodhi di Bodh-Gaya, pada saat bulan Purnama Sidhi pada hari Nirvana.
Waisak, pada usia 35 tahun. Sedangkan menurut versi Mahayana, Beliau 8 Ajaran
mencapai Penerangan atau menjadi Buddha Sakyamuni (Samyak-Sam- 1. Secara seketika, yaitu Anuttara-Samyak-Sambodhi dari Beliau, masuk
Buddha) pada tanggal 8 bulan 12 (lunar). periode Avatamsaka.
Setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi 2. Secara Perlahan-lahan, masuk periode Agama, Vaipulya, dan Prajna.
14 107
jemahannya dalam bahasa Indonesia dan sudah diterbitkan. Kitab-kitab suci Buddha, dari tubuh suci Beliau memancarkan enam sinar yang disebut
terjemahan tersebut di bawah ini merupakan bagian dari Tripitaka-Mahayana Buddharasmi atau Sinar Buddha.
yang aslinya dalam bahasa Sansekerta. Sejak saat itu dan selama hidup-Nya, Beliau dapat memancarkan
1. Vajracchedika Prajna Paramita Sutra, enam sinar suci itu bilamana dikehendaki-Nya. Kadang-kadang Beliau
2. Prajna Paramita Hrdaya Sutra (dengan penjelasannya), mengirim sinar suci-Nya dengan warna-warna itu untuk mengubah tabiat
3. Sukhavati Vyuha Sutra (Sutra Amitabha teks pendek), para manusia.
4. Buddhavacana Amitayus Tathagata Sutra (Sutra Amitabha teks pan- Enam warna sinar-Nya adalah :
jang) 1.Nila = biru.
5. Mahasukhavati Vyuha Sutra, Berarti bakti atau pengabdian. Dia telah menjadi Buddha mempunyai
6. Saddharma Pundarika Sutra, sifat bakti dan pengabdian yang tiada taranya kepada manusia yang
7. Avalokitesvara Bodhisattva Samanta Mukha, Varga dari Saddharma menderita.
Pundarika Sutra (teks pendek), 2.Pita = kuning.
8. Mahayana Buddha Pacchimovada Pari nirvana Sutra (Maha- Berarti kebijaksanaan, mahatahu, seorang Buddha adalah
Parinirvana Pacchimovada Sutra), berpengetahuan luas dan mahatahu (Sarvakarajnata).
9. Amitayur Dhyana Sutra (Sutra 16 metode untuk meditasi), 3.Rohita = merah.
10. Dasa Kausalya Karma Sutra, Berarti kasih sayang dan welas asih. Seorang Buddha mempunyai rasa
11. Samanta Bhadra Carya Pranidhana, Varga dari Avatamsaka Sutra, maha kasih sayang dan maha welas asih yang tidak terbatas terhadap
12. Prakala Bodhisattva Mahasthamaprapta tentang Kesempurnaan semua makhluk. Pada seorang Buddha sudah tidak ada lagi rasa benci,
Buddhasmrti, Varga dari Surangama Sutra, sentimen, kejam, iri hati, dan dengki, yang ada pada diri-Nya hanya
13. Bhaisajyaguru Sutra, maha welas asih kasihan tanpa perbedaan dan perasaan bahagia bila
14. Ulambana Sutra, mengetahui atau melihat orang lain dapat hidup senang dan bahagia.
15. Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra, 4.Avadata = putih
16. Vimalakirti Nirdesa Agung, Berarti suci. Seorang Buddha telah suci batin-Nya dan pikiran-Nya tidak
17. Sutra Delapan Kesadaran Agung, dapat dikotori lagi oleh segala macam kekotoran dunia. Maka dari itu
18. Sutra Empat Puluh Dua Bagian seorang Buddha atau Bodhisattva dilukiskan sebagai mutiara yang
19. Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra (Buddhavacana Bodhi- berada di atas bunga teratai (mani-padma).
sattva Maitreya Upapadyante Tusita Dhyana Sutra), Bunga teratai meskipun tumbuh dirawa yang penuh lumpur, diatas bunga
20. Sutra Altar, teratai itulah seorang Buddha atau Bodhisattva duduk atau berdiri
21. Sutra Tentang Bodhisattva Maitreya Mencapai Buddha, laksana mutiara yang putih berkilauan, yang bebas dari segala kekotoran
22. Maha Vaipulya Paripurnabudhi Nitartha-Sutra (Sutra Maha Kesada- dan tidak dapat kena kotoran karena dialasi bunga teratai.
ran Yang Sempurna) 5.Manjistha = orange, jingga.
23. Mahayana Sraddhotpada Sastra, Berarti giat, Seorang Buddha mempunyai semangat yang luarbiasa, giat
24. Suhrilekha (Surat Seorang Sahabat) menyebar Dharma kepada dewa dan manusia serta melakukan segala
25. Riwayat Buddha Sakyamuni. perbuatan baik yang berfaedah bagi orang banyak dan makhluk-makhluk
Sutra Mahayana terbagi ke dalam 6 kelompok besar menurut Sang- lainnya.
harakshita Maha Sthavira di dalam bukunya A Survey of Buddhism (hal. 347) 6.Prabhasvara = bersinar-sinar, sangat terang, cemerlang merupakan warna
106 15
campuran dari kelima warna tersebut diatas; berarti campuran dari SUTRA DAN SASTRA MAHAYANA
kelima sifat tersebut diatas.
Selama tujuh hari Beliau meneruskan meditasinya di tempat yang
Agama Buddha pernah mengalami masa keemasannya di Bumi
sama. Tubuh-Nya tidak memberikan kesusahan pada-Nya, matanya tidak
Nusantara pada masa keprabuan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan kuno
pernah tertutup, dan pikiran-Nya terus bekerja. Dia merenung, “Di tempat
Mataram dan Majapahit di Jawa. Pada masa itu, terdapat Perguruan Tinggi
inilah saya menemukan Pembebasan.” Dia mengetahui kemauan-Nya
Agama Buddha (Mahayana) yang mempunyai nilai Internasional, yakni di
akhirnya terpenuhi.
Sumatra dan Jawa.
Ketika itu Indra dan Brahma sebagai dua kepala Deva yang tinggal di
Dalam Sejarah tercatat beberapa sarjana dari negeri Tiongkok dan
langit, telah mengerti kemauan Tathagata Sugata (Sakyamuni) untuk
India datang belajar bahasa Sansekerta, filsafat dan logika Agama Buddha
memprokamirkan jalan itu untuk kedamaian. Tubuh mereka yang bercahaya
Mahayana. Mereka yang belajar ke sini adalah; I-Tsing (634-713) dua kali ke
terang mendatangi Dia, dengan hormat dan ramah berkata kepada-Nya,
Sriwijaya dengan 41 bhiksu yang mahasiswa, Hui-Ning (antara tahun 664-
“Harap jangan menyalahkan semua makhluk sebagai tidak berguna,
667) berguru kepada Janabhadra seorang maha guru Buddhism di Jawa,
disebabkan keinginan harta benda seperti itu didunia ini! Jadi dengan tidak
Atisa (982-1054) dari India datang ke Palembang belajar logika dan filfasat
membeda-bedakan mereka adalah amal Wiyata. Sementara sebagian dari
Agama Buddha Mahayana. Tercatat yang ada pada waktu itu para bhiksu
mereka masih memiliki hawa nafsu, sebagian lainnya hanya memiliki sedikit
dan sarjana maupun mahasiswa dari negeri China yang datang ke bumi
hawa nafsu. Sekarang Engkau, oh Yang Maha Bijaksana,telah ber-
Nusantara untuk belajar Agama Buddha Mahayana, tidak ada dari bumi
Penerangan dan menyeberangi lautan Samsara ini, tolonglah
Nusantara yang datang ke Tiongkok untuk belajar. I-Tsing telah menyalin
menyelamatkan juga makhluk lain yang telah tenggelam sebegitu jauh dalam
dan menterjemahkan banyak kitab-kitab suci penting Agama Buddha Maha-
penderitaan.”
yana dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin. Menurut memoir
Kedua deva itu bersabda demikian, karena mereka tahu bahwa
dari I-Tsing, apa yang terdapat di Sriwijaya seperti tata-upacara keagamaan
dengan mata batin yang dimiliki seorang Buddha, Beliau telah melihat dalam
adalah sama seperti di India, dan diperkenalkan dia ke Tiongkok melalui
dunia itu banyak makhluk berpandangan rendah dan hidup secara keliru,
buku-buku terjemahannya yang dikumpulkan selama dua kali berada di Sri-
jiwanya tertutup tebal oleh kekotoran hawa nafsu. Dari sisi lain, dia
wijaya - Palembang.
menyadari banyak kepelikan dari Dharma-Nya tentang Pembebasan. Dia
Kitab Suci Agama Buddha Mahayana ialah Tripitaka dalam tulisan
cenderung untuk tidak mengajarkan Dharma, namun ketika Dia cenderung
Sansekerta, namun kita sudah tidak dapat menemukannya lagi secara leng-
untuk tidak mengajarkan Dharma, namun ketika Dia mempertimbangkan arti
kap dalam bentuk aslinya, yang ada sekarang hanya dalam terjemahannya
dan janji-Nya untuk memberikan Penerangan kepada semua makhluk, yang
saja dalam beberapa bahasa seperti dalam bahasa Mandarin, Jepang, Ko-
telah dia ucapkan pada masa lampau, dia mempertimbangkan kembali untuk
rea, Tibet, Inggris (entah sudah selesai atau belum terjemahannya oleh satu
memproklamirkan Jalan itu untuk Kedamaian.
tim penerjemah dengan ketuanya Tripitaka Master Hua dari The Ten Thou-
Sesudah membuat permintaan ini kepada Yang Maha Bijaksana kedua deva
sand of Buddha, San Fransisco).
itu memohon diri dan kembali ke surga tempat mereka. Yang Maha
Kita patut menghargai mereka yang telah berusaha dan menerbitkan
Bijaksana mempertimbangkan kembali dengan hati-hati atas kata-kata
kitab-kitab suci Agama Buddha dalam terjemahan saja, dengan buku-buku
mereka. Akhirnya keputusan-Nya, Dia menyetujui untuk membebaskan dunia
terjemahan tersebut kita hari ini masih dapat melihat dan mempelajarinya
ini dari Penderitaan.
secara keseluruhan tentang Agama Buddha.
Yang Maha Bijaksana teringat akan Arada dan Undraka Ramaputra
Kitab-kitab suci Agama Buddha Mahayana sebagian sudah ada ter-
adalah dua orang yang terbaik dan cocok untuk memahami Dharma-Nya.
16 105
Namun dengan mata batin-Nya, Dia melihat kedua pertapa itu telah
Panca Dhyani Bud- Panca Dhyana Bo- Panca Manussi
dha dhisattva Buddha meninggal dan berdiam diantara para deva dilangit. Pikiran-Nya kemudian
1. Vairocana 1. Samantabhadra 1. Kakusandha ditujukan kepada lima orang pertapa yang dahulu pernah bersama-sama
2. Aksobhya 2. Vajrapani 2. Kanogammana Beliau menjalani tapa yang sangat ekstrim.
3. Ratnasambhava 3. Ratnapani 3. Kassapa Sebelum Beliau pergi sendiri ke kota Kashi, sekali lagi Beliau
4. Amitabha 4. Avalokitesvara 4. Sakyamuni memandang ke pohon Bodhi itu sebagai tanda ucapan terima kasih karena di
5. Amobhasiddhi 5. Visvapani 5. Maitreya tempat inilah Beliau mencapai Penerangan.

Dhyani Buddha sesuai dengan esensi, tugas dan fungsinya sebagai


BERTEMU DENGAN SEORANG PERTAPA
Dharma-Kaya dapat memancarkan energinya membentuk tubuh yang lebih
Buddha Gautama telah menyelesaikan tugas utamanya, dan
aktif, yaitu Dhyani Bodhisattva sebagai perwujudan dari Sambhoga-Kaya
sekarang Dia dengan tenang dan penuh keagungan pergi berkelana
dimana Dhyani Bodhisattva inilah yang berperan dalam dunia ini. Demikian
sendirian. Tapi sesungguhnya para deva, Bodhisattva, dan Buddha selalu
juga Dhyani Bodhisattva bisa mengambil wujud manusia [Nirmana-Kaya] un-
mendampingi Dia.
tuk menyebarkan Dharma, seperti Siddharta Gautama. Konsep Tri-Kaya
Ada seorang pertapa yang sungguh-sungguh berniat mempelajari
dan manifestasinya dalam bentuk Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisattva, dan
Dharma. Ketika dia melihat Buddha Gautama di jalan, karena keheranan dia
Manussi Buddha dapat juga ditemui dalam naskah Guna Karanda Vyuha
bersikap anjali dan berkata kepada-Nya,
Sutra.
“Perasaan orang lain tiada henti-hentinya bagaikan kuda, tapi perasaan-Mu
Sebagai pengikut Ajaran Sang Buddha, kita tidaklah harus terper-
telah dijinakkan. Makhluk lain memiliki hawa nafsu, tapi hawa nafsu-Mu telah
angkap dalam perwujudan bentuk dan sifat Sang Buddha tersebut yang
berhenti. Tubuh-Mu bersinar bagaikan bulan di langit pada malam hari. Anda
mana seharusnya kita hayati juga sebagai suatu hubungan sebab akibat
muncul dengan Kebijaksanaan baru. Paras-Mu mencerminkan intelektual.
[PatticcaSamuppada], dimana yang satu ada maka yang lain ada. Sang Bud-
Anda telah menguasai perasaan-Mu dan memiliki mata bagaikan seekor sapi
dha bersabda "Kebenaran yang sebenarnya adalah Hukum Sebab Akibat.
jantan yang sangat kuat. Tiada diragukan lagi, Anda telah mencapai tujuan-
Tanpa menyadari kebenaran pokok tersebut, maka orang akan menjadi rumit
Mu. Siapa guru Anda, dan siapa yang telah mengajarkan Anda kebahagian
seperti sebuah bola benang yang kusut, tidak mampu untuk menghentikan
yang luar biasa ini?”
penderitaan dan kelahiran kembali."
Buddha Gautama menjawab, “Saya tidak mempunyai guru. Tidak
Kita haruslah mampu melihat bahwa Buddha yang sejati adalah Pen-
satupun yang perlu saya muliakan, dan tiada seorang jua Saya harus
erangan Sempurna sehingga janganlah dilihat dari perwujudan dan sifatNya
memandang rendah. Nirvana telah saya peroleh dan saya tidak sama seperti
semata-mata. Dan sesungguhnya Buddha sejati tersebut tidak mempunyai
yang lainnya. Saya tenang oleh Saya sendiri sebagaimana engkau lihat
bentuk dan sifat, namun Sang Buddha dapat menciptakan diriNya dalam
sendiri, karena saya telah menguasai Buddha Dharma. Secara sempurna
segala bentuk dan sifat yang serba luhur .
Saya telah mengerti apa yang harus di mengerti hal itu. Itulah alasan
Buddha Gautama bersabda: "Sekarang Aku ingat, Ananda, ketika
mengapa Saya adalah seorang Buddha.”
Aku masuk ke dalam kumpulan orang-orang penting, orang-orang religius,
Setelah mendengarkan penjelasan itu, pertapa itu pergi, walaupun
perumahtangga, orang-orang dari kepercayaan lain, dan beragam dewa; se-
dia melihat Hyang Buddha dengan penuh keheranan.
belum Aku duduk dan berbicara kepada mereka, Aku mengubah diriKu
sendiri menjadi seperti mereka, berbicara seperti mereka. Tatkala Aku telah
selesai membabarkan Ajaran, mereka sangat gembira. Namun, mereka tidak
mengetahui siapa Aku, bahkan setelah Aku tiada!" (Mahaparinibbana-
104 17
PERTEMUAN DENGAN LIMA ORANG PERTAPA 17. Dada yang bagaikan dada singa [sihapubbaddha kayo]
Yang Maha Bijaksana tiba dikota Kashi, melihat kota ini menyerupai 18. Di kedua bahunya tidak ada lekukan
daerah pedalaman bagaikan suatu bunga rampai. Kota Kashi yang terletak 19. Potongan tubuhnya bagaikan pohon beringin [Nigrodha], tinggi tubuhnya
diantara dua sungai, Sungai Bhagirathi dan Varanasi, yang saling bertemu sama dengan rentangan kedua tangannya begitu pula sebaliknya.
seperti sepasang kekasih yang bersatu. Beliau dengan tubuh gemerlapan 20. Bahu yang sama lebarnya [samavattakkhandho]
yang penuh keagungan, bersinar bagaikan sinar matahari, Dia pergi ke 21. Indria perasa yang sangat peka [rasaggasaggi]
Taman Rusa. Taman Rusa ini sering dikunjungi oleh para pertapa besar. 22. Rahang yang bagaikan rahang singa [sha-banu]
Diwaktu malam terdengar jelas gemerisik suara pohon-pohon dan gema dari 23. Empat puluh buah gigi
bunyi burung-burung elang malam ditaman tersebut. 24. Gigi yang sama rata [sama-danto]
Yang mendiami taman ini adalah kelima pertapa yang bernama 25. Gigi yang tetap [avivara-danto]
Ajnata Kaundiya, Mahanaman, Vaspha, Asvajit, dan Bhadrajit. Ketika 26. Gigi yang putih bersih
mereka melihat Dia dari kejauhan, mereka berkata satu sama lainnya, “Itulah 27. Lidah yang panjang dan lebar [pahuta-jvha]
teman kita yang dulu simpatik dan baik, pertapa Gautama, yang menyerah 28. Suara bagaikan suara brahma yang seperti suara burung Karavika
atas kekerasan. Bila dia datang kepada kita, sudah tentu jangan 29. Mata yang biru tua [Abhinila]
menemuinya. Jelas dia tidak berharga untuk disalami. Orang-orang yang 30. Bulu mata yang penuh seperti bulu mata raja sapi jantan [gopakhumo]
telah melanggar janjinya tidak patut mendapat hormat.” “Sudah pasti, jika dia 31. Di antara alis matanya tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan ka
ingin berbicara dengan kita, marilah kita dengan segala cara jangan pas yang lembut [urna]
menghiraukan dia. Bagi orang suci tidaklah perlu menghargai para 32. Memiliki kepala yang bagaikan kepada bersurban [unhisasiso]
pengunjung, siapapun mereka yang tidak taat pada disiplin.”
Para pertapa itu, ketika Hyang Buddha datang menghampiri mereka Buddhisme Mahayana menerapkan suatu metode yang mudah di-
dengan segera membatalkan rencana semula. Semakin dekat Dia datang, mengerti oleh para umat awam, sehingga pemahaman Ajaran Sang Buddha
semakin lemah niat mereka untuk menghindar. Salah satu mengambil dapat dijalankan sesuai dengan kesanggupan dan kecocokan seseorang
jubahnya, yang lain dengan tangan melipat mengeluarkan mangkuk-untuk- [upaya-kausalya], melakukan berbagai pemujaan terhadap Dhyani Buddha,
meminta-minta, yang ketika menawarkan tempat duduk yang layak, dan yang Dhyani Bodhisattva, dan Manussi Buddha yang masing-masing berjumlah
dua lagi memberikan air untuk mencuci kaki-Nya. lima, dimana erat kaitannya atau merupakan realisasi dalam bentuk pemu-
Dengan sikap hormat yang bermacam-macam ini, mereka jaan dengan konsep Tri-Kaya.
memperlakukan Dia sebagai guru mereka. Tapi mereka dengan tiada henti- Panca Dhyani Buddha yang merupakan perwujudan dari Dharma-
hentinya memanggil Dia dengan nama keluarganya, sebab kelima pertapa itu Kaya, dan Panca Dhyani Bodhisattva yang merupakan perwujudan dari
belum mengetahui bahwa Gautama sekarang ini telah menjadi seorang Sambhoga-Kaya, dan Panca Manussi Buddha yang merupakan perwujudan
Buddha. dari Nirmana-Kaya dipercayai senantiasa bertugas secara berpasangan
Gautama memberitahukan bahwa sekarang ini Dia bukan lagi dalam suatu kurun waktu tertentu [kalpa] . Untuk era kehidupan saat ini,
Gautama seperti dulu selagi bersama-sama bertapa, tapi sudah menjadi adalah Buddha Amitabha sebagai Dhyani Buddha [Dharma-Kaya], Bodhi-
seorang Buddha. Kelima pertapa itu mengikuti disiplin yang keras saja tidak sattva Avalokitesvara sebagai Dhyani Bodhisattva [Sambhoga-Kaya], dan
diindahkan. “Bagaimana mungkin dengan perbuatan dulu itu sekarang Buddha Sakyamuni (Gautama) sebagai Manussi-Buddha [Nirmana-Kaya] .
Gautama dapat mengerti Kebenaran yang sesungguhnya, “ pikir para
pertapa, “apa dasarnya Engkau mengatakan kepada kami bahwa engkau
18 103
Sambhoga-Kaya yang diwakili oleh Bodhisattva Avalokistesvara sebagai telah melihat Kebenaran?” tanya para pertapa itu.
Dhyani Bodhisattva.
Nirmana-Kaya merupakan perwujudan dari Sang Buddha dalam MEMUTAR RODA DHARMA
usaha melaksanakan misinya kepada manusia dalam bentuk badan jasmani Para pertapa itu tidak mempercayai Kebenaran yang ditemukan oleh
yang kita lihat sebagai perwujudan dari Siddharta Gautama, dengan 32 tanda Tathagata. Karena Jalan untuk Penerangan yang ditemukan Dia adalah
seorang Manusia Agung [Dvatrimsam mahapurusa laksanani/ Dvattimsa ma- berbeda dari mereka dengan cara latihan kekerasan. Buddha Gautama
hapurisa lakkhanani] yang dicapai oleh Sang Buddha dalam beberapa ke- mengurai secara terinci kepada mereka jalan itu. Jalan itu adalah
hidupan Beliau sebelumnya karena telah mentaati dan menjalankan paramita pengetahuan yang ditemukan dan dialami langsung oleh Dia. Sedangkan
secara sempurna. ‘orang bodoh hanya menyiksa diri mereka sendiri, dan mereka hanya
Dalam Mahapadana Sutta, Digha Nikaya I yang merupakan bagian melekat pada pengendalian perasaan’. Kedua cara ini harus dianggap keliru,
dari Sutta Pitaka, tercatat ketika Buddha Gautama berada di Kareri-kuti di sebab cara mereka bukanlah menuju pada jalan yang kekal. Inilah yang
Jetavana Arama yang dibangun oleh Anathapindika, telah menguraikan ke- dinamakan jalan kekerasan yang membingungkan pikiran sebab lebih
hidupan lampau dan kelahiran Sang Buddha dengan 32 tanda seorang dikuasai oleh keletihan tubuh.
Manusia Agung, yaitu : Jadilah mereka kehilangan kemampuan untuk dapat mengerti risalah
1. Telapak kaki yang rata [suppatithita-pado] doktrin. Mereka masih banyak kekurangannya. Apakah mereka bersedia
2. Telapak kaki yang bercirikan suatu roda dengan seribu jeruji [Utsanga mengubah cara mereka hanya dengan penekanan hawa nafsu menuju
pado] Ketenangan? Dia telah meninggalkan kedua cara yang ekstrim itu, dan telah
menemukan Jalan lain, yaitu Jalan Tengah.
3. Bentuk tumit yang bagus [ayatapanhi]
Jalan tengah itu menuju ketentraman dari segala Penderitaan,
4. Jari-jari yang panjang [dighanguli] lagipula Jalan Tengah Itu bebas dari segala Kebahagiaan dan Kesenangan.
5. Tangan dan kaki yang lembut dan halus [mudutaluna] Hyang Buddha kemudian menguraikan dengan terinci kepada kelima pertapa
6. Tangan dan kaki yang bagaikan jala [jalahattha-pado] itu Empat Kesunyataan Mulia’(Catvari Arya Satyani) dan Delapan Jalan
7. Tulang pergelangan kaki yang seperti kulit kerang [ussankha-pado] Utama atau Jalan Benar dan Suci sebagai Jalan Tengah (Arya Astangika
8. Paha yang seperti raja rusa jantan [enijanghi] Marga).
Khotbah Hyang Buddha yang pertama ini di Taman Rusa dikenal
9. Tangan yang mencapai ke bawah lutut
dengan nama Pemutaran Roda Dharma (Dharmacakra Pravartana Sutra).
10. Alat tubuh rahasia lelaki yang terbungkus oleh selaput [kosohita-
Ajnata Kaundiya adalah Bhiksu pertama yang ditahbiskan oleh Hyang
vatthaguyho]
Buddha, menyusul keempat temannya.
11. Warna kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas
12. Kulitnya sangat licin sehingga tidak ada debu yang dapat melekat di PERTEMUAN ANTARA AYAH DENGAN ANAK
tubuhnya Pada suatu hari Hyang Buddha pergi ke Kapilavastu. Dia ingin
13. Dari setiap pori-pori di kulitnya ditumbuhi sehelai rambut memberikan Khotbah kepada ayah-Nya tentang Dharma. Beliau juga
14. Rambut yang berwarna biru kehitam-hitaman bertumbuh keriting ke atas, menunjukkan kemampuan-Nya yang menakjubkan kepada ayah-Nya. Maka
berbentuk lingkaran kecil dengan arah berputar ke kanan hal itu membuat ayah-Nya lebih mantap untuk menerima Dharma. Ayahnya
meluapkan kegembiraannya setelah mendengarkan Dharma. Dia melipat
15. Potongan tubuh yang agung [brahmujju-gatta]
tangannya sebagai tanda sebagai tanda hormat dan berkata kepada
102 19
anaknya, “Bijaksana dan berhasil adalah perbuatan-Mu, dan Engkau telah KONSEP TRIKAYA dan PANCA DHYANI BUDDHA
melepaskan saya dari Penderitaan besar.”
Kesenangan sebagai hadiah dari bumi ini, yang dinikmati oleh kita
Buddhisme Mahayana mengenal adanya konsep Tri-Kaya (Tiga
tiada lain hanyalah duka. Sekarang saya merasa senang mempunyai
Rangkap Tubuh) sebagai suatu pengertian yang bersifat transenden, yaitu
seorang anak yang berhasil. Engkau benar telah melakukan pekerjaan besar
melampaui hal-hal keduniawian. Pengertian Tri-Kaya ini hanya dapat dipa-
seperti itu. Dan sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk-Mu menyelami
hami secara intuisi dan sebenarnya dapat pula tercermin dalam diri kita
perasaan terharu kami, sanak keluarga-Mu yang tercinta, yang telah
sendiri sebagai suatu benih Kebuddhaan yang bersemayam di alam kesada-
mencintai-Mu dengan penuh kasih sayang, semua itu telah Engkau
ran ke-8 atau alayavijnana atau biasa disebut juga Tathagatagarbha.
tinggalkan.
Tri-Kaya dapat dibagi menjadi Dharma-Kaya, Sambhoga-Kaya dan Nirmana-
Demi kepentingan dunia yang penuh penderitaan, Engkau telah
Kaya.
menempuh kenyataan yang paling benar, yang tidak ditemukan bahkan oleh
Dharma-kaya yang merupakan sumbernya Dharma dan lambang
para pertapa di masa lampau baik oleh para dewa maupun raja.
kesunyataan sebagai suatu hakikat yang hakiki tanpa bentuk dan
Jadi Engkau telah memilih jalan untuk menjadi Kepala Alam Semesta,
warna, senantiasa memenuhi seluruh alam semesta dan tidak dapat diung-
sebagaimana Engkau telah memberikan kepada saya kesenangan yang
kapkan ataupun diuraikan dengan kata-kata.
melebihi segala sesuatu yang pernah saya rasakan, dan dengan
Umat Buddha Mahayana mempermudah perwujudan Dharma-Kaya
menyaksikan kemampuan-Mu yang menakjubkan dan mengenai Dharma-Mu
ini dalam bentuk rupang Buddha sebagai obyek pemujaan, obyek untuk kon-
yang suci. “
sentrasi dan pencurahan bhakti. Dhama-Kaya ini diwakili oleh Buddha Ami-
Ayah-Nya melanjutkan ucapannya, “Engkau telah menaklukan
tabha sebagai Dhyani Buddha. Sedangkan dalam Tantrayana, Dharma-Kaya
penderitaan besar bagi dunia Samsara. Engkau telah menjadi seorang Maha
dianggap sebagai suatu perwujudan dari Sang Adi Buddha yang dapat di-
Bijaksana yang telah memproklamirkan Dharma demi kebahagiaan dunia.
pandang sebagai suatu sifat Yang Mutlak atau Yang Senantiasa Berada Di
Kemampuan-Mu yang Menakjubkan, intelektual-Mu yang cemerlang,
Segala Tempat (Omnipresent).
Pelarian diri yang pasti dari bahaya yang tidak terhitung miliknya dunia
Sambhoga-Kaya merupakan Sinar Agung yang terpancar dari tubuh
Samsara. Hal-hal seperti ini telah membuat Engkau menjadi raja yang
Sang Buddha dan merupakan manifestasi sifat dasar Buddha yang dimiliki
berdaulat atas dunia, sekalipun tanpa lencana kerajaan.”
oleh Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna [Samyaksambodhi/
Sammasambodhi] atau Bodhisattva yang telah mencapai bhumi tingkat ke-
PERJALANAN LEBIH LANJUT
10. Sambogha-Kaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya
Sesudah itu Hyang Buddha melanjutkan perjalanan pergi
dapat dirasakan secara rohani, diwujudkan dalam bentuk simbol dari kelahi-
mengunjungi Shravasti. Beliau menunjukkan kemampuan-Nya yang
ran dan kematian.
menakjubkan kepada rakyat Shravasti dan menyangkal ajaran-ajaran
Dalam Suvarnaprabhasa dan Abhisamayalankara-karika dijelaskan
setempat yang tidak benar. Shravasti memberikan penghormatan besar dan
bahwa Sambhoga-Kaya adalah suatu tubuh yang sangat halus dari Buddha,
memuja Dia. Hal ini mengingatkan Raja Prasenajit dan menghadiahkan Dia
diberkahi dengan semua tanda dari mahapurusa dan umumnya dianggap
sebuah hutan kecil Jetavana untuk tempat istirahat dan memberikan
oleh Buddha untuk memberikan kebenaran yang lebih tinggi termasuk ke-
Khotbah kepada rakyat.
benaran metafisika kepada para Bodhisattva yang telah sangat maju.
Kemudian Beliau berpisah dengan rakyat Shravasti berhubung
Umat Buddha Mahayana mempermudah perwujudan sifat Cinta
Beliau ingin pergi berKhotbah ke tempat lain, yakni ke langit tingkat ke-33, di
Kasih dan Kasih Sayang yang merupakan sifat dasar Buddha dalam bentuk
mana ibu-Nya tinggal.
20 101
Panca Skandhah Dia berjalan tegak dengan penuh keagungan yang mulia dan
Tams Ca Svabhava-Sunyan Pasyati Sma menakjubkan bagi siapa saja yang melihat-Nya. Dia pergi ke langit untuk
Iha Sariputra Rupam Sunyata Sunyatatva Rupam Rupan Na menemui ibu-Nya dengan maksud memberikan Khotbah Dharma demi
Prthag Sunyata Sunyataya Na Prthag Rupam Yad Rupam Sa kebaikan ibu-Nya. Pada saat menjelang keberangkatan-Nya, pada raja bumi
Sunyata Ya Sunyata Tad Rupam membungkuk rendah dan muka mereka menengadah ke langit sebagai
Evam Eva Vedana-Samjna-Samskara-Vijnanani tanda hormat melepas keberangkatan Beliau. Dengan kemampuan yang
Iha Sariputra Sarva-Dharmah Sunyata-Laksana Anutpanna dimiliki-Nya, sebentar saja Beliau sudah sampai ke langit tempat tinggal para
Aniruddha Amalavimala Nona Na Paripurnah dewa.
Tasmac Sariputra Sunyatayam Na Rupam Na Vedana Na Samjna Dalam perjalanan-Nya menuju ke langit tingkat Ke 33, Beliau telah
Na Samskara Na Vijnanani melewati musim hujan di langit, dan menerima derma dari raja dewa yang
Na Caksuh Srotra Ghrana Jihva Kaya Manamsi tinggal di alam non-materi. Sesudah melewati dunia dewa, Dia meneruskan
Na Rupam Sabda Gandha Rasa Sprastavya Dharmah perjalanan-Nya dan pergi ke bawah ke wilayah Samkashya. Para dewa di
Na Caksur Dhatur Yavan Na Mano Vijnana Dhatuh wilayah ini, setelah menerima kehadiran-Nya , masing-masing memperoleh
Na Vidya Navidya Na Vidyaksayo Navidyaksayo Yavan pendalaman ketenangan dan kemajuan spiritual yang lebih tinggi lagi. Ketika
Na Jaramaranam Na Jara Maranaksayo Na Duhkha Samudaya Beliau hendak meninggalkan mereka, para dewa berdiri di depan rumah
Nirodha Marga Na Jnanam Na Praptir Apraptitvena besar mereka untuk memberikan hormat sebagai tanda ucapan terima kasih.
Bodhisattvasya Prajnaparamitam Asritya Mata mereka terus mengikuti keberangkatan-Nya sampai Beliau menghilang.
Viharatyacittavaranah Cittavarana Nastitvad Atrasto Setelah Beliau sampai dilangit Ke-33 – tempat tinggal ibu-Nya – Buddha
Viparyasatikranto Nisthanirvanah Gautama memberikan petunjuk dan Khotbah kepada ibu-Nya dan juga para
Tryadhvavyavasthitah Sarva Buddhah Prajnaparamitam dewa sekalian yang berada di sana. Yang Maha Bijaksana meluruskan jalan
Asritya Nuttaram Samyaksambodhi Mabhi Sambuddhah mereka dan semua juga telah siap untuk mendengarkan Khotbah dan
Tasmaj Jnatavyam Prajnaparamitam Mahamantro petunjuk-Nya karena mereka semua menaruh kepercayaan terhadap Buddha
Mahavidyamantro 'Nuttaramantro' Samsama Mantrah Sar- Dharma.
vaduhkhaprasamanah Satyamamithyatvat Prajnaparamitayam Ibu-Nya – setelah mendengarkan Khotbah-Nya – juga mencapai
Ukto Mantrah tingkat Arahat. Setelah selesai memberikan Khotbah dan petunjuk, Beliau
Tadyatha Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha kembali lagi ke Bumi.
Iti Prajnaparamita Hrdayam Samaptam
PENYEBARAN BUDDHA DHARMA
Namo Amitabha Buddhaya (21x) Buddha Gautama semasa hidup-Nya selama empat puluh lima tahun
terus-menerus menyebarkan Buddha Dharma ke berbagai negeri. Beliau
Perenungan
telah pergi menyebar Dharma sampai ke tengah-tengah lembah Sungai
Hari telah berlalu berkuranglah sehari kehidupanku bagaikan ikan kekuran-
Gangga bagian Utara-Timur India, Benares,Uruvela, Rajagraha, Veasali,
gan air, di mana ada kegembiraan yang abadi dalam kehidupan ini? Oleh
karena itu aku harus bertekad maju dan giat membina diri bagaikan orang Sravasti, Kosambi, dan Kapilavastu.
memadamkan kebakaran di atas kepalanya. Aku harus merenungi ketidak- Murid ke enam Buddha Gautama bernama Yasa, anak dari keluarga
kekalan di dalam kehidupan ini yang tidak bisa dihindari oleh siapapun juga, kaya. Yasa menjadi murid Hyang Buddha karena merasa jijik melihat
berjuang dan tidak boleh lengah. kesenangan duniawi yang penuh kepalsuan dan kekotoran batin.
100 21
Ayah dan ibunya juga menjadi Upasaka dan Upasika. Teman-temannya Sebelum makan tangan beranjali dan membaca
sebanyak 54 orang juga menjadi murid Hyang Buddha. Jumlah semua Puja kepada Buddha
Bhiksu menjadi 60 orang. Semuanya anggota Sangha dan mencapai Arahat Puja kepada Dharma
(Ariya Sangha). Upasaka dan Upasika yang telah mencapai tingkat Arahat Puja kepada Sangha
disebut Ariya Punggala. Bhiksu yang anggota Sangha yang belum Puja kepada semua makhluk
mencapai tingkat Arahat di sebut Samsuri Sangha. Sangha untuk pertama
kali dibentuk oleh Hyang Buddha beranggotakan lima orang yaitu murid- Saat makan:
muridnya kelima pertapa itu. Hyang Buddha untuk pertama kali di Taman Suapan pertama mengucapkan : “aku bertekad memutuskan akar kejahatan”
Rusa (Isipatana) kepada siswa-Nya (60 orang Arahat) anggota sangha Suapan kedua mengucapkan :”aku bertekad melatih diri dan melakukan ke-
mengucapkan Saranataya atau Tisaranagamana Upasampada yang berarti bajikan”
perlindungan ke pada Buddha, Dharma, dan Sangha. Suapan ketiga mengucapkan:”aku bertekad menolong semua makhluk”
60 bhiksu itu juga menyebarkan Buddha Dharma secara sendiri-
sendiri ke berbagai negeri. Karena tiap-tiap negeri di Jambudvipa atau India Selesai makan:
kaya dengan bahasa-bahasa, maka Hyang Buddha mengijinkan murid- Sathanam Samyak Sambuddha Kotinam Tadyatha Om Cale Cule Cundhi
murid-Nya dalam membabarkan Dharma boleh memakai bahasa setempat Svaha
agar dapat dimengerti oleh para pendengar. Hyang Buddha memberikan Om Gaganam Sambhava Vajra Hum (3x)
nasehat kepada mereka, “oh para bhiksu, majulah terus dalam menyebarkan Persembahan yang Gaib dari Svargaloka dari kebahagiaan Dhyana dan
Buddha Dharma demi kebaikan manusia. Siarkanlah Dharma ini untuk Samadhi
kebahagiaan orang banyak.”
Buddha Gautama sendiri juga menyebarkan Buddha Dharma. Om Suru Sa Ri Wa
Banyak orang yang telah mendengarkan Buddha Dharma yang dibabarkan Tathagatha Tadyatha
oleh para siswa Hyang Buddha ingin menjadi bhiksu juga. Para bhiksu itu Suru Svaha Om Vajra Dhyana Garbha
membawa mereka yang ingin menjadi bhiksu ke Hyang Buddha. Karena Bodhisattva mahasattva
setiap kali bila ada yang ingin menjadi bhiksu terlebih dahulu dibawa ke Maha Prajna paramita
hadapan Hyang Buddha, atas pertimbangan perjalanan yang jauh dari satu
negeri dan kemudahan maka Hyang Buddha mengijinkan para siswanya Tadyatha Om Gate Gate Param Gate
untuk mentahbiskan calon bhiksu dengan syarat mengucapkan Parasamgate Bodhi Svaha(3x)
Saranatayaatau mengulangi Tisarana yaitu TisaranagamanaUpasampada,
calon bhiksu harus mencukur rambut, jenggot, kumis, memakai jubah (warna
DOA MALAM
kuning atau coklat), berlutut dan bersikap anjali.
Ada tiga macam Bhiksu, yaitu : Namo Sakyamuni Buddhaya (3x)
1.Ehi Bhikku yang ditabiskan oleh Hyang Buddha
2.Tisarana Gamana Bhikku yang ditahbiskan oleh siswa Hyang Buddha PRAJNAPARAMITA HRDAYA SUTRA
( 60 orang Arahat itu). [Atha prajnaparamita-hrdayam-sutram Namah Sarvajnaya]
3.Naticatutthakamma Bhikku yang di tahbiskan melalui sangha (saat Aryavalokitesvaro Bodhisattvo Gambhirayam
setelah Hyang Buddha dan siswanya tidak memberikan pentahbisan lagi. Prajnaparamitayam Caryam Caramano Vyavalokayati Sma
22 99
Saat pujianku telah berlimph-limpah Untuk keperluan pentahbisan Sangha haruslah 5 orang bhiksu dan
Para Buddha menampakkan dirinya semuanya Sthavira atau thera (10 Vasa). Satu stel jubah Bhiksu terdiri dari:
Om Vajra Dhupe A hum (3x) satu potong jubah dalam (Ancera rasaka civara), satu potong jubah luar
(Uttarasanga Civara), Satu potong jubah atas (sanghari Civara).
VANDANA Buddha Gautama banyak mendapat dukungan antara lain Raja
Namo Dasadisani Triadhvani Sarva Buddhaya Bimbisara dari kerajaan Bimbisara (ada juga yang menyebutnya kerajaan
Namo Dasadisani Triadhvani Sarva Dharmaya
Namo Dasadisani Triadhvani Sarva Arya Sanghaya Magadha), kerajaan yang pertama kali dikunjungi Beliau. Setelah mendengar
Namo Sakyamuni Buddhaya Khotbah Hyang Buddha, Raja Bimbisara mempersembahkan Arama Hutan
Namo Bhaisajyaguru Buddhaya Bambu (Veluvana Rama) bagian selatan Jambudvipa atau India kepada
Namo Amitabha Buddhaya Hyang Buddha dan Sangha untuk tempat istirahat dan sebagai tempat
Namo Maitreya Bodhisattvaya
Namo Manjusri Bodhisattvaya berKhotbah.
Namo Samanthabhadra Bodhisattvaya Anak Raja Bimbisara bernama Ajatasattu mula-mula menyokong
Namo Avalokitesvara Bodhisattvaya Buddha Gautama, namum kemudian terkena pengaruh dan berkelompot
Namo Ksitigarbha Bodhisattvaya dengan Devadatta. Delapan tahun sebelum parinirvana Hyang Buddha,
Namo Dharmapala Sarva Deva Bodhisattvaya
Namo Arama Arya Sangha Bodhisattvaya mereka mencoba membunuh Buddha Gautama, namun semua rencana
Namo Maha Acchariya Bodhisattvaya mereka tidak berhasil.
Namo Maha Arya Kinaraja Bodhisattvaya Penyokong lainnya ialah Raja Kosala dari Visakha, dan hartawan
Namo Triloke Arya Bhadra Bodhisattvaya Anathapindika. Karena kemurahan hatinya Anathapindika diingat sebagai
kepala dermawan juga dikenal dengan nama Sudatta. Anathapindika
MANTRA PENGEMBANGAN MAKANAN
memberi hutan Jetavanadekat savatthi dan mendirikan vihara bagi para
Namo Sarva Tathagata, Valokite.
bhiksu. Anathapindika selama hidupnya sangat menyokong dan
Om Sambhara Sambhara Hum (3x)
mengorbankan harta bendanya untuk perkembangan Agama Buddha.
Dalam tahun itu juga setelah Beliau mencapai Penerangan, Buddha
MANTRA PENGEMBANGAN AIR
Gautama kembali ke Kapilavastu, disamping memberikan Khotbah kepada
Namo Surupaya, Tathagataya.
rakyat Kapilavastu, dan ayah-Nya, Suddhodana, yang kemudian hari menjadi
Tadyatha : Om Suru Suru Prasuru Prasuru . Svaha (3x)
Arahat dan masuk ke surga Sotapanna. Setelah hari ke-7 Hyang Buddha
berada di Kapilavastu, di saat Beliau sedang makan siang, Putri Yasodhara
GATHA DAN MANTRA PERSEMBAHAN
mengajak putranya Rahula melihat dari jendela ke arah Buddha Gautama.
Semua makanan yang lezat dan wangi
Putri Yasodhara menanyakan kepada Rahula, siapakah Dia yang sedang
Kupersembahkan kepada Para Buddha disepuluh penjuru
makan? Rahula menjawab bahwa Dia yang sedang makan adalah Hyang
Dan Kupersembahkan kepada semua para Arya
Buddha. Mendengar jawaban putranya, putri Yasodhara sangat sedih sampai
Kebawah kuberikan dana kepada 6 alam kehidupan
meneteskan airmata dan berkata. “Beliau adalah Buddha, dan juga ayah
Dana Dharma dan dana materi tiada perbedaan
kandungmu. Dia rela meninggalkan segala harta benda, kemewahan,
Semoga semuanya mendapatkan kebahagiaan yang sempurna
kesenangan duniawi, kekuasaan, pangkat, ketenaran, meninggalkan istana,
Puja ini kupersembahkan kepada semua makhluk di alam Dharma
dan sekarang menjadi Buddha. Dia telah memperoleh harta abadi melebihi
segala harta benda yang ditinggalkan.”
98 23
Pangeran Rahula yang pada saat itu berusia 7 tahun datang Perenungan
menghadap Buddha Gautama dengan sapa hormat dan sopan santun. Makhluk manapun juga yang berada di sini maupun di alam lain,
yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang terbentuk maupun yang tidak
Hyang Buddha Menasehatkan kepada Rahula bahwa segala harta benda
berwujud, yang kuat maupun yang lemah, semoga semuanya hidup dalam
yang telah ditinggalkan tidak lebih bernilai dan abadi daripada harta yang keberuntungan dan kebahagiaan, semoga semuanya dapat memancarkan
telah diperoleh-Nya sekarang yakni Dharma – Penerangan Sempurna. cinta kasih, dijauhi dari perasaan rakus, benci, dendam, malas, cemburu,
Rahula lalu ditahbiskan menjadi Samanera atau Calon bhiksu. Melihat sombong, kejam, iri hati, curiga. Semoga semua makhluk semuanya dapat
masuk ke dalam pintu Dharma, kesucian dan kedamaian, melenyapkan 8
kejadian ini putri Yasodhara mula-mula merasa sedih karena suaminya,
bencana penderitaan dan 3 kondisi alam menyedihkan, bersama-sama me-
Pangeran Sidharta, menolak menjadi raja dan sekarang putranya juga kelak masuki alam kebahagiaan Surga Sukhavati, semoga Negara selalu jaya ker-
tidak akan menjadi Raja. Sejak saat itu, bagi yang masih dibawah umur bila taraharja dan pemerintah yang baik bertahan lama, semoga cahaya Hyang
hendak ditahbiskan menjadi samanera haruslah mendapat persetujuan dan Buddha semakin cemerlang dan roda Dharma selalu berputar.
Aku harus menghormati orang yang lebih tua dan hidup secara har-
ijin dari orang tua calon samanera itu. Rahula kemudian menjadi bhiksu dan
monis dengan lingkungan. Aku harus bertahan di mana orang lain tidak da-
mencapai Arahat. Juga putri Yasodhara kemudian menjadi Bhiksuni dan pat bertahan lagi dan berlatih apa yang tidak dapat dicapai orang lain. Aku
mencapai Arahat. harus membantu orang lain yang berada dalam kesulitan dan menolong
Hyang Buddha juga memberikan Khotbah kepada rakyat Kapilavastu mereka agar berhasil mengatasinya.
Saat duduk dengan tenang aku harus sering mengintrospeksi diri
sehingga banyak rakyat menjadi Upasaka dan Upasika. Beliau menjelaskan
atas kesalahan yang telah kuperbuat. Di saat bercakap-cakap dengan te-
kepada para siswa-Nya dalam kehidupan sehari-hari, selalu menjunjung man-teman aku tidak membicarakan keburukan orang lain. Dalam segala
tinggi Buddha Dharma dan mengajarkan kepada orang lain, semua itu tindakan, ucapan, dan pikiran baik saat berpakaian maupun saat makan dari
merupakan penghormatan yang tertinggi kepada-Nya, Buddha Gautama. subuh hingga petang dan dari petang hingga subuh aku tidak boleh berhenti
melafalkan nama Buddha dengan suara lantang maupun dalam hati. Aku
tidak boleh berpikir yang negatif . Jika pikiran mengkhayal maka aku harus
DEVADATTA segera menghalaunya. Selalu rendah hati dan bertobat walaupun sudah te-
Devadatta, saudara sepupu-Nya, juga seorang anggota Sangha, tapi kun berlatih dengan benar. Aku selalu merasa bahwa latihanku masih dang-
ia memiliki sifat dengki dan sombong. Melihat kebesaran dan keberhasilan- kal. Aku harus melihat diriku sebagai manusia biasa dan orang lain sebagai
Bodhisattva. Jika dapat berlatih dengan cara seperti ini aku bisa hidup di
Nya, hati Devadatta sangat terluka dan timbul niat buruk untuk
tanah suci Surga Sukhavati.
mencelakakan Buddha Gautama.
Devadatta juga membuat perpecahaan dalam Sangha, juga berani Namo Buddhaya
berbuat hal-hal yang tercela. Namo Dharmaya
Namo Sanghaya (3x)
Pada suatu hari, dia mengetahui Hyang Buddha Gautama akan
Tadyatha Om Gate Gate Param Gate Parasamgate Bodhi Svaha 3x
melewati jalan yang berada dibawah puncak Burung Bering. Devadatta
lantas menjatuhkan sebuah batu gunung besar dari puncak itu dengan
maksud agar batu gunung itu menimpa Yang Maha Bijaksana. Tapi batu PUJA SIANG
gunung itu tidak mengenai dan melukai Dia, batu itu pecah menjadi dua dan
jatuh ke arah lain sebelum menimpa Dia. GATHA PENDUPAAN
Devadatta mengulangi lagi rencana jahatnya dengan cara Pendupaan mulai menghangat dan menyala-nyala
melepaskan seekor gajah liar pada jalan utama yang dilalui raja, dimana Dharmadatu Dharmadatu diliputi wanginya diliputi wanginya
jalan ini akan dilalui oleh Maha Bijaksana. Gajah liar berlari-lari dengan Wanginya di hadapan para Buddha yang sedang musyawarah
kencang ke arah Dia, dengan suara mendengus kencang bagaikan guntur Oh... Awan kebahagiaan terbentuk dimana-mana

24 97
DOA SEHARI-HARI yang akan membelah bumi, bagaikan angin kencang di angkasa di malam
gelap gulita.
DOA PAGI Orang-orang yang mengetahui rencana jahat Devadatta, semua
mengucurkan air mata dan banyak orang berusaha untuk menghalangi gajah
Namo Sakyamuni Buddhaya (3x) itu tapi tidak berhasil. Yang Maha Bijaksana diberitahukan akan bahaya, tapi
Yang Maha Bijaksana terus berjalan dengan tenang dan tanpa ada rasa
MAHA KARUNA DHARANI takut. Karena Dia memang punya perasaan prihatin dan sayang terhadap
1. Namo ratnatrayaya * semua makhluk hidup, para Dewa dan Dewi, para Bodhisattva dan Buddha
2. Namo aryavalokitesvaraya juga turut melindungi-Nya.
3. Bodhisattvaya mahasattvaya mahakarunikaya Para bhiksu yang mengikuti Buddha Gautama telah lari tunggang-
4. Om Sarva abhayah sunadhasya langgang karena ketakutan, hanya tinggal Ananda sendiri yang mendampingi
5. Namo sukrtvernama aryavalokitesvaragarbha Dia. Buddha Gautama tetap tenang dan terus berjalan. Gajah itu berlari-lari
6. Namo nilakantha mahabhadrasrame dengan kencang ke arah Hyang Buddha untuk menubruk-Nya. Tapi sebelum
7. Sarvarthasubham ajeyam sarvasattvanamavarga mahadhatu gajah itu datang mendekat, Yang Maha Bijaksana dengan kekuatan Spiritual-
8. Tadyatha : Om * avaloke lokite karate Nya dapat membujuk gajah besar liar itu jinak, dan tidak menyentuh sedikit
9. Hari mahabodhisattva sarva sarva mala mala juga tubuh Hyang Buddha. Gajah besar liar itu menundukkan kepalanya dan
10. Mahahrdayam kuru kuru karman menjatuhkan badannya ke tanah di hadapan Hyang Buddha dengan
11. Kuruvijayati mahavijayati menimbulkan suara yang gemuruh. Yang Maha Bijaksana dengan penuh
12. Dharadhara dharin suraya kasih sayang, dengan kelembutan tangan-Nya mengusap-usap kepala gajah
13. Chala chala mama bhramara muktir besar liar itu.
14. Ehi ehi chinda chinda harsam prachali Devadatta setelah menyaksikan kejadian tersebut, menjadikan dia
15. Basa basam presaya hulu hulu mala lebih dengki, kejam, dan jahat. Akhirnya atas perbuatannya sendiri telah
16. hulu hulu hile sara sara siri siri suru suru mengakibatkan karma buruk, setelah meninggal dunia dia jatuh ke alam
17. Bodhiya bodhiya bodhaya bodhaya neraka.
18. Maitreya nilakantha dharsinina
19. Payamana svaha. Siddhaya svaha. Maha siddhaya svaha MAHA PRAJJAPATI DAN PANGERAN NANDA
20. Siddha yogesvaraya svaha. Nilakantha svaha Maha Prajjapati adalah bibi Buddha Gautama, yang mengasuh-Nya
21. Varahananaya svaha. Simhasiramukhaya svaha di waktu masih kecil (Pangeran Sidharta), kemudian menjadi permaisuri
22. Sarvamahasiddhaya svaha. Cakrasiddhaya svaha kedua dari Raja Suddhodana. Dia mempunyai seorang putra bernama
23. Padmahastaya svaha. Nilakanthavikaraya svaha Nanda. Karena Pangeran Sidharta tidak ingin menjadi raja yang sekarang
24. Maharsisankaraya svaha telah menjadi Buddha Gautama. Juga Rahula akhirnya menjadi bhiksu dan
25. Namo Ratnatrayaya mencapai Arahat. Pangeran Nanda yang kelak akan menggantikan Raja
26. Namo Aryavalokitesvaraya svaha Suddhodana, mempunyai istri yang cantik bernama Sundari. Pangeran
27. Om * Siddhyantu mantra padaya svaha Nanda hidupnya hanya bersenang-senang dengan istrinya, tidak memikirkan
masa depan kerajaan Kapilavastu.
Om Mani Padme Hum (21x) Ketika Buddha Gautama di Kapilavastu mengetahui segala
96 25
tindakannya, Dia Menasehati Pangeran Nanda dan memberikan Khotbah 4. Doa Pribadi
kepadanya. Siapapun kelak akan menjadi Raja Kapilavastu walaupun bukan 5. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio
6. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk bersama-sama
keturunan raja, asalkan dia cakap dan bijaksana serta memperhatikan
memasuki pintu Kesucian Dharma, 8 penderitaan dan 3 kondisikeadaan
rakyatnya, dapat memerintah secara adil dan bijak, dia boleh saja menjadi lenyap sudah dalam lautan janji
raja. Akhirnya Pangeran Nanda meninggalkan istana dan menjadi bhiksu. Oh Mee To Fo (1x), kemudian namaskara (3x).
Sariputra yang mencukur rambut Nanda ketika ia akan menjadi bhiksu.
Akhirnya Maha Prajjapati juga menjadi bhiksuni. Ananda dalam hal
7 Doa Kepada Dewa Rezeki/ Chai Shen Ye
ini juga sangat mendukung dibentuknya Sangha Bhiksuni. Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio:
1. Mengundang Dewa Rejeki/ Chai shen Shen Cung Pu Sa
SARIPUTRA DAN MAUDGALYAYANA Dengan sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Dewa Rejeki/
Chai shen shen Cung Pu Sa 3x.
Sebelum menjadi siswa Hyang Buddha, Sariputra bernama
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana:
Upatisya. Dia dari keluarga Brahmana dan tinggal di kota Rajagrha. Teman Dewa Rejeki yang dimuliakan/ Namo Chai Shen Shen Cung Pu Sa 3x.
baiknya bernama kolita, yang kemudian juga menjadi siswa Buddha 3. Baca Mantra dan sutra:
Gautama dan bernama Maudgalyayana. ♦ Maha Karuna Dharani/ Ta Pei Cou
♦ Prajnaparamita Hrdaya Sutra ( Po Je Po Lo Mi To Hsin ching )
Sariputra terkenal karena pandai bicara dan sangat bijaksana.
♦ Mahacundi Dharani 12x/ 27x/ 49x/ 108x (mantra Bodhisattva Tangan
Ibunya seorang pendiam. Ketika mengandung Sariputra, ibunya menjadi Seribu/ mantra ke-4 dari sepuluh mantra pendek/ Chuen Thi Sen
sangat pandai bicara dan dalam hal-hal tertentu menjadi lebih bijaksana. Cou).
Maudgalyayana dikenal karena pandai dan memiliki kekuatan gaib. 4. Doa pribadi:
Dewa Rezeki/ Chai Shen Shen Cung Pu Sa yang membawa kemakmu
Sebelum mereka berdua menjadi murid Hyang Buddha, Sariputra dan
ran dan keberuntungan yang dimuliakan oleh para Dewa, dengan keya-
Maudgalyayana berguru kepada Sanjaya. Sanjaya adalah seorang guru dari kinan ini keberuntungan dan kemakmuran beserta diriku. Semoga ke
golongan Tirtyas yang mempunyai dua ratus lima puluh orang murid. beruntungan, kemakmuran datang dari semua penjuru, terbukalah pintu
Sariputra, Maudgalyayana beserta dua ratus lima puluh temannya itu rejeki dalam perjalanan hidupku. Semoga……..
5. Membangkitkan tekad:
akhirnya menjadi murid Buddha Gautama. Mereka menjadi murid Hyang
♦ Aku bertekad menjalankan kewajibanku dengan baik dan dengan
Buddha karena mendengar Khotbah bhiksu Ashvajit, dia lalu membawa senang hati, walaupun belum tentu menyenangkan. Kutahu ini meru
mereka bertemu dengan gurunya, Buddha Gautama. pakan bagian dari perjalanan nasibku.
Maudgalyayana pada suatu hari ketika sedang ber-meditasi, merasa ♦ Aku bertekad menjadi manusia berguna, sekecil apapun kebaikan
yang kulakukan, dapat menambah keberuntungan hidupku.
ngantuk. Kebetulan Buddha Gautama ada disekitarnya. Melihat dia
♦ Aku bertekad tidak berbuat jahat dan bodoh lagi, sekecil apapun keja
mengantuk, Buddha Gautama datang menghampirinya dan dengan penuh hatan yang kulakukan, dapat menambah penderitaanku yang baru.
kasih sayang berbicara lembut kepada Maudgalyayana. Supaya dia tidak ♦ Aku bertekad membahagiakan keluargaku, demi kebahagiannya.
merasa ngatuk dan dapat ber-meditasi dengan baik, Beliau berkata kepada ♦ Aku bertekad dilahirkan di Tanah Suci Surga Sukhavati.
6.Doa cinta kasih
Maudgalyayana,
7.Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam hati:
“Engkau harus selalu ingat bahwa seorang bhiksu bila diminta oleh semoga terjadilah hendaknya.
umatnya untuk datang ke rumah mereka sudah tentu karena ingin 8.Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke
memerlukan bantuanmu. Dirumah umat awam, engkau sebagai seorang mudian namaskara/ Pai Kui (3x).
bhiksu tidak boleh merasa harus di hormati dan harus dilayani secara
berlebihan. Sebab mungkin disebabkan di rumah ada hal yang sangat
26 95
♦ Dilanjutkan dengan membaca mantra ke-1 atau ke-2 tersebut di atas. penting untuk diselesaikan terlebih dahulu, sehingga engkau agak diabaikan.
♦ Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke Maudgalyayana, engkau jangan seketika berperasaan tidak dihormati juga
mudian namaskara/ Pai Kui (3x)
atau mereka mendadak berubah sikap terhadapmu. Jika demikian halnya
(Yang terbaik adalah berdoa dengan membaca Mantra Bodhisattva Tangan
dan Mata Seribu, mantra penghancur semua halangan dan kegelapan). ada dalam perasaan dan pikiranmu dan ketenanganmu, dan bila terus
teringat maka engkau tidak akan dapat menjalankan meditasi-mu dengan
5 Doa Kepada Dewa Bumi baik.
Setelah bernamaskara/ pai kui 3x,sambil memegang dupa/ hio:
Demikian juga engkau tidak boleh mengucapkan perkataan yang
1.Mengundang Dewa Amurvabhumi
Dengan sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Dewa Amurva- dapat menimbulkan pertengkaran, juga tidak boleh berusaha mencari
bhumi 3x. kesalahan orang lain. Jika engkau, Maudgalyayana, melakukan hal-hal yang
2. Baca nama yang dimuliakan (Vandana/ Shen Hao): demikian maka engkau akan terganggu ketenanganmu sehingga engkau
Dewa Amurvabhumi 3x yang dimuliakan 3x
tidak dapat memusatkan pikiranmu untuk dapat bermeditasi dengan baik.”
3. Baca mantra dan sutra:
- Na mo san man tou, mu thuo nan, an to lu to lu ti bwe sa pho he. (3x,
12x, 27x, 49x) TIGA SAUDARA KASYAPA
- Baca mantra ke-3 dari sepuluh mantra pendek 3x, 12x, 27x, 49x Di Uruvela, sebelah hulu sungai Nairanjana, berdiam seorang guru
(GUNARATNASILA DHARANI/ KUNG TE PAU SAN SEN COU)
pemuja api bernama Uruvela Kasyapa yang mempunyai lima ratus orang
Semoga aku bisa menjadi manusia yang berguna.
Semoga aku menjadi penyebab orang lain memperoleh keberuntungan sebagai pengikutnya. Dia merupakan kakak tertua di antara tiga orang
Semoga semuanya menyadari keberuntungan berasal dari perbuatan saudaranya. Mereka berdua juga pemuja api. Adiknya yang pertama
sendiri yang baik. bernama Nadi Kasyapa mempunyai tiga ratus orang pengikut yang tinggal di
Semoga semua makhluk bisa bersama-sama berjuang menuju pantai
hilir sungai Nairanjana. Adik Uruvela Kasyapa yang kedua bernama Gaya
bahagia
Semoga semua makhluk bergembira, hidup tentram dan damai Kasyapa mempunyai dua ratus orang pengikut, dan bertempat tinggal lebih
4. Doa Pribadi: hilir dari kakaknya Nadi Kasyapa.
Dewa Amurvabhumi yang dimuliakan, penguasa tanah dan pelindung di Suatu ketika Buddha Gautama datang ke Uruvela mengunjungi
bumi ini, mari bersama-sama membina diri di jalan ke-Buddhaan dan
Kasyapa dengan maksud untuk memberikan petunjuk dan mengajarkan
berkatilah kami…..,
5. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam Buddha Dharma kepadanya agar ia dapat kembali ke jalan yang benar dalam
hati: semoga terjadilah hendaknya. mencari ilmu. Buddha Gautama minta kepada Uruvela Kasyapa untuk
6. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke menginap di rumahnya. Permintaan-Nya dikabulkan, tapi Uruvela Kasyapa
mudian namaskara/ Pai Kui (3x).
menjelaskan bahwa di pondoknya terdapat seekor ular kobra besar dan
6 Doa Kepada Satyabudi Dharmapala Bodhisattva/KwanTi Kong ganas menjaga api sucinya. “Asalkan Engkau tidak takut tinggal di pondok
Setelah bernamaskara/ pai kui 3x,sambil memegang dupa/hio: saya itu, saya tidak keberatan,” ujar Uruvela Kasyapa.
1. Mengundang kwan Ti Kong: dengan sembah dan sujud kami mengun Buddha Gautama menginap di pondoknya, beliau tidak tidur
dang kehadiran Kwan Ti kong 3x.
melainkan ber-meditasi dikamar yang dimaksudkan Uruvela Kasyapa. Pada
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana: Namo Satyabudi Dharmapala
Bodhisattvaya/ Na mo Cie Lan Shen Cung Kwan Ti Kong Pu Sa (3x) tengah malam, betul saja seekor ular kobra besar muncul dan mendekati-
3. Baca mantra dan sutra: Nya dengan suara mendesis dan dari mulut ular itu menyemburkan hawa
♦Maha Karuna Dharani/ Ta Pei Cou beracun dan bergerak hendak menggigit-Nya.
♦Prajnaparamita Hrdaya Sutra/ Xin Cing
Buddha Gautama sedikit pun tidak bergeming, dalam meditasi-Nya dengan
♦Jvala Mahaugra Dharani/ Siau Cai Ci Siang Sen Cou 3x, 12x, 27x, 49x
(mantra kedua dari Sepuluh Mantra Pendek) kekuatan spiritual dan mengembangkan rasa maitri karuna terhadap semua
94 27
makhluk hidup, cahaya welas asih memancar dari tubuh-Nya hingga segala untuk menambah keberuntungan dan kebijaksanaan. Hal ini tidak salah,
macam kejahatan dan benda atau hawa beracun tidak mampu menembus bahkan sesuai dengan ayat kitab suci sembahyang, yaitu “PENUH KEYAK
INAN DAN BERLINDUNG DI ALTAR MENAMBAH KEBERUNTUNGAN
cahaya maitri karuna dan prajna-Nya.
DAN KEBIJAKSANAAN YANG SESUNGGUHNYA (TAN XIN GUI YI ZHEN
Pada keesokan paginya, Uruvela Kasyapa datang kekamar Beliau, FU HUI)”.
dikira Buddha Gautama sudah mati digigit ular kobranya. Namun dia melihat Keyakinan tersebut tentu harus dilandasi dengan ajaran Buddha,
Hyang Buddha sedang ber-meditasi dengan tenang. Dia bertanya apakah yaitu semua yang terjadi dalam hidup ini bersumber dari perbuatan sendiri
yang lalu maupun yang baru. Perbuatan baik menghasilkan keberun-
Beliau tidak melihat ular kobra yang dimaksudkan itu. Hyang Buddha
tungan, perbuatan jelek dan bodoh menghasilkan penderitaan.
menjawab bahwa tidak ada ular kobra. Kemudian Hyang Buddha Perbuatan baru (sebab) dapat menciptakan kondisi atau jodoh yang
menjelaskan kepada Uruvela Kasyapa tentang Buddha Dharma. baru. Hasil/ buah karmanya akan diterima oleh kita sendiri. Oleh karena itu,
Pada hari berikutnya, ada upacara sembahyang pemujaan api. Tapi wahai Anda yang bersembahyang kepada Si Mian FO, bangkitkan tekad
untuk tidak berbuat jahat dan bodoh lagi, perbanyaklah perbuatan baik dan
Buddha Gautama tidak hadir menyaksikan upacara tersebut. Ketika Uruvela
bajik, sucikan hati dan pikiran, maka Anda akan terbebas dari penderitaan,
menanyakan kepada Beliau mengapa tidak turut hadir dalam upacara itu, mendapat kesuksesan hidup dan keberuntungan hingga terlahir di Tanah
Hyang Buddha menjawab, “Bukankah engkau tidak menginginkan Saya ikut Suci Surga Sukhavati.
hadir.”
MANTRA
Uruvela Kasyapa sangat terkejut mendengar jawaban Hyang Buddha
Mantra yang di baca dapat dipilih salah satu dari mantra di bawah ini:
yang telah mengetahui isi hatinya. 1. MANTRA BODHISATTVA TANGAN DAN MATA SERIBU
Beberapa hari berikutnya, turunlah hujan lebat. Ini kali Hyang ♦ Dengan segenap hati kubersujud kepada Yang Maha Sempurna.
Buddha menunjukkan tanda-tanda gaib spiritual-Nya. Hyang Buddha berjalan Kepala kuletakkan di bawah kaki-Mu. Saat sekarang aku memuliakan
kebesaran-Mu.
keluar. Anehnya hujan tidak membasahi-Nya dan jalanan yang akan dilewati-
♦ Semoga dengan penuh cinta kasih Engkau memberkatiku.
Nya menjadi kering seolah-olah tidak turun hujan. Melihat kemampuan ♦ Semoga dengan penuh cinta kasih Engkau memberkati……..(nama
Hyang Buddha, Uruvela menjadi kagum dan hormat kepada-Nya. yang dimohonkan berkat-Nya)
Setelah mendengar lagi Khotbah Hyang Buddha tentang Buddha Namo saptanam samyak-sambuddha kotinam. Tadyatha Om, Cale cule
cundi.Svaha. (12x, 27x, 49x, 108x, atau sebanyak-banyaknya).
Dharma, akhirnya Uruvela Kasyapa dan kedua adiknya serta para pengikut
2. MANTRA DEWA SHI MIAN FO
mereka menjadi siswa Hyang Buddha. Uruvela Kasyapa juga dikenal dengan Om karabindunatam uppannam brohmasahapatinama atikappe su, a,
nama Maha Kasyapa. kate pancapatunam tisva namobuddhaya vandanam. Siddhi kiccam Sid
dhi kammam siddhi kariya tadakato siddhi teco jayoniccam siddhi labho
nirantaram sabbakammam prasiddhime sabbasiddhi bhavantu.
ANANDA
Buddha Gautama ketika mengunjungi Kapilavastu, telah beberapa CARA BERDOA
kali memberikan Khotbah Buddha Dharma baik kepada raja, pangeran, Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio memuli
bangsawan kerajaan Kapilavastu. Beliau juga memberikan Khotbah Dharma akan-Nya dan berdoa:
(dimulai dari yang menghadap ke luar dan seterusnya, berputar sesuai
kepada penduduk suku Shakya. Mereka yang telah mendengar Khotbah
dengan arah jarum jam)
Dharma dari Hyang Buddha di hati dan batin mereka tumbuh ke-Bodhi-an ♦ Dewa Empat Muka yang penuh cinta kasih/ maitri; atau
untuk menjadi siswa Buddha dan banyak yang menjadi bhiksu. Diantara ♦ Dewa Empat Muka yang penuh karunia/ karuna; atau
pangeran yang menjadi bhiksu adalah Pangeran Devadatta, Pangeran ♦ Dewa Empat Muka yang penuh perhatian dan simpati/ mudita; atau
♦ Dewa Empat Muka yang penuh keseimbangan dan ketentraman/ upek
Anuruddha, Pangeran Vibhasa, Bhadrika, Pangeran Ananda.
sha)
Ananda dikenal sangat pandai yang mempunyai ingatan luar biasa. Berkatilah kami…………(doa pribadi).
28 93
4 Doa kepada Dewa Empat Muka/ Si Mian Fo Dia juga yang paling setia dan senantiasa mendampingi Buddha Gautama
SEJARAH selama 27 tahun. Ananda mencapai tingkat Arahat pada saat akan
Jauh 5000 tahun yang lalu di India berkembang keyakinan/ keper
menjelang pagi dimana akan diadakan Pertemuan Agung I tidak lama
cayaan bahwa di dunia ini ada Tiga Maha Raja Dewa yang mengua sai
dunia, yaitu: setelah Mahaparinirvana Hyang Buddha. Ananda mengulangi semua
♦ Dewa Brahma disebut juga Dewa Pencipta semua benda-benda langit Khotbah Hyang Buddha yang pernah didengar langsung olehnya dengan
dan bumi; mengucapkan ‘Evam Maya Sutram’ artinya’Demikianlah telah aku
♦ Dewa Wisnu disebut juga Dewa Pemelihara semua benda-benda langit
dengar’ (aku di sini dimaksudkan adalah Ananda). Maka semua sutra
dan bumi;
♦ Dewa Syiwa di sebut juga Dewa Penghancur semua benda-benda langit pembukaannya dimulai dengan kalimat tersebut.
dan bumi. Ananda berjasa dalam memberikan dorongan berdirinya Sangha
Agama Buddha berasal dari India, Hyang Buddha bersabda di dalam Bhiksuni, dimana Maha Prajjapati di tahbiskan menjadi bhiksuni. Pada hari
ayat kitab suci, bahwa ada Maha Raja Dewa yang disebut Brahmasaham
dia ditahbis menjadi bhiksuni merupakan hari berdirinya Sangha bhiksuni.
Dipati (Da Fan Thian Wang/ Si Da Thian Wang), yang dapat melindungi,
membantu, mendukung para pelaksana Dharma di semua penjuru dunia Atas permintaan Hyang Buddha kepada Ananda untuk merancang jubah
ini, yang disebut juga Dewa Pelindung Dharma. Sangha, Ananda mengambil contoh petak-petak sawah di negeri Magadha
Oleh karena itu, di India dibentuklah rupang Maha Raja Dewa Empat yaitu kotak-kotak yang ada pada jubah Sangha.
Muka (pakai kumis) dengan delapan tangan saktiNya, yang saat sekarang
Pada saat akhir sebelum Ananda meninggal, beliau pergi ke tepi
sedang popular, disebut Si Mian Foo. Si Mian Fo bukan berarti Buddha
bermuka empat, melainkan berarti Raja Dewa Empat Muka, Orang suku sungai Rohini, memberikan Khotbah Dharma terakhir kepada sanak
Hakka/ Ke Ren menyebut dengan istilah Thian Shen. keluarganya dan para umat awam di sana. Setelah itu beliau pergi menuju
sungai Rohini, dari tubuhnya keluar api suci membakar dirinya sendiri dan
URAIAN
meninggal. Ananda meninggal dalam usia 120 tahun dan juga mencapai
Rupang Si Mian Fo dibuat bermuka empat, dengan pengertian Raja
Dewa ini dapat : tingkat Arahat.
♦ membantu umat yang sujud yang datang dari empat penjuru dunia, baik
dari timur, selatan, barat, utara, agar tercapai keinginannya, UPALI
♦ menegakkkan keadilan,
Upali adalah berasal dari Kasta Sudra. Sejak kecil ia telah bekerja
♦ penuh cinta kasih, belas kasihan, empati dan ketenangan batin (metta,
karuna, mudita, upeksha). dalam lingkungan kerajaan Kapilavastu, mengabdi kepada Pangeran
DELAPAN TANGANNYA MEMEGANG PUSAKA SAKTI Bhadrika. Setelah memutuskan untuk menjadi siswa Hyang Buddha,
1. Kitab sakti, melambangkan kebijaksanaan yang sesungguhnya sebelum bertemu dengan Beliau, Pangeran Bhadrika meminta rambutnya
2. Kulit keong Sakti, melambangkan pemberi keberuntungan
dicukur bersih oleh Upali. Upali telah mengenal Hyang Buddha ketika Beliau
3. Aksamala/ Tasbeh Sakti/ Nian Cu, melambangkan tumimbal lahir ( per
jalanan hidup manusia di dunia ini selalu berputar). memberikan Khotbah di istana Kapilavastu, yang pada saat itu didampingi
4. Pot Bunga Sakti, melambangkan air berkah oleh Sariputra.
5. Tangan Mudra Sakti, melambangkan pemberi berkah Upali tidak berani menyatakan niatnya langsung kepada Hyang
6. Tongkat Sakti, melambangkan keberhasilan/ kepemimpinan
Buddha untuk menjadi siswa-Nya, karena ia merasa dari Kasta Sudra.
7. Roda Terbang sakti, melambangkan dapat menghancurkan segala
gangguan, baik rasa kesal, jengkel, gangguan orang jahat, gangguan Setelah bertemu dengan Sariputra, Upali menjelaskan maksudnya dan
iblis dan gangguan lingkungan dan lain-lain menanyakan apakah dia dari Kasta Sudra boleh menjadi murid Hyang
8. Mustika Sakti, Melambangkan daya kemampuan dan kekuasaan. Buddha. Dijelaskan Sariputra ‘boleh’ Hyang Buddha tidak pernah
MANFAAT BERDOA, MEMBERIKAN PERSEMBAHAN DAN BERSEMBA
membedakan kasta dan memandang beda terhadap semua makhluk.
HYANG
Pada umumnya orang berdoa/ bersembahyang mempunyai tujuan Sewaktu Beliau masih menjadi Bodhisattva, Beliau sudah tidak membeda-
92 29
bedakan derajat manusia. Dengan mengikuti Sariputra, Upali diperkenalkan Aku bertekad tidak berbuat jahat dan tidak bodoh lagi,
langsung kepada Hyang Buddha. Aku bertekad membahagiakan orang-orang yang kukenal,
Aku tertekad dengan segenap jiwa raga terlahir di Tanah Suci Surga
Hyang Buddha menjelaskan kepada Upali bahwa dia mempunyai
Sukhavati.
bakat sejak lahir memiliki kebajikan, dan kelak pasti dapat membantu Beliau 7. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di
menyebarkan Buddha Dharma. Kemudian Upali langsung ditahbiskan dalam hati: semoga terjadilah hendaknya.
menjadi bhiksu. 8. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia,
kemudian namaskara/ Pai kui (3x).

SUBHADRA 3.2. Malam hari: Doa kepada Para Kalama Bodhisattva


Subhadra menjadi siswa Hyang Buddha dan ditahbiskan menjadi (Delapan Belas Pelindung Dharma/ Chie Lan Sen Cung Phu Sa)
bhiksu pada saat beliau memberikan Khotbah Dharma yang terakhir. Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio
1. Mengundang Para Kalama Bodhisattva (Delapan Belas pelindung
Dharma/ Chie Lan Sen Cung Phu Sa)
KEINGINAN UNTUK PARINIRVANA Sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Para Kalama Bodhi
Tahun berganti tahun, tibalah waktunya, Hyang Buddha berada di sattva( Delapan Belas Pelindung Dharma/ Chie Lan Sen Cung Phu
Vaisali. Ditepi kolam Markata, Beliau duduk di bawah pohon Sala. Dari Sa) 3x
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana:
tubuh-Nya memancarkan Sinar Keagungan. Tiba-tiba Mara muncul, dan
Yang dimuliakan Para Kalama Bodhisattva (Delapan Belas Pelindung
berkata kepada-Nya, “ Dahulu di tepi sungai Nairanjana, saya pernah Dharma/ Na mo Chie Lan Sen Cung Phu Sa) 3x
berbicara kepada-Mu di saat akan memperoleh Penerangan.” 3. Baca mantra dan sutra:
“Oh, Orang Bijaksana, Engkau telah memperoleh apa yang hendak diperoleh ♦ Maha Karuna Dharani (Ta Pei Cou)
♦ Prajnaparamita Hrdaya Sutra (Po je po lo mi to hsin ching)
yaitu Penerangan Sempurna. Engkau telah mengerjakan apa yang harus
♦ Mantra ke-9 dari sepuluh Mantra Pendek (SUKHAVATIVYUHA
dikerjakan. Sekarang masukilah Nirvana,” kata Mara kepada Yang Maha DHARANI/ WANG SEN CING THU SEN COU) 3x/ 5x/ 7x/ 12x/
Bijaksana. 21x/ 49x/ 88x/ 108x.
Yang Maha Bijaksana menjawab, “Saya tidak akan memasuki 4. Doa pribadi
5. Gatha Pujian:
Nirvana terakhir sebelum mereka yang menderita karena kekotoran batin
Para Kalama Bodhisattva, Pelindung Dharma, Penjaga Vihara berik
diselamatkan. Sekarang diantara mereka telah banyak yang diselamatkan, rar mendukung pelaksana Buddha Dharma, mellindungi kerajaan
sebagian lagi berkeinginan untuk diselamatkan, dan lainnya sedang Dharma, menghancurkan penghalang yang ada, menciptakan tempat
diselamatkan, “ demikian ucapan selanjutnya dari Yang Maha Bijaksana. menjadi tentram dan damai. Yang dimuliakan kumpulan para pe
lindung Dharma Bodhisattva Mahasattva Maha Prajnaparamita.
Yang Maha Bijaksana, Guru Agung itu menjawab, “ Dalam tiga bulan
6. Membangkitkan 5 tekad:
lagi sejak sekarang, Saya akan memasuki Nirvana terakhir, Saya Aku bertekad menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya,
mengetahui kapan saat yang paling tepat bagi Saya memasuki Maha Aku bertekad menjadi manusia berguna,
Parinirvana, tapi engkau janganlah tidak sabar.” Aku bertekad tidak berbuat jahat dan bodoh lagi,
Aku bertekad membahagiakan orang-orang yang kukenal,
Janji ini meyakinkan Mara bahwa keinginannya akan terkabul. Mara bersorak
Aku bertekad dengan segenap hati dan jiwa dan raga terlahir di
kegirangan lalu menghilang. Tanah Suci Surga Sukhavati
Tathagata mempunyai kekuatan untuk hidup sampai akhir kalpa. 7. Selesai berdoa,berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam
Tetapi PertapaAgung itu sekarang sudah memasuki suatu keadaan yang hati: semoga terjadilah kehendaknya.
8. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia,
tenang sempurna. Beliau akan menyerahkan fisik-Nya yang masih menjadi
kemudian namaskara / Pai Kui (3x).
hak-Nya. Sesudah itu, beliau akan melanjutkan untuk hidup dalam suatu cara
30 91
4. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam yang unik dengan kemampuan dan kekuatan fisik-Nya yang menakjubkan.
hati: semoga terjadilah hendaknya. Tibalah pada waktunya, disaat-saat beliau segera akan memasuki
5. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia,
Maha Parinirvana, bumi bergetar-getar dan batu pijar berjatuhan dari
kemudian namaskara/ Pai Kui (3x).
angkasa. Halilintar Indra menyambar tiada henti-hentinya dengan turunnya
2 Doa Kepada Para Bodhisattva Mahasattva hujan api dibarengi kilat. Di mana-mana api berkobar, seolah-olah dunia
Setelah bernamaskara / pai kui 3x, sambil memegang dupa/hio: akan berakhir dengan lautan api alam semesta. Puncak-puncak gunung
1.Dengan berdiri di atas tumpuan lutut, mengundang kehadiran-Nya: kami
beruntuhan dan jatuh menimpa pohon-pohon yang tumbang dan patah.
mengundang kehadiran………(Bodhisattva/ Mahasattva) untuk hadir di
sini (3x). Terdengar suara yang sangat dahsyat dan menggetarkan oleh tambur-
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana (3x), tambur di langit yang bergemuruh di angkasa. Selama kegaduhan ini terjadi,
3. Baca mantra dan sutra atau berBuddha Smrti/Nian Fo. hal ini sangat mempegaruhi bumi yang dihuni oleh manusia, langit, dan
4. Doa pribadi kepada para Bodhisattva mahasattva, contoh:
angkasa.
Saya memohon di hadapan –Mu, semoga………….(diulang
3x,5x,7x,10x). Yang Maha Bijaksana bangun dari meditasi-Nya dengan ketenangan
Untuk itu aku bertekad melakukan seribu kali kebaikan sempurnanamun dalam keadaan mahasadar. Kemudian Beliau
5. Setelah berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam mengucapkan kata-kata ini :
hati: semoga terjadilah hendaknya.
“Sekarang Saya telah menyerahkan hak saya untuk hidup sampai akhir
6. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke
mudian namaskara/Pai kui(3x) kalpa. Tubuh Saya harus berjalan secara perlahan-lahan dengan kekuatan
yang saya miliki, bagaikan sebuah kereta perang bila rodanya telah
3 Doa Kepada Panglima Langit Pelindung Dharma dilepaskan. Untuk waktu selanjutnya secara pasti, Saya telah bebas dari
3.1. Pagi Hari: Doa kepada Wei To Phu Sa
segala ikatan bagaikan penjelmaan dari seekor burung yang sedang
Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/hio:
1. Mengundang Wei To P’u Sa: mengerami, yang telah pecah seluruh kulit telurnya.”
Dengan sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Dewa Pe Ketika Ananda melihat kegaduhan dalam dunia ini, rambutnya
lindung Dharma dari Langit (Wei To P’u Sa ) 3x. sampai berdiri tegak. Dia heran, apakah gerangan yang terjadi. Seluruh
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana:
keberanian dan ketenangannya hilang. Ananda bertanya kepada Yang Maha
Yang dimuliakan Dewa Pelindung Dharma dari Langit (Bodhisaatva
Wei To / Namo Wei To Tien Chiang P’u Sa) 3x Tahu, yang berpengalaman dan telah menemukan Hukum Sebab dan Akibat,
3. Baca mantra dan sutra : untuk mencari sebab-akibat dari peristiwa ini. Yang Maha Bijaksana
SRIDEVI (SUDEVI) DHARANI (Mantra ke-10 dari Sepuluh Mantra menjawab, “Gempa Bumi ini menunjukan bahwa Saya telah menyerahkan
Pendek: SAN NI THIEN COU) 3x/ 5x/ 7x/ 12x/ 21x/ 49x/ 88x/ 108x.
sisa-sisa tahun kehidupan yang menjadi hak Saya. Hanya selama tiga bulan
4. Doa pribadi
5. Memuja /Gatha Pujian: saja, terhitung sejak hari ini, Saya akan meninggalkan kehidupan Saya.”
Panglima Langit Wei To, manifestasi dari Buddha (Wei To Tien Setelah mendengar penjelasan ini dari Yang Maha Tahu, Ananda sangat pilu
Chiang, P’u Sa Hua Shen) Janji setianya melindungi pelaksana dan air matanya mengalir deras keluar.
Buddha Dharma (yung hu Fo Fa shih hung shen).
Memegang senjata, menaklukkan panglima iblis (Pao ch’u chen mo
chun). Jasa dan pahala-Nya luar biasa, dapat menjadi teladan bagi BERPISAH DENGAN VAISALI, TULISAN TERAKHIR, PERINTAH
banyak orang. Pelaksana Dharma Bodhisattva Mahasattva KEPADA MALLAS
Mahaprajnaparamita. Tiga bulan sesudah peristiwa tersebut, Yang Maha Bijaksana datang
6. Membangkitkan 5 tekad:
melihat ke kota Vaisali, dan mengucapkan kata-kata ini, “Oh, Vaisali ini
Aku bertekad menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya,
Aku bertekad menjadi manusia berguna, adalah terakhir kalinya Aku melihat, Sebab kita akan berpisah dan Saya
90 31
pergi ke Nirvana.”
Kemudian Beliau pergi ke Kusinagara, mandi di sungai dan 1. Doa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Setelah bernamaskara/ Pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio:
memberikan pesan berikut kepada Ananda, “Susunlah sebuah tulisan untuk
1. Memuliakan nama yang dipuja/ vandana: Namo Tie Ie Wei Te Chen
Saya di antara pohon kembar Sala itu. Pada waktu malam ini, Tathagata Chiu Cung She ta Kung Te Thian(3x),
akan memasuki Maha Parinirvana.” 2. Membaca mantra dan sutra yang dikehendaki,
Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, air matanya berlinang. a. Mantra ke sepuluh dari sepuluh Mantra Pendek 3x (SRIDEVI
(SUDEVI) DHARANI/ SAN NI THIEN COU)
Ananda sambil mengatur tempat peristirahatan terakhir bagi Yang Maha
b. Mantra Tujuh Buddha Penghapus dosa untuk menghapus kesala
Bijaksana, masih terus meratap memberitahu kepada Beliau bahwa dia telah han yang tidak disengaja 7x/ 12x/ 49x. (SAPTA ATITABUDDHA
mengerjakan semuanya sebagaimana yang dipesan. Dengan langkah yang KARASANIYA DHARANI/ CHI FO MIE CUI CEN YEN)
teratur, Yang Terbaik dari manusia berjalan perlahan menuju tempat c.Trisarana:
: Namo Buddhaya,
peristirahatan-Nya yang terakhir, untuk tidak kembali lahir.
Namo Dharmaya,
Dengan pandangan biasa yang penuh perhatian dari para siswa- Namo Sanghaya,
Nya, Beliau berbaring dengan tenang di bawah pohon di antara pohon Namo Amitabha Buddhaya. (3x) Svaha.
kembar Sala. Beliau berbaring dengan sisi kanan-Nya, kepalanya-Nya
Dalam Bahasa Mandarin:
disanggah dengan tangan kanan-Nya. Pada saat-saat itu semua burung
NA MO FU TO YEH,
diam dengan kepala merunduk dan tubuh tidak bergerak sedikit pun. Para NA MO TA MO YEH,
siswa-Nya semua duduk dengan tubuh yang lemas. Angin berhenti NA MO SENG CHIEH YEH,
berhembus, bagaikan mengucurkan air mata, daun-daun dari pepohonan NA MO OH MI TO FO (3X),sa po ho.
d.Bila perlu dapat ditambah dengan mantra:
jatuh berguguran dan bunga-bunga menjadi layu terlepas dari pohonnya.
· Maha Karuna Dharani/ Ta Pei Cou 5x
Dalam suasana penuh keharuan, Yang Maha mengetahui sambil · Prajnaparamita Hrdaya Sutra 1x (Po je po lo mi to hsin ching)
berbaring di tempat peristirahatan-Nya yang terakhir, berkata kepada Ananda · Mantra Bodhisattva Tangan Seribu 12x/ 27x/ 49x/ 108x (mantra ke-
yang sedang bersedih hati dan menangis. “Waktunya telah tiba bagi Saya 4 dari Sepuluh Mantra Pendek: Mahacundi Dharani/ Cuen Thi Sen
Cou)
memasuki Maha Parinirvana. Engkau pergilah dan katakanlah kepada Mallas
3. Doa pribadi/ doa cinta kasih/ membangkitkan tekad, contoh:
tentang hal ini. Karena mereka akan menyesalinya di kemudian hari, jika Kupersembahkan dupa ini ke hadapan Hyang Tathagata/ Tuhan Yang
mereka sekarang tidak datang menyaksikan Nirvana.” Maha Esa (Namo Tie Ie Wei Te Chen Chiu Cung She ta Kung Te
Ananda hampir jatuh pingsan karena sangat duka. Bagaimanapun Thian),Para Dewa Naga, Dewa Pelindung Dharma, Lindungilah per-
jalanan hidupku. Makhluk-makhluk manapun juga yang hadir di sini,
pesanya, Ananda mematuhi perintah itu dan dia pergi untuk mengatakan
baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat: semoga semuanya hidup
kepada Mallas bahwa Yang Maha Bijaksana sedang berbaring di atas tempat dalam keberuntungan dan kebahagiaan; semoga semuanya terbangkit
peristirahatan-Nya yang terakhir. sifat-sifat yang baik; dijauhi dari perasaan iri hati , benci, dendam, ra-
Setelah mendengar ucapan Ananda, Mallas dengan muka sedih dan kus, cemburu, curiga, kejam, sombong dan malas; semoga semuanya
hidup dalam cinta kasih dan kasih sayang, semoga semuanya hidup
air matanya mengalir, dia datang melihat Yang Maha Bijaksana. Mereka
tentram dan damai. Semoga orang-orang yang berniat jahat dijauhi
semua memberi penghormatan kepada-Nya, dan dengan sedih mendalam dari diriku.
mereka berdiri mengelilingi-Nya. Yang Maha Bijaksana berkata kepada Aku bertekad menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya, aku
mereka, “Dalam waktu senang adalah tidak tepat untuk berduka . Kalian bertekad menjadi manusia berguna, aku bertekad tidak berbuat jahat
dan bodoh lagi, aku bertekad membahagiakan orang-orang yang kuke-
merasa putus asa sungguh tidak pada tempatnya, kalian harus memperoleh
nal, aku bertekad dengan segenap jiwa dan raga untuk terlahir di
kembali ketenangan kalian. Tujuan itu, sangatlah sulit dicapai. Selama Tanah Suci Surga Sukhavati.
32 89
DOA DI RUMAH beberapa kalpa Saya telah menginginkannya, sekarang tujuan itu akhirnya
sampai juga.
Tahap-tahap berdoa (thiam hio) di vihara, di rumah dan lain-lain, baik kepada Bila telah tiba waktunya, dan telah dimenangkan semuanya, maka
Tuhan Yang Maha Esa (Thi Kong), kepada para Buddha/ Bodhisattva atau tiada lagi unsur tanah, air, api, dan angin. Kebahagiaan sempurna yang
para Dewa:
1. Membersihkan diri, minimal mencuci tangan dan berkumur. abadi berada diluar alam non-materi, di luar semua hakekat perasaan, suatu
2. Menghadap altar yang di puja: wensin, kedamaian yang sulit bagi seseorang untuk dapat memperolehnya. Sesuatu
3. Nyalakan hio/ dupa. yang paling tinggi adanya.
4. Dengan tangan memegang hio/ dupa, berlutut/ berdiri di atas lutut, Bagaimana masih ada waktu dan ruang untuk berduka dalam pikiran
Namaskara/ pai kui (3x):
♦ Namaskara/pai kui pertama: kalian? Di Gaya, pada waktu Saya mengalahkan godaan Mara, memperoleh
Saat dahi menyentuh bumi ucapkan: Penerangan Sempurna, Saya telah memutuskan mata rantai sebab-
“aku berlindung kepada Buddha/ Namo Buddhaya”. Musabab yang saling bergantungan, yang mana bukanlah apa-apa
♦ Namaskara/ pai kui kedua: melainkan hanya suatu kelompok ular berbisa dan jahat.
Saat dahi menyentuh bumi ucapkan:
“aku berlindung kepada Dharma/ Namo Dharmaya”. Sekarang waktunya telah semakin dekat, bila Saya sebentar lagi
♦ Namaskara/ pai kui ketiga: akan berpisah dari tubuh ini, yang merupakan rumah tempat tinggal dari
Saat dahi menyentuh bumi ucapkan: perbuatan atau karma dari masa lampau. Sekarang, akhirnya tubuh ini yang
“aku berlndung kepada Sangha/ Namo Sanghaya”. mempunyai begitu banyak penderitaan, telah menemukan jalan keluarnya.
♦ Ditutup dengan mengucapkan:
“aku berlindung kepada Amitabha Buddha/ Dan juga, bahaya yang sangat menakutkan dari penciptaan itu
Namo Amitabha Buddhaya/ Namo Oh Mee Toh Fo”. akhirnya dapat dipadamkan. Akhirnya sekarang Saya keluar dari penderitaan
5. Mengundang kehadiran-Nya: dengan sujud kami mengundang ke- yang sangat banyak itu dan tanpa akhir. Apakah itu waktunya kalian
hadiran… (nama yang dimuliakan) untuk hadir disini (3x). berduka?”
6. Memuliakan nama yang dipuja/ vandana
7. Membaca mantra dan sutra yang dikehendaki, Yang Maha Bijaksana dari suku Shakya dengan mengucapkan
8. Doa pribadi, demikian, dibarengi dengan gemuruh dari suara-Nya, yang telah
9. Membangkitkan tekad menjelaskan kepada mereka segala sesuatunya secara maha bijaksana,
10. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam hati: dengan ketenangan sempurna Beliau sebentar lagi akan memasuki Maha
semoga terjadilah hendaknya.
11.Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke- Parinirvana.
mudian namaskara/ Pai kui (3x) Yang Maha Terbaik dan Teragung dari para dewa dan manusia
mencapai kesejahteraan dan kesentosaan, menyampaikan kepada mereka
Catatan : pesan-pesan terakhir yang penuh arti. “sudah tentu adalah suatu kenyataan
1. Bila keadaan memungkinkan lebih baik sembahyang dengan mengguna-
kan hio/ dupa (hio dipegang di tangan) dengan sikap berdiri di atas lutut. Jika bahwa pengolahan diri tidak dapat datang dari hanya melihat-Ku. Tetapi jika
tidak memungkinkan/ cukup hanya dengan berdiri di atas lutut tanpa me- seseorang telah mengerti dan menghayati serta menjalankan seluruh
megang hio. Buddha Dharma-Ku, dia tidak melihatku, tetapi bila dia telah mengerti dan
2. Dalam melaksanakan doa keinginan pribadi, lebih baik kita mempersem- menghayati serta menjalankan Buddha Dharma-Ku, dia sudah pasti akan
bahkan lilin/ pelita, saat menyalakannya berdoa:
Kami persembahkan penerangan ini kepada Kwan She Im Po Sat dan para terbebas dari segala penderitaan. Sekalipun dia tidak melihat-Ku, tetapi bila
Dewa Pelindung Dharma yang penuh welas asih, terangilah perjalanan dia telah mengerti dan menghayati serta menjalankan Buddha Dharma-Ku,
hidupku atau semoga………..(doa pribadi), di tutup dengan membaca “Om dia telah melihatku. Bila seseorang sakit, dia haruslah memakan obat supaya
Vajra Aloke Ah Hum” (3x) sembuh, hanya melihat kepada dokter saja tidaklah cukup. Demikian juga
88 33
hanya melihat kepada Saya tidak mungkin seseorang menaklukkan Puja ini kupersembahkan kepada semua makhluk di alam Dharma
penderitaan tingkat tertinggi perihal kebenaran spiritual sebagaimana yang Om Gaganam Sambhava Vajra Hum (3x)
telah Saya khotbahkan.
MANTRA KEBAHAGIAAN
Karena itu bergiatlah, bertekunlah dan mencoba mengendalikan
Tadyatha : Om gate gate paragate parasamgate bodhi svaha (3x)
pikiranmu!Lakukanlah perbuatan yang baik, dan cobalah menangkan
kesadaran! Karena kehidupan ini selalu digoyahkan oleh berbagai macam GATHA PENYALURAN JASA
penderitaan sebagaimana nyala dari sebuah pelita yang dapat padam karena Semoga Jasa dan kebajikan
ditiup angin.” Memperindah tanah suci para Buddha
Dalam keadaan ini, Yang Maha Bijaksana, Yang Terbaik dari para Membalas empat budi besar dan
dewa dan manusia serta semuanya yang pernah hidup, memperkuat pikiran Menolong mereka di tiga alam sengsara
mereka semua. Namun airmata masih tetap mengalir dari mata meraka, dan
pikiran-pikiran mereka yang gelisah kembali ke Kusinagara. Setiap orang Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini
Semua bertekad membangkitkan kebodhian
merasa tidak berdaya dan tidak terlindungi. Mereka seolah-olah sedang
Sampai di akhir penghidupan ini
menyeberang di tengah-tengah sungai yang sangat dalam.
Bersama-sama lahir di alam bahagia

MAHA PARINIRVANA NAMASKARA


Sesudah itu, Hyang Buddha mengalihkan perhatian kepada para Namaskara (3x)
siswa-Nya, dan berkata kepada mereka, “Segala sesuatu datang pada Mudra Vairocana/Wensin (1x)
akhirnya, walaupun itu berlangsung selama satu kalpa. Waktu berpisah pasti
datang pula pada akhirnya. Sekarang Saya telah mengerjakan apa yang
harus saya kerjakan. Kedua-duanya baik untuk Saya sendiri maupun orang
lain. Untuk tinggal disini, sekarang dan selanjutnya harus dengan suatu
tujuan. Saya telah berdisiplin dan saya telah membawa mereka cara yang
sama.
Selanjutnya inilah Dharma Saya, Oh para bhiksu, kalian harus
mematuhi Dharma-Ku untuk sekarang dan seterusnya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Karena itu kenalilah hakekat yang sebenarnya dari
kehidupan dunia. Janganlah cemas, karena perpisahaan tidaklah mungkin
dapat dihindari. Kenalilah juga bahwa semua yang hidup adalah berpokok
pada Hukum Kesunyataan ini, dan berjuanglah mulai hari ini dan seterusnya
sampai kehidupan itu tidak ada lagi! Bila penerangan yang Saya babarkan
sudah menghalau kegelapan karena ketidaktahuan, bila semua eksistensi
yang telah terlihat semua dengan tanpa substansi. Kedamaian akan terjadi
pada akhirnya bila mengerti kehidupan ini, yang dapat mengobati penyakit
yang telah lama ada.
Pada akhirnya, segala sesuatunya, apakah yang dapat bergerak,
34 87
Na Rupam Sabda Gandha Rasa Sprastavya Dharmah dipastikan akan binasa. Karena itu, ingatlah dan waspadalah! Sekarang telah
Na Caksur Dhatur Yavan Na Mano Vijnana Dhatuh tiba saatnya bagi Saya untuk memasuki Maha Parinirvana! Inilah kata-kata
Na Vidya Navidya Na Vidyaksayo Navidyaksayo Yavan Saya yang terakhir.”
Na Jaramaranam Na Jara Maranaksayo Na Duhkha Samudaya
Ketika yang Maha Bijaksana memasuki Maha Parinirvana – pada
Nirodha Marga Na Jnanam Na Praptir Apraptitvena
tanggal 15 bulan 2 (lunar, menurut versi Mahayana) – bumi bergetar-getar,
Bodhisattvasya Prajnaparamitam Asritya
Viharatyacittavaranah Cittavarana Nastitvad Atrasto
mendadak turun hujan badai, batu pijar berjatuhan dari angkasa, langit
Viparyasatikranto Nisthanirvanah bagaikan disulut api yang menyala-nyala tanpa bahan bakar, tanpa asap,
Tryadhvavyavasthitah Sarva Buddhah Prajnaparamitam tanpa tiupan angin. Halilintar yang menakutkan menggelegar-gelegar,
Asritya Nuttaram Samyaksambodhi Mabhi Sambuddhah kemudian datanglah angin kencang mengamuk di angkasa. Sinar bulan
Tasmaj Jnatavyam Prajnaparamitam Mahamantro meredup, angkasa gelap gulita. Suatu kegelapan aneh sekali menutupi
Mahavidyamantro 'Nuttaramantro' Samsama Mantrah Sarvaduhkhaprasamanah Sat- dimana-mana. Air sungai di mana saja bagaikan air mendidih mengatasi
yamamithyatvat Prajnaparamitayam kesedihannya.
Ukto Mantrah
Bunga-bunga yang indah merekah di luar musimnya pada
Tadyatha Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha
pepohonan Sala dan membentuk tulisan di atas tempat pembaringan Hyang
Iti Prajnaparamita Hrdayam Samaptam
Buddha. Pohon-pohon merunduk memayungi Dia dan menaburi tubuh
BHAISHAJYAGURU MANTRA keemasan-Nya dengan bunga-bunga beraneka warna nan indah. Tampak di
Namo Bhagavate Bhaishajyaguru Vaidurya Prabharajaya angkasa, para dewa dan dewi, lima pimpinan Naga berdiri dengan tidak
Tathagataya Arhate Samyak Sambuddhaya, Tadyatha Im bergerak sedikit pun. Mata mereka merah karena duka, surai mereka
Bhaishajye Bhaishajye Bhaishajya Samudgate Svaha (3x) menutup tapi mereka tetap tegak berdiri. Dengan kesayangan yang amat
mendalam, mereka memandang tubuh Yang Maha Bijaksana.
SUKHAVATI VYUHA DHARANI Tetapi mereka yang telah mendalami Dharma dan mengolah diri,
Namo Amitabhaya Tathagataya. Tadyatha : Amite Amitobhave, Amita Sambhave,
para dewa yang mengelilingi raja Vaishravana tidaklah berduka dan
Amita Bikrana Tamkare, Amita Bikranata, Amita Gagana Kritikare Svaha (3x)
mengeluarkan air mata, sebab mereka telah menghayati Dharma yang cukup
MANTRA PENGEMBANGAN MAKANAN
mendalam. Para dewa yang mendiami semua tempat suci juga hadir untuk
Namo Sarva Tathagata, Valokite. memberikan penghormatan terakhir kepada Pertapa agung itu yang telah
Om Sambhara Sambhara Hum (3x) mencapai Samyak Sam Buddha. Mereka tetap tenang , dan pikiran mereka
terpengaruh lagi oleh suka dan duka, karena mereka telah mengetahui
MANTRA PENGEMBANGAN AIR semua hal di dunia ini yang penuh kekotoran. Para raja dari Gandharvas,
Namo Surupaya, Tathagataya. Nagas, Yakshas, dan Devas, semua berdiri di angkasa, turut berkabung dan
Tadyatha : Om Suru Suru Prasuru Prasuru . Svaha (3x) menahan duka yang dalam.
Pada saat-saat terakhir, ketika Buddha Sakyamuni akan memasuki
GATHA DAN MANTRA PERSEMBAHAN
Maha Parinirvana, Beliau memberikan Khotbah-Nya yang terakhir kepada
Semua makanan yang lezat dan wangi
Kupersembahkan kepada Para Buddha disepuluh penjuru
para siswa-Nya agar mereka sejahtera. Beliau membabarkan intisari ajaran-
Dan Kupersembahkan kepada semua para Arya Nya itu yang terdapat dalam kitab Mahayana Buddha Pacchimovada Pari
Kebawah kuberikan dana kepada 6 alam kehidupan Nirvana Sutra. Sutra ini menjelaskan ajaran Hyang Buddha mengenai :
Dana Dharma dan dana materi tiada perbedaan 1.Pematuhan pada sila-sila Hyang buddha
86 35
2.Pengendalian Pikiran
3.Masalah makan, tidur BHAISAJYAGURU VAIDURYA PRABHASA TATHAGATA ABHISECANI DHARANI
4.Mengendalikan amarah dan hawa nafsu Namo Bhagavate Bhaisajyaguru Vaiduryaprabharajaya
Tathagataya Arhate, Samyaksambuddhaya.
5.Melenyapkan kesombongan
Tadyatha : Om Bhaisajye Bhaisajye Bhaisajya Samudgate. Svaha
6.Menghindari pujian
7.Mengurangi keinginan ARYAVALOKITESVARA BODHISATTVA VIKURVANA DHARANI
8.Rasa Puas Om Mani Padme Hum Margajnana, Cittotebhata, Citrasyana, Vidrga, Sarvatha, Pur-
9.Menyendiri istaganapurna, Napuridusvanna. Namah Avalokitesvaraya. Svaha
10.Tekun berusaha
11.Mengendalikan pikiran SAPTA ATITABUDDHA KARASANIYA DHARANI
12.Dhyana dan samadhi Reva Revate, Guha Guhate, Dharanite, Niharate, Vmite, Mahagate, Chelingate.
13.Prajna Svaha

14.Menghindari perdebatan
SUKHAVATI VYUHA DHARANI
15.Waspada
Namo Amitabhaya Tathagataya. Tadyatha : Amite Amitobhave, Amita Sambhave,
16.Keragu-raguan Amita Bikrana, Tamkare, Amita Bikranata, Amita Gagana Kritikare. Svaha.
17.Menyelamatkan setiap manusia
18.Dharmakaya yang kekal. SRIDEVI (SUDEVI) DHARANI
Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha
PEMATUHAN PADA SILA-SILA HYANG BUDDHA Namo Sri Maha Deviya. Tadyatha : Paripurna, Calisamanta, Darsani, Maha Vihara
Hyang Buddha Bersabda: Gate. Samanta Vinigate. Mahakarya. Pani, Parapani, Sarivertha. Samanta Suprite.
“Wahai para Bhiksu! Setelah Aku mencapai Maha Parinirvana, kalian para Purena, Alina, Sarmate. Mahavikubite, Mahamaitrete, Rupa Sanghite, Hetisei,
Sanghiheti, Samanta, Atha-anu, Dharani
bhiksu dan bhiksuni harus patuh pada Pratimoksa.Perbuatan-perbuatan
yang melanggar ketentuan Sila adalah terlarang bagi bhiksu dan bhiksuni.
PRAJNAPARAMITA HRDAYA SUTRA
Kalian (para bhiksu dan bhiksuni) harus berusaha memperoleh ketenangan [Atha prajnaparamita-hrdayam-sutram Namah Sarvajnaya]
dan kesucian dalam kehidupan ini. Kalian harus tidak berurusan dengan hal- Aryavalokitesvaro Bodhisattvo Gambhirayam
hal duniawi, menghindarituduhan tuduhan dan pujian rendah. Kalian jangan Prajnaparamitayam Caryam Caramano Vyavalokayati Sma
terlibat dalam pergaulan yang berakibat menjadi pergunjingan orang, dan Panca Skandhah
hanya bergaul dan mencari teman orang kaya dan punya nama saja. Kalian Tams Ca Svabhava-Sunyan Pasyati Sma
harus memusatkan pikiran yang benar guna pembebasan. Kalian jangan Iha Sariputra Rupam Sunyata Sunyatatva Rupam Rupan Na
hanya mau menutupi kesalahan sendiri, janganlah berbuat hal-hal yang Prthag Sunyata Sunyataya Na Prthag Rupam Yad Rupam Sa
Sunyata Ya Sunyata Tad Rupam
dapat membingungkan orang lain. Kalian harus mengetahui batasan
Evam Eva Vedana-Samjna-Samskara-Vijnanani
pemberian oleh umat kepada bhiksu dan bhiksuni. Haruslah mengetahui apa
Iha Sariputra Sarva-Dharmah Sunyata-Laksana Anutpanna
arti kecukupan. Kalian setelah menerima dana seharusnya jangan punya niat Aniruddha Amalavimala Nona Na Paripurnah
untuk menyimpannya. Inilah arti dari Sila. Tasmac Sariputra Sunyatayam Na Rupam Na Vedana Na Samjna
Mematuhi sila adalah jalan untuk Pembebasan. Karena itu Sila di Na Samskara Na Vijnanani
sebut Pratimoksha. Hanya dengan Sila akan mencapai Dhyana dan Na Caksuh Srotra Ghrana Jihva Kaya Manamsi

36 85
15. Basa basam presaya hulu hulu mala Samadhi serta Prajna.
16. hulu hulu hile sara sara siri siri suru suru Wahai para Bhiksu, hanya dengan patuh pada Sila barulah akan
17. Bodhiya bodhiya bodhaya bodhaya diperoleh kesucian dan ketenangan. Tanpa adanya Sila yang murni, kalian
18. Maitreya nilakantha dharsinina
tidak akan memperoleh pahala-pahala yang baik. Sila merupakan dasar
19. Payamana svaha. Siddhaya svaha. Maha siddhaya svaha
pegangan kalian untuk berbuat baik.”
20. Siddha yogesvaraya svaha. Nilakantha svaha
21. Varahananaya svaha. Simhasiramukhaya svaha
22. Sarvamahasiddhaya svaha. Cakrasiddhaya svaha PENGENDALIAN PIKIRAN
23. Padmahastaya svaha. Nilakanthavikaraya svaha Setelah mematuhi sila, wahai para bhiksu, kalian harus
24. Maharsisankaraya svaha mengendalikan panca indra, supaya kalian dapat mengendalikan hawa nafsu
25. Namo Ratnatrayaya indria. Jika tidak mampu menguasai panca indera dan membiarkan keinginan
26. Namo Aryavalokitesvaraya svaha kalian maka penderitaan akan terus datang. Ketahuilah wahai para bhiksu,
27. Om * Siddhyantu mantra padaya svaha seorang bhiksu, seorang bijaksana harus mampumenguasai panca indera
dan tidak terikat oleh kemelekatan duniawi. Pikiran adalah yang paling utama
DASA CULA MANTRA
dari panca indera. Kalian harus dapat mengalihkan keinginan rendah. Wahai
CINTAMANI CAKRAVARTIN DHRANI
Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya,
para bhiksu, berusahalah keras mengendalikan pikiranmu.”
Namo Aryavalokitesvara Bodhisattvaya Mahasattvaya Mahakarunikaya
Tadyatha : Om Cakravarti Cintamani Mahapadma, Duru Duru, Tistha, Sra Akare PERIHAL MAKAN DAN TIDUR
Saye, Hum Phat. Svaha. “Wahai para bhiksu, jika kalian diberi makan oleh umat janganlah
Om Padma Cintamani Sra Hum, Om Varta Padma Hum. meminta yang berlebihan, sehingga membuat niat baiknya menjadi hilang.
Demikian juga perihal tidur, kalian seharusnya tekun belajar dan menghayati
JVALA MAHAUGRA DHARANI Dharma di siang hari, juga di malam hari bahkan di tengah malam. Kalian
Namo Samantha Buddhanam, Apratihatasasanam
hanya akan mensia-siakan waktu saja jika waktumu dihabiskan hanya untuk
Tadyatha : Om Kha Kha, Khahi Khahi, Hum. Jvala Jvala Parajvala Parajvala, Tistha
tidur. Janganlah hanya lelap tidur saja, cepatlah menuju Pembebasan.”
Tistha, Sittir Sittir, Sa Phat, Sa Phat. Santika, Sriye . Svaha.

GUNARATNASILA DHARANI PRAJNA


Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya. “Wahai para bhiksu, dengan memiliki Prajna kalian terbebas dari
Om Siddhi Halulu, Satru, Jelipa, Kribha, Siddhare, Purure, Svaha segala hawa nafsu. Kalian harus merenungkan diri. Hanya dengan Buddha
Dharma maka kalian akan memperoleh Pembebasan. Jika kalian tidak
MAHACUNDI DHARANI menyadarinya maka kalian tidak pantas disebut Siswa Hyang Buddha.”
Namo Saptanam Samyaksambuddha Kotinam
Tadyatha : Om Cale Cule Cundi Svaha.
RELIK
Mereka yang belum mampu mengendalikan perasaan telah
ARYA AMITAYUR NIYAMA PRABHARAJA DHARANI
Om Namo Bhagavate Abhramitayuryana Subhiniscitta, Tejarajaya Tathagataya
mencucurkan air mata. Sebagian besar para bhiksu merasa sangat sedih
Arhate, Samyaksambuddhaya. dan duka. Hanya mereka yang telah menyelesaikan pemutaran Roda
Tadyatha : Om Satlibha Samskari Parisuddha Dharmate Gagana, Samudgate, Svab- Dharma hatinya tetap tenang, karena mereka sadar hakekat dari semua
hava Visudhi, Mahadaya, Pare Vare. Svaha kehidupan dapatlah mati.
84 37
Setelah segala sesuatu untuk keperluan kremasi disiapkan, mereka Upacara Uposadhadivasa
mengangkat dengan hati-hati tubuh Yang Maha Bijaksana ke atas tumpukan
kayu cendana, kayu gaharu, dan kayu kasia. (Hari Suci Para Buddha dan Bodhisattva)
Tiga kali mereka mencoba menyalakan tumpukan bahan bakar itu, dan Hari Uposattha (Bulan Tilem dan Purnama)
tetap saja tidak dapat menyala. Hal ini disebabkan Maha Kasyapa yang
agung dan memiliki kekuatan gaib sedang datang menuju tempat kremasi itu. NAMASKARA
Kasyapa sedang ber-meditasi dengan memusatkan pikirannya yang suci Mudra Vairocana/Wensin (1x)
untuk terakhir kalinya melihat tubuh Hyang Buddha. Namaskara (3x)
Dengan kekuatan gaibnya, Kasyapa mencegah terbakarnya Mudra Vairocana/Wensin (1x)

tumpukan kayu. Sekarang bhiksu Kasyapa semakin menghampiri dengan


GATHA PENDUPAAN
langkah-langkah cepat, dia ingin melihat gurunya terakhir kali. Setelah
Pendupaan mulai menghangat dan menyala-nyala
mendekat dengan segera dia memberikan penghormatan terakhir kepada Dharmadatu Dharmadatu diliputi wanginya diliputi wanginya
gurunya Yang Maha Bijaksana. Kemudian barulah api mulai menyala dengan Wanginya di hadapan para Buddha yang sedang musyawarah
sendirinya. Semuanya satu persatu terbakar dengan sempurna. Kulit, daging, Oh... Awan kebahagiaan terbentuk dimana-mana
rambut, dan anggota tubuh, namun tulang-tulang-Nya tidak dapat hancur Saat pujianku telah berlimph-limpah
walaupun telah di tambahkan lagi bahan bakar. Akhirnya tulang-tulang ini Para Buddha menampakkan dirinya
dibersikan dengan air suci, dan ditempatkan dalam kendi keemasan di kota Om Vajra Dhupe A hum (3x)
Mallas.
VANDANA
Selama beberapa hari mereka melakukan pemujaan terhadap relik
Namo Sakyamuni Buddhaya (3x)
sesuai dengan ketaatan yang mendalam. Kemudian datanglah satu persatu,
Namo Avalokitesvara Bodhisattvaya (3x)
masing-masing utusan dari tujuh kerajaan tetangga datang ke kota itu untuk Namo Sarva Bodhisattvaya Mahasattvaya (3x)
meminta bagian relik itu. Tetapi Mallas, seorang sombong dan juga ingin
memuja relik itu, menolak untuk menyerahkan sebagian dari relik Buddha. MAHA KARUNA DHARANI
Setelah mendengar nasehat dari para penasehat yang bijaksana, Mallas 1. Namo ratnatrayaya *
membagikan relik itu menjadi delapan bagian. Satu bagian disimpan untuk 2. Namo aryavalokitesvaraya
mereka sendiri. Tujuh bagian lainnya diberikan kepada tujuh utusan 3. Bodhisattvaya mahasattvaya mahakarunikaya
kerajaan, masing-masing mendapat satu bagian. Para utusan kerajaan ini 4. Om Sarva abhayah sunadhasya
5. Namo sukrtvernama aryavalokitesvaragarbha
dan Mallas saling memberi hormat dan kembali kekerajaan masing-masing.
6. Namo nilakantha mahabhadrasrame
Mereka semua merasa gembira karena keinginannya tercapai. Dengan
7. Sarvarthasubham ajeyam sarvasattvanamavarga mahadhatu
upacara yang sepantasnya dan khidmat, mereka membangun stupa di 8. Tadyatha : Om * avaloke lokite karate
ibukota mereka masing-masing untuk menyimpan relik dari Yang Maha 9. Hari mahabodhisattva sarva sarva mala mala
Bijaksana. 10. Mahahrdayam kuru kuru karman
11. Kuruvijayati mahavijayati
KITAB SUCI 12. Dharadhara dharin suraya
Tidak lama setelah Hyang Buddha Maha Parinirvana, berkumpullah 13. Chala chala mama bhramara muktir
lima ratus orang bhiksu yang telah mencapai tingkat Arahat di Rajagriha, di 14. Ehi ehi chinda chinda harsam prachali

38 83
4. Bunga lereng dari salah satu lima pegunungan Himalaya. Di sana mereka
Bunga mempunyai makna ketidakkekalan, semua yang berkondisi adalah tidak berkumpul untuk mengadakan Pertemuan Agung guna mengumpulkan
kekal atau tidak abadi. Demikian juga dengan badan jasmani anda adalah tidak semua Khotbah yang telah diajarkan oleh Yang Maha Bijaksana. Konsili
kekal; lahir, tumbuh, tua/lapuk, kemudian meninggal/hancur. Yang tertinggal han- pertama ini dipimpin oleh Maha Kasyapa.
yalah keburukan atau keharuman perbuatan selama hidupnya saja, yang kelak Ananda yang selalu mendampingi Hyang Buddha ke mana saja
dikenang oleh sanak saudara dan handai taulan.
Beliau pergi membabarkan Dharma mempunyai ingatan yang luar biasa.
Maka Ananda diminta oleh sekalian bhiksu yang hadir dalam pertemuan itu
5. Buah
untuk lebih dulu mengulangi semua Khotbah yang diajarkan Hyang Buddha.
Persembahan buah mempunyai makna hasil dari proses kehidupan, bahwa
Yang Bijaksana dari Vaideha, kemudian disempurnakan oleh para bhiksu
benih perbuatan buruk/kejahatan akan tumbuh dan berbuah kepurukan/
yang hadir. Ananda memulai dengan ucapan “Demikianlah yang telah aku
kejahatan pula, begitu juga perbuatan baik akan berbuah kebaikan.
dengar.” Aku di sini dimaksudkan adalah Ananda.
Maka semua sutra dimulai dengan kalimat itu, dengan keterangan
mengenai waktu, tempat, kejadian, dan orang-orang yang
menyampaikannya.
Demikianlah Ananda bersama-sama dengan lima ratus Arahat
membuat semua Kitab Suci atau Sutra yang berisikan Dharma dari Yang
Maha Bijaksana dan Agung. Mereka telah memiliki karma baik di masa
lampau untuk menuju nirvana. Mereka berusaha sepenuhnya menguasai
Buddha Dharma. Semua Kitab Suci tersebut yang adasampai dengan hari ini
telah membantu mereka menuju Nirvana. Dan umat Buddha juga akan
melanjutkan dengan cara yang sama untuk berbuat demikian dari satu masa
ke masa yang akan datang.

82 39
CATVARI ARYA SATYANI MAKNA PERSEMBAHAN

Khotbah Hyang Buddha Sakyamuni yang pertama kali kepada lima


Umat Buddha biasanya melakukan sembahyang disertai dengan pemberian
pertapa bekas teman seperjuangan-Nya sewaktu bertapa menyiksa diri di
persembahan di altar, berupa : dupa, lilin, air minum, bunga, buah.
hutan Uruvela selama enam tahun lamanya. Khotbah pertama kali ini di ta-
Persembahan barang dalam sembahyang secara lengkap seperti diatas, bi-
man Rusa Isipatana, di Mrigadava, Veranasi, atau dikenal dengan nama Pe-
mutaran Roda Dharma (Skt. Dharmacakra Pravartana Sutra) yakni mengenai asanya dilakukan pada hari Uposatha/Upavasatha atau hari-hari raya lainnya dan

4 (empat) kesunyataan Utama atau Kebenaran Mulia (Skt. Catvari Arya Sat- biasanya pada hari itu umat Buddha makan makanan nabati (vegetarian), yaitu :
yani) dan 8 (delapan) Jalan Utama atau Jalan Benar dan Suci sebagai Jalan 1. Dupa
Tengah (Skt. Arya Astangika Marga). Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara dan
Catvari Arya Satyani atau 4 Kesunyataan Utama : lingkungan (Dharmadatu), juga membuat suasana menjadi religius, membuat
a) Derita (Duhkha), hati menjadi khusuk. Harumnya dupa yang menyebar ke segenap penjuru sama
b) Asal mula derita (samudaya), halnya dengan harumnya perbuatan mulia dan nama baik seseorang, yang
c) Penghentian derita (nirodha), bahkan menyebar ke segala penjuru sekalipun berlawanan arah angin.
d) Jalan menuju penghentian derita (Marga).
Memasang Dupa juga mengandung makna mengundang langsung secara bathin
Jalan itu adalah 8 (delapan) Jalan Utama/Mulia/Benar dan Suci
atau hati nurani ke hadapan Hyang Tathagata, para Buddha, para Boddhisattva
adalah :
Mahasattva, dan para deva-devi (makhluk suci).
1. Pengertian Yang Benar (Samyag-drsti) Prajna = Kebijaksanaan
2. Lilin
2. Pikiran Yang Benar (Samyag-samkalpa)
Biasanya lilin warna merah yang dipergunakan untuk persembahan. Sebelum
---------------------------------------------------------------------------------
3. Berbicara Yang Benar (Samyag-vak) Sila = Moral menyalakan dupa, terlebih dahulu kita menyalakan lilin. Cara menyalakan lilin,
4. Perbuatan Yang Benar (Samyag-karmanta) yang pertama lilin di sebelah kanan, baru kemudian lilin yang berada di sebelah
5. Penghidupan Yang Benar (Samyag-ajiva) kiri. Lilin yang telah dinyalakan bermakna memberikan penerangan atau cahaya
-------------------------------------------------------------------------------- yang menerangi jalan kehidupan dan penghidupan di waktu sekarang. Cahaya
6. Berusaha Yang Benar (Samyag-Vyayama) Samadhi = Mental Buddha Dharma menerangi hati dan pikiran kita, dengan selalu membimbing kita
7. Perhatian Yang Benar (Samyag-smrti) ke jalan yang benar, dan membawa kita ke jalan penerangan/pencerahan agung.
8. Konsentrasi Yang Benar (Samyag-samadhi) Dan juga melambangkan jiwa seorang Bodhisattva yang bermakna ia mencerahi
setiap makhluk yang mengalami kegelapan bathin tanpa pamrih.
Penjelasan
3. Air
a) Apa itu derita atau penderitaan (Duhkha) ?
Persembahan air mempunyai makna agar pikiran, ucapan dan perbuatan anda
- Hidup dalam bentuk apa pun dialam samsara ini adalah derita atau
selalu bersih. Air dapat membersihkan segala kotoran bathin (klesa) yang
penderitaan (Duhkha),
berasal dari keserakahan (lobha), kebencian (dvesa), dan kebodohan/kegelapan
- Penderitaan (Duhkha) berarti juga :kesedihan, keluh-kesah, sakit atau
kesakitan, kesusahan, dan putus asa yang sering dialami oleh jasmani bathin (moha) dan ia memancarkan kasih sayang (maitri), Welas asih (karuna),

maupun batin kita, memiliki rasa simpati (mudita) dan keseimbangan bathin (upeksha).

40 81
anggota Sangha, barang-barang berupa jubah, perlengkapan vihara, dan - Dilahirkan, Usia tua, sakit, meninggal adalah penderitaan.
kebutuhan hidup sehari-hari. Hari Kathina ini merupakan hari bhakti umat - Berhubungan atau berkumpul dengan orang yang tidak disukai adalah
Buddha kepada Sangha.
penderitaan,
HARI LAHIRNYA MAITREYA BODHISATTVA - Berpisah atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan,
- Tidak memperoleh apa yang kita inginkan atau tidak mencapai apa yang
Perayaan hari lahirnya Maitreya Bodhisattva dilangsungkan setiap kita cita-citakan adalah penderitaan,
tanggal satu bulan pertama penanggalan bulan Imlek. Hari ini juga
- Masih memikul beban tanggung jawab baik dalam hubungan keluarga
bertepatan dengan Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh umat Buddha
keturunan tionghoa. maupun guru terhadap murid adalah juga penderitaan,
Kendati secara teoritis dikatakan bahwa Maitreya Bodhisattva belum - Masih memiliki 5(lima) Skandha atau Panca-Skandha yang bekerja aktif
dilahirkan namun secara simbolis, umat Buddha mengenal arca Maitreya adalah juga penderitaan,
Bodhisattva dengan tubuh yang gemuk dalam keadaan tertawa yang
(Panca-skandha adalah lima kumpulan penderitaan yang melekat pada
menggambarkan rasa sukacita dan cinta kasih.
jasmani kita yaitu:
HARI AVALOKITESVARA BODHISATTVA 1. Rupa : bentuk, tubuh, badan jasmani,
Ada tiga hari raya yang berkenaan dengan Avalokitesvara 2. Sanna : pencerapan
Bodhisattva (Kwan Im Po Sat), yaitu :
3. sankara : pikiran,benruk-benruk mental,
1. Tanggal 19 bulan 2 Imlek sebagai Hari Kelahiran Avalokitesvara
Boddhisattva. 4. vedana : perasaan
2. Tanggal 19 bulan 6 Imlek sebagai Hari Tercapainya Kesempurnaan 5. Vinnana : kesadaran.
Avalokitesvara Bodhisattva. Secara singkat diuraikan Kesunyataan Yang Pertama seperti di atas
3. Tanggal 19 bulan 9 Imlek sebagai Hari Parivirvana Avalokitesvara
dan sebagai tambahan: bahwa semua kehidupan dengan tidak ada terke
Bodhisattva
Hal tersebut seperti yang tertera di dalam Sadharma Pundarika Sutra cualinya, termasuk dalam panca-skandha adalah sesuatu yang me-
Bab XXV bahwa Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva dapat berwujud nyedihkan dan dicengkeram oleh penderitaan, sesuatu yang tidak kekal,
dalam berbagai macam bentuk. Namun yang terpenting adalah pengertian sesuatu yang tidak berpribadi, dan hampa adanya.
makna Maitri Karuna (Cinta Kasih dan Welas Asih).
b) Apa itu Asal-mula derita atau penderitaan) (Samudaya) ?
HARI ULAMBANA - Idaman ini (trsna), yang menuju pada eksistensi yang diperbaharui, dite
Perayaan Ulambana berlangsung setiap tanggal 15 bulan 7 Imlek. mani oleh nafsu keinginan rendah (tanha), yang mengambil kesenangan
Hari Ulambana ini juga bertepatan dengan Hari Sembahyang Rebutan (Cio dalam berbagai obyek, di mana sebagai sebab dari kelahiran dan terlahir
Ko) dari Taoisme.
kembali (tumimbal lahir). Dikarenakan didorong oleh Tanha yang sangat
Pada Hari Ulambana ini persembahyangan berlangsung untuk
menyembahyangi mereka yang telah meninggal dunia baik saudara, famili, kuat sekali pada pikiran, sebagai contoh : keinginan kita untuk memiliki
orang tua, teman, atau orang yang tidak dikenal. Dengan Ulambana apa yang kita inginkan, atau keinginan untuk melenyapkan semua
merupakan pelaksanaan dari ajaran Maitri Karuna (Cinta Kasih dan Welas keadaan yang kita benci atau tidak disukai. Dengan Tanha untuk kenik
Asih) terhadap semua makhluk.
matan dan kesenangan duniawi, haus dengan cinta, rakus dengan harta,
Hari Ulambana tersebut berhubungan erat dengan Riwayat
Maudgalyayana (Mogalana) salah satu siswa Sakyamuni Buddha yang amat gila hormat atau khilaf dengan kuasa atau kedudukan dikarenakan keme
berbakti kepada ibunya. lekatan, kebodohan atau kegelapan batin (avidya), semua ini menyebab
kan asal-mula derita.
Tanha atau nafsu keinginan rendah yang tiada habis-habisnya.
Orang yang pasrah kepada Tanha sama saja dengan orang meminum air
80 41
asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Kedua ini, mengaj HARI BESAR ASADHA
Asadha adalah nama bulan lunar kedelapan, dari bahasa
arkan bahwa semua penderitaan, atau dengan kata lain, semua ke
Sansekerta, sedangkan bahasa palinya adalah Asalha. Kebaktian untuk
hidupan dikarenakan keinginan (tanha), dikarenakan nafsu keserakahan memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja.
(lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha), yang mengakibatkan Hari besar Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna
Tumimbal Lahir dan penderitaan, yang menjelma sebagai gerak-gerik memperingati kejadian yang menyangkut kehidupan Sang Buddha dan
Ajarannya, yaitu :
atau aktivitas dari badan, ucapan atau perkataan, dan pikiran. Tidak da
1. Untuk pertama kali Sang Buddha membabarkan Dharmanya pada 5
pat mengerti dengan jelas bahwa segala sesuatu didunia ini adalah tidak pertapa (Panca Vagiya), bekas siswa-siswanya sepertapaan sebelum
kekal (anitya). Karena itu, Kesunyataan yang Kedua ini juga termasuk menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat Varanasi,
dalam pelajaran Karma dan Tumimbal Lahir, juga sebagai Hukum Sebab India, pada bulan purnama sidhi di bulan Asadha. Khotbah pertama
Sang Buddha ini tercantum dalam Kitab Suci Tripitaka berbahasa Pali,
-Akibat Yang saling bergantungan (Hukum Pratitya Samutpada) dari se
dengan nama : Dhammachakka Pavattana Sutta (Perwartaan
mua lelakon kehidupan. Dharmacakra / Perputaran Roda Dharma).
c) Apa itu Penghentian atau Lenyapnya derita/penderitaan (Nirodha)? 2. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama
- Nirodha berarti Lenyapnya Penderitaan yang sama artinya dengan le- dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka
mencapai arahat, dan terbentuklah Arya Sangha (Persaudaraan Para
nyapnya nafsu keinginan rendah (tanha) atau lenyapnya keinginan dari
Bhikkhu Suci).
pikiran. Kalau Tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam
keadaan berbahagia sekali, karena telah terbebas dari semua kekotoran HARI BESAR MAGHA
batin yakni Loba, Dosa, dan Moha. Magha adalah nama bulan chandra (lunar) dan kebaktian tersebut
disebut Magha Puja.
Kesunyataan yang Ketiga ini mengajarkan tentang lenyapnya sama
Hari Besar Magha memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha,
sekali mengenai “Aku” (atta) dan pembebasan diri dari Roda Samsara Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha
atau Roda Tumimbal lahir dan menuju Nirvana. dihadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Ketiga ini mengajar sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa
diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu,
kan tentang lenyapnya sama sekali rasa “Aku” atau keinginan dari ke
Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
hidupan, dan semua bentuk khayalan atau idaman yang berhubungan Pada tahun terakhir dari kehidupan Sakyamuni Buddha yaitu
dengan itu, membersihkan segala kekotoran batin dari Loba, Dosa, sewaktu Sakyamuni Buddha berdiam diCetiya Pavala di kota Vaisali. Setelah
Moha, yang sewajarnya harus ditujukan pada Pembebasan dari Tumim beliau memberikan khotbah “Indhipada Dharma” kepada siswa-siswanya,
beliau berdiam sendiri dan membuat keputusan untuk Parinibbana tiga bulan
bal lahir dan Penderitaan, yaitu menuju tercapainya Nirvana.
kemudian, yaitu pada bulan purnama sidhi di bulan Waisak.
d) Apa itu Jalan Menuju Lenyapnya atau Penghentian derita (Marga)?
Marga berarti Jalan untuk melenyapkan penderitaan, yaitu 8 HARI BESAR KATHINA
(delapan) Jalan Utama (Hasta Arya Marga) : Pengertian yang benar, Hari Kathina biasanya dirayakan tiga bulan setelah Asadha.
Perayaan ini dapat berlangsung dalam waktu sebulan sesudah hari pertama
pikiran yang benar, berbicara yang benar, perbuatan yang benar, peng-
berakhirnya masa vassa. Masa vassa berlangsung selama tiga bulan setelah
hidupan yang benar, berusaha yang benar, perhatian yang benar, konsen hari Asadha.
trasi yang benar. Jalan beruas delapan ini memberikan petunjuk untuk Perayaan hari Kathina diadakan sebagai ungkapan perasaan terima
menuju Pembebasan dari Penderitaan, dan pula mengandung praktek dari kasih umat Buddha kepada anggota Sangha (persaudaraan para Bhiksu/
Bhikkhu) yang telah menjalankan masa vassa selama tiga bulan di daerah
pelajaran Hyang Buddha.
mereka.
1. Pengertian yang benar (samyag-drsti) Pada perayaan ini umat Buddha mempersembahkan dana kepada
42 79
1. Lahirnya Bodhisattva Siddharta Gotama pada tanggal 8 bulan 4 Imlek. Artinya : Suatu pengertian intelektuil tentang Empat Kesunyataan
2. Pencapaian Penerangan Sempurna (menjadi Buddha) pada tanggal 8 utama atau Kebenaran Mulia, atau tentang kebenaran nyata dari ke
bulan 12 Imlek.
hidupan secara umum maupun secara sederhana, memiliki pengertian
3. Sang Buddha Gotama Parinirvana pada tanggal 15 bulan 2 Imlek.
Sesuai dengan Resolusi Kongres Persaudaraan Sangha Sedunia yang benar mengenai Buddha Dharma, juga menembusi arti dari Tiga
Keempat No. RES/5, tanggal 10 Januari 1986 menyatakan bahwa hari bulan Sifat Universal (atau Tiga Corak Umum dari alam fenomena, Skt. : Tri-
purnama di bulan Mei setiap tahun sebagai “Hari Buddha” Laksana), dan Hukum Sebab Akibat Yang Saling bergantungan (Hukum
Hari Trisuci Waisak di Indonesia ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional
Pratitya Samutpada), Sunyata.
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 09/1983
tanggal 19 Januari 1983. Catatan : Pengertian yang benar adalah isyarat dan tanda-tanda yang
pertama kali dari karma-karma yang baik.
Detik-detik Waisak Tahun 2009 – 2026 adalah sebagai berikut : 2. Pikiran yang benar (Samyag-samkalpa)
Tahun Masehi Tahun Buddhis Tanggal WIB Artinya : Pengertian lainnya adalah kehendak yang benar yang ber
2009 2553 09 Mei 11.01.10 arti bahwa mempunyai pikiran atau kehendak untuk membebaskan
segala ikatan-ikatan Duhkha (penderitaan). Pikiran atau Kehendak yang
2010 2554 28 Mei 06.07.03
demikian haruslah bebas dari segala keserakahan, kebencian, dan
2011 2555 17 Mei 18.08.23 keinginan untuk merugikan orang lain dan diri sendiri. Termasuk juga
2012 2556 06 Mei 10.34.49 pikiran yang bebas dari hawa nafsu keduniawian, dan juga bebas dari
kekejaman, serta pikiran yang terbebas dari keinginan atau kemauan j
2013 2557 25 Mei 11.24.39
ahat.
2014 2558 15 Mei 02.15.37 3. Berbicara yang benar (Samyag-vak)
2015 2559 2 Juni 23.18.43 Artinya : Pantang untuk berdusta, memfitnah, bercerita yang dapat
menyebabkan kemarahan orang lain, kata-kata kasar dan kotor, dan
2016 2560 22 Mei 04.14.06
cerita omong kosong dan tidak bertanggung jawab. Termasuk membi
2017 2561 11 Mei 04.42.09 carakan atau menjelaskan Buddha Dharma secara benar bukan dengan
2018 2562 29 Mei 21.19.13 unsur sengaja memutarbalikkan yang benar menjadi yang salah dan
sebaliknya. Disebut berbicara yang benar bila dapat memenuhi per
2019 2563 19 Mei 04.11.00
syaratan berikut ini : bicara itu yang benar berdasarkan fakta maupun
2020 2564 07 Mei 17.44.51 pengalaman sendiri, bicara itu sungguh-sungguh beralasan, bicara itu
2021 2565 26 Mei 18.13.30 mempunyai manfaatnya, berbicara itu tepat pada waktunya dan tempat
nya.
2022 2566 16 Mei 11.13.46
4. Perbuatan yang benar (Samyag-karmanta)
2023 2567 04 Juni 10.41.19 Artinya : Tidak melakukan atau menyuruh melakukan pembunuhan,
2024 2568 23 Mei 20.52.42 penyiksaan, pencurian, dan perzinahan.
2025 2569 12 Mei 23.55.29 5. Perbuatan yang benar (samyag-ajiva)
Artinya : berarti juga Mata Pencaharian yang benar, berarti menghin
2026 2570 31 Mei 15.44.44 dari atau menolak mata pencaharian yang salah dan berusaha untuk
hidup yang benar.
78 43
Catatan : 5 (lima) macam pencaharian yang salah haruslah dihindari, Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja
yaitu penipuan, ketidaksetiaan, penujuman, kecurangan, praktek lintah Bulan Baru Penuh
darat (meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi). 2012 M Jan 09
Seorang siswa Buddha harus pula menghindari 5 (lima) macam perda 2556TB Jan 23 Feb 08 * Maghapuja
gangan, yaitu : berdagang alat senjata, berdagang makhluk hidup,
Feb 22 Mar 08
berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan
makhluk-makhluk hidup), berdagang minuman alkohol atau menimbul Mar 22 Apr 07
kan ketagihan seperti narkotika, berdagang racun. Apr 21 Mei 06 * Waisak
6. Berusaha yang benar (Samyag-vyayama)
Mei 21 Juni 04
Artinya : Usaha untuk menghilangkan kejahatan yang belum muncul,
usaha untuk mengatasi kejahatan dan sifat buruk yang telah muncul, Juni 19 Juli 04
usaha untuk mengembangkan kebaikan dan sifat berguna dari pikiran, Juli 19 Ags 02 * Asadhapuja
dan berusaha memelihara sifat-sifat baik yang telah ada.
Ags 17 Ags 31
Catatan : Jadi ada 4 (empat) macam usaha, yaitu : menghindari,
usaha untuk mengatasi, usaha mengembangkan, dan usaha untuk me Sep 16 Sep 30
melihara. Okt 15 Okt 30 * Pavarana/ Kathina
7. Perhatian yang benar (Samyag-smrti)
Nop 14 Nop 28
Artinya : Tetap dalam perenungan pada keadaan dari pikiran,
perasaan, badan, dengan rajin dan dengan sadar dan penuh pengertian Des 13 Des 28
serta menolak kerakusan dan kesedihan duniawi. Contoh : Empat per
hatian pada perenungan tentang rupa (tubuh), perasaan, kesadaraan, HARI RAYA WAISAK
dan Dharma. Hari Trisuci Waisak adalah memperingati Tiga Peristiwa Agung yang
Catatan : Samyag-Smrti terdiri dari latihan-latihan Vipasyana (yaitu : terjadi pada diri kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang
lalu. Referensi tentang Hari Trisuci Waisak ini dapat dilihat pada Kitab Suci
Meditasi untuk memperoleh Pandangan Terang tentang kehidupan). Tripitaka, bagian Jakataka (J.i), Kitab Buddhavamsa Commentary (Bu.A.
8. Konsentrasi yang benar (samyag-samadhi) 248) dan Mahavamsa, edisi Geiger (Mhv. Iii.2), Tiga Peristiwa tersebut
Artinya : Menempatkan pikiran pada suatu perbuatan yang kita ingin adalah :
lakukan sesuai dengan cara yang benar. 1. Bodhisattva (Calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta Gotama
dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal pada tahun 623 S.M.
Catatan: Memusatkan pikiran pada suatu obyek yang tunggal yang ber 2. Pangeran Siddharta Gotama, yang kemudian menjadi pertapa, dibawah
arti terpusatnya pikiran, inilah yang disebut konsentrasi. Pohon Bodhi (pohon Asetha), di Buddha Gaya, India dengan kekuatan
Didalam arti yang luas, konsentrasi ada hubungannya dengan kesada sendiri mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha pada
raan juga. Di dalam pencerapan rasa ia sangat lemah. tahun 588 SM ketika beliau berusia 35 tahun.
3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara danmemberi pelayanan Dharma
Tambahan Penjelasan : kepada umat manusia dan para Dewa, Sang Buddha wafat pada usia 80
Perenungan tingkat pertama (Dhyana-I); bila seorang siswa bebas tahun di bawah pohon sala kembar, Kusinara, India dan mencapai
dari perasaan nafsu, bebas dari sesuatu yang tidak baik, ia masuk dalam Parinirvana pada tahun 543 S.M.
tingkat ini, tapi masih disertai gelombang pikiran dan renungan, terlahir Menurut Sekte Mahayana dalam merayakan Hari Trisuci Waisak
pada waktu yang berbeda-beda, yaitu :
kebebasan yang mengandung kenikmatan dan kebahagiaan.
44 77
Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja Perenungan tingkat kedua (Dhyana-II); bila seorang siswa setelah
Bulan Baru Penuh mengendapkan gelombang pikiran dan renungan, mulailah tercapai ke
2010 M Jan 01 tenangan batin, pikiran mulai memusat, ia atau siswa tersebut masuk
2554 TB Jan 15 Jan 30 dalam tingkat ini.
Perenungan tingkat ketiga (Dhyana-III); bila seorang siswa telah da
Feb 14 Feb 28 * Maghapuja
Mar 16 Mar 30 pat melenyapkan kegiuran, ia berdiam diri dalam keseimbangan dan ke
Apr 14 Apr 28 sadaran yang kuat. Ia memasuki tingkat ini.
Mei 14 Mei 28 * Waisak Perenungan tingkat keempat (Dhyana-IV); bila seorang siswa
Juni 12 Juni 26 akhirnya dapat mengatasi kenikmatan, karena lenyapnya kegembiraan
Juli 12 Juli 26 * Asadhapuja dan kesedihan. Ia memasuki tingkat keempat ini (Dhyana-IV), yang pe
Ags 10 Ags 25
nuh keseimbangan dan kesadaraan inilah yang disebut samadhi yang
Sep 08 Sep 23
benar.
Okt 08 Okt 23 * Pavarana/
Kathina
Nop 06 Nop 22
Des 06 Des 21

Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja


Bulan Baru Penuh
2011 M Jan 04 Jan 20
2555 TB Feb 03 Feb 18 * Maghapuja

Mar 05 Mar 20
Apr 03 Apr 18
Mei 03 Mei 17 * Waisak
Juni 02 Juni 16
Juli 01 Juli 15 * Asadhapuja
Juli 31 Ags 14
Ags 29 Sep 12
Sep 27 Okt 12
Okt 27 Nop 11 * Pavarana/
Kathina
Nop 25 Des 10
Des 25

76 45
TRI RATNA Pada hari Uposatha tersebut umat Buddha melakukan pujabhakti,
berupa :
1. melakukan persembahan bunga / dupa / lilin di tempat ibadah agama
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengu- Buddha (Vihara, Cetya dll.).
capkan Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma, 2. melakukan puja pada Sang Triratna dan membaca paritta-paritta / sutra
suci.
Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Bud-
3. memohon pada bhiksu/bhikkhu untuk bimbingan melaksanakan Pancasila
dha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai Buddhis (lima sila) atau Atthasila (delapan sila).
tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut: 4. mendengarkan khotbah Dharma dari para bhiksu/bhikkhu atau pandita.
Bahasa Sansekerta : 5. ada pula umat Buddha yang melakukan makan sayurnis (vegetarian/tidak
memakan makanan yang bernyawa).
Buddhang Saranang Gacchami
6. memperbanyak meditasi.
Dharmang Saranang Gacchami Para Bhiksu/Bhikkhu pada purnama siddhi menjalankan upacara
Sanghang Saranang Gacchami samaggi uposatha yaitu sesudah mereka bercukur kepala, melakukan
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami upacara parisudhi (pensucian batin dan mohon maaf atas perbuatan salah
yang telah diperbuat) dan selanjutnya membaca ulang Patimokha (227
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
peraturan kebhikkhuan).
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami Daftar bulanTilem Purnama 2009 – 2012
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja
Bahasa Indonesia : Bulan Baru Penuh
2009 M Jan 11
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma 2553TB Jan 26 Feb 09
Aku Berlindung kepada sangha Feb 25 Mar 11 * Maghapuja
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha Mar 26 Apr 09
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma Apr 25 Mei 09 * Waisak
Kedua kali Aku Berlindung kepada sangha
Mei 24 Juni 09
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Juni 23 Juli 07
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada sangha Juli 22 Ags 06 * Asadhapuja
Ags 20 Sep 04
BUDDHA Sep 19 Okt 04
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar, kesada- Okt 18 Nop 06 * Pavarana/
raan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. Kathina
(Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Nop 17 Des 02
Press, London, 1965). Des 16
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan
atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam

46 75
MAKNA HARI RAYA AGAMA BUDDHA Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang yang telah mencapai Penerangan
Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh
Upacara-upacara, baik yang bersifat keagamaan maupun Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin
kenegaraan sebenarnya adalah suatu cetusan hati manusia terhadap sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum
keadaan. Dengan sendirinya, bentuk-bentuk upacara itu disesuaikan dengan
keadaan,dan cara berpikir di pembuat atau pelaksanannya parinirvana.
Dari berbagai macam upacara yang dilakukan oleh umat Buddha Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Sakyamuni
dengan corak ragam yang berlainan, bila diteliti mempunyai makna yang pendiri Agama buddha. Hyang Buddha yang berdasarkan waktu kosmik 1)
sama. Dalam semua upacara Buddhis, sebenarnya terkandung prinsip- ada banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.
prinsip sebagai berikut :
1. Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Triratna (Buddha, Dharma
dan Sangha) DHARMA
2. Memperkuat Saddha/Sradha (keyakinan yang benar) dengan tekad Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan
3. Membina Paramita (sifat baik yang luhur) dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
4. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Sakyamuni
Buddha, para Buddha dan para Bodhisattva Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
5. Melakukan Anumodana (membagi perbuatan baik kita kepada makhluk 1. Doktrin
lain) 2. Hak, keadilan, kebenaran
Secara terperinci, manfaat langsung yang dapat diperoleh dari 3. Kondisi
upacara yang baik adalah :
1. Saddha/Sradha (keyakinan yang benar) akan berkembang 4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
2. Paramita (sifat bajik yang luhur) akan berkembang Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat ke-
3. Samvara (indria) akan terkendali hidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manu-
4. Santuthi (puas) sia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidak-
5. Santhi (damai)
6. Sukha (bahagia) puasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi,
Untuk dapat memiliki manfaat yang sebesar-besarnya maka kita psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya.
harus melaksanakan upacara yang benar sesuai dengan makna yang Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma.
terkandung dalam upacara tersebut.
Adapun Hari Raya umat Buddha yang sering dirayakan baik secara
individu maupun kelompok adalah : SANGHA
Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terben-
HARI PUJABHAKTI (UPOSATHA) tuk). Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggo-
Hari Upavasatha jatuh pada tanggal 1, 8, 15, 22, 23 dan 30 menurut tanya selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah
Lunar Kalender, bagi umat Buddha menjalankan Asthanga Sila atau Asta
Sila dan mendengarkan khotbah Buddha Dharma di Vihara. Umat Buddha upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya un-
biasanya mengambil pada hari tanggal 1 dan 15. Sedangkan tanggal 1 bulan tuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila
lunar Kalender merupakan Hari lahir Maitreya Bodhisattva yang disebut Hari Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Maitri. Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perem-
Tradisi ini memang oleh Sang Buddha diambil dari tradisi Hindu, atas
usul raja Bimbisara dari Magadha. Hari Pujabhakti umat Buddha tersebut puan) adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri uru-
dikenal sebagai hari Uposatha. Kata Uposatha berasal dari kata san duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia
“Upavasatha” yang menunjuk pada malam menjelang upacara Soma, menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma, patuh menjalankan Prati-
sebuah tradisi agama Hindu. moksa (Sila-sila untuk para bhiksu dan bhiksuni) terdapat di dalam buku
74 47
Buddha Mahayana yakni Pacchimovada Pari Nirvana Sutra terjemahan oleh HARI SUCI AGAMA BUDDHA
Kumarajiva.
Menurut Kalender Kamariah (Lunar) atau Tahun Imlek
Arya Sangha
Bulan Tanggal Peringatan
Semata-mata terdiri dari para Bodhisattva yang telah memasuki tingkat I 1 Hari Kelahiran Maitreya Bodhisattva
kedua atau lebih mengenai Jalan Penerangan atau Pencerahan Tertinggi.
I 9 Hari Kelahiran Sakradewa Indranam
Sebagian dari para Bodhisattva mungkin kehidupannya sebagai bhiksu dan
lainnya sebagai umat awam. (A Survey of Buddhism, Bab : The Mahayana II 8 Hari Pelepasan Agung Sakyamuni Buddha
Sangha, hal : 263-267). II 15 Hari Parinirvana (Wafat) Sakyamuni Buddha

II 19 Hari Kelahiran Avalokitesvara Bodhisattva

II 21 Hari Kelahiran Samantabhadra Bodhisattva

III 16 Hari Kelahiran Cundi Bodhisattva

IV 4 Hari Kelahiran Manjusri Bodhisattva

IV 8 Hari Kelahiran Sakyamuni Buddha

IV 28 Hari Kelahiran Bhaisajaraja Bodhisattva

V 13 Hari Kelahiran Arama Bodhisattva

VI 3 Hari Kelahiran Dharmapala 


Pancaskandha Bodhisattva
VI 19 Hari Pencapaian Pencerahan Agung 
Avalokitesvara Bodhisattva
VII 13 Hari Kelahiran Mahasthamaprapta Bodhisattva

VII 15 Hari Ulambana / Cio Ko / Sembahyang Rebutan

VII 30 Hari Kelahiran Ksitigarbha Bodhisattva

VIII 22 Hari Kelahiran Dipankhara Buddha

IX 19 Hari Pelepasan Agung Avalokitesvara Bodhisattva

IX 30 Hari Kelahiran Bhaisajyaguru Bodhisattva

X 5 Hari Kelahiran Acarya Bodhidharma

XI 17 Hari Kelahiran Amitabha Buddha

XII 8 Hari Pencapaian Pencerahan Agung Sakyamuni Buddha

XII 29 Hari Kelahiran Avatamsaka Bodhisattva

48 73
HUM TRILAKSANA
Kata HUM ini dapat diartikan "Meletakkan dasar" Segala sesuatu daat dilaku-
kan oleh karakter ini "HUM" yang juga berarti "Melindungi dan mendukung".
Tri-Laksana atau disebut juga Tiga Sifat Universal atau Tiga Corak
Sekali karakter (suku kata) ini terucap maka semua Pelindung Dharma dan
Umum dari Alam Fenomena (Skt. : Tri-Laksana), yaitu :
malaikat berbudi datang melindungi dan mendukungmu. Ini juga berarti
a. Anitya : Semua bentuk yang berkondisi adalah tidak kekal,
"Mengikis bencana". Begitu karakter ini telah diucapkan dan maka segala
b. Duhkha : Semua bentuk yang terkondisi adalah tidak sempurna
kesulitan akan t4eratasi dan musnah. Juga dapat dimaksudkan "Sukses"
c. Anatman : Semua bentuk yang terkondisi dan bentuk yang tidak terkondisi
dalam segala hal yang engkau kerjakan dapat tercapai.
adalah tanpa “Aku”

Bagi yang melafalkan 6 karakter mantra Maha Terang (OM MANI PADME
ANITYA
HUM) akan selalu dilindungi dan didukung oleh tak terhingga Para Buddha,
Anitya artinya semua bentuk yang terkondisi adalah tidak kekal atau
Bodhisattva maupun Pelindung Dharma Vajra.
selalu berubah-ubah. Segala benda yang ada atau sudah terbentuk pasti
berubah. Segala benda atau sesuatu yang sudah terbentuk adalah tidak
Pada saat Bodhisattva Avalokitesvara selesai mengucapkan 6 karakter man-
abadi atau hanyalah bersifat sementara saja. Anitya adalah doktrin Hyang
tra Maha Terang ini sungguh tak dapat dibayangkan, respon yang menakjub-
Buddha mengenai ketidakkekalan dari semua bentuk yang terkondisi; kata
kan maupun cara kerjanya yang tidak dapat dibayangkan pula. maka dari itu
yang pertama ini dari 3 (tiga) corak umum dari alam fenomena (Hukum Tri-
dapat dikatakan juga sebagai Ajaran Rahasia. Jika seseorang mencoba
Laksana).
menjelaskannya secara mendetail, maka maknanya adalah tak terkirakan
Anitya adalah suatu karakteristik mengenai semua eksistensi
dan tak terbatas yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan.
keduniawian; adalah kenyataan-kenyataan empiris) yang tampak pada ting-
kat jasmani di dalam tubuh manusia, dengan unsur pokok memiliki elemen
Keenam karakter kata sejati ini dikenal juga sebagai enam karakter mantra
adalah didalam pengaliran darah atau air dari dalam tubuh secara konstant,
Maha Terang yang merupakan hasil (oikiran) yang mendalam, indah, luar
betul-betul jauh melebihi kenyataan ketidak-kekalan jasmaniah yang tampak
biasa, asli dari Bodhisattva Avalokitesvara yang mana pahala dan kebaji-
dalam perbedaan di antara masa kecil (bayi), masa kanak-kanak, masa re-
kannya adalah sungguh tak terhingga, tak terbatas dan tak dapat dibayang-
maja, masa dewasa, dan masa tua. Bahkan lebih tidak kekal, namun
kan pula.
demikian, dalam pandangan agama Buddha, adalah pengetahuan, pikiran,
[ Dikutip dari Majalah Sinar Borobudur ]
atau kesadaran, di mana timbul dan berhenti dari waktu ke waktu. Mengingat
ketidakkekalan dari hal-hal jasmaniah adalah secara empiric tampak dengan
mudah, ketidakkekalan mengenai kesadaraan tidaklah mudah terlihat, hingga
ditunjukkan (yakni dalam ajaran Agama Buddha). Sifat yang khas dari keti-
dakkekalan tidak menjadi jelas kelihatan disebabkan ketika naik dan jatuh
tidak diberikan perhatian, hal itu tersembunyi oleh kesinambungan... Namun
demikian, ketika kesinambungan diganggu oleh naik dan jatuh yang tajam.
Sifat yang khas dari ketidakkekalan menjadi jelas kelihatan di dalam sifat
dasar yang sebenarnya, hal itu adalah dugaan mengenai “naik dan jatuh”,
atau terjadinya diikuti oleh pelenyapan, dimana pada dasarnya dugaan men-

72 49
genai ketidakkekalan. OM MANI PADME HUM
Tubuh dan pikiran adalah serupa yang dianggap sebagai pemandan-
gan mengenai kejadian-kejadian, secara jasmaniah atau mental. Setiap
Ke enam karakter ini secara bersama membentuk enam karakter Mantra
waktu dari kesadaran dianggap sebagai terbentuk dari sebab dan musabab
Maha terang yang mana setiap orang dapat memancarkan cahaya terang.
dan sebagaimana tidak stabil, dan oleh karena itu dengan segera buyar.
Anologi mengenai suara dari sebuah kecapi dipakai : suara kecapi ini
OM
tidak datang dari sesuatu “gudang” suara, begitu juga suara itu pergi ke-
OM adalah karakter pertama dari mantra ini. Ketika kamu mengucapkan OM
mana-mana ketika suara itu telah berhenti; daripada itu, setelah suara itu
(Nan) sekali saja maka semua hantu-hantu, makhluk-makhluk halus dan lain
tidak ada, suara itu dibawa existensi oleh kecapi dan usaha pemain kecapi
sebagainya harus merangkapkan kedua tangannya. Mengapa? Ini adalah
itu, kemudian, setelah terdengar, suara itu lenyap. Jadi dengan semua jas-
untuk mematuhi peraturan dan tata cara alam semesta. Sejalan dengan tata
maniah dan kejadian-kejadian mental; mereka datang ada, dan telah berada,
cara tersebut mereka mengikut jalan yang benar. Sekali saja karakter
lenyap
(sumber kata) ini telah diucapkan maka para hantu-hantu, makhluk halus dan
Kelenyapan ini yang tidak dapat dihindari dari apa saja adalah di-
lain sebagainya tidak berani bertikai dan menciptakan masalah yang men-
bawa ke dalam badan, atau Anitya, menyajikan pokok persoalan untuk pere-
gacaukan dan sebaliknya mereka saling menghormati satu sama lain.
nungan bagi umat Buddha. “Perenungan mengenai ketidakkekalan” adalah
salah satu dari 3 (tiga) cara utama di dalam meditasi agama Buddha untuk
MANI
melihat ke dalam (vipassana). Yang lainnya adalah perenungan mengenai
MANI adalah suara yang pertama dalam mantra ini yang berarti
duhkha, dan perenungan mengenai anatman.
"Kebijaksanaan Hening", Dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang
dapat mengerti semua hukum-hukum dan juga dapat memisahkan dari noda-
DUHKHA
noda yakni noda-noda kekotoran bathin dan kesukaran yang dapat dipertim-
Duhkha : semua bentuk yang terkondisi adalah tidak sempurna.
bangkan sama dengan "Seperti Permata yang Engkau Kehendaki yang
Segala sesuatu yang tidak kekal menimbulkan penderitaan, atau penderitaan
benar-benar suci dan murni. Jika engkau benar-benar murni "Seperti Per-
terjadi karena adanya perubahan yang terus-menerus. Segala sesuatu pasti
mata Yang Engkau Kehendaki" segala sesuatu dapat terwujud/terlaksana. Ini
berubah cepat atau lambat atau terus menerus dan kemudian menjadi lapuk
juga dapat mengabulkan keinginan/harapanmu sesuai dengan yang engkau
atau rusak. Keberadaan mereka berakibat menderita sebanyak apa adanya
pikirkan (kehndaki). Segala cita-citamu akan terpenuhi. Ini adalah manfaat-
hal atau sesuatu barang itu. Contoh : Tubuh kita tidak sehat oleh karenanya
nya.
kita menjadi sakit.
Duhkha : Istilah ini digunakan dalam tradisi agama Buddha men-
PADME
genai salah satu dari Hukum Tri Laksana. Kepastian bahwa existensi semua
PADME ini dapat diartikan "Cahaya yang Sempurna menyinari dan juga da-
manusia adalah dicirikan oleh Duhkha dan merupakan yang pertama dari
pat diartikan sebagai Teratai Yang sedang terbuka (Mekar)". Ini juga
khotbah Hyang Buddha yakni 4 (empat) Kesunyataan Utama atau Kebena-
dianalogikan sebagai Bunga Teratai Yang Indah yang dapat menyempurna-
ran Mulia.
kan dengan sempurna mengabulkan tanpa rintangan. Ini adalah Pikiran yang
menakjubkan dari Avalokitesvara Bodhisattva.
ANATMA
Anatma : Semua bentuk yang terkondisi dan bentuk yang tidak
terkondisi adalah tanpa “Aku”. Arti lainnya adalah bahwa segala sesuatu ti-
50 71
dhisattva dan pelindung Dharma. Beliau adalah penjaga vihara dan ru dak mempunyai inti yang kekal abadi, atau tidak adanya existensi pribadi
pangnya berada di sebelah kiri, berlawanan dengan Skanda Bodhisattva (tanpa “Aku”).
yang berada di kanan. Anatma dapat juga diterangkan dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
1) Tidak terlalu mementingkan diri sendiri.
Selain di atas, masih banyak lagi nama-nama Bodhisattva yang di- Contoh : terlalu egoistis, maka seseorang merasa yakin pada dirinya bahwa
puja dan dihormati. Namun, sesungguhnya kita perlu menyadari bahwa se- dialah yang paling benar dan atau paling berhak untuk melakukan sesuatu,
lain melakukan pemujaan, kita harus meneladani sifat-sifat Mereka. Kita tapi sebenarnya ia tidak berhak dan salah sama sekali.
menjadikan Mereka figur, berjuang tanpa henti untuk menjadi seperti Mereka 2) Kita tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja, termasuk tubuh-
demi menolong semua makhluk bebas dari lautan penderitaan menuju ke jasmani dan pikiran kita supaya tetap seperti apa yang kita inginkan.
pantai seberang. Contoh : kita tidak dapat memerintahkan supaya kita tetap awet muda, tetap
cantik, tetap jaya, tetap bahagia, tetap waspada, tetap abadi.
Dedikasi: 3) Bila tingkat pengetahuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekkan
“Semoga lenyaplah tiga kumpulan karma buruk yang menjengkelkan” akan mengetahui dan menemukan bahwa jasmani dan batinnya sendiri
“Semoga memperoleh kebijaksanaan dan kesadaran yang nyata” adalah tanpa “Aku”, atau tanpa pribadi. Orang yang mempunyai kebijakan
“Semoga semua hambatan dan karma buruk lenyap” tinggi tidak terikat pada segala sesuatu didunia ini, dimana saja mereka
“Semoga senantiasa hidup melaksanakan Jalan Bodhisattva” berada dapat bertindak dengan cara yang benar.
Anatma adalah doktrin agama Buddha bahwa tidak terdapat suatu
kekekalan “Aku” (atta) yang terdapat di dalam tiap-tiap individu manusia.
Anatman ini adalah yang ketiga dari Hukum Tri Laksana dan adalah suatu
doktrin keseluruhan khas terdapat dalam agama Buddha, membedakannya
dari agama lain dan filsafat India di masa dahulu.
Tanpa pengertian atau pengetahuan mengenai arti dari Anatma
adalah tidak mungkin dapat mengerti pemikiran agama Buddha. Ajaran
agama Buddha mengenai pokok ini adalah suatu penyangkalan atau pe-
nolakan mengenai kenyataan dari aku atau jiwa yang mendiami individu,
suatu kesatuan yang lahir dengan masing-masing tahan lama di mana peran-
tara dari tindakan-tindakan individu. Sebagai gantinya individu terlihat seba-
gai suatu sanding kata sementara dari panca-skandha, atau kumpulan faktor
unsur pokok. Skandha sendiri tidaklah bertahan lama, tetapi adalah rang-
kaian dari kejadian-kejadian sebentar, tiap-tiap kejadian seperti itu bertahan
dalam suatu hubungan sebab-musabab terhadap yang berikutnya. Semen-
tara terdapat suatu perubahan yang terus-menerus dari faktor-faktor peruba-
han secara konstant di dalam sesuatu empiric yang diberikan “individu”, juga
terdapat suatu kesinambungan yang tetap di dalam proses tersebut cukup
untuk memberikan rupa atau penampilan, kedua-duanya pada badaniah dan
tingkat psykologis, mengenai kepribadian.
70 51
Pengakuan mengenai kesinambungan seperti itu, dan menggunakan tongkat. Bodhisattva ini memiliki ikrar, sebagai berikut: “Jika neraka tidak
istilah-istilah setiap harinya dan nama-nama yang tepat untuk menunjukkan kosong, maka tidak akan menjadi Buddha.”
para individu yang khusus, diperkenankan sebagai kelonggaran dan bantuan 5. Maitreya, adalah Buddha yang akan datang, yang akan muncul di dunia,
demi effisiensi bahasa. Hal-hal ini adalah penggunaan kata-kata yang berle- mencapai pencerahan, dan mengajarkan Dharma. Maitreya diturunkan
bihan , bahasa secara kata-kata, istilah komunikasi secara kata-kata, uraian dari kata maîtri, yang berarti cinta kasih. Bhiksu Pu Tai, yang hidup pada
secara kata-kata dimana Tathagata berkomunikasi tanpa salah memahami zaman Dinasti Tang. Mantranya: Om maitri maitreya maha karuna ye.
ungkapan-ungkapan tersebut. 6. Manjusri (文殊師利菩薩: Wénshūshili Púsà), adalah dikenal sebagai
Doktrin mengenai Anatma dianggap di dalam tradisi agama Buddha
Pangeran Dharma. Beliau mewakili kebijaksanaan, intelejensi, dan re
sebagai kebenaran yang paling sulit mengenai segala-galanya untuk dipa-
alisasi. Beliau juga disebut Manjughosa. Beliau digambarkan memegang
hami karena dugaan mengenai suatu “Aku” yang kekal adalah berakar san-
pedang di tangan kanan yang melambangkan realisasi kebijaksanaan dan
gat dalam di dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran sehari-hari. Ide men-
menolak pandangan salah. Mantranya: Om Ah Ra Pa Tsa Na Dhih, diper
genai individu aku diperkenalkan kembali dan ditegaskan oleh pudgala-vadin,
caya memperkuat kebijaksanaan dan meningkatkan keahlian mengingat,
dimana pandangannya tidak diterima sebagai kebenaran oleh sekte agama
berdebat, menulis, dan menjelaskan.
Buddha lainnya. (E. Conze, Buddhist Thought in India, 1962).
7. Samantabhadra (普賢菩薩: Pŭxián púsà), adalah Raja Kebenaran yang
melambangkan praktek dan meditasi semua Buddha. Di dalam Avatam
saka Sutra, dijelaskan bahwa Beliau membuat sepuluh ikrar yang menjadi
dasar praktek Bodhisattva.
8. Vajrapani (permata di tangan), adalah salah satu dari Bodhisattva terawal
di tradisi Mahayana. Beliau adalah pelindung dan pemandu Buddha,
melambangkan kekuatan Buddha. Vajrapani menjadi salah satu dari tiga
sifat Buddha, yaitu melambangkan kekuatan. Selain itu, terdapat Avalo
kitesvara yang melambangkan welas asih dan Manjusri yang melambang
kan kebijaksanaan.
9. Tara atau Arya Tara (Tibetan: Jetsun Dolma), umumnya lebih dikenal
dalam Budhisme Tibetan. Beliau adalah ibu pembebas dan melambang
kan kesuksesan dalam aktivitas dan pencapaian. Tara memiliki berbagai
bentuk seperti: Tara Hijau, Putih, Merah, Hitam, Kuning, Biru, Cittamani,
dan Khadiravani. Mantra Tara: Om Tare Tu Tare Ture Svaha
10. Skanda Bodhisattva, (韋馱菩薩; Wei Tuo Pu Sa), sebagai Bodhisattva
yang dihormati sebagai penjaga Dharma di monastery. Beliau adalah satu
dari dua puluh empat Bodhisattva penjaga. Dalam sutra Cina, biasanya
gambar Bodhisattva ini ditemukan di akhir, mengingat ikrarnya untuk
melindungi Dharma.
11. Sangharama Bodhisattva (伽藍菩薩: Qíelán Púsà), dihormati sebagai Bo-

52 69
BODHISATTVA HUKUM KARMA

Begitu banyak Bodhisattva yang kita puja. Namun, akan lebih baik kita men- Hukum Karma adalah Hukum Sebab-Akibat.
genal lebih dekat siapa mereka. Pada kesempatan ini, penulis ingin mem-
berikan informasi tentang beberapa Bodhisattva yang mungkin kita puja, Karma berarti perbuatan, arti umumnya meliputi semua jenis kehen-
tetapi kita masih kurang jelas tentang mereka. Di dalam ajaran Buddha, Bo- dak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin
dhisattva (Pali: Bodhisatta) adalah seseorang yang mendedikasikan hidup- dengan pikiran, ucapan atau kata-kata, dan tindakan.
nya untuk mencapai pencerahan. Dari asal katanya, Bodhi berarti Karma dalam arti yang luas : semua kehendak atau keinginan dengan tidak
“pencerahan” dan Sattva berarti “menjadi”, dan dapat juga merujuk pada membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau
Buddha dalam kehidupan lampaunya. Dalam tradisi Mahayana, Bodhisattva tidak baik (tidak bermoral).
akan berusaha menjadi Buddha agar memiliki kemampuan terbaik untuk Karma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia dapat menjadi-
menolong semua makhluk. Begitu banyaknya jumlah Bodhisattva, berikut ini kan orang cepat berputus asa, juga bukanlah suatu ajaran tentang adanya
hanya beberapa contoh Bodhisattva yang pada umumnya kita puja: satu nasib yang sudah ditakdirkan. Prinsip utama dari Hukum Karma adalah
1. Akasagarbha Bodhisattva (虛空藏菩薩 :Xūkōngzàng púsà), adalah salah bahwa seseorang akan memetik buah seperti apa yang telah ia taburkan
benihnya, apakah itu karmabaik atau buruk.
satu dari delapan Bodhisattva besar. Mantranya: Namo Akasagarbhaya
Hyang Buddha Bersabda :“Sesuai dengan benih yang telah ditabur-
om ārya kamari mauli svāhā. Mantra ini dipercaya dapat meningkatkan
kan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat
kebijaksanaan bagi mereka yang membacanya.
kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah oleh-
2. Avalokitesvara atau Chenrezig (觀音 :Guānyīn), adalah Bodhisattva yang mu biji-biji benih dan enkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari-
mewakili welas aih para Buddha. Dilihat dari asal katanya, Avalokota padanya.”
(tertampak) dan Isvara (Tuhan) dan dalam bahasa Mandari diterjemahkan Memang segala sesuatu yang lampau mempengaruhi keadaan
sebagai Bodhisattva yang melihat dan mendengar suara dunia. sekarang, namun tidaklah menentukan keseluruhannya, dikarenakan karma
Mantranya: Om Mani Padme Hum. Avalokitesvara berikrar tidak akan per itu mencakup karma yang telah lampau dan karma sekarang ini, karma yang
nah istirahat sampai semua makhluk bebas dari samsara. telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi sekarang ini (karma
3. Mahasthamaprapta (大勢至 Da Shì Zhì), adalah Bodhisattva yang melam baik atau karma buruk) akan mempengaruhi pula karma yang akan datang.
Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar dimana hidup
bangkan kekuatan kebijaksanaan dan sering digambarkan bersama Avalo
yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan
kitesvara dan Amitabha. Tidak seperti Bodhisattva lainnya, nama Bodhi
datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang
sattva ini umumnya kurang dikenal. Dalam Shurangama Sutra,
nyata dan ada “ditangan kita sendiri” untuk digunakan dengan sebaik-
Mahasthamaprapta menceritakan bagaimana Beliau mendapatkan pen
baiknya. Oleh sebab itu, kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita,
cerahan melalui pelafalan Buddha, atau kesadaran murni terhadap
supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik. Kita hendaklah selalu ber-
Buddha secara berlanjut, untuk mencapai Samadhi.
buat baik, yang dengan maksud menolong makhluk-makhluk lain, memba-
4. Ksitigarbha (地藏王菩薩: Dìzàng Wáng Púsà), dapat diterjemahkan seba hagiakan makhluk-makhluk lain, perbuatan baik ini pasti akan membawa
gai “Bumi tempat menyimpan ke-sepuluh sutra). Ksitigarbha sering digam suatu akibat yang baik pula serta memberikan kekuatan pada diri kita untuk
barkan dengan mahkota yang terdapat Dhyani Buddha dan memgang melakukan karma yang lebih baik lagi.

68 53
Apa pun yang datang pada diri kita, yang menimpa pada diri kita, Anjuran untuk supaya melaksanakan sila sempurna dari semua
sesungguhnya benar adanya. Kalau kita mengalami sesuatu yang memba- peraturan, bukan berarti bahwa pelaksanaannya sudah harus benar sejak
hagiakan, yakinlah bahwa karma yang telah kita perbuat adalah benar. Se- pertama melakukannya. Karena bila harus sempurna sejak saat mulai mela-
baliknya, bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak berba- kukannya maka hal ini adalah sulit sekali bagi kebanyakan orang. Pelak-
hagia, tidak senang, adalah karma-vipaka (akibat), itu menunjukkan bahwa sanaan sila sebaiknya berangsur-angsur, selangkah demi selangkah dari
kita telah berbuat suatu kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan bahwa yang rendah ke yang tertinggi. Itulah sebabnya mengapa kata-kata ini
karma-vipaka itu senantiasa benar. digunakan sewaktu mengucapkan janji untuk melaksanakan sila : “ saya ber-
Karma-vipaka tidaklah mencintai maupun membenci, juga tidak janji untuk berusaha menghindarkan diri dari melakukan ... dan seterusnya”.
marah dan juga tidak memihak sama sekali, Karma-vipaka merupakan hu- Kata-kata ini adalah bertujuan untuk berusaha melatih melatih sila-sila terse-
kum alam, dipercaya atau tidak dipercaya diaakan tetap berlangsung terus- but.
menerus. Biasanya para bhiksu tidak memberikan sila atas kemauan bhiksu itu
Bentuk karma yang baik sekali/bermutu/yang lebih berat dapat me- sendiri atau ia mengira-ngira bahwa umat akan melaksanakannya. Tetapi
nekan bahkan menggugurkan bentuk karma-karma yang lain. Jadi, karma para bhiksu memberikan sila tersebut karena permohonan atau permintaan
dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan. dari umat itu sendiri. Bilamana kita (umat) memohon sila, itu berarti kita mau
Hyang Buddha bersabda :“Tidak dilangit, tidak pula di tengah-tengah atau siap melaksanakannya.
lautan atau pun dengan memasuki gua-gua di gunung-gunung tidak terdapat
suatu tempat untuk menyembunyikan diri; orang tidak dapat menghindari diri
dari akibat perbuatan jahatnya sendiri.”
Seseorang (individu) adalah penyebab dari kebahagiaan atau ke-
susahan hidup seseorang.
Perbedaan hasil karma, dapatlah diumpamakan dengan buah-buah
di alam semesta ini, ada yang lama baru berbuah setelah ditanam, tetapi ada
pula yang cepat berbuah. Adalah suatu kekeliruan sendiri bila kita meragu-
kan tentang karma yang berlangsung lama dengan karma yang berlangsung
cepat, kita akan kecewa, ini bukanlah berarti Hukum Karma tidak berfungsi
atau tidak tepat, tetapi sekali lagi ditegaskan bahwa adalah karena kekeliruan
sendiri.

Hyang Buddha bersabda :


“Pembuat kejahatan melihat kebahagiaan selama perbuatan jahat-
nya belum masak; tetapi bilamana perbuatan jahatnya telah masak, maka
barulah ia melihat penderitaan.”
Diingatkan kembali bahwa ada 3 (tiga) macam penyebab dari per-
buatan yaitu :
1) Loba (Keserakahan),
2) Dosa (Kebencian), dan
54 67
impulkan bahwa sila pertama tidak meliputi kuman-kuman. Bila tidak 3) Moha (Kebodohan).
demikian, maka tidak dapat makan atau minum sesuatu, ataupun bernafas
yang bebas dari adanya kuman-kuman, maka tidak mungkin seorang pun Jenis-jenis Karma :
dapat melaksanakan Sila-pertama. a) Karma yang ditentukan oleh waktu,
Sila Kedua : (Tidak mencuri). Digariskan untuk mengembangkan b) Karma yang ditentukan oleh kekuatan,
saling hormat-menghormati hak masing-masing pada milik kita masing- c) Karma yang ditentukan oleh fungsi.
masing.
Sila Ketiga : (Tidak berzinah). Digariskan untuk mengembangkan Akhirnya, menurut Buddha Dharma, sekalipun akibat dari karma
rasa hormat pada keluarga masing-masing. yang buruk tidak dapat diubah, ini bukan berarti bahwa seseorang tidak ber-
Sila Keempat : (Tidak berbohong). Bertujuan untuk melindungi ke- daya sama sekali untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, menurut Buddha
pentingan kita masing-masing dengan selalu benar. Dharma, tidaklah terlalu telat untuk segera melakukan kebaikan, dan siapa
Sila Kelima : (Tidak bermabukan). Membantu kita untuk terhindar pun juga yang telah menyadari kesalahannya dan berbalik menuju kebaikan
dari ketidak-waspadaan atau sifat alpa. selamanya harus diberi kesempatan dan disambut.
Karena pada hakekatnya tujuan daripada Sila adalah untuk
mencegah Kita tidak menyusahkan orang lain. Disamping itu pula Sila meru- 10 (sepuluh) Jenis Karma Baik
pakan langkah pertama pada Meditasi (Samadhi) dan Kebijaksanaan 1. Gemar beramal dan bermurah hati, akibatnya adalah diperolehnya
(Prajna). Dan di dalam melaksanakan Sila, bukan melaksanakan sila itu se- kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.
cara kata-kata atau harfiah saja tetapi harus sesuai dengan tujuan yang se- 2. Hidup bersusila, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga luhur yang
benarnya, tetapi pelaksanaan itu sendiri akan berbeda karena tergantung keadaannya bahagia.
pada kemampuan dan keadaan masing-masing individu. Contoh : pelak- 3. Sering melakukan meditasi, akibatnya adalah penitisan di alam bahagia.
sanaan sila bagi umat awan, orang biasa, yang berkeinginan untuk menda- 4. Berendah hati dan hormat, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga
patkan kedamaian dan keamanan bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya; luhur
sedangkan pelaksanaan sila bagi para bhiksu (umat Buddha lainnya) bertu- 5. Berbakti, akibatnya akan diperoleh penghargaan dari masyarakat
juan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam Dharma. Lebih lanjut, 6. Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain.
Sila merupakan faktor yang penting sekali dalam pembangunan ne- 7. Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, akibatnya adalah menyebab
gara , dan juga merupakan kekuatan yang menunjang kemajuan ekonomi kan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.
serta keamanan bangsa. Tanpa sila maka produktivitas atau usaha manusia 8. Sering mendengarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertam
akan berkurang dan akhirnya ia sendiri hancur. Bilamana seseorang itu maju bahnya kebahagian.
sekali teteapi mempunyai tendensi atau motif yang tidak baik bagi orang lain, 9. Gemar menyebarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertam
maka dengan demikian tidak ada sesuatu pun yang diabdikannya untuk bahnya kebijaksanaan (sama dengan no. 8)
masyarakat, dengan kata lain ia hanya menghalangi kemajuan masyarakat 10. Meluruskan pandangan orang lain yang keliru, akibatnya berbuah dengan
dan menyebabkan kesulitan untuk mengembangkan kesejahteraan serta diperkuatnya keyakinan.
kebahagiaan masyarakat tersebut. Dari sudut ini kita dapat melihat bahwa
ada juga orang yang melaksanakan sila demi memperbaiki atau menyesuai- 10 (Sepuluh) Jenis Karma Buruk.
kan posisi atau statusnya, dan juga menyadari bahwa sila dapat membawa 1. Pembunuhan, akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pula. kesedihan karena terpisah dari keadaan atau oang yang dicintai, dalam
66 55
hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan. SILA
2. Pencurian, akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh
keinginan yang senantiasa tidak tercapai; penghidupannya senantiasa
Sila adalah prinsip prilaku manusia yang membantu melancarkan
tergantung kepada orang lain.
dengan teratur kekompakan dan kerjasama yang baik bagi masyarakat. Se-
3. Perbuatan asusila, akibatnya mempunyai banyak musuh, beristri atau
cara khusus, Sila menghalalkan sesuatu kemajuan, manfaat tertentu juga.
suami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak
Peraturan-peraturan tentang tingkah laku atau sila terdapat di semua agama.
normal perasaan seks-nya.
Tinggi dan rendahnya Sila tergantung pada guru atau sistem agama yang
4. Berdusta, akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya
mengajarkannya.
khalayak ramai.
Biasanya sila menerangkan tentang peraturan-peraturan yang harus
5. Bergunjing, akibatnya kehilangan teman-teman tanpa sebab yang berarti.
dihindarkan, dalam hal ini termasuk juga perbuatan-perbuatan yang biasa
6. Kata-kata atau ucapan kasar dan kotor, akibatnya sering didakwa yang
tetapi tidak pantas untuk dilakukan.
bukan-bukan oleh orang lain.
Panca (lima) Sila Buddha : Mengajarkan kepada umat Buddha agar
7. Omong kosong, akibatnya bertubuh cacat, berbicara tidak tegas, tidak
menghindarkan diri dari membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu atau
dipercaya oleh khalayak ramai.
barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya, menghindarkan diri dari perbua-
8. Keserakahan, akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-
tan asusila (berzinah), menghindarkan diri dari minuman-minuman yang da-
harapkan.
pat mengakibatkan ketidak-sadaran. Kelima Sila ini merupakan prinsip dasar
9. Dendam, kemauan jahat/niat untuk mencelakakan makhluk lain, akibatnya
bagi Agama Buddha dan telah di ketahui oleh kebanyakan umat Buddha.
rupa buruk, macam-macam penyakit, watak tercela.
Upasaka (untuk pria) dan Upasika (untuk wanita) adalah nama yang
10. Pandangan salah, akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya,
diberikan kepada umat Buddha yang selain berlindung kepada Tri Ratna
kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, penda
(Tiga Mustika) juga ingin menjalankan Lima-Sila.
pat yang tercela.
Penjelasan
Sila Pertama : (Membunuh makhluk hidup). Semua makhluk hidup
5 (Lima) Bentuk Karma Celaka
takut dihukum atau mati. Kehidupan diinginkan oleh semua makhluk. Dengan
Lima perbuatan durhaka berikut ini mempunyai akibat yang sangat
menempatkan diri kita pada posisi mereka, kita dapat menyadari bahwa kita
berat ialah penitisan di alam neraka.
secara pribadi tidak perlu membunuh atau dibunuh (bunuh diri). Dengan prin-
1. membunuh ibu,
sip Dharma ini, Hyang Buddha bermaksud supaya kita dapat mengerti dan
2. membunuh ayah,
merasakan perasaan orang lain, bahwa semua makhluk hidup mencintai ke-
3. membunuh orang suci, Arahat, Bodhisattva,
hidupannya seperti kita sendiri dan takut akan kematian.
4. melukai seorang Buddha,
Catatan : Untuk memutuskan apakah kuman-kuman adalah makhluk
5. menyebabkan perpecahan dalam Sangha (hanya berlaku untuk para
hidup atau tidak (makhluk yang dimaksud dalam sila pertama), kita harus
bhiksu yang mematuhi vinaya secara taat).
melihat sejarah kehidupan Hyang Buddha sendiri.
Bilamana Hyang Buddha sakit. Beliau mengijinkan dokternya yang
“Karma, oh para siswa, haruslah diketahui, demikian pula sebab-
bernama Jivakakomarabhaca untuk menggunakan obat luar atau obat
musababnya, macam-macamnya, akibatnya, pelenyapnya, dan jalan yang
dalam. Para bhiksu pun diizinkan untuk mengambil atau mempergunakan
menuju pelenyapnya...
obat agar dapat sembuh dari sakit. Dengan demikian maka kita dapat meny-
Tetapi, oh para siswa, apakah Karma itu? Gerak-gerik pikiran itulah
56 65
NIRVANA yang disebut karma, atau Perbuatan karena dengan gerak-gerik pikiran
orang yang melakukan karma dengan jasmani, dengan pembicaraan atau
dengan pikiran . inilah yang dinamakan Karma.
Kata Nirvana secara harfiah berarti : memadamkan dan karena itu
Tetapi apakah sebab-musabab Karma itu? Karena sadar akan ke-
“tenang, hening, sentosa, kekal abadi”. Kata Nirvana adalah salah satu kata
san-kesan, itulah asal-mulanya karma.
yang sulit sekali untuk secara tepat dijelaskan.
Tetapi apakah macam-macamnya Karma itu? Terdapatlah Karma
Dalam bentuk Agama Buddha yang paling tua, akhir dari Jalan itu
yang masak di alam Neraka, Karma yang masak di alam kerajaan binatang,
adalah pencapaian ke-Arahat-an, bila kehidupan telah lewat. Arti dasar dari
Karma yang masak di alam dari setan, Karma yang masak di alam dunia dari
kata itu adalah pemadaman dari api bila bahan bakarnya telah semua di-
manusia, Karma yang masak di alam dewa. Inilah yang disebut macam-
habiskan. Yaitu dalam Agama Buddha dari Aliran Selatan (Hinaya), bila api
macamnya Karma.
dari hawa nafsu bersifat keduniawian hilang, dan siswa itu menjadi seorang
Tetapi apakah akibat dari Karma itu? Terdapatlah tiga macam akibat
Arahat, bebas dari semua keinginan dan kehidupan yang telah lewat, dia
dari Karma, ialah : akibat yang timbul di alam kehidupan yang sekarang ini,
dikatakan telah mencapai Nirvana, atau Pari Nirvana.
atau di dalam kelahiran yang di depan ini, atau di dalam waktu yang akan
Dalam Agama Buddha aliran Utara (Mahayana), Nirvana mempunyai
datang nanti. Inilah yang disebut akibat dari karma.
pengertian philosofi yang melebihi : Nirvana berarti keadaan dimana tidak
Tetapi apakah lenyapnya Karma itu? Di dalam lenyapnya kesada-
hanya api dan hawa nafsu keduniawian telah hilang dan kehidupan
raan terhadap Kesan-kesan, terdapatlah pula lenyapnya Karma. Dan Dela-
keduniawian telah lewat, tetapi semua keinginan berhubungan dengan karma
pan Jalan Utama, Prajna, Sunyata, menuju lenyapnya Karma itu.”
bagi kehidupan individu dipadamkan dan siswa itu telah melewati kedalam
kehidupan yang menyatu dari ke-Buddha-an.
Nirvana secara pandangan umum adalah :
1. tidak dapat dijelaskan atau diungkapkan secara tepat atau sempurna,
2. tanpa awal, tidak berubah, tanpa pelapukan, abadi,
3. harus direalisasikan di dalam diri pribadi sendiri, hanya dimungkinkan bila
mana keinginan akan kesenangan perasaan telah total dipadamkan atau
disingkirkan,
4. ke-aku-an seperti itu berhenti di dalam Nirvana. Jalan Masuk ke Nirvana
hanya memungkinkan mengenai leburnya pribadi sendiri,
5. Nirvana ialah kedamaian (Sama atau Upasama),
6. Nirvana memberikan keselamatan terakhir.?

64 57
TUMIMBAL LAHIR bertentangan dengan agama atau ajaran yang telah diterima kebena
rannya), percaya pada tatacara dan upacara, dan ide yang keliru me-
Kelahiran dari makhluk-makhluk, atau keputusan dari makhluk- ngenai suatu substansi Ego (atman).
makhluk mereka akan lahir, rencana mereka akan munculnya ke dalam ke- Dalam lukisan orang Tibet, Upadana digambarkan sebagai seorang pria
hidupan, perwujudan dan kelompok-kelompok kehidupannya, timbulnya ak-
tivitas indriyanya; inilah yang dinamai Tumimbal-Lahir. Dengan “lahir” dimak- memetik bunga-bunga dan mengumpulkan bunga-bunga itu ke dalam ker
sudkan di sini ialah, keseluruhan proses dari atau bakal bayi, mulai dengan anjang-keranjang besar.
rencananya atau konsepsinya, dan berakhir dengan pembabarannya. 10. Bhava : Ksemendra menyebutkan 3 (tiga) bagian mengenai bhava, yaitu
Seseorang yang setelah meninggal tidaklah berarti bahwa ia telah bidang kama (keinginan-rasa), rupa (wujud) dan arupa (arupya, tanpa
bebas dari penderitaan dan kesusahan, tergantung pada selama ia hidup di
dunia ini yakni di alam samsara perbuatan-perbuatan apa yang yang telah ia wujud).
lakukan, jika selama ia hidup telah berbuat lebih banyak baiknya daripada H. Oldenberg menginterpretasikan bhava sebagai tumimbal lahir dan kesi
berbuat jahat maka kemungkinan ia akan terlahir kembali ke dunia ini atau ke nambungan dari existensi. Lukisan orang Tibet menggambarkan Bhava
alam yang lebih tinggi, bila perbuatan jahatnya lebih banyak ia akan terlahir sebagaimana seorang nyonya.
jatuh ke bawah ke alam yang lebih sengsara atau neraka.
Enam alam Tumimbal-Lahir atau enam jalan kecil mengenai kelahi- L.A. Waddell mengatakan : “ Nyonya, adalah istri dari individu, yang
ran kembali adalah : dewa, manusia, asura, preta, binatang, dan penghuni memiliki sejarah kehidupan yang sedang dijajaki Bhava adalah Kejadian
neraka. yang benar-benar lebih lengkap. Bhava adalah kejadian yang benar-benar
Bila selama seseorang hidup di dunia ini telah banyak melakukan lebih lengkap. Kehidupan sebagai diperkaya oleh kepuasan keinginan
perbuatan amal yang sangat baik maka kemungkinan besar ia tidak akan
terlahir kembali di alam tumimbal-lahir dari enam jalan kecil mengenai kelahi- duniawi akan rumah dan sebagai suatu cara perolehan seorang ahli waris
ran kembali, ia yang selama hidup di alam manusia ini rajin dan patuh mengi- pada kekayaan yang dihimpun dengan Kerakusan.
kuti Buddha Dharma maka ia dapat terlahir di alam tingkatan suci atau di 11. Jati (Kelahiran). Da. Bhu. Menjelaskan Jati sebagai kemunculan atau
alam yang tidak dapat tumimbal lahir yakni di alam Sravaka, Pratyeka Bud- penampilan dari panca-skandha. Ksemendra mengarahkan pada putaran
dha, Bodhisattva, Buddha.
(Catatan : Seorang Buddha sebenarnya tidak termasuk di dalam tingkatan kehidupan yang berbeda-beda. Lukisan orang Tibet menunjukan kelahiran
ini, akan tetapi bilamana seorang Buddha mewujudkan diri-Nya di hadapan itu dengan seorang anak kecil.
para makhluk hidup dimana Beliau untuk memberikan penerangan Dharma, 12. Jara-marana, dst. Hanya Jara-marana kadang kala disebutkan. Lukisan
Beliau menduduki tingkat tersebut. orang Tibet menunjukkan sosok mayat, yang sedang diusung ke kremasi
Sepuluh alam atau tingkatan itu adalah sebagai berikut :
1. Buddha (pembakaran mayat) atau penguburan.
2. Bodhisattva Seorang bodhisattva mengerti kebenaran dari pratityasamutpada pada
3. Pratyeka Buddha tingkat bhumi yang ke-6 (enam). Dia kemudian bebas dari semua khayalan
4. sravaka dan kesalahan (moha).
(empat alam ini adalah alam atau tingkatan makhluk suci)
5. Dewata
6. Manusia
7. Asura
8. Preta
9. Alam Binatang
10. Penghuni Neraka
(Pandangan ini adalah dari Sekte Thien Thai)

58 63
7. Vedana : (Sensasi atau Perasaan). Vedana juga diuraikan sebagai 6 PRATITYA SAMUTPADA DAN NIDANAS
(enam) bidang menurut alat- indera yang memiliki hubungan berasal dari
Vedana. (caksuh-sparcaja vedana, crotra-sparcaja vedana, dst.)
Pratitya-Samutpada memberikan arti: “Timbul atas dasar dari suatu
P.E. Foucaux setuju menterjemahkan vedana disini sebagai “sensasi”.
sebab sebelumnya, terjadi dengan cara dari sebab,kejadian sebab musabab,
Tetapi vedana nampaknya juga berarti “perasaan”, sebagaimana dikata
ketergantungan asal mula”.
kan ada 3 (tiga) macam perasaan : menyenangkan (sukkha), derita
12 (dua belas) hal dari formula ini juga dinamakan Nidanas.
(duhkha), dan tidak derita begitu juga menyenangkan, yakni netral, tidak
Kata ini,berasal dari Da (dyati; mengikat) dan Ni (terus),memberikan kesan
berbeda-beda (aduhkha – asukha).
suatu rangkaian atau rantai yang berhubungan. Kata itu berarti ; suatu per-
Di dalam lukisan orang Tibet gambarannya mengenai 12 (dua belas)
mulaan atau sebab utama, dasar, suatu sebab utama atau jauh; sumber,
nidanas, simbol dari vedana adalah sepasang kekasih. Seorang bodhisatt
asal mula, sebab. 12 (dua belas) Nidanas itu dalam risalat Sansekerta
tva, yang melatih Kesadaraan berhubungan dengan Perasaan, belajar un
adalah sebagai berikut:
tuk menahan dan mengendalikan semua perasaan. (yakni 3 macam
“Dari ketidaktahuan (avidya) sebagai sebab timbul bentuk-bentuk
perasaan itu) ke dalam keharuan universal.
karma (Samskaras);
Dia mengurangi arti atas perasaannya dalam suatu cara seperti itu yang
dari Samskaras sebagai sebab timbulnya kesadaran (Vij-ñana);
dia capai pada 2 (dua) hasil : dia merasa sangat terharu demi semua mak
dari kesadaran sebagai sebab timbulnya Nama dan wujud (Nama-Rupa);
hluk, dia memajukan kepribadiannya dengan memusnahkan atau pengu
dari Nama dan Wujud sebagai sebab timbulnya 6(enam) bidang pengertian
rangan r?ga (indera keinginan), dvesa (kebencian, rasa dengki), dan moha
(Sad-ayatana);
(khayalan, kebodohan). Kesadaran yang berhubungan dengan Perasaan
dari 6 (enam) bidang penertian sebagai sebab timbulnya hubungan (Sparca);
dapat membantu disiplin seorang bodhisattva yang terakhir.
dari Hubungan sebagai sebab timbulnya perasaan (Vedana);
8. Trsna : Setelah avidya, trsna (Idaman, Kehausan) adalah akar menyebab
dari Perasaan sebagai sebab timbulnya Idaman (Trsna);
kan kejahatan. Trsna ada 3 (tiga) macam menurut sebagaimana Trsna
dari Idaman sebagai sebab timbulnya Tamak/kemelekatan (Upadana);
menghasilkan keinginan untuk kesenangan yang berhubungan dengan
dari Tamak sebagai sebab timbulnya Kejadian (Bhava);
panca-indera, yang bereksistensi, dan yang tidak bereksistensi (vibhava).
dari Kejadian sebagai sebab timbulnya Kelahiran (Jati);
Trsna menuju ide yang salah mengenai relitas mengenai phenomena.
dari Kelahiran sebagai sebab timbulnya usia tua, kematian, duka cita,
Lankhavatara-Sutra menerangkan arti avidya adalah bapak dan trsna ibu
ratapan, perasaan sakit, kekesalan dan keputusasaan.”
dari dunia phenomena.
Demikianlah kehidupan itu timbul, berlangsung dan bersambung
Trsna adalah juga nama seorang putri dari Mara, deva dari Keinginan dan
terus menerus tanpa berhenti. Hyang Buddha Sakyamuni menerangkan hu-
kematian. Menurut Da.Bhu. Trsna menghasilkan kemelekatan pada obyek
kum sebab-musabab yang saling ketergantungan ini dalam suatu rangkaian
kesenangan. Dalam lukisan orang Tibet, Trsna digambarkan sebagai seo-
yang terdiri dari 12 (dua belas) rantai, yaitu kondisi-kondisi dan sebab-
rang pria sedang minum anggur.
musabab yang saling bergantungan dari penderitaan manusia dan pengakhi-
9. Upadana : Dalam Filsafat agama Buddha, Upadana menunjukkan
rannya.
“tamak/lobha, kemelekatan pada existensi atau pada obyek keadaan luar”,
Dengan memahami seluruh fenomena kehidupan ini, Agama Buddha
sebagaimana kecenderungan ini menghidupi Api itu dari kejadian dan
memandangnya sebagai suatu lingkaran dari kehidupan, yang tidak dapat
menuju pada tumimbal-lahir. Menurut Da.Bhu,. Upadana menciptakan per
diketahui permulaan dan akhirnya. Dengan demikian masalah ’sebab-
talian kemerosotan moral.
pertama’ bukanlah menjadi masalah dalam filsafat agama Buddha.
Terdapat 4 (empat) macam Upadana, timbul dari Keinginan yang ber-
62 59
’’Tidak dapat dipikirkan akhir roda Tumimbal lahir; tidak dapat Da. Bhu, menjelaskan avidya sebagai “khayalan atau kebodohan (moha)
dipikirkan asal-mula makhluk-makhluk yang karena diliputi oleh ketidakta- yang berhubungan dengan segala sesuatu, sebagaimana merupakan ba
huan dan terbelenggu dari nafsu keinginan rendah (Tanha) mengembara han-bahan pokok.” Avidya tergila-gila menyukai makhluk.
kesana kemari.’’ 2. Samskaras : Ksemendra menunjukkan 3 (tiga) bagian dari samskaras
Sehubungan dengan masalah asal-mula dan sebab pertama ini, Hy- yang miliknya tubuh, ucapan, pikiran. Suatu lukisan dinding Ajanta, mereka
ang Buddha Sakyamuni mengajarkan bahwa asal-mula alam semesta ini (tubuh, ucapan, pikiran) digambarkan dengan pekerjaan seorang pembuat
tidak dapat dipikirkan. Alam semesta ini bergerak menurut proses pembentu- barang-barang tembikar pada jentera pembuata tembikar, dikelilingi oleh
kan dan penghancuran yang berlangsung terus-menerus. banyak pot; tetapi lukisan orang tibet hanya memiliki jentera pembuat tem
Pratitya-Samutpada di sisi lain juga memperlihatkan bahwa berhenti- bikar dan banyak pot, tanpa pembuatnya
nya segala rangkaian peristiwa fenomena kehidupan ini adalah dengan ber- Lukisan simbolik orang Tibet mengenai nidanas menggambarkan sebagai
hentinya syarat-syarat yang mendahuluinya. Berhentinya rangkaian peristiwa seorang buta meraba-raba jalannya dengan sebuah tongkat.
fenomena kehidupan ini dapat dicapai oleh mereka yang telah memiliki pan- barang-barang tembikar. Da. Bhu. mengajarkan bahwa Samskaras
dangan terang atau kebijaksanaan sempurna (Prajna). menghasilkan realisasi dari hasilnya (dari perbuatannya dimasa men
Pratitya-Samutpada ini adalah untuk memperlihatkan kebenaran dari datang.
keadaan sebenarnya, dimana tidak ada sesuatu itu timbul tanpa sebab. Bila 3. vijñana : Ksemendra memperkenalkan Vijñana dengan 6 (enam) “alat
Hukum ini dipelajari dengan sungguh-sungguh, maka kita akan terbebas dari indera” (termasuk manas). Menurut Da. Bhu., Vijñana menyebabkan pen
pandangan yang salah dan dapat melihat ’hidup’ dan ‘kehidupan’ ini secara yatuan kembali dari Penjadian. Dalam lukisan dinding Ajanta dan orang
wajar. tibet, Vijñana digambarkan sebagai seekor kera, atau seekor sedang me
Dengan demikian, berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, rela- manjat pohon. Vijñanajuga dianggap bedasarkan 6 aspek menurut hubun
tivitas dan saling ketergantungan ini, maka seluruh kelangsungan dan kelan- gannya dengan 6 (enam) indera.
jutan hidup dan juga berhentinya hidup dapat diterangkan dalan 12 (dua be- 4. Nama-rupa : Istilah ini menunjukkan “pikiran dan tubuh”.
las) Nidanas atau sebab-musabab sebagaimana telah diterangkan diatas. Nama termasuk 4 (empat) “kumpulan” yang tidak pokok mengenai
Didalam Da.Bhu.,”lima indera’’ disebutkan pada tempat dari “enam perasaan, persepsi, kemauan, dan kesadaran, sedangkan rupa berarti
bidang mengenai perasaan” dan Abhinandana (menyenangkan, kesenan- “wujud”, tubuh itu terdiri dari 4 (empat) unsur/element.
gan) disisipkan sebagai suatu sinonim dari Trsna. Hubungan dan perhatian juga termasuk dalam nama, sebagaimana suatu I
Sebagai ganti Jati, Da.Bhu. membahas tentang “munculnya lima skandhas stilah yang komprehensif bagi kehidupan mental individu.
(kumpulan)”. Lal.V. juga menyebutkan semua Nidanas di dalam urutan ke- 5. Sad?yatanam : Kata ini menunjukkan kedua-duanya (enam) “alat in
balikannya, tetapi kebanyakan risalat selalu mulai dengan Avidya. dra” (termasuk manas) dan obyek yang saling berhubungan. Bagian yang
“Dengan berhentinya seluruh dari ketidaktahuan (avidya) maka kan pertama itu dinamakan ?yatanas bagian dalam , dan bagian satunya lagi
terhenti pula bentuk-bentuk karma (Samskaras); dengan berhenti seluruh adalah ?yatanas bagian luar. Dalam lukisan Ajanta dan orang Tibet,
Samskaras, maka akan terhenti pula kesadaran (Vijñana); dst. ... dengan mereka digambarkan dengan penutup muka dari muka manusia, atau se
berhentinya kelahiran kembali (tumibal lahir), maka berhenti pula usia tua, buah rumah dengan 6 (enam) jendela.
kematian, dll.” 6. Sparca : sparca atau Hubungan adalah dari 6 (enam) jenis menurut
Penjelasan arti 12 nidanas hubungan itu dihasilkan oleh tiap-tiap dari 6 (enam) indera. Sparca digam
1. Avidya : ditegaskan sebagai “kekurangan pengetahuan tentang 4 (empat) barkan dalam lukisan orang Tibet dengan seorang pria yang duduk den
Kebenaran Mulia”, tepatnya dalam cara yang sama sebagai moha. gan sebuah anak panah memasuki mata.
60 61

Anda mungkin juga menyukai