Pedoman Dasar Umat Buddha Mahayana PDF
Pedoman Dasar Umat Buddha Mahayana PDF
Maitricittena,
Redaksi
2
119
REFERENSI
DAFTAR ISI
Y.A.Bhiksu Dutavira Mahastavira.Apa yang Harus Diketahui oleh Umat Bud
dha Mahayana(2).2003
Riwayat Sakyamuni Buddha…………………………………………………4
Sudharma,Budiman.Pedoman Umat Buddha. FKUB DKI Jakarta.2007 Catvari Arya Satyani………………………………………………………….40
Suwarto,T.Drs. Buddha Dharma Mahayana. 1995 Tri Ratna………………………………………………………………………..46
Trilaksana………………………………………………………………………49
Chodron,Tubten.Tradisi dan Harmoni Menelusuri Jejak-jejak Agama Bud-
Hukum Karma………………………………………………………………….53
dha.2000
Tumimbal Lahir………………………………………………………………..58
Majalah Sinar Borobudur Pratitya Samutpada…………………………………………………………..59
118 3
RIWAYAT SAKYAMUNI BUDDHA Jika seseorang tidak menciptakan penyebab utuk terlahir di Sukha-
vati dengan melakukan hal-hal yang positif, Amitabha pun tidak dapat secara
magis membuat orang tersebut terlahir di sana.
KELAHIRAN BODHISATTVA
Terdapat beberapa cara memandang Amitabha menurut tingkat pe-
Di Jambudvipa (sekarang India), dinegara Shakya di India Utara
mahaman dan tingkat latihan seseorang. Buddha Amitabha eksternal tinggal
bernama kerajaan Kapilavastu, terletak di utara Sungai Rapti (Sungai
di Tanah Suci. Buddha Amitabha internal adalah pikiran yang telah men-
Rohini),di daerah dekat pegunungan Hilamaya, diperintah oleh seorang Raja
galami pencerahan yang dapat dicapai oleh pikiran kita sekarang dengan
bernama Suddhodana dengan permaisurinya Ratu Maya Dewi (Dewi
cara melaksanakan Dharma. Baik Buddha Amitabha eksternal maupun Bud-
Mahamaya). Setelah duapuluh tahun perkawinan, mereka belum juga
dha Amitabha internal bukan merupakan suatu hal yang konkret, bukan me-
dikaruniai seorang Putra.
rupakan suatu kepribadian yang uth. Sebenarnya semakin seseorang
Pada suatu malam, Ratu Maya Dewi bermimpi aneh sekali. Dalam
mengerti konsep tanpa inti, semakin ia mengerti siapa sebenarnya Amitabha
mimpi itu, Ratu Maya Dewi melihat seekor gajah putih turun dari langit
itu. Seperti juga semua latihan Buddhis yang lain, latihan ini juga dapat dila-
memiliki enam gading dan sekuntum bunga teratai di mulutnya memasuki
kukan dalam beberapa level, tergantung dari tingkat pengertian dari yang
rahim Ratu Maya Dewi melalui tubuhnya sebelah kanan. Sejak mimpi itu
melaksanakannya. Pengulangan nama Amitabha dan membangkitkan pen-
Ratu Maya mengandung. Dia mengandung seorang bodhisattva dalam
gabdian kepada Amitabha sangat bermanfaat untuk orang-orang yang
kandungannya selama sepuluh bulan.
kurangberpendidikan dan bagi mereka yang tidak mempunyai waktu atau
Selama ia mengandung bodhisattva banyak kejadian ajaib terjadi.
minat untuk mempelajari filsafat Buddhis. Untuk mereka, cara ini akan mem-
Misalnya, di mana saja ia pergi di Kapilavastu didampingi suaminya, Raja
berikan arah kehidupan dan memberikan perlindungan bagi mereka di saat-
Suddhodana, Singa duduk dengan jinaknya di depan gerbang-gerbang,
saat yang sulit. Dengan mengulangi nama Amitabha dan memikirkan Ami-
gajah-gajah menghormati raja, burung-burung diangkasa sangat bersuka cita
tabha, mereka menciptakan potensi yang positif. Orang-orang dengan
mengiringi mereka. Ratu Maya dewi mendadak dapat mengobati orang sakit,
pengertian yang lebih menyeluruh dari jalan Buddha untuk mencapai pener-
banyak sekali orang sakit yang dapat diobati hingga sembuh. Dia sangat
angan, menerapkan pengertian mereka di dalam latihan Tanah Suci, dan
dermawan. Para dewa tidak menampakkan diri mendampingi permaisuri
dengan cara ini mereka mencapai kebebasan yang lebih dalam.
kemana dia pergi. Untuk tidak mengecewakan para dewa, Sang Bodhisattva
Latihan Tanah Suci juga cocok untuk mereka, yang dengan rasa
membuat supaya Ratu Maya Dewi terlihat bersamaan di semua surga. Bila
bakti yang menginspirasi mereka dapat mencegah mereka melakukan tinda-
waktu malam, dia, memasuki ruang kamar tidurnya, tiga kamarnya mendapat
kan yang dapat merusak dan membantu mereka mengembangkan kualitas-
pantulan cahaya dari tubuh permaisuri secara merata. Dan masih banyak
kualitas yang bermanfaat.
lagi kejadian yang menakjubkan semua perbuatannya penuh welas asih.
Ketika waktunya telah tiba untuk melahirkan, Ratu Maya pergi ke
Taman Lumbini dengan para dayangnya. Ratu juga meminta suaminya, Raja
Sumber : Tradisi dan Harmoni Menelusuri Jejak-jejak Agama Buddha
Suddhodana, ikut. Sudah tentu dipenuhi dengan segala senang hati. Juga
Oleh : Thubten Chodron
para dewa yang tidak menampakkan diri ikut mendampinginya. Di saat bulan
purnama sidhi (menurut aliran Utara atau Mahayana, beliau lahir tanggal 8
bulan 4, lunar tahun 566 S.M.; menurut aliran Selatan atau Hinayana, tanggal
6 May, tahun 623 S.M.), di Taman Lumbini ini (dekat perbatasan India-
Nepal), Ratu Maya melahirkan seorang bodhisattva tanpa kesulitan dan para
4 117
nan untuk membantu sesame, konsentrasi, dan meditasi dengan obyek kuali- dayang yang mendampingi Ratu, menyaksikan dengan penuh kesenangan.
tas-kualitas dari Sang Buddha dan Tanah Suci. Kemudian dengan hati yang Begitu pula Raja Suddhodana dan para dewa dan dewi yang mendampingi
penuh terinspirasi, seseorang menyalurkan semua potensi positif dari latihan ratu.
untuk terlahir di Sukhavati untuk mencapai penerangan dan demi manfaat Saat ia dilahirkan, bumi menjadi terang benderang, seberkas sinar
bagi semua makhluk. sangat terang mengelilingi bodhisattva yang baru lahir itu. Sesaat ia
Keyakinan merupakan suatu pelengkap dari meditasi. Keyakinan dilahirkan, bodhisattva berjalan tujuh langkah dengan jari telunjuk tangan
tidak timbul dari suatu kepercayaan buta atau sikap apsrah, tetapi keyakinan kanan menunjuk ke langit, dan jari telunjuk tangan kiri menunjuk ke bumi,
akan timbul melalui pengetahuan akan kualitas dari Buddha, Dharma, dan yang artinya Akulah teragung, pemimpin alam semesta, guru para dewa
Sangha. Latihan mengucapkan nama Amitabha dapat digunakan untuk dan manusia. Para dewa yang mendampingi menjatuhkan bunga dan air
mengembangkan kualitas-kualitas di atas. Sebagai contoh, mengulang-ulang suci untuk memandikannya. Pada saat ia akan menapakkan kakinya ke
“Namo Amito Fo” ketika memikirkan tujuan Amitabha untuk menolong semua bumi, timbullah seketika itu tujuh kuntum bunga padma yang besar dibawah
makhluk, seseorang dapat mengagumi bodhicitta dan akan mengembang- setiap langkahnya. Setiap ia melangkah ia menghadap ke sepuluh penjuru.
kannya di dalam kehidupan. Dengan memfokuskan perhatian pada suara Juga bersamaan waktu lahirnya, tumbuhlah pohon Bodhi.
Amitabha, seseorang menghilangkan gangguan dan mengembangkan kon- Seisi alam menyambutnya dengan suka cita karena telah lahir seorang
sentrasi. Seseorang dapat memperoleh samatha dengan memvisualisasikan bodhisattva yang pada nantinya dia akan menjadi pemimpin alam semesta,
Amitabha atau Tanah Suci sebagai obyek meditasi. Vipassana tanpa inti gurunya para dewa dan manusia, mencapai Samyak Sam Buddha untuk
dikembangkan denagn meditasi atas “kekosongan” dari sifat Amitabha dan mengakhiri penderitaan manusia di alam samsara ini.
individu yang ada. Dengan cara ini kita melihat bahwa latihan Tanah Suci
sangat kaya dan jauh melampaui dari sekedar mengulang nama Amitabha. KUNJUNGAN PERTAPA ASITA
Selama aktivitas kehidupan sehari-hari, seseorang dapat terus men- Pertapa Asita yang agung yang disebut juga Kala Devala berdiam di
gulang nama Amitabha untuk mengingatkan seseorang akan kualitas dari sebuah pegunungan yang tidak begitu jauh dari istana. Pertapa Asita melihat
Tiga Mustika. Pada saat berjalan atau menyetir, seseorang dapat mengem- sinar yang sekonyong-konyong memancar terang-benderang di kawasan
bangkan pikiran yang terkonsentrasi dengan suara Amitabha. Dengan selalu istana. Cahaya terang ini dinilai oleh pertapa Asita sebagai suatu pertanda
mengingat bahwa tindakan benar merupakan sebab utama untuk terlahir di baik, maka beliau bergegas menuruni gunung dan pergi menuju istana Raja
tanah suci, seseorang akan selalu sadar dengan apa yang dipikirkan, dikata- Suddhodana.
kan, dan dilakukan. Adanya kebingungan apakah latihan sudah cukup den- Kunjungan pertapa Asita adalah untuk menyaksikan tanda-tanda
gan mengucapkan nama Amitabha timbul dari terminology bahasa China pada tubuh pangeran, memperhatikan dengan seksama dan menemukan
“nien fo” yang mempunyai beberapa arti. Nien dapat berarti konsentrasi atau bahwa pangeran memiliki kewajiban besar (karena memiliki tanda-
Samadhi, suatu momen waktu, atau pengulangan suatu suara. tandatubuh dari orang yang yang Agung yang disebut Maha Purisa).
Pada saat seorang guru menekankan pentingnya menyerahkan diri Kelahiran adalah sebagai suatu keajaiban sebab anggota-anggota
kepada Amitabha, seseorang seharusnya tidak berpikir bahwa Amitabha me- tubuhnya merupakan titisan para Dewa Aurva, Prithu, Mandhatari, dan
rupakan dewa yang maha kuasa yang dapt melakukan apapun juga. Menurut Kakshivat, para pahlawan dari masa lampau yang menyelinap masuk melalui
agama Buddha, seorang Buddha adalah Maha Tahu tetapi tidaklah Maha paha, tangan, kepala, dan ketiak. Dia lahir tanpa melukai dan menyakiti
Kuasa. ibunya. Jadi dia keluar dari rahim itu secara sempurna sebagai seorang
tidak mungkin bagi seseorang untuk menjadi Maha Kuasa. Kekuatan dari Buddha.
seorang Buddha sama halnya dengan kekuatan karma yang diperbuat. Pertapa Asita tertawa setelah melihat pangeran. Tertawa karena
116 5
pada suatu hari nanti pangeran akan mencapai Kesempurnaan (Buddha), Mengapa terlahir di Tanah Suci didambakan? Di dunia manusia,
sempurna dalam kebijaksanaan maupun Kewajiban, menjadi guru para dewa umat yang berlatih sering menemui banyak hambatan : mereka harus
dan manusia. Kemudian dia menangis. Menangis karena usianya yang telah bekerja dalam waktu yang lama dan oleh karena itu mereka mempunyai lebih
lanjut dan tidak mempunyai kesempatan lagi melihat dan mendengarkan sedikit waktu untuk berkonsentrasi terhadap latihan; terdapat kejahatan dan
pada saat pangeran mencapai Kesempurnaan (Buddha) dan menjadi Juru kemarahan di dalam masyarakat; manusia harus memikirkan uang untuk
Selamat dunia dengan mengajarkan Buddha Dharma. Kemudian dia berlutut menunjang keluarganya. Media massa yang menarik perhatian mereka dari
dan menghormat kepada pangeran dan tanpa disadari diikuti oleh Raja latihan.
Suddhodana. Di Tanah Suci seperti Sukhavati, panca indera tidak ada. Setiap
Lima hari setelah pangeran lahir, Raja Suddhodana mengumpulkan orang berlatih Dharma dan semua kondisi – fisik, sosial, ekonomi, dan seba-
para pertapa di ruang istana untuk memberikan nama kepada pangeran. gainya – semuanya berhubungan dengan pencapaian Sang Jalan. Karena di
Pangeran diberi nama Sidharta Gautama.Sidharta berarti semua cita- Sukhavati, mudah untuk mencapai penerangan, maka kelahiran di Sukhavati
citanya tercapai, dan Gautama adalah nama keluarganya. didambakan. Sukhavati tidak sama dengan tanah suci-tanah suci lainnya,
karena lebih mudah untuk pergi ke sana : makhluk-makhluk biasa yang tidak
MASA KECIL, MASA REMAJA, DAN PERNIKAHAN PANGERAN mempunyai pemahaman langsung akan kekosongan atau bodhicitta dapat
Ratu Maya Dewi tidak dapat menahan luapan perasaan terlahir di sana.
kegembiraan tatkala dia melihat seorang putra mahkotanya, yang Tanah Suci Sukhavati tercipta sebagai akibat dari bhikshu bodhi-
dipersamakan sebagai seorang ahli peramal yang paling bijaksana. Dan sattva, Dharmakara, yang beberapa kalpa yang lalu berharap menciptakan
Ratu Maya begitu suci, hingga ia tidak dapat melanjutkan untuk hidup sebuah tempat di mana makhluk lain dapat dengan mudah melaksanakan
sebagai seorang permaisuri biasa, kemudian ia harus mengorbankan dirinya Dharma. Beliau mengucapkan beberapa sumpah yang di antaranya adalah
hidup menderita karena penolakan putranya untuk menjadi raja di kemudian berjanji untuk menciptakan tanah suci bila beliau menjadi Buddha dan mem-
hari. Ataukah dia rela pergi ke surga, tinggal di Surga Tusita pada hari ke babarkan cara untuk dapat terlahir di sana.
tujuh setelah pangeran dilahirkan? Bagaimana caranya seseorang dapat terlahir di Sukhavati? Be-
Pada suatu hari, raja dan pangeran kecil disertai para pengasuh dan berapa orang percaya bahwa dengan mempunyai keyakinan yang kuat ter-
pembesar istana berjalan pergi kesawah untuk merayakan perayaan hadap Amitabha dan mengulang-ulang namanya sudahlah cukup. Kemudian
membajak sawah. Pangeran diletakkan di bawah sebuah pohon besar yang dengan kekuatan Amitabha, mereka akan dibimbing ke tanah suci pada saat
rimbun. Kemudian para pengasuh pergi untuk melihat jalannya upacara. mereka meninggal.
Sewaktu ditinggalkan seorang diri, pangeran kecil itu lalu duduk ber-meditasi Pandangan seperti ini terlalu disederhanakan, dan akan menimbul-
dalam keretanya, saat itu umurnya baru kira-kira lima tahun. Ayahnya yang kan pertanyaan, “Buddha mengatakan tidak ada yang dapat menolong kita
melihat kejadian tersebut menjadi sangat gembira dan memberi hormat kecuali diri sendiri. Kita harus melatih Dharma dan mentransformasikan
kepada putranya sambil berkata, “Putraku yang tercinta, inilah hormatku pikiran kita”. Tidakkah merupakan suatu kontradiksi untuk menyatakan yang
yang kedua.” diperlukan seseorang hanyalah mempunyai keyakinan dan Amitabha akan
Sebagai pangeran dari sebuah kerajaan, beliau sebetulnya hidup melakukan sisanya?
sangat bahagia, dia lebih pintar dari gurunya yang bernama Visvamitra Ya, ini merupakan suatu kontradiksi. Pada saat Amitabha dapat
ketika ia berumur tujuh tahun, dan telah menguasai berbagai ilmu menginspirasi dan membimbing kita, kita sendiri harus berlatih. Sutra Sukha-
pengetahuan. Dia adalah anak yang terpandai diantara teman-teman vati mengharuskan melakukan latihan-latihan ini : tingkah laku yang benar,
sekolahnya, dan sangat cepat menguasai setiap pelajaran yang diberikan penyucian diri dari tindakan-tindakan yang merusak, membangkitkan keingi-
6 115
TANAH SUCI oleh gurunya. Dikelas dia selalu duduk paling depan dan penuh perhatian,
mengikuti setiap pelajaran yang diberikan gurunya.
Pada umur 12 tahun, Pangeran Sidharta telah menguasai berbagai
Pujian yang merdu dan melodius dari kata-kata “Namo Amito
ilmu pengetahuan, ilmu taktik perang, sejarah dan Pancavidya, yaitu : sabda
Fo” (Terpujilah Amitabha Buddha) bergema di dalam vihara-vihara dan
(bahasa dan sastra); Silpakarmasthana (ilmu dan matematika); Cikitsa
rumah-rumah orang China. Figur dari Amitabha, yang diapit oleh dua pengi-
(ramuan obat-obatan); Hatri (logika); Adhyatma (filsafat agama).
kut utamanya, Bodhisatva Avalokitesvara dan Mahastamaprapta, menginspi-
Dia juga menguasai Catur Veda: Rgveda (lagu-lagu pujian
rasi banyak orang. Selama berabad-abad kesederhanaan latihan dari tradisi
keagamaan); Yajurveda (pujaan untuk upacara sembahyang); Atharvaveda
Tanah Suci, yang terpusat pada pengulangan nama Amitabha menarik pen-
(mantra).
gikut dari segala lapisan masyarakat.
Pangeran Sidharta disamping pandai, juga seorang anak yang sopan
Tradisi Tanah Suci tumbuh dari Sukhavati-vyuha Sutra dan beberapa
dan baik budi pekerti, dan sayang pada binatang terutama binatang yang
sutra lainnya yang menjelaskan bagaimana untuk terlahir di Tanah Suci Ami-
lemah.
tabha, Sukhavati (Tanah Suci Bahagia atau Surga Barat). Latihan Amitabha
Dia sangat pandai menunggang kuda dan gemar berburu. Bila kuda
terdapat di India, walaupun tidak sedominan di Asia Timur. Pada abad
yang ditungganginya telah letih, dia turun dari kudanya dan membiarkannya
kedua, sutra Sukhavati diterjemahkan ke dalam bahasa China, dan pada
untuk beristirahat dan mengusap-usap dengan penuh kasih sayang. Dia
permulaan abad keenam sutra ini menjadi sangat terkenal.
pergi berburu bukan untuk membunuh binatang tapi mengajak binatang
Latihan ini sangat sejalan dengan kebudayaan China. Latihan Tao
hutan untuk bermain dan berkejar-kejaran.
bertujuan mencapai umur panjang, dan karena Buddha Amitabha sama den-
Suatu hari, Pangeran Sidharta melihat Devadatta dan teman-
gan Amitayus, Buddha dari Kehidupan Tak Terbatas, masyarakat menjadi
temannya berburu burung dengan panah. Devadatta memanah seekor
tertarik dengan latihan Tanah Suci. Latihan dengan mengulang dharani telah
burung yang sedang berdiri di ranting pohon. Burung itu terkena panah
sangat popular di China Utara, sehingga masyarakat dengan mudah meng-
Devadatta dan jatuh ke bawah. Pangeran Sidharta cepat pergi menghampiri
gantikannya dengan melafalkan nama Amitabha.
burung itu dan segera mengobatinya. Devadatta meminta kembali burung itu
Keadaan ini mempermudah masyarakat menerima latihan Tanah
dari Sidharta karena ia merasa bahwa ia yang memanah burung itu dan
Suci. Sebagai tambahan, saat itu adalah waktu yang sulit di China dan
harus menjadi miliknya. Tapi Pangeran Sidharta mengatakan bahwa burung
masyarakat sangat menerima suatu latihan yang langsung dan sederhana.
yang terpanah itu adalah miliknya. Terjadilah pertengkaran diantara mereka
Tanah Suci tidak ditampilkan sebagai suatu latihan yang elit karena setiap
untuk memiliki burung itu.
orang, siapapun juga, seorang terpelajar atau seorang buta huruf dapat me-
Akhirnya hal ini dibawa kepada seorang pejabat Dewan Penasehat
laksanakannya.
Kerajaan untuk dimintai pendapatnya. Pejabat Dewan Kerajaan menjelaskan
Tujuan jangka panjang dari latihan ini adalah mencapai penerangan
kepada mereka berdua bahwa burung yang terkena panah itu adalah milik
demi manfaat bagi semua makhluk. Tujuan jangka pendek adalah terlahir di
orang yang telah mengobati dan menyelamatkan hidupnya. Kemudian
Sukhavati, Tanah Suci yang terberkahi, pada kehidupan yang akan datang.
Pangeran Sidharta melepaskan burung itu ke alam bebas.
Tanah Suci tidak termasuk ke dalam enam alam kehidupan dari siklus ke-
Adalah suatu tradisi dalam lingkungan kerajaan di India dimasa
hidupan, karena sekali terlahir di sana, mereka akan mencapai penerangan
lampau di mana usia muda sudah dijodohkan dan dinikahkan. Ketika
dan tidak akan terlahir dalam siklus kehidupan lagi. Setelah seseorang men-
pangeran mencapai usia 16 tahun, ayahnya menikahkan dia dengan
jadi Buddha di Sukhavati mereka akan bermanifestasi di dunia kita untuk
sepupunya, Putri Yasodhara yang sangat cantik juga berusia 16 tahun. Ini
memimpin yang lainnya mencapai penerangan.
sebenarnya merupakan janjinya di masa lampau kepada Sidharta untuk tetap
114 7
mendampingi dan melayani dengan setia. sepuluh sendok garam dimasukkan ke dalam gelas dan ketika larut maka
Putri Yasodhara adalah kakak perempuan dari Devadatta. Ibu kita mencicipi rasa dari garam tersebut sangat asin. Ketika sepuluh sendok
mereka bernama Amita adalah adik perempuan dari Raja Suddhodana yang garam dimasukkan ke dalam satu ember berisi penuh air dan ketika larut
menikah dengan Raja Suprabuddha. maka kita mencicipi rasa dari garam tersebut nyaris tidak ada lagi dan ketika
Raja Suddhodana juga mempunyai tiga adik laki-laki, masing-masing sepuluh sendok garam dimasukkan ke dalam kolam maka kita sudah tidak
bernama Suklodana, Amrtodana, dan Drandana. Suklodana mempunyai merasakan garamnya. Namun apakah garam tersebut tidak ada lagi? Tidak,
seorang putra bernama Ananda. Amrtodana mempunyai dua putra bernama garam tersebut tidak akan pernah hilang walaupun dimasukkan ke tempat
Mahananma dan Anuruddha. Dranana juga mempunyai dua putra, masing- yang lebih besar lagi hanya rasanya saja yang sudah tidak dapat kita rasa
masing bernama Vibhasa dan Bhadrika. lagi.
Setelah pernikahan Pangeran Sidharta dengan Putri Yasodhara, Demikianlah pula dengan karma buruk kita. Apapun kebajikan yang
mereka hidup amat bahagia, karena mereka cocok satu sama lain. Pangeran kita perbuat (berdana ke vihara, berdana kepada anggota Sangha, membaca
hidupnya sangat senang tapi hanya menikmati kesenangan hidup duniawi Mantra Maha Karuna Dharani 108x setiap hari, menolong orang lain, menjadi
dalam istananya. Namun demikian pangeran suka pergi menyendiri untuk vegetarian, bermeditasi setiap hari secara rutin, rajin membaca mantra,
merenung di tempat yang sunyi dan tenang. Beliau tidak menderita, hanya gatha dan sutra, dan sebagainya) tidak akan bisa menghilangkan karma bu-
mempunyai perasaan belas kasihan yang mendalam terhadap semua ruk kita, tetapi bisa meredam akibat/buah karma buruk yang akan kita tuai
makhluk. nantinya.
Setelah beberapa kali berkunjung ke ibukota Kapilavastu, beliau Karma bukanlah operasi pengurangan dalam Matematika di mana 1
melihat empat pemandangan yang membuat dia terus berpikir, yakni : -1 = 0 di mana karma buruk ditutupi dengan karma baik hasilnya impas,
melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa mulia. tetapi karma akan berjalan satu per satu dan mungkin saja berbuah secara
Beliau sangat tergugah hatinya oleh kejadian-kejadian tersebut. Beliau bersamaan, maka dari itu pelimpahan jasa dan berbuat kebajikan lain ten-
kembali ke istana dan mendapat kabar bahagia bahwa seorang putra telah tunya sangatlah penting untuk membantu semua makhluk termasuk diri kita
lahir. Namun beliau tidak bahagia, karena menganggap bahwa kelahiran sendiri agar dapat terus memperbaiki diri hingga tercapai kebahagiaan
putra anak pertamanya hanya sebagai belenggu. Maka kakeknya tertinggi.
memberikan nama pada cucunya Rahula, artinya belenggu. So, coba deh simak baik-baik penggalan lirik dari Gatha Pengem-
bangan Jasa-jasa :”Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini, semua
KESADARAN bertekad membangkitkan kebodhian. Sampai di akhir penghidupan ini, ber-
Empat peristiwa penting yang beliau lihat diluar istana itu, yakni: tua, sama-sama lahir di alam bahagia.”. Kalau kita membacakan Gatha Pengem-
sakit, meninggal dan seorang pertapa mulia, menyadarkan beliau bahwa bangan Jasa-jasa dengan sungguh-sungguh merupakan suatu kebajikan
semua itu harus dialami oleh semua makhluk, yakni setiap orang akan yang sungguh luar biasa tetapi sekali lagi itu bukan berarti kita “mentransfer”
menjadi tua, setiap orang dapat sakit, dan setiap orang tidak terelakkan pasti karma baik/kebajikan kita kepada makhluk lain.(Luky)
suatu hari akan meninggal. Semua kejadian ini sungguh suatu penderitaan.
Peristiwa yang ketiga beliau lihat adalah orang meninggal, sesosok
mayat. Maka beliau berpikir bahwa baik buruk seorang lelaki maupun
perempuan, yang pandai maupun yang cantik, yang gagah maupun yang
lemah, semuanya pada suatu hari pasti akan meninggal dan tubuhnya akan
menjadi mayat. Mayat adalah suatu sosok tubuh yang tidak bagus
8 113
PELIMPAHAN JASA dipandang.
Sejak saat itu, beliau mengundurkan diri dari sentuhan para
perempuan di istana, dan sebagai jawabannya atas bujuk rayuan Undayin,
Sebagai umat Buddha, tentunya kita sudah akrab dengan pelimpa- penasehat raja, dia menjelaskan sikap barunya dengan kata-kata sebagai
han jasa (hui xiang). Namun masih banyak di antara kita yang belum mema- berikut :
hami apa sih pelimpahan jasa itu? Seorang temanku yang juga Buddhis per- “Bukanlah saya memandang rendah hakekat dari rasa, dan saya mengetahui
nah bertanya,”Luk, gw ga ngerti deh. Dalam agama Buddha kan kita percaya baik bahwa mereka itu membuat apa yang dinamakan dunia. Tapi bila saya
kalo hukum karma tuh bekerja dan kita yang bertanggung jawab terhadap mempertimbangkan ketidakkekalan dari dunia ini, saya menemukan tiada
karma kita, apa yang ditabur begitu pula yang dituai. Yang gw bingung bagai- kebahagiaan di dunia ini. Usia tua, sakit, dan kematian tidak luput dari
mana dengan pelimpahan jasa? Apakah karma baik kita bisa dilimpahkan kehidupan manusia. Jika kecantikan dari wanita adalah kekal abadi, pikiran
untuk orang ataupun makhluk lain? Kalo gitu berarti ga konsisten dengan saya tentu sudah menuruti kata hati dan dalam hawa nafsu. Kenyataannya
makna hokum karma itu sendiri dong?” sejak kecantikan perempuan tidak melekat lagi, maka tubuhnya menua
Sering pula kita jumpai dalam buku-buku Dharma di bagian be- karena usia melunturkan kecantikannya. Menyenangi perempuan merupakan
lakangnya tertulis “Buku ini dipersembahkan dengan penuh cinta kasih seba- khayalan. Semua kenyataan ini sungguh menakutkan. Bagaimana dapat
gai PELIMPAHAN JASA untuk mengenang bla bla bla”. Apa maksud dari seorang pintar tidak memperdulikan akan bencana itu? Kapan dia
pelimpahan jasa ini? Sebegitu pentingnyakah Pelimpahan Jasa sehingga kita mengetahui penghancuran yang akan datang?”
selalu menyanyikan Gatha Pengembangan Jasa-jasa di penutup kebaktian?
Pelimpahan jasa sebenarnya bukanlah pelimpahan karma. Pelim- MENINGGALKAN ISTANA (DUNIAWI)
pahan jasa berarti kita melimpahkan energi-energi positif dan menyalurkan Setelah mantap pada pendiriannya maka beliau pergi mencari obat
rasa bahagia atas kebajikan yang telah kita perbuat kepada semua makhluk. agar orang tidak menjadi tua, tidak menjadi sakit, dan tidak meninggal, untuk
Dengan pelimpahan jasa berarti kita juga memancarkan Maitri dan Karuna dipersembahkan kepada setiap orang. Pada saat itu beliau berusia 29 tahun,
kepada semua makhluk, karena kita percaya bahwa dengan memancarkan dan dengan seijin Raja Suddhodana beliau meninggalkan keduniawian. Pada
Maitri dan Karuna maka akan timbul rasa bahagia dan ketenangan batin. malam sebelum kepergiannya, beliau sekali lagi memandang kepada istrinya
Inilah yang sebenarnya disalurkan kepada para makhluk. dan anaknya. Diam-diam tanpa memberitahukan kepada mereka, beliau
Contoh yang paling sederhana adalah ketika teman kita yang rajin meninggalkan istana dengan kudanya yang bernama Kanthaka dan ditemani
belajar kemudian meraih juara kelas tentunya kita akan ikut berbahagia atas oleh seorang pengawal, anak menteri, bernama Candaka.
keberhasilan teman kita padahal sebenarnya bukan kita yang meraih keber- Selama dalam perjalanan ke desa dia menikmati pemandangan yang
hasilan. Demikianlah perasaan bahagia itu timbul. Sama halnya juga ketika indah, tapi melihat para petani bercucuran keringat kelelahan membajak
kita bangga dan bahagia saat kita melihat teman kita menolong orang lain. sawah, tanah dipacul dan dibuang kesamping, dan kelihatan cacing dan
Jadi dengan adanya pelimpahan jasa diharapkan semua makhluk binatang melata lainnya terputus badannya oleh ayunan pacul. Semua ini
akan berbahagia dan berusaha membangkitkan Bodhicitta dan bersemangat membuat dia berpikir, sungguh semua makhluk hidup menderita.
untuk berbuat kebajikan. Dengan demikian tentunya dapat meredam akibat Karena kesucian yang tinggi dalam benaknya terbentuklah sikap
dari karma buruk yang telah diperbuat. Analogi yang paling mudah adalah akan kepribadian yang luhur, dia melangkah turun dari kudanya dan berjalan
ketika kita mempunyai segelas air, satu ember air, dan satu kolam air dan dengan hati–hati dan perlahan-lahan diatas tanah, melewatinya dengan
garam. Anggap saja gelas, ember, dan kolam sebagai kumpulan kebajikan gundah-gulana. Pikirannya penuh dengan hal-hal kesengsaraan dan
yang pernah kita perbuat dan garam sebagai kumpulan karma buruk. Ketika penderitaan makhluk hidup.
112 9
Pikirannya perlu ketenangan. Dia memisahkan diri dari temannya Peristiwa Parinirvana menunjukkan bahwa tubuh ini adalah Anitya
yang berjalan dibelakangnya dan pergi mencari suatu tempat sunyi dekat (tidak kekal) dan sangat rapuh. Terbukti menjelang Parinirvana Sang Buddha
sebuah pohon besar yang rimbun. Daun-daun yang menyejukkan dari pohon pun mengalami sakit. Karena sadar bahwa tubuh ini adalah Anitya dan se-
itu dalam keadaan tidak bergerak, dan tanah dibawah itu nyaman. Disana ia mua manusia pun akan mati maka ini akan memberikan pelajaran bahwa
duduk bersila, memikirkan mengenai asal mula dan matinya dari semua kehidupan ini hanyalah “persinggahan sementara” menuju kehidupan selan-
makhluk hidup. Pikirannya terus menerawang mengenai hal-hal tersebut. jutnya dan kita terus memutar roda kehidupan hingga mencapai Nirvana
Pikirannya penuh konsentrasi dan menjadi tenang. Ketika ia memenangkan seperti yang telah dijalani Sakyamuni Buddha.
kerisauan, dia tiba-tiba bebas dari semua keinginan akan hakekat rasa dan Jika seseorang memiliki aspek ritual yang terlalu dominan maka
kenafsuan duniawi. Dia telah mencapai tingkat pertama mengenai orang tersebut meskipun menjadi sosok yang religius tetapi cenderung men-
ketenangan luar biasa, yaitu tenang di tengah-tengah pikiran yang beraneka jadi tidak berkembang, memiliki dasar yang kurang kuat, dan rentan terhadap
ragam. Dalam tempatnya itu, dia telah berada pada tingkat kesucian pikiran pandangan salah. Hal ini bisa terjadi karena orang tersebut hanya mement-
yang luar biasa. Sekarang dia tidak gembira maupun duka, tidak mengenal ingkan peribadatan tanpa belajar konsep ajaran dan esensi di dalamnya tidak
tawa atau tangis. memiliki acuan yang benar.
Sementara jika seseorang memiliki aspek kontekstual yang terlalu
BERTEMU PERTAPA SECARA TIBA-TIBA dominan maka orang tersebut meskipun mempunyai pengetahuan Dharma
Pengertian yang sifatnya murni dan bersih ini tumbuh lebih lanjut yang luas tetapi hanya sebatas teori sehingga kehidupan spiritualnya kurang
dalam jiwanya yang luhur. Dia melihat seorang pria muncul kehadapannya berkembang dan menjadi pribadi yang kaku, dan bisa juga mengarah pada
yang tidak kelihatan oleh orang lain, yang muncul dalam samaran sebagai fanatisme yang salah. Hal ini bisa terjadi karena orang yang mempelajari te-
seorang peminta-minta saleh. ori saja tanpa menerapkannya akan “menelan” apa yang dia terima secara
Pangeran lalu bertanya, “Katakanlah kepada saya siapa anda?” mentah-mentah tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi se-
Jawabannya adalah : “Oh bagaikan sapi jantan di antara orang-orang, saya hingga menjadi orang yang statis dan tidak berkembang secara spiritual.
adalah pertapa, yang ditakuti oleh kelahiran dan kematian, telah mengambil Sementara jika seseorang memiliki aspek aktualisasi yang terlalu
suatu kehidupan berkelana untuk mencapai keselamatan. Karena seluruh dominan maka orang tersebut meskipun kehidupan sosialisasinya baik tetapi
akhirnya tidak kekal. Keselamatan dari dunia ini adalah apa yang saya menjadi kurang religius dan memiliki dasar yang kurang kuat, dan bisa men-
inginkan dan saya mencari kebahagiaan yang paling sempurna, di mana garah pada pandangan salah. Hal ini disebabkan orang yang terlalu mengu-
pemusnahan tidak dikenal. Sanak keluarga dan orang asing sama saja bagi tamakan praktek tapi kurang memahami teori secara benar tentunya menjadi
saya, perasaan rakus serta kebencian juga telah sirna. kurang efektif karena dasar dari apa yang dipraktekkan tidak cukup kuat dan
Pertapa ini bernama Arada Kalama dan Pangeran Sidharta bisa mengarah pada pandangan salah.
Gautama langsung berguru kepadanya. Sebagai gurunya yang pertama Jadi tempatkanlah ketiga aspek tersebut dalam porsi yang seimbang
dalam hal untuk mencari pembebasan penderitaan bagi dunia. Chandaka dalam mempelajari Dharma, bahkan ketiga aspek ini pun bisa diterapkan
yang mendampinginya di suruh pulang dengan kudanya, Kanthaka. dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selamat merayakan Hari Trisuci
“Temanku, jangan bersedih, “ ujar pangeran, “ Bawalah kuda ini Waisak 2553 BE/2009. Semoga perayaan Waisak menjadi lebih bermakna
serta pesan saya kepada raja dan rakyat di Kapilavastu yang selalu dan membawa perubahan dalam diri kita ke arah yang lebih baik. Saddhu…
memperhatikan saya. Hentikan rasa kasih sayang kepadaku dan Saddhu….Saddhu…(Luky)
dengarkanlah ketetapan hatiku yang tak tergoyahkan. Apa aku akan
meleyapkan usia tua dan kematian, dan kemudian engkau akan segera
10 111
peristiwa ini kita bisa mencoba mengintrospeksi diri supaya kehadiran kita melihat aku lagi. Atau aku akan kehilangan semua, sebab aku gagal dan
membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. tidak dapat mencapai tujuan.”
Dari peristiwa Pangeran Siddharta meninggalkan istana hingga men- Pangeran Sidharta Gautama telah menjadi pertapa kelana. Beliau
capai keBuddhaan kita bisa belajar untuk tidak melekat atau mempunyai juga telah menjadi Bodhisattva. Beliau tidak puas mengikuti gurunya yang
perasaan memiliki berlebihan. Kemelekatan hanya akan membawa kita pada pertama ini, karena ia hanya dapat belajar sampai pada tingkatan tertentu
penderitaan (Dukkha) yang lebih dalam dari sebelumnya dan justru akan saja dalam meditasi. Lalu beliau mencari lagi orang suci lain yang bernama
menjauhkan kita dari kehidupan yang lebih baik. Sebenarnya ada hal ironis Undraka Ramaputra.
yang ingin saya ungkapkan di sini. Banyak di antara kita yang meminta se- Dengan guru yang kedua ini beliau juga tidak puas, karena hanya
suatu kepada Buddha ketika bersembahyang, entah itu panjang umur, ban- sampai pada tingkat meditasi yang lebih tinggi saja. Yang beliau ingin cari
yak rejeki, bisnis sukses, dan permintaan lainnya. Bayangkan, seorang adalah Kebahagiaan sejati, yaitu akhir dari segala penderitaan. Akhirnya
pangeran yang tidak pernah merasakan hidup kekurangan, dikelilingi oleh alkisah beliau memutuskan untuk berdaya upaya sendiri.
kemewahan, kekuasaan, dan kenikmatan rela meninggalkan semua kema-
panannya untuk mencari jawaban dan esensi kehidupan. Keironisan di sini LATIHAN MENGENAI KEKERASAN
adalah kita justru meminta hal-hal duniawi kepada Buddha yang telah me- Sejak waktu itu, pangeran yang sekarang telah menjadi seorang
lepas segala keterikatanNya terhadap hal-hal duniawi. Bodhisattva, dengan rajin belajar pelbagai latihan di antara para pertapa dan
Memang dalam konsep Mahayana dikenal adanya figur Bodhisattva para yogi. Dia berkelana mencari tempat pengasingan yang sunyi, untuk
yang memiliki ikrar luhur untuk menolong semua makhluk terlepas dari sam- tinggal pada tepi sungai Nainranjana. Lima orang pertapa telah tinggal pada
sara. Namun, seperti artikel yang pernah saya tulis sebelumnya, mendapat tepi sungai itu, sebelum ia menuju kesana.
pertolongan Bodhisattva tidaklah sesederhana dan semudah yang kita Kesucian dari lubuk hati muncul dari keberanian dirinya sendiri.
bayangkan. Intinya untuk mendapat pertolongan baik dari para Bodhisattva Mereka menempuh kehidupan dengan disiplin keras sekali, dalam ketaatan
maupun para dewa, kita haruslah memiliki jodoh dan buah karma baik yang terhadap janji agama masing-masing mengenai lima perasaan.
matang sehingga pertolongan itu datang dan untuk itu berarti kita haruslah Ketika para pertapa itu melihat dia disana , mereka menunggu dia untuk
memiliki tabungan karma baik yang cukup. memberikan ajaran perihal pembebasan, menunggu seorang yang agung
Mengharapkan pertolongan dari para Bodhisattva maupun para yang hakekat kebaikan dari kehidupan lampaunya telah memberikan berkah
dewa tidaklah salah, tetapi itu bukan esensi utama dari mempelajari Dharma dan karunia.
dan melakukan kebajikan. Seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha bahwa Mereka menyapa dengan hormat, membungkukkan badan mereka di
segalanya ada dalam kendali kita. Jika kita ingin kebahagiaan dan kesuk- hadapan bodhisattva, mengikuti petunjuknya, dan menempatkan diri mereka
sesan datang pada diri kita maka buatlah sebab-sebab yang membuat sendiri sebagai murid dibawah pengawasannya. Bagaimanapun juga, dia
kebahagiaan dan kesuksesan itu datang. mulai pada cara tapa yang keras, dan khususnya mengenai penderitaan
Hal lain yang bisa kita teladani adalah tekad yang begitu kuat untuk akibat kelaparan sebagai jalan mengakhiri kelahiran dan kematian. Karena
melakukan sesuatu yang luhur. Demikian halnya kita, sudah seharusnya kita keinginannya yang sungguh-sungguh badannya menjadi kurus selama enam
tidak mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan hidup karena se- tahun, dengan melaksanakan puasa secara ketat, yang sangat sukar bagi
sungguhnya apa yang dihadapi oleh Pangeran Siddharta dalam pen- orang biasa untuk bertahan. Pada jam makan, dia harus puasa bila hanya
carianNya jauh lebih sulit dari apa yang kita alami dan bayangkan. Jika kita makan sebutir, yang maksudnya dia telah memenangkan pantai Samsara.
belajar Dharma dan melaksanakan dalam kehidupan maka tentunya kita Sehingga tubuhnya menjadi kurus kering, hanya tinggal tulang-belulang
akan bisa menemukan solusi terhadap masalah dan godaan yang datang. terbungkus kulit.
110 11
Pada suatu hari, dia sedang duduk dibawah pohon bodhi terdengar MELIHAT WAISAK LEBIH DEKAT
suara lagu yang syairnya kira-kira mempunyai arti sebagai berikut:
“bila senar gitar ini dikencangkan,
Hari raya Waisak bisa dikatakan sebagai hari raya agama Buddha
Suaranya akan semakin tinggi.
yang paling besar jika tolak ukurnya adalah jumlah umat Buddha yang
Kalau terlalu kencang,
merayakannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa jutaan umat Buddha setiap
Putuslah senar gitar itu, dan lenyaplah suara gitar itu.
tahunnya memperingati Hari Waisak meskipun dengan cara dan waktu yang
Bila senar gitar ini dikendorkan,
berbeda. Jika diamati lebih dalam, Waisak bisa dilihat dari tiga aspek yakni
Suaranya akan semakin rendah.
aspek ritual, kontekstual, dan aktualisasi.
Kalau terlalu dikendorkan,
Aspek ritual dari hari raya Waisak adalah peringatan hari Waisak
Maka lenyaplah suara gitar itu.
dalam bentuk upacara puja bakti misalnya saja kebaktian di vihara maupun
Karena itu wahai manusia,
peringatan Waisak di Candi Borobudur. Aspek ini menekankan pada ke-
Mengapa belum sadar-sadar pula,
sucian dan keagungan figur Sakyamuni Buddha sebagai tokoh yang dijun-
Dalam segala hal janganlah keterlaluan.”
jung dan pedoman bagi umat Buddha, sehingga nuansa religius dan kek-
Akhirnya Pertapa Gautama menghentikan tapanya yang sangat
husyukan begitu terasa dari aspek ini.
ekstrim yang telah dijalani selama enam tahun di hutan Uruwela.
Sementara itu, aspek kontekstual adalah melihat Waisak berdasar-
kan peristiwa-peristiwa dan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti kita
PEMBERIAN NANDABALA
tahu, Waisak memperingati tiga peristiwa yakni kelahiran Pangeran
Kemudian pertapa Gautama pergi ke sungai untuk mandi.
Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna, dan Sang
Sesudahnya mandi, dia hampir tidak kuat bangun ke permukaan tepi sungai
Buddha Parinirvana. Menurut aliran Mahayana, tiga peristiwa ini terjadi pada
disebabkan badannya sangat lemah. Dengan bersusah payah akhirnya
waktu yang berbeda-beda (hal ini dimungkinkan karena mengacu pada kal-
sampai juga didarat dan berjalan tidak terlalu jauh, dia duduk dibawah pohon
ender Lunar) yakni kelahiran Pangeran Siddharta pada tanggal 8 bulan 4,
Asetta. Seorang wanita yang kebetulan lewat, melihat tubuh pertapa
pencapaian penerangan sempurna pada tanggal 8 bulan 12, dan Sang Bud-
Gautama begitu lemah. Wanita itu bernama Nandabala, memberikan dia
dha Parinirvana pada tanggal 15 bulan 2.
semangkuk susu yang dimasak dengan nasi. Setelah makan, badannya
Tanpa disadari, kita hanya menyentuh dua aspek dari hari Waisak
terasa hangat dan segar.
yakni aspek kontekstual dan ritual sementara kita jarang bahkan tidak pernah
Kelima pertapa yang telah bersama-sama dia selama enam tahun,
melihat aspek aktualisasi Waisak. Aspek aktualisasi adalah cara pandang
menyaksikan kejadian ini lalu meninggalkan dia. Mereka sangat kecewa
Waisak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya, aspek ini menjadi
hatinya dan menganggap pertapa Gautama telah gagal, dan pergi
penting karena disadari atau tidak kita dapat belajar dan menerapkan Waisak
meninggalkan dia seorang diri.
dalam menjalani kehidupan.
Pertapa Gautama berpikir bahwa cara yang selama ini dilakukan
Kelahiran adalah peristiwa yang membahagiakan. Sungguh luar bi-
adalah salah. Lagipula, dia selama ini belum dan bahkan tidak dapat
asa jika kita pun bisa “dilahirkan” kembali, maksudnya alangkah baiknya jika
menemukan apa yang dicarinya. Dia berkesimpulan bahwa hanyalah dengan
Waisak menjadi titik awal dari kelahiran dan pembenahan diri
badannya yang sehat dan pikiran yang jernih, barulah dapat meneruskan
(menghilangkan segala sikap buruk, menanam kebajikan, dan menjalankan
niatnya untuk mencapai penerangan sempurna. Seterusnya, pertapa
Dharma). Seperti yang tertulis di sutra-sutra begitu bahagianya alam seme-
gautama makan kembali sekedarnya.
sta dan para Brahmana serta para dewa menyambut kelahiranNya dan dari
Dengan kebulatan tekad dan keyakinan diri sendiri, akhirnya pertapa
12 109
Prajna. Gautama memutuskan untuk bermeditasi. Dia mencari tempat yang sunyi,
4. Tanpa mistik. tenang, Di bawah pohon bodhi (diceritakan bahwa pohon bodhi ini tumbuh
5. Tripitaka, bersamaan waktu ia lahir). Selanjutnya dia duduk bermeditasi dengan sikap
6. Persatuan atau penyatuan dari semua aliran dan sekte. duduk Padmasana dan berjanji kepada dirinya sendiri. Dia tidak akan
7. Jalan Tengah, masa Mahayana hanya untuk para Bodhisattva, bergeming sedikit pun juga, dan berhenti bermeditasi ditempat ini sebelum
8. Kesatuan yang harmonis dan agung, semua ajaran Buddha Dharma tujuannya memperoleh penerangan (Nirvana) tercapai.
adalah Satu untuk Semua, dan Semua untuk Satu.
MENGALAHKAN MARA
Dharmaparyaya (9 Sutra Besar Mahayana, Secara Tradisi; 9 Bidang Pertapa Gautama adalah keturunan dari para pertapa yang setia dan
Dharma); memiliki kebijaksanaan tinggi. Dia telah memutuskan untuk mengalahkan
1. Astasahasrika Prajna Paramita Sutra kemelekatan dan memenangkan pembebasan. Dalam meditasinya datanglah
2. Saddharma Pundarika Sutra, Mara untuk mengoda. Mara adalah musuh utama Bodhisattva, namun dia
3. Lalita Vistara Sutra dapat menaklukkan godaan Mara.
4. Lankavatara Sutra (Aryasaddharma Lankavatararonama Mahayana
Sutram), PENERANGAN
5. Gandavyuha Sutra, Setelah mengalahkan Mara, dengan kebulatan tekad dan
6. Tathagataguhyaka Sutra, ketenangannya, Bodhisattva Gautama berhasil meneruskan meditasinya.
7. Samadhiraja Sutra, Akhirnya Bodhisattva Gautama secara berturut-turut telah mengalami :
8. Suvarna Prabhasa Sutra, Ketika Bodhisattva Gautama mampu mengalahkan para pengikut Mara,
9. Dasabhumika Sutra. beliau telah mengalami yang pertama kali dari empat tingkatan dhyana.
Pengamatan pertama malam itu:
Dengan kekuatan mata batinnya yang luar biasa (divyacaksus), Dia
menghancurkan kegelapan (tamas) dan menghasilkan terang (alokam).
Dalam pengamatan menengah, Dia mengingat kehidupan masa lampaunya
dan memperoleh pengetahuan seperti itu (vidya).
Dan pengamatan ketiga, ketika fajar menyingsing, Dia menyadari
dan memperoleh pengetahuan mengenai penghancuran dari asravas.
Selanjutnya, dia merenungkan sampai tiga kali tentang 12 jenis
pratitya samutpada. Pertama-tama, dia mulai dengan usia tua dan
kematian, dan berpikir, “Apa yang terjadi mengenai jaramarana? Apakah
penyebabnya?” Dia mengulangi pertayaan itu sampai pada avidya.
Yang kedua kali, dia mulai dengan avidya, dan berpikir demikian,
Samakara timbul dari avidya sebagai penyebabnya, dan seterusnya, sampai
pada hubungan mata rantai pratitya-samutpada yang terakhir.
Yang ketiga kali, dia mulai dengan jara-marana dan berpikir
demikian, “Apa yang tidak bereksistensi, jara-marana tidak akan terjadi? Apa
108 13
yang menyebabkan penghentian jara-marana? Dia meneruskan dengan cara sebagai berikut :
ini dan berakhir pada avidya. Kemudian Dia menyadari bahwa Pengetahuan, Kelompok 1 - 5 menyajikan pembagian secara umum,
Penglihatan ke dalam, Kebijaksanaan, dan Penerangan telah timbul dalam Kelompok 6, berbagai naskah yang independen.
dirinya. 1. Prajna Paramita (lebih dari 30 buku; dalam ribuan halaman),
Dia telah mengetahui fakta dan hakekat dari penderitaan itu, 2. Avatamsaka; ada 3 kelompok (Gandavyuha masuk dalam ini),
mengenai asravas, dan perihal 12 faktor tentang sebab-musabab yang saling 3. Dasabhumika,
bergantungan. Dia mengetahui pula tentang asal mula dan sebab 4. Ratnakuta dan Mahasamnipata,
penghentian semua itu, dan juga jalan menuju ke Penghentian itu. Jadi Dia 5. Nirvana atau Parinirvana,
memperoleh Pengetahuan kelipatan tiga dan memperoleh Penerangan 6. Naskah-naskah yang independen, termasuk beberapa Sutra penting dan
sempurna yang tertinggi. Dia mengetahui, mengerti, menyaksikan, dan berpengaruh, antara lain; Saddharma Pundarika, Lankavatara, Sukhavati-
merealisasikan semua yang di ketahui, dimengerti, disaksikan, dan Vyuha (teks pendek). Sukhavati-Vyuha (teks panjang) masuk dalam kelom-
direalisasikan. pok Mahasamnipata, dan Vimalakirti-Nirdesa masuk dalam kelompok Ratna-
Dia kemudian bangun dan melompat ke angkasa dengan ketinggian kuta.
tujuh kali pohon bodhi. Dia berbuat demikian untuk meyakinkan para deva Dharma yang disabdakan oleh Hyang Buddha menurut Master Chih-i
bahwa Dia telah memperoleh Penerangan. Dia mengucapkan sajak berikut (538-597) dari Sekte T'ien-T'ai dapat dibagi menjadi 5 periode dan 8 ajaran,
ini : yaitu: 5 Periode,
“Jalan itu telah diputuskan; debu itu telah dihilangkan; 1. Periode Avatamsaka ; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma se-
Asravas telah dikeringkan, mereka tidak akan mengalir lagi. lama 3 x 7 hari tanpa dapat dimengerti oleh para Bodhisattva Mahasattva
Bila jalan itu telah diputuskan, dia tidak kembali lagi, dan Makhluk suci.
Ini dinamakan akhir dari Penderitaan.” 2. Periode Agama; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma selama 12
Semua Buddha harus menunjukkan tanda-tanda kemampuan seperti tahun kepada umat awam di mulai dari Taman Rusa waktu Asadha den-
itu. Para dewa menaburi aneka bunga kepada-Nya dan mengakui ke- gan khotbah pertamanya Memutar Roda Dharma Dharmacakra Pravar-
Buddha-an-Nya. Penerangan dan kebahagiaan menyebar ke seluruh alam tana Sutra.
semesta, dan sampai menggoncangkan enam alam. Semua Buddha memuji 3. Periode Vaipulya; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma selama 8
Buddha yang baru itu dan menghadiahkan Dia payung permata yang tahun seperti yang terdapat dalam Sutra-Sutra : Lankavatara, Vimalakirti-
mengeluarkan sinar penerangan. Semua Bodhisattva dan deva gembira dan Nirdesa, Maha Prajna Paramita-Sutra.
memuji Buddha itu. (Penerangan ini diterjemahkan dari Penerangan yang di 4. Periode Prajna Paramita; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma
edit oleh P.Ghosa, Calcutta, 1902-13, Bibliotheca Indita, Catasahasrika selama 22 tahun menerangkan Maha Prajna Paramita Sutra.
Prajna Paramita, Bab I-XII) 5. Periode Lotus dan Nirvana; Hyang Buddha menerangkan Buddha Dharma
Menurut versi Hinayana, beliau memperoleh Penerangan atau selama 8 tahun, menerangkan Saddharma Pundarika, dan Maha Pari
Pencerahan Agung dan menjadi Buddha (Samyak-Sam-Buddha) dibawah Nirvana, satu hari sebelum Buddha Sakyamuni memasuki Maha Pari
pohon Bodhi di Bodh-Gaya, pada saat bulan Purnama Sidhi pada hari Nirvana.
Waisak, pada usia 35 tahun. Sedangkan menurut versi Mahayana, Beliau 8 Ajaran
mencapai Penerangan atau menjadi Buddha Sakyamuni (Samyak-Sam- 1. Secara seketika, yaitu Anuttara-Samyak-Sambodhi dari Beliau, masuk
Buddha) pada tanggal 8 bulan 12 (lunar). periode Avatamsaka.
Setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi 2. Secara Perlahan-lahan, masuk periode Agama, Vaipulya, dan Prajna.
14 107
jemahannya dalam bahasa Indonesia dan sudah diterbitkan. Kitab-kitab suci Buddha, dari tubuh suci Beliau memancarkan enam sinar yang disebut
terjemahan tersebut di bawah ini merupakan bagian dari Tripitaka-Mahayana Buddharasmi atau Sinar Buddha.
yang aslinya dalam bahasa Sansekerta. Sejak saat itu dan selama hidup-Nya, Beliau dapat memancarkan
1. Vajracchedika Prajna Paramita Sutra, enam sinar suci itu bilamana dikehendaki-Nya. Kadang-kadang Beliau
2. Prajna Paramita Hrdaya Sutra (dengan penjelasannya), mengirim sinar suci-Nya dengan warna-warna itu untuk mengubah tabiat
3. Sukhavati Vyuha Sutra (Sutra Amitabha teks pendek), para manusia.
4. Buddhavacana Amitayus Tathagata Sutra (Sutra Amitabha teks pan- Enam warna sinar-Nya adalah :
jang) 1.Nila = biru.
5. Mahasukhavati Vyuha Sutra, Berarti bakti atau pengabdian. Dia telah menjadi Buddha mempunyai
6. Saddharma Pundarika Sutra, sifat bakti dan pengabdian yang tiada taranya kepada manusia yang
7. Avalokitesvara Bodhisattva Samanta Mukha, Varga dari Saddharma menderita.
Pundarika Sutra (teks pendek), 2.Pita = kuning.
8. Mahayana Buddha Pacchimovada Pari nirvana Sutra (Maha- Berarti kebijaksanaan, mahatahu, seorang Buddha adalah
Parinirvana Pacchimovada Sutra), berpengetahuan luas dan mahatahu (Sarvakarajnata).
9. Amitayur Dhyana Sutra (Sutra 16 metode untuk meditasi), 3.Rohita = merah.
10. Dasa Kausalya Karma Sutra, Berarti kasih sayang dan welas asih. Seorang Buddha mempunyai rasa
11. Samanta Bhadra Carya Pranidhana, Varga dari Avatamsaka Sutra, maha kasih sayang dan maha welas asih yang tidak terbatas terhadap
12. Prakala Bodhisattva Mahasthamaprapta tentang Kesempurnaan semua makhluk. Pada seorang Buddha sudah tidak ada lagi rasa benci,
Buddhasmrti, Varga dari Surangama Sutra, sentimen, kejam, iri hati, dan dengki, yang ada pada diri-Nya hanya
13. Bhaisajyaguru Sutra, maha welas asih kasihan tanpa perbedaan dan perasaan bahagia bila
14. Ulambana Sutra, mengetahui atau melihat orang lain dapat hidup senang dan bahagia.
15. Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra, 4.Avadata = putih
16. Vimalakirti Nirdesa Agung, Berarti suci. Seorang Buddha telah suci batin-Nya dan pikiran-Nya tidak
17. Sutra Delapan Kesadaran Agung, dapat dikotori lagi oleh segala macam kekotoran dunia. Maka dari itu
18. Sutra Empat Puluh Dua Bagian seorang Buddha atau Bodhisattva dilukiskan sebagai mutiara yang
19. Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra (Buddhavacana Bodhi- berada di atas bunga teratai (mani-padma).
sattva Maitreya Upapadyante Tusita Dhyana Sutra), Bunga teratai meskipun tumbuh dirawa yang penuh lumpur, diatas bunga
20. Sutra Altar, teratai itulah seorang Buddha atau Bodhisattva duduk atau berdiri
21. Sutra Tentang Bodhisattva Maitreya Mencapai Buddha, laksana mutiara yang putih berkilauan, yang bebas dari segala kekotoran
22. Maha Vaipulya Paripurnabudhi Nitartha-Sutra (Sutra Maha Kesada- dan tidak dapat kena kotoran karena dialasi bunga teratai.
ran Yang Sempurna) 5.Manjistha = orange, jingga.
23. Mahayana Sraddhotpada Sastra, Berarti giat, Seorang Buddha mempunyai semangat yang luarbiasa, giat
24. Suhrilekha (Surat Seorang Sahabat) menyebar Dharma kepada dewa dan manusia serta melakukan segala
25. Riwayat Buddha Sakyamuni. perbuatan baik yang berfaedah bagi orang banyak dan makhluk-makhluk
Sutra Mahayana terbagi ke dalam 6 kelompok besar menurut Sang- lainnya.
harakshita Maha Sthavira di dalam bukunya A Survey of Buddhism (hal. 347) 6.Prabhasvara = bersinar-sinar, sangat terang, cemerlang merupakan warna
106 15
campuran dari kelima warna tersebut diatas; berarti campuran dari SUTRA DAN SASTRA MAHAYANA
kelima sifat tersebut diatas.
Selama tujuh hari Beliau meneruskan meditasinya di tempat yang
Agama Buddha pernah mengalami masa keemasannya di Bumi
sama. Tubuh-Nya tidak memberikan kesusahan pada-Nya, matanya tidak
Nusantara pada masa keprabuan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan kuno
pernah tertutup, dan pikiran-Nya terus bekerja. Dia merenung, “Di tempat
Mataram dan Majapahit di Jawa. Pada masa itu, terdapat Perguruan Tinggi
inilah saya menemukan Pembebasan.” Dia mengetahui kemauan-Nya
Agama Buddha (Mahayana) yang mempunyai nilai Internasional, yakni di
akhirnya terpenuhi.
Sumatra dan Jawa.
Ketika itu Indra dan Brahma sebagai dua kepala Deva yang tinggal di
Dalam Sejarah tercatat beberapa sarjana dari negeri Tiongkok dan
langit, telah mengerti kemauan Tathagata Sugata (Sakyamuni) untuk
India datang belajar bahasa Sansekerta, filsafat dan logika Agama Buddha
memprokamirkan jalan itu untuk kedamaian. Tubuh mereka yang bercahaya
Mahayana. Mereka yang belajar ke sini adalah; I-Tsing (634-713) dua kali ke
terang mendatangi Dia, dengan hormat dan ramah berkata kepada-Nya,
Sriwijaya dengan 41 bhiksu yang mahasiswa, Hui-Ning (antara tahun 664-
“Harap jangan menyalahkan semua makhluk sebagai tidak berguna,
667) berguru kepada Janabhadra seorang maha guru Buddhism di Jawa,
disebabkan keinginan harta benda seperti itu didunia ini! Jadi dengan tidak
Atisa (982-1054) dari India datang ke Palembang belajar logika dan filfasat
membeda-bedakan mereka adalah amal Wiyata. Sementara sebagian dari
Agama Buddha Mahayana. Tercatat yang ada pada waktu itu para bhiksu
mereka masih memiliki hawa nafsu, sebagian lainnya hanya memiliki sedikit
dan sarjana maupun mahasiswa dari negeri China yang datang ke bumi
hawa nafsu. Sekarang Engkau, oh Yang Maha Bijaksana,telah ber-
Nusantara untuk belajar Agama Buddha Mahayana, tidak ada dari bumi
Penerangan dan menyeberangi lautan Samsara ini, tolonglah
Nusantara yang datang ke Tiongkok untuk belajar. I-Tsing telah menyalin
menyelamatkan juga makhluk lain yang telah tenggelam sebegitu jauh dalam
dan menterjemahkan banyak kitab-kitab suci penting Agama Buddha Maha-
penderitaan.”
yana dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin. Menurut memoir
Kedua deva itu bersabda demikian, karena mereka tahu bahwa
dari I-Tsing, apa yang terdapat di Sriwijaya seperti tata-upacara keagamaan
dengan mata batin yang dimiliki seorang Buddha, Beliau telah melihat dalam
adalah sama seperti di India, dan diperkenalkan dia ke Tiongkok melalui
dunia itu banyak makhluk berpandangan rendah dan hidup secara keliru,
buku-buku terjemahannya yang dikumpulkan selama dua kali berada di Sri-
jiwanya tertutup tebal oleh kekotoran hawa nafsu. Dari sisi lain, dia
wijaya - Palembang.
menyadari banyak kepelikan dari Dharma-Nya tentang Pembebasan. Dia
Kitab Suci Agama Buddha Mahayana ialah Tripitaka dalam tulisan
cenderung untuk tidak mengajarkan Dharma, namun ketika Dia cenderung
Sansekerta, namun kita sudah tidak dapat menemukannya lagi secara leng-
untuk tidak mengajarkan Dharma, namun ketika Dia mempertimbangkan arti
kap dalam bentuk aslinya, yang ada sekarang hanya dalam terjemahannya
dan janji-Nya untuk memberikan Penerangan kepada semua makhluk, yang
saja dalam beberapa bahasa seperti dalam bahasa Mandarin, Jepang, Ko-
telah dia ucapkan pada masa lampau, dia mempertimbangkan kembali untuk
rea, Tibet, Inggris (entah sudah selesai atau belum terjemahannya oleh satu
memproklamirkan Jalan itu untuk Kedamaian.
tim penerjemah dengan ketuanya Tripitaka Master Hua dari The Ten Thou-
Sesudah membuat permintaan ini kepada Yang Maha Bijaksana kedua deva
sand of Buddha, San Fransisco).
itu memohon diri dan kembali ke surga tempat mereka. Yang Maha
Kita patut menghargai mereka yang telah berusaha dan menerbitkan
Bijaksana mempertimbangkan kembali dengan hati-hati atas kata-kata
kitab-kitab suci Agama Buddha dalam terjemahan saja, dengan buku-buku
mereka. Akhirnya keputusan-Nya, Dia menyetujui untuk membebaskan dunia
terjemahan tersebut kita hari ini masih dapat melihat dan mempelajarinya
ini dari Penderitaan.
secara keseluruhan tentang Agama Buddha.
Yang Maha Bijaksana teringat akan Arada dan Undraka Ramaputra
Kitab-kitab suci Agama Buddha Mahayana sebagian sudah ada ter-
adalah dua orang yang terbaik dan cocok untuk memahami Dharma-Nya.
16 105
Namun dengan mata batin-Nya, Dia melihat kedua pertapa itu telah
Panca Dhyani Bud- Panca Dhyana Bo- Panca Manussi
dha dhisattva Buddha meninggal dan berdiam diantara para deva dilangit. Pikiran-Nya kemudian
1. Vairocana 1. Samantabhadra 1. Kakusandha ditujukan kepada lima orang pertapa yang dahulu pernah bersama-sama
2. Aksobhya 2. Vajrapani 2. Kanogammana Beliau menjalani tapa yang sangat ekstrim.
3. Ratnasambhava 3. Ratnapani 3. Kassapa Sebelum Beliau pergi sendiri ke kota Kashi, sekali lagi Beliau
4. Amitabha 4. Avalokitesvara 4. Sakyamuni memandang ke pohon Bodhi itu sebagai tanda ucapan terima kasih karena di
5. Amobhasiddhi 5. Visvapani 5. Maitreya tempat inilah Beliau mencapai Penerangan.
24 97
DOA SEHARI-HARI yang akan membelah bumi, bagaikan angin kencang di angkasa di malam
gelap gulita.
DOA PAGI Orang-orang yang mengetahui rencana jahat Devadatta, semua
mengucurkan air mata dan banyak orang berusaha untuk menghalangi gajah
Namo Sakyamuni Buddhaya (3x) itu tapi tidak berhasil. Yang Maha Bijaksana diberitahukan akan bahaya, tapi
Yang Maha Bijaksana terus berjalan dengan tenang dan tanpa ada rasa
MAHA KARUNA DHARANI takut. Karena Dia memang punya perasaan prihatin dan sayang terhadap
1. Namo ratnatrayaya * semua makhluk hidup, para Dewa dan Dewi, para Bodhisattva dan Buddha
2. Namo aryavalokitesvaraya juga turut melindungi-Nya.
3. Bodhisattvaya mahasattvaya mahakarunikaya Para bhiksu yang mengikuti Buddha Gautama telah lari tunggang-
4. Om Sarva abhayah sunadhasya langgang karena ketakutan, hanya tinggal Ananda sendiri yang mendampingi
5. Namo sukrtvernama aryavalokitesvaragarbha Dia. Buddha Gautama tetap tenang dan terus berjalan. Gajah itu berlari-lari
6. Namo nilakantha mahabhadrasrame dengan kencang ke arah Hyang Buddha untuk menubruk-Nya. Tapi sebelum
7. Sarvarthasubham ajeyam sarvasattvanamavarga mahadhatu gajah itu datang mendekat, Yang Maha Bijaksana dengan kekuatan Spiritual-
8. Tadyatha : Om * avaloke lokite karate Nya dapat membujuk gajah besar liar itu jinak, dan tidak menyentuh sedikit
9. Hari mahabodhisattva sarva sarva mala mala juga tubuh Hyang Buddha. Gajah besar liar itu menundukkan kepalanya dan
10. Mahahrdayam kuru kuru karman menjatuhkan badannya ke tanah di hadapan Hyang Buddha dengan
11. Kuruvijayati mahavijayati menimbulkan suara yang gemuruh. Yang Maha Bijaksana dengan penuh
12. Dharadhara dharin suraya kasih sayang, dengan kelembutan tangan-Nya mengusap-usap kepala gajah
13. Chala chala mama bhramara muktir besar liar itu.
14. Ehi ehi chinda chinda harsam prachali Devadatta setelah menyaksikan kejadian tersebut, menjadikan dia
15. Basa basam presaya hulu hulu mala lebih dengki, kejam, dan jahat. Akhirnya atas perbuatannya sendiri telah
16. hulu hulu hile sara sara siri siri suru suru mengakibatkan karma buruk, setelah meninggal dunia dia jatuh ke alam
17. Bodhiya bodhiya bodhaya bodhaya neraka.
18. Maitreya nilakantha dharsinina
19. Payamana svaha. Siddhaya svaha. Maha siddhaya svaha MAHA PRAJJAPATI DAN PANGERAN NANDA
20. Siddha yogesvaraya svaha. Nilakantha svaha Maha Prajjapati adalah bibi Buddha Gautama, yang mengasuh-Nya
21. Varahananaya svaha. Simhasiramukhaya svaha di waktu masih kecil (Pangeran Sidharta), kemudian menjadi permaisuri
22. Sarvamahasiddhaya svaha. Cakrasiddhaya svaha kedua dari Raja Suddhodana. Dia mempunyai seorang putra bernama
23. Padmahastaya svaha. Nilakanthavikaraya svaha Nanda. Karena Pangeran Sidharta tidak ingin menjadi raja yang sekarang
24. Maharsisankaraya svaha telah menjadi Buddha Gautama. Juga Rahula akhirnya menjadi bhiksu dan
25. Namo Ratnatrayaya mencapai Arahat. Pangeran Nanda yang kelak akan menggantikan Raja
26. Namo Aryavalokitesvaraya svaha Suddhodana, mempunyai istri yang cantik bernama Sundari. Pangeran
27. Om * Siddhyantu mantra padaya svaha Nanda hidupnya hanya bersenang-senang dengan istrinya, tidak memikirkan
masa depan kerajaan Kapilavastu.
Om Mani Padme Hum (21x) Ketika Buddha Gautama di Kapilavastu mengetahui segala
96 25
tindakannya, Dia Menasehati Pangeran Nanda dan memberikan Khotbah 4. Doa Pribadi
kepadanya. Siapapun kelak akan menjadi Raja Kapilavastu walaupun bukan 5. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio
6. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk bersama-sama
keturunan raja, asalkan dia cakap dan bijaksana serta memperhatikan
memasuki pintu Kesucian Dharma, 8 penderitaan dan 3 kondisikeadaan
rakyatnya, dapat memerintah secara adil dan bijak, dia boleh saja menjadi lenyap sudah dalam lautan janji
raja. Akhirnya Pangeran Nanda meninggalkan istana dan menjadi bhiksu. Oh Mee To Fo (1x), kemudian namaskara (3x).
Sariputra yang mencukur rambut Nanda ketika ia akan menjadi bhiksu.
Akhirnya Maha Prajjapati juga menjadi bhiksuni. Ananda dalam hal
7 Doa Kepada Dewa Rezeki/ Chai Shen Ye
ini juga sangat mendukung dibentuknya Sangha Bhiksuni. Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio:
1. Mengundang Dewa Rejeki/ Chai shen Shen Cung Pu Sa
SARIPUTRA DAN MAUDGALYAYANA Dengan sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Dewa Rejeki/
Chai shen shen Cung Pu Sa 3x.
Sebelum menjadi siswa Hyang Buddha, Sariputra bernama
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana:
Upatisya. Dia dari keluarga Brahmana dan tinggal di kota Rajagrha. Teman Dewa Rejeki yang dimuliakan/ Namo Chai Shen Shen Cung Pu Sa 3x.
baiknya bernama kolita, yang kemudian juga menjadi siswa Buddha 3. Baca Mantra dan sutra:
Gautama dan bernama Maudgalyayana. ♦ Maha Karuna Dharani/ Ta Pei Cou
♦ Prajnaparamita Hrdaya Sutra ( Po Je Po Lo Mi To Hsin ching )
Sariputra terkenal karena pandai bicara dan sangat bijaksana.
♦ Mahacundi Dharani 12x/ 27x/ 49x/ 108x (mantra Bodhisattva Tangan
Ibunya seorang pendiam. Ketika mengandung Sariputra, ibunya menjadi Seribu/ mantra ke-4 dari sepuluh mantra pendek/ Chuen Thi Sen
sangat pandai bicara dan dalam hal-hal tertentu menjadi lebih bijaksana. Cou).
Maudgalyayana dikenal karena pandai dan memiliki kekuatan gaib. 4. Doa pribadi:
Dewa Rezeki/ Chai Shen Shen Cung Pu Sa yang membawa kemakmu
Sebelum mereka berdua menjadi murid Hyang Buddha, Sariputra dan
ran dan keberuntungan yang dimuliakan oleh para Dewa, dengan keya-
Maudgalyayana berguru kepada Sanjaya. Sanjaya adalah seorang guru dari kinan ini keberuntungan dan kemakmuran beserta diriku. Semoga ke
golongan Tirtyas yang mempunyai dua ratus lima puluh orang murid. beruntungan, kemakmuran datang dari semua penjuru, terbukalah pintu
Sariputra, Maudgalyayana beserta dua ratus lima puluh temannya itu rejeki dalam perjalanan hidupku. Semoga……..
5. Membangkitkan tekad:
akhirnya menjadi murid Buddha Gautama. Mereka menjadi murid Hyang
♦ Aku bertekad menjalankan kewajibanku dengan baik dan dengan
Buddha karena mendengar Khotbah bhiksu Ashvajit, dia lalu membawa senang hati, walaupun belum tentu menyenangkan. Kutahu ini meru
mereka bertemu dengan gurunya, Buddha Gautama. pakan bagian dari perjalanan nasibku.
Maudgalyayana pada suatu hari ketika sedang ber-meditasi, merasa ♦ Aku bertekad menjadi manusia berguna, sekecil apapun kebaikan
yang kulakukan, dapat menambah keberuntungan hidupku.
ngantuk. Kebetulan Buddha Gautama ada disekitarnya. Melihat dia
♦ Aku bertekad tidak berbuat jahat dan bodoh lagi, sekecil apapun keja
mengantuk, Buddha Gautama datang menghampirinya dan dengan penuh hatan yang kulakukan, dapat menambah penderitaanku yang baru.
kasih sayang berbicara lembut kepada Maudgalyayana. Supaya dia tidak ♦ Aku bertekad membahagiakan keluargaku, demi kebahagiannya.
merasa ngatuk dan dapat ber-meditasi dengan baik, Beliau berkata kepada ♦ Aku bertekad dilahirkan di Tanah Suci Surga Sukhavati.
6.Doa cinta kasih
Maudgalyayana,
7.Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam hati:
“Engkau harus selalu ingat bahwa seorang bhiksu bila diminta oleh semoga terjadilah hendaknya.
umatnya untuk datang ke rumah mereka sudah tentu karena ingin 8.Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke
memerlukan bantuanmu. Dirumah umat awam, engkau sebagai seorang mudian namaskara/ Pai Kui (3x).
bhiksu tidak boleh merasa harus di hormati dan harus dilayani secara
berlebihan. Sebab mungkin disebabkan di rumah ada hal yang sangat
26 95
♦ Dilanjutkan dengan membaca mantra ke-1 atau ke-2 tersebut di atas. penting untuk diselesaikan terlebih dahulu, sehingga engkau agak diabaikan.
♦ Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke Maudgalyayana, engkau jangan seketika berperasaan tidak dihormati juga
mudian namaskara/ Pai Kui (3x)
atau mereka mendadak berubah sikap terhadapmu. Jika demikian halnya
(Yang terbaik adalah berdoa dengan membaca Mantra Bodhisattva Tangan
dan Mata Seribu, mantra penghancur semua halangan dan kegelapan). ada dalam perasaan dan pikiranmu dan ketenanganmu, dan bila terus
teringat maka engkau tidak akan dapat menjalankan meditasi-mu dengan
5 Doa Kepada Dewa Bumi baik.
Setelah bernamaskara/ pai kui 3x,sambil memegang dupa/ hio:
Demikian juga engkau tidak boleh mengucapkan perkataan yang
1.Mengundang Dewa Amurvabhumi
Dengan sembah dan sujud kami mengundang kehadiran Dewa Amurva- dapat menimbulkan pertengkaran, juga tidak boleh berusaha mencari
bhumi 3x. kesalahan orang lain. Jika engkau, Maudgalyayana, melakukan hal-hal yang
2. Baca nama yang dimuliakan (Vandana/ Shen Hao): demikian maka engkau akan terganggu ketenanganmu sehingga engkau
Dewa Amurvabhumi 3x yang dimuliakan 3x
tidak dapat memusatkan pikiranmu untuk dapat bermeditasi dengan baik.”
3. Baca mantra dan sutra:
- Na mo san man tou, mu thuo nan, an to lu to lu ti bwe sa pho he. (3x,
12x, 27x, 49x) TIGA SAUDARA KASYAPA
- Baca mantra ke-3 dari sepuluh mantra pendek 3x, 12x, 27x, 49x Di Uruvela, sebelah hulu sungai Nairanjana, berdiam seorang guru
(GUNARATNASILA DHARANI/ KUNG TE PAU SAN SEN COU)
pemuja api bernama Uruvela Kasyapa yang mempunyai lima ratus orang
Semoga aku bisa menjadi manusia yang berguna.
Semoga aku menjadi penyebab orang lain memperoleh keberuntungan sebagai pengikutnya. Dia merupakan kakak tertua di antara tiga orang
Semoga semuanya menyadari keberuntungan berasal dari perbuatan saudaranya. Mereka berdua juga pemuja api. Adiknya yang pertama
sendiri yang baik. bernama Nadi Kasyapa mempunyai tiga ratus orang pengikut yang tinggal di
Semoga semua makhluk bisa bersama-sama berjuang menuju pantai
hilir sungai Nairanjana. Adik Uruvela Kasyapa yang kedua bernama Gaya
bahagia
Semoga semua makhluk bergembira, hidup tentram dan damai Kasyapa mempunyai dua ratus orang pengikut, dan bertempat tinggal lebih
4. Doa Pribadi: hilir dari kakaknya Nadi Kasyapa.
Dewa Amurvabhumi yang dimuliakan, penguasa tanah dan pelindung di Suatu ketika Buddha Gautama datang ke Uruvela mengunjungi
bumi ini, mari bersama-sama membina diri di jalan ke-Buddhaan dan
Kasyapa dengan maksud untuk memberikan petunjuk dan mengajarkan
berkatilah kami…..,
5. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di dalam Buddha Dharma kepadanya agar ia dapat kembali ke jalan yang benar dalam
hati: semoga terjadilah hendaknya. mencari ilmu. Buddha Gautama minta kepada Uruvela Kasyapa untuk
6. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia, ke menginap di rumahnya. Permintaan-Nya dikabulkan, tapi Uruvela Kasyapa
mudian namaskara/ Pai Kui (3x).
menjelaskan bahwa di pondoknya terdapat seekor ular kobra besar dan
6 Doa Kepada Satyabudi Dharmapala Bodhisattva/KwanTi Kong ganas menjaga api sucinya. “Asalkan Engkau tidak takut tinggal di pondok
Setelah bernamaskara/ pai kui 3x,sambil memegang dupa/hio: saya itu, saya tidak keberatan,” ujar Uruvela Kasyapa.
1. Mengundang kwan Ti Kong: dengan sembah dan sujud kami mengun Buddha Gautama menginap di pondoknya, beliau tidak tidur
dang kehadiran Kwan Ti kong 3x.
melainkan ber-meditasi dikamar yang dimaksudkan Uruvela Kasyapa. Pada
2. Baca nama yang dimuliakan/ vandana: Namo Satyabudi Dharmapala
Bodhisattvaya/ Na mo Cie Lan Shen Cung Kwan Ti Kong Pu Sa (3x) tengah malam, betul saja seekor ular kobra besar muncul dan mendekati-
3. Baca mantra dan sutra: Nya dengan suara mendesis dan dari mulut ular itu menyemburkan hawa
♦Maha Karuna Dharani/ Ta Pei Cou beracun dan bergerak hendak menggigit-Nya.
♦Prajnaparamita Hrdaya Sutra/ Xin Cing
Buddha Gautama sedikit pun tidak bergeming, dalam meditasi-Nya dengan
♦Jvala Mahaugra Dharani/ Siau Cai Ci Siang Sen Cou 3x, 12x, 27x, 49x
(mantra kedua dari Sepuluh Mantra Pendek) kekuatan spiritual dan mengembangkan rasa maitri karuna terhadap semua
94 27
makhluk hidup, cahaya welas asih memancar dari tubuh-Nya hingga segala untuk menambah keberuntungan dan kebijaksanaan. Hal ini tidak salah,
macam kejahatan dan benda atau hawa beracun tidak mampu menembus bahkan sesuai dengan ayat kitab suci sembahyang, yaitu “PENUH KEYAK
INAN DAN BERLINDUNG DI ALTAR MENAMBAH KEBERUNTUNGAN
cahaya maitri karuna dan prajna-Nya.
DAN KEBIJAKSANAAN YANG SESUNGGUHNYA (TAN XIN GUI YI ZHEN
Pada keesokan paginya, Uruvela Kasyapa datang kekamar Beliau, FU HUI)”.
dikira Buddha Gautama sudah mati digigit ular kobranya. Namun dia melihat Keyakinan tersebut tentu harus dilandasi dengan ajaran Buddha,
Hyang Buddha sedang ber-meditasi dengan tenang. Dia bertanya apakah yaitu semua yang terjadi dalam hidup ini bersumber dari perbuatan sendiri
yang lalu maupun yang baru. Perbuatan baik menghasilkan keberun-
Beliau tidak melihat ular kobra yang dimaksudkan itu. Hyang Buddha
tungan, perbuatan jelek dan bodoh menghasilkan penderitaan.
menjawab bahwa tidak ada ular kobra. Kemudian Hyang Buddha Perbuatan baru (sebab) dapat menciptakan kondisi atau jodoh yang
menjelaskan kepada Uruvela Kasyapa tentang Buddha Dharma. baru. Hasil/ buah karmanya akan diterima oleh kita sendiri. Oleh karena itu,
Pada hari berikutnya, ada upacara sembahyang pemujaan api. Tapi wahai Anda yang bersembahyang kepada Si Mian FO, bangkitkan tekad
untuk tidak berbuat jahat dan bodoh lagi, perbanyaklah perbuatan baik dan
Buddha Gautama tidak hadir menyaksikan upacara tersebut. Ketika Uruvela
bajik, sucikan hati dan pikiran, maka Anda akan terbebas dari penderitaan,
menanyakan kepada Beliau mengapa tidak turut hadir dalam upacara itu, mendapat kesuksesan hidup dan keberuntungan hingga terlahir di Tanah
Hyang Buddha menjawab, “Bukankah engkau tidak menginginkan Saya ikut Suci Surga Sukhavati.
hadir.”
MANTRA
Uruvela Kasyapa sangat terkejut mendengar jawaban Hyang Buddha
Mantra yang di baca dapat dipilih salah satu dari mantra di bawah ini:
yang telah mengetahui isi hatinya. 1. MANTRA BODHISATTVA TANGAN DAN MATA SERIBU
Beberapa hari berikutnya, turunlah hujan lebat. Ini kali Hyang ♦ Dengan segenap hati kubersujud kepada Yang Maha Sempurna.
Buddha menunjukkan tanda-tanda gaib spiritual-Nya. Hyang Buddha berjalan Kepala kuletakkan di bawah kaki-Mu. Saat sekarang aku memuliakan
kebesaran-Mu.
keluar. Anehnya hujan tidak membasahi-Nya dan jalanan yang akan dilewati-
♦ Semoga dengan penuh cinta kasih Engkau memberkatiku.
Nya menjadi kering seolah-olah tidak turun hujan. Melihat kemampuan ♦ Semoga dengan penuh cinta kasih Engkau memberkati……..(nama
Hyang Buddha, Uruvela menjadi kagum dan hormat kepada-Nya. yang dimohonkan berkat-Nya)
Setelah mendengar lagi Khotbah Hyang Buddha tentang Buddha Namo saptanam samyak-sambuddha kotinam. Tadyatha Om, Cale cule
cundi.Svaha. (12x, 27x, 49x, 108x, atau sebanyak-banyaknya).
Dharma, akhirnya Uruvela Kasyapa dan kedua adiknya serta para pengikut
2. MANTRA DEWA SHI MIAN FO
mereka menjadi siswa Hyang Buddha. Uruvela Kasyapa juga dikenal dengan Om karabindunatam uppannam brohmasahapatinama atikappe su, a,
nama Maha Kasyapa. kate pancapatunam tisva namobuddhaya vandanam. Siddhi kiccam Sid
dhi kammam siddhi kariya tadakato siddhi teco jayoniccam siddhi labho
nirantaram sabbakammam prasiddhime sabbasiddhi bhavantu.
ANANDA
Buddha Gautama ketika mengunjungi Kapilavastu, telah beberapa CARA BERDOA
kali memberikan Khotbah Buddha Dharma baik kepada raja, pangeran, Setelah bernamaskara/ pai kui 3x, sambil memegang dupa/ hio memuli
bangsawan kerajaan Kapilavastu. Beliau juga memberikan Khotbah Dharma akan-Nya dan berdoa:
(dimulai dari yang menghadap ke luar dan seterusnya, berputar sesuai
kepada penduduk suku Shakya. Mereka yang telah mendengar Khotbah
dengan arah jarum jam)
Dharma dari Hyang Buddha di hati dan batin mereka tumbuh ke-Bodhi-an ♦ Dewa Empat Muka yang penuh cinta kasih/ maitri; atau
untuk menjadi siswa Buddha dan banyak yang menjadi bhiksu. Diantara ♦ Dewa Empat Muka yang penuh karunia/ karuna; atau
pangeran yang menjadi bhiksu adalah Pangeran Devadatta, Pangeran ♦ Dewa Empat Muka yang penuh perhatian dan simpati/ mudita; atau
♦ Dewa Empat Muka yang penuh keseimbangan dan ketentraman/ upek
Anuruddha, Pangeran Vibhasa, Bhadrika, Pangeran Ananda.
sha)
Ananda dikenal sangat pandai yang mempunyai ingatan luar biasa. Berkatilah kami…………(doa pribadi).
28 93
4 Doa kepada Dewa Empat Muka/ Si Mian Fo Dia juga yang paling setia dan senantiasa mendampingi Buddha Gautama
SEJARAH selama 27 tahun. Ananda mencapai tingkat Arahat pada saat akan
Jauh 5000 tahun yang lalu di India berkembang keyakinan/ keper
menjelang pagi dimana akan diadakan Pertemuan Agung I tidak lama
cayaan bahwa di dunia ini ada Tiga Maha Raja Dewa yang mengua sai
dunia, yaitu: setelah Mahaparinirvana Hyang Buddha. Ananda mengulangi semua
♦ Dewa Brahma disebut juga Dewa Pencipta semua benda-benda langit Khotbah Hyang Buddha yang pernah didengar langsung olehnya dengan
dan bumi; mengucapkan ‘Evam Maya Sutram’ artinya’Demikianlah telah aku
♦ Dewa Wisnu disebut juga Dewa Pemelihara semua benda-benda langit
dengar’ (aku di sini dimaksudkan adalah Ananda). Maka semua sutra
dan bumi;
♦ Dewa Syiwa di sebut juga Dewa Penghancur semua benda-benda langit pembukaannya dimulai dengan kalimat tersebut.
dan bumi. Ananda berjasa dalam memberikan dorongan berdirinya Sangha
Agama Buddha berasal dari India, Hyang Buddha bersabda di dalam Bhiksuni, dimana Maha Prajjapati di tahbiskan menjadi bhiksuni. Pada hari
ayat kitab suci, bahwa ada Maha Raja Dewa yang disebut Brahmasaham
dia ditahbis menjadi bhiksuni merupakan hari berdirinya Sangha bhiksuni.
Dipati (Da Fan Thian Wang/ Si Da Thian Wang), yang dapat melindungi,
membantu, mendukung para pelaksana Dharma di semua penjuru dunia Atas permintaan Hyang Buddha kepada Ananda untuk merancang jubah
ini, yang disebut juga Dewa Pelindung Dharma. Sangha, Ananda mengambil contoh petak-petak sawah di negeri Magadha
Oleh karena itu, di India dibentuklah rupang Maha Raja Dewa Empat yaitu kotak-kotak yang ada pada jubah Sangha.
Muka (pakai kumis) dengan delapan tangan saktiNya, yang saat sekarang
Pada saat akhir sebelum Ananda meninggal, beliau pergi ke tepi
sedang popular, disebut Si Mian Foo. Si Mian Fo bukan berarti Buddha
bermuka empat, melainkan berarti Raja Dewa Empat Muka, Orang suku sungai Rohini, memberikan Khotbah Dharma terakhir kepada sanak
Hakka/ Ke Ren menyebut dengan istilah Thian Shen. keluarganya dan para umat awam di sana. Setelah itu beliau pergi menuju
sungai Rohini, dari tubuhnya keluar api suci membakar dirinya sendiri dan
URAIAN
meninggal. Ananda meninggal dalam usia 120 tahun dan juga mencapai
Rupang Si Mian Fo dibuat bermuka empat, dengan pengertian Raja
Dewa ini dapat : tingkat Arahat.
♦ membantu umat yang sujud yang datang dari empat penjuru dunia, baik
dari timur, selatan, barat, utara, agar tercapai keinginannya, UPALI
♦ menegakkkan keadilan,
Upali adalah berasal dari Kasta Sudra. Sejak kecil ia telah bekerja
♦ penuh cinta kasih, belas kasihan, empati dan ketenangan batin (metta,
karuna, mudita, upeksha). dalam lingkungan kerajaan Kapilavastu, mengabdi kepada Pangeran
DELAPAN TANGANNYA MEMEGANG PUSAKA SAKTI Bhadrika. Setelah memutuskan untuk menjadi siswa Hyang Buddha,
1. Kitab sakti, melambangkan kebijaksanaan yang sesungguhnya sebelum bertemu dengan Beliau, Pangeran Bhadrika meminta rambutnya
2. Kulit keong Sakti, melambangkan pemberi keberuntungan
dicukur bersih oleh Upali. Upali telah mengenal Hyang Buddha ketika Beliau
3. Aksamala/ Tasbeh Sakti/ Nian Cu, melambangkan tumimbal lahir ( per
jalanan hidup manusia di dunia ini selalu berputar). memberikan Khotbah di istana Kapilavastu, yang pada saat itu didampingi
4. Pot Bunga Sakti, melambangkan air berkah oleh Sariputra.
5. Tangan Mudra Sakti, melambangkan pemberi berkah Upali tidak berani menyatakan niatnya langsung kepada Hyang
6. Tongkat Sakti, melambangkan keberhasilan/ kepemimpinan
Buddha untuk menjadi siswa-Nya, karena ia merasa dari Kasta Sudra.
7. Roda Terbang sakti, melambangkan dapat menghancurkan segala
gangguan, baik rasa kesal, jengkel, gangguan orang jahat, gangguan Setelah bertemu dengan Sariputra, Upali menjelaskan maksudnya dan
iblis dan gangguan lingkungan dan lain-lain menanyakan apakah dia dari Kasta Sudra boleh menjadi murid Hyang
8. Mustika Sakti, Melambangkan daya kemampuan dan kekuasaan. Buddha. Dijelaskan Sariputra ‘boleh’ Hyang Buddha tidak pernah
MANFAAT BERDOA, MEMBERIKAN PERSEMBAHAN DAN BERSEMBA
membedakan kasta dan memandang beda terhadap semua makhluk.
HYANG
Pada umumnya orang berdoa/ bersembahyang mempunyai tujuan Sewaktu Beliau masih menjadi Bodhisattva, Beliau sudah tidak membeda-
92 29
bedakan derajat manusia. Dengan mengikuti Sariputra, Upali diperkenalkan Aku bertekad tidak berbuat jahat dan tidak bodoh lagi,
langsung kepada Hyang Buddha. Aku bertekad membahagiakan orang-orang yang kukenal,
Aku tertekad dengan segenap jiwa raga terlahir di Tanah Suci Surga
Hyang Buddha menjelaskan kepada Upali bahwa dia mempunyai
Sukhavati.
bakat sejak lahir memiliki kebajikan, dan kelak pasti dapat membantu Beliau 7. Selesai berdoa, berdiri tancapkan hio sambil mengucapkan di
menyebarkan Buddha Dharma. Kemudian Upali langsung ditahbiskan dalam hati: semoga terjadilah hendaknya.
menjadi bhiksu. 8. Ditutup dengan mengucapkan semoga semua makhluk berbahagia,
kemudian namaskara/ Pai kui (3x).
14.Menghindari perdebatan
SUKHAVATI VYUHA DHARANI
15.Waspada
Namo Amitabhaya Tathagataya. Tadyatha : Amite Amitobhave, Amita Sambhave,
16.Keragu-raguan Amita Bikrana, Tamkare, Amita Bikranata, Amita Gagana Kritikare. Svaha.
17.Menyelamatkan setiap manusia
18.Dharmakaya yang kekal. SRIDEVI (SUDEVI) DHARANI
Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha
PEMATUHAN PADA SILA-SILA HYANG BUDDHA Namo Sri Maha Deviya. Tadyatha : Paripurna, Calisamanta, Darsani, Maha Vihara
Hyang Buddha Bersabda: Gate. Samanta Vinigate. Mahakarya. Pani, Parapani, Sarivertha. Samanta Suprite.
“Wahai para Bhiksu! Setelah Aku mencapai Maha Parinirvana, kalian para Purena, Alina, Sarmate. Mahavikubite, Mahamaitrete, Rupa Sanghite, Hetisei,
Sanghiheti, Samanta, Atha-anu, Dharani
bhiksu dan bhiksuni harus patuh pada Pratimoksa.Perbuatan-perbuatan
yang melanggar ketentuan Sila adalah terlarang bagi bhiksu dan bhiksuni.
PRAJNAPARAMITA HRDAYA SUTRA
Kalian (para bhiksu dan bhiksuni) harus berusaha memperoleh ketenangan [Atha prajnaparamita-hrdayam-sutram Namah Sarvajnaya]
dan kesucian dalam kehidupan ini. Kalian harus tidak berurusan dengan hal- Aryavalokitesvaro Bodhisattvo Gambhirayam
hal duniawi, menghindarituduhan tuduhan dan pujian rendah. Kalian jangan Prajnaparamitayam Caryam Caramano Vyavalokayati Sma
terlibat dalam pergaulan yang berakibat menjadi pergunjingan orang, dan Panca Skandhah
hanya bergaul dan mencari teman orang kaya dan punya nama saja. Kalian Tams Ca Svabhava-Sunyan Pasyati Sma
harus memusatkan pikiran yang benar guna pembebasan. Kalian jangan Iha Sariputra Rupam Sunyata Sunyatatva Rupam Rupan Na
hanya mau menutupi kesalahan sendiri, janganlah berbuat hal-hal yang Prthag Sunyata Sunyataya Na Prthag Rupam Yad Rupam Sa
Sunyata Ya Sunyata Tad Rupam
dapat membingungkan orang lain. Kalian harus mengetahui batasan
Evam Eva Vedana-Samjna-Samskara-Vijnanani
pemberian oleh umat kepada bhiksu dan bhiksuni. Haruslah mengetahui apa
Iha Sariputra Sarva-Dharmah Sunyata-Laksana Anutpanna
arti kecukupan. Kalian setelah menerima dana seharusnya jangan punya niat Aniruddha Amalavimala Nona Na Paripurnah
untuk menyimpannya. Inilah arti dari Sila. Tasmac Sariputra Sunyatayam Na Rupam Na Vedana Na Samjna
Mematuhi sila adalah jalan untuk Pembebasan. Karena itu Sila di Na Samskara Na Vijnanani
sebut Pratimoksha. Hanya dengan Sila akan mencapai Dhyana dan Na Caksuh Srotra Ghrana Jihva Kaya Manamsi
36 85
15. Basa basam presaya hulu hulu mala Samadhi serta Prajna.
16. hulu hulu hile sara sara siri siri suru suru Wahai para Bhiksu, hanya dengan patuh pada Sila barulah akan
17. Bodhiya bodhiya bodhaya bodhaya diperoleh kesucian dan ketenangan. Tanpa adanya Sila yang murni, kalian
18. Maitreya nilakantha dharsinina
tidak akan memperoleh pahala-pahala yang baik. Sila merupakan dasar
19. Payamana svaha. Siddhaya svaha. Maha siddhaya svaha
pegangan kalian untuk berbuat baik.”
20. Siddha yogesvaraya svaha. Nilakantha svaha
21. Varahananaya svaha. Simhasiramukhaya svaha
22. Sarvamahasiddhaya svaha. Cakrasiddhaya svaha PENGENDALIAN PIKIRAN
23. Padmahastaya svaha. Nilakanthavikaraya svaha Setelah mematuhi sila, wahai para bhiksu, kalian harus
24. Maharsisankaraya svaha mengendalikan panca indra, supaya kalian dapat mengendalikan hawa nafsu
25. Namo Ratnatrayaya indria. Jika tidak mampu menguasai panca indera dan membiarkan keinginan
26. Namo Aryavalokitesvaraya svaha kalian maka penderitaan akan terus datang. Ketahuilah wahai para bhiksu,
27. Om * Siddhyantu mantra padaya svaha seorang bhiksu, seorang bijaksana harus mampumenguasai panca indera
dan tidak terikat oleh kemelekatan duniawi. Pikiran adalah yang paling utama
DASA CULA MANTRA
dari panca indera. Kalian harus dapat mengalihkan keinginan rendah. Wahai
CINTAMANI CAKRAVARTIN DHRANI
Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya,
para bhiksu, berusahalah keras mengendalikan pikiranmu.”
Namo Aryavalokitesvara Bodhisattvaya Mahasattvaya Mahakarunikaya
Tadyatha : Om Cakravarti Cintamani Mahapadma, Duru Duru, Tistha, Sra Akare PERIHAL MAKAN DAN TIDUR
Saye, Hum Phat. Svaha. “Wahai para bhiksu, jika kalian diberi makan oleh umat janganlah
Om Padma Cintamani Sra Hum, Om Varta Padma Hum. meminta yang berlebihan, sehingga membuat niat baiknya menjadi hilang.
Demikian juga perihal tidur, kalian seharusnya tekun belajar dan menghayati
JVALA MAHAUGRA DHARANI Dharma di siang hari, juga di malam hari bahkan di tengah malam. Kalian
Namo Samantha Buddhanam, Apratihatasasanam
hanya akan mensia-siakan waktu saja jika waktumu dihabiskan hanya untuk
Tadyatha : Om Kha Kha, Khahi Khahi, Hum. Jvala Jvala Parajvala Parajvala, Tistha
tidur. Janganlah hanya lelap tidur saja, cepatlah menuju Pembebasan.”
Tistha, Sittir Sittir, Sa Phat, Sa Phat. Santika, Sriye . Svaha.
38 83
4. Bunga lereng dari salah satu lima pegunungan Himalaya. Di sana mereka
Bunga mempunyai makna ketidakkekalan, semua yang berkondisi adalah tidak berkumpul untuk mengadakan Pertemuan Agung guna mengumpulkan
kekal atau tidak abadi. Demikian juga dengan badan jasmani anda adalah tidak semua Khotbah yang telah diajarkan oleh Yang Maha Bijaksana. Konsili
kekal; lahir, tumbuh, tua/lapuk, kemudian meninggal/hancur. Yang tertinggal han- pertama ini dipimpin oleh Maha Kasyapa.
yalah keburukan atau keharuman perbuatan selama hidupnya saja, yang kelak Ananda yang selalu mendampingi Hyang Buddha ke mana saja
dikenang oleh sanak saudara dan handai taulan.
Beliau pergi membabarkan Dharma mempunyai ingatan yang luar biasa.
Maka Ananda diminta oleh sekalian bhiksu yang hadir dalam pertemuan itu
5. Buah
untuk lebih dulu mengulangi semua Khotbah yang diajarkan Hyang Buddha.
Persembahan buah mempunyai makna hasil dari proses kehidupan, bahwa
Yang Bijaksana dari Vaideha, kemudian disempurnakan oleh para bhiksu
benih perbuatan buruk/kejahatan akan tumbuh dan berbuah kepurukan/
yang hadir. Ananda memulai dengan ucapan “Demikianlah yang telah aku
kejahatan pula, begitu juga perbuatan baik akan berbuah kebaikan.
dengar.” Aku di sini dimaksudkan adalah Ananda.
Maka semua sutra dimulai dengan kalimat itu, dengan keterangan
mengenai waktu, tempat, kejadian, dan orang-orang yang
menyampaikannya.
Demikianlah Ananda bersama-sama dengan lima ratus Arahat
membuat semua Kitab Suci atau Sutra yang berisikan Dharma dari Yang
Maha Bijaksana dan Agung. Mereka telah memiliki karma baik di masa
lampau untuk menuju nirvana. Mereka berusaha sepenuhnya menguasai
Buddha Dharma. Semua Kitab Suci tersebut yang adasampai dengan hari ini
telah membantu mereka menuju Nirvana. Dan umat Buddha juga akan
melanjutkan dengan cara yang sama untuk berbuat demikian dari satu masa
ke masa yang akan datang.
82 39
CATVARI ARYA SATYANI MAKNA PERSEMBAHAN
4 (empat) kesunyataan Utama atau Kebenaran Mulia (Skt. Catvari Arya Sat- biasanya pada hari itu umat Buddha makan makanan nabati (vegetarian), yaitu :
yani) dan 8 (delapan) Jalan Utama atau Jalan Benar dan Suci sebagai Jalan 1. Dupa
Tengah (Skt. Arya Astangika Marga). Dupa dengan wangi khasnya selain berguna untuk membersihkan udara dan
Catvari Arya Satyani atau 4 Kesunyataan Utama : lingkungan (Dharmadatu), juga membuat suasana menjadi religius, membuat
a) Derita (Duhkha), hati menjadi khusuk. Harumnya dupa yang menyebar ke segenap penjuru sama
b) Asal mula derita (samudaya), halnya dengan harumnya perbuatan mulia dan nama baik seseorang, yang
c) Penghentian derita (nirodha), bahkan menyebar ke segala penjuru sekalipun berlawanan arah angin.
d) Jalan menuju penghentian derita (Marga).
Memasang Dupa juga mengandung makna mengundang langsung secara bathin
Jalan itu adalah 8 (delapan) Jalan Utama/Mulia/Benar dan Suci
atau hati nurani ke hadapan Hyang Tathagata, para Buddha, para Boddhisattva
adalah :
Mahasattva, dan para deva-devi (makhluk suci).
1. Pengertian Yang Benar (Samyag-drsti) Prajna = Kebijaksanaan
2. Lilin
2. Pikiran Yang Benar (Samyag-samkalpa)
Biasanya lilin warna merah yang dipergunakan untuk persembahan. Sebelum
---------------------------------------------------------------------------------
3. Berbicara Yang Benar (Samyag-vak) Sila = Moral menyalakan dupa, terlebih dahulu kita menyalakan lilin. Cara menyalakan lilin,
4. Perbuatan Yang Benar (Samyag-karmanta) yang pertama lilin di sebelah kanan, baru kemudian lilin yang berada di sebelah
5. Penghidupan Yang Benar (Samyag-ajiva) kiri. Lilin yang telah dinyalakan bermakna memberikan penerangan atau cahaya
-------------------------------------------------------------------------------- yang menerangi jalan kehidupan dan penghidupan di waktu sekarang. Cahaya
6. Berusaha Yang Benar (Samyag-Vyayama) Samadhi = Mental Buddha Dharma menerangi hati dan pikiran kita, dengan selalu membimbing kita
7. Perhatian Yang Benar (Samyag-smrti) ke jalan yang benar, dan membawa kita ke jalan penerangan/pencerahan agung.
8. Konsentrasi Yang Benar (Samyag-samadhi) Dan juga melambangkan jiwa seorang Bodhisattva yang bermakna ia mencerahi
setiap makhluk yang mengalami kegelapan bathin tanpa pamrih.
Penjelasan
3. Air
a) Apa itu derita atau penderitaan (Duhkha) ?
Persembahan air mempunyai makna agar pikiran, ucapan dan perbuatan anda
- Hidup dalam bentuk apa pun dialam samsara ini adalah derita atau
selalu bersih. Air dapat membersihkan segala kotoran bathin (klesa) yang
penderitaan (Duhkha),
berasal dari keserakahan (lobha), kebencian (dvesa), dan kebodohan/kegelapan
- Penderitaan (Duhkha) berarti juga :kesedihan, keluh-kesah, sakit atau
kesakitan, kesusahan, dan putus asa yang sering dialami oleh jasmani bathin (moha) dan ia memancarkan kasih sayang (maitri), Welas asih (karuna),
maupun batin kita, memiliki rasa simpati (mudita) dan keseimbangan bathin (upeksha).
40 81
anggota Sangha, barang-barang berupa jubah, perlengkapan vihara, dan - Dilahirkan, Usia tua, sakit, meninggal adalah penderitaan.
kebutuhan hidup sehari-hari. Hari Kathina ini merupakan hari bhakti umat - Berhubungan atau berkumpul dengan orang yang tidak disukai adalah
Buddha kepada Sangha.
penderitaan,
HARI LAHIRNYA MAITREYA BODHISATTVA - Berpisah atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan,
- Tidak memperoleh apa yang kita inginkan atau tidak mencapai apa yang
Perayaan hari lahirnya Maitreya Bodhisattva dilangsungkan setiap kita cita-citakan adalah penderitaan,
tanggal satu bulan pertama penanggalan bulan Imlek. Hari ini juga
- Masih memikul beban tanggung jawab baik dalam hubungan keluarga
bertepatan dengan Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh umat Buddha
keturunan tionghoa. maupun guru terhadap murid adalah juga penderitaan,
Kendati secara teoritis dikatakan bahwa Maitreya Bodhisattva belum - Masih memiliki 5(lima) Skandha atau Panca-Skandha yang bekerja aktif
dilahirkan namun secara simbolis, umat Buddha mengenal arca Maitreya adalah juga penderitaan,
Bodhisattva dengan tubuh yang gemuk dalam keadaan tertawa yang
(Panca-skandha adalah lima kumpulan penderitaan yang melekat pada
menggambarkan rasa sukacita dan cinta kasih.
jasmani kita yaitu:
HARI AVALOKITESVARA BODHISATTVA 1. Rupa : bentuk, tubuh, badan jasmani,
Ada tiga hari raya yang berkenaan dengan Avalokitesvara 2. Sanna : pencerapan
Bodhisattva (Kwan Im Po Sat), yaitu :
3. sankara : pikiran,benruk-benruk mental,
1. Tanggal 19 bulan 2 Imlek sebagai Hari Kelahiran Avalokitesvara
Boddhisattva. 4. vedana : perasaan
2. Tanggal 19 bulan 6 Imlek sebagai Hari Tercapainya Kesempurnaan 5. Vinnana : kesadaran.
Avalokitesvara Bodhisattva. Secara singkat diuraikan Kesunyataan Yang Pertama seperti di atas
3. Tanggal 19 bulan 9 Imlek sebagai Hari Parivirvana Avalokitesvara
dan sebagai tambahan: bahwa semua kehidupan dengan tidak ada terke
Bodhisattva
Hal tersebut seperti yang tertera di dalam Sadharma Pundarika Sutra cualinya, termasuk dalam panca-skandha adalah sesuatu yang me-
Bab XXV bahwa Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva dapat berwujud nyedihkan dan dicengkeram oleh penderitaan, sesuatu yang tidak kekal,
dalam berbagai macam bentuk. Namun yang terpenting adalah pengertian sesuatu yang tidak berpribadi, dan hampa adanya.
makna Maitri Karuna (Cinta Kasih dan Welas Asih).
b) Apa itu Asal-mula derita atau penderitaan) (Samudaya) ?
HARI ULAMBANA - Idaman ini (trsna), yang menuju pada eksistensi yang diperbaharui, dite
Perayaan Ulambana berlangsung setiap tanggal 15 bulan 7 Imlek. mani oleh nafsu keinginan rendah (tanha), yang mengambil kesenangan
Hari Ulambana ini juga bertepatan dengan Hari Sembahyang Rebutan (Cio dalam berbagai obyek, di mana sebagai sebab dari kelahiran dan terlahir
Ko) dari Taoisme.
kembali (tumimbal lahir). Dikarenakan didorong oleh Tanha yang sangat
Pada Hari Ulambana ini persembahyangan berlangsung untuk
menyembahyangi mereka yang telah meninggal dunia baik saudara, famili, kuat sekali pada pikiran, sebagai contoh : keinginan kita untuk memiliki
orang tua, teman, atau orang yang tidak dikenal. Dengan Ulambana apa yang kita inginkan, atau keinginan untuk melenyapkan semua
merupakan pelaksanaan dari ajaran Maitri Karuna (Cinta Kasih dan Welas keadaan yang kita benci atau tidak disukai. Dengan Tanha untuk kenik
Asih) terhadap semua makhluk.
matan dan kesenangan duniawi, haus dengan cinta, rakus dengan harta,
Hari Ulambana tersebut berhubungan erat dengan Riwayat
Maudgalyayana (Mogalana) salah satu siswa Sakyamuni Buddha yang amat gila hormat atau khilaf dengan kuasa atau kedudukan dikarenakan keme
berbakti kepada ibunya. lekatan, kebodohan atau kegelapan batin (avidya), semua ini menyebab
kan asal-mula derita.
Tanha atau nafsu keinginan rendah yang tiada habis-habisnya.
Orang yang pasrah kepada Tanha sama saja dengan orang meminum air
80 41
asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Kedua ini, mengaj HARI BESAR ASADHA
Asadha adalah nama bulan lunar kedelapan, dari bahasa
arkan bahwa semua penderitaan, atau dengan kata lain, semua ke
Sansekerta, sedangkan bahasa palinya adalah Asalha. Kebaktian untuk
hidupan dikarenakan keinginan (tanha), dikarenakan nafsu keserakahan memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja.
(lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha), yang mengakibatkan Hari besar Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna
Tumimbal Lahir dan penderitaan, yang menjelma sebagai gerak-gerik memperingati kejadian yang menyangkut kehidupan Sang Buddha dan
Ajarannya, yaitu :
atau aktivitas dari badan, ucapan atau perkataan, dan pikiran. Tidak da
1. Untuk pertama kali Sang Buddha membabarkan Dharmanya pada 5
pat mengerti dengan jelas bahwa segala sesuatu didunia ini adalah tidak pertapa (Panca Vagiya), bekas siswa-siswanya sepertapaan sebelum
kekal (anitya). Karena itu, Kesunyataan yang Kedua ini juga termasuk menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat Varanasi,
dalam pelajaran Karma dan Tumimbal Lahir, juga sebagai Hukum Sebab India, pada bulan purnama sidhi di bulan Asadha. Khotbah pertama
Sang Buddha ini tercantum dalam Kitab Suci Tripitaka berbahasa Pali,
-Akibat Yang saling bergantungan (Hukum Pratitya Samutpada) dari se
dengan nama : Dhammachakka Pavattana Sutta (Perwartaan
mua lelakon kehidupan. Dharmacakra / Perputaran Roda Dharma).
c) Apa itu Penghentian atau Lenyapnya derita/penderitaan (Nirodha)? 2. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama
- Nirodha berarti Lenyapnya Penderitaan yang sama artinya dengan le- dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka
mencapai arahat, dan terbentuklah Arya Sangha (Persaudaraan Para
nyapnya nafsu keinginan rendah (tanha) atau lenyapnya keinginan dari
Bhikkhu Suci).
pikiran. Kalau Tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam
keadaan berbahagia sekali, karena telah terbebas dari semua kekotoran HARI BESAR MAGHA
batin yakni Loba, Dosa, dan Moha. Magha adalah nama bulan chandra (lunar) dan kebaktian tersebut
disebut Magha Puja.
Kesunyataan yang Ketiga ini mengajarkan tentang lenyapnya sama
Hari Besar Magha memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha,
sekali mengenai “Aku” (atta) dan pembebasan diri dari Roda Samsara Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha
atau Roda Tumimbal lahir dan menuju Nirvana. dihadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Ketiga ini mengajar sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa
diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu,
kan tentang lenyapnya sama sekali rasa “Aku” atau keinginan dari ke
Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
hidupan, dan semua bentuk khayalan atau idaman yang berhubungan Pada tahun terakhir dari kehidupan Sakyamuni Buddha yaitu
dengan itu, membersihkan segala kekotoran batin dari Loba, Dosa, sewaktu Sakyamuni Buddha berdiam diCetiya Pavala di kota Vaisali. Setelah
Moha, yang sewajarnya harus ditujukan pada Pembebasan dari Tumim beliau memberikan khotbah “Indhipada Dharma” kepada siswa-siswanya,
beliau berdiam sendiri dan membuat keputusan untuk Parinibbana tiga bulan
bal lahir dan Penderitaan, yaitu menuju tercapainya Nirvana.
kemudian, yaitu pada bulan purnama sidhi di bulan Waisak.
d) Apa itu Jalan Menuju Lenyapnya atau Penghentian derita (Marga)?
Marga berarti Jalan untuk melenyapkan penderitaan, yaitu 8 HARI BESAR KATHINA
(delapan) Jalan Utama (Hasta Arya Marga) : Pengertian yang benar, Hari Kathina biasanya dirayakan tiga bulan setelah Asadha.
Perayaan ini dapat berlangsung dalam waktu sebulan sesudah hari pertama
pikiran yang benar, berbicara yang benar, perbuatan yang benar, peng-
berakhirnya masa vassa. Masa vassa berlangsung selama tiga bulan setelah
hidupan yang benar, berusaha yang benar, perhatian yang benar, konsen hari Asadha.
trasi yang benar. Jalan beruas delapan ini memberikan petunjuk untuk Perayaan hari Kathina diadakan sebagai ungkapan perasaan terima
menuju Pembebasan dari Penderitaan, dan pula mengandung praktek dari kasih umat Buddha kepada anggota Sangha (persaudaraan para Bhiksu/
Bhikkhu) yang telah menjalankan masa vassa selama tiga bulan di daerah
pelajaran Hyang Buddha.
mereka.
1. Pengertian yang benar (samyag-drsti) Pada perayaan ini umat Buddha mempersembahkan dana kepada
42 79
1. Lahirnya Bodhisattva Siddharta Gotama pada tanggal 8 bulan 4 Imlek. Artinya : Suatu pengertian intelektuil tentang Empat Kesunyataan
2. Pencapaian Penerangan Sempurna (menjadi Buddha) pada tanggal 8 utama atau Kebenaran Mulia, atau tentang kebenaran nyata dari ke
bulan 12 Imlek.
hidupan secara umum maupun secara sederhana, memiliki pengertian
3. Sang Buddha Gotama Parinirvana pada tanggal 15 bulan 2 Imlek.
Sesuai dengan Resolusi Kongres Persaudaraan Sangha Sedunia yang benar mengenai Buddha Dharma, juga menembusi arti dari Tiga
Keempat No. RES/5, tanggal 10 Januari 1986 menyatakan bahwa hari bulan Sifat Universal (atau Tiga Corak Umum dari alam fenomena, Skt. : Tri-
purnama di bulan Mei setiap tahun sebagai “Hari Buddha” Laksana), dan Hukum Sebab Akibat Yang Saling bergantungan (Hukum
Hari Trisuci Waisak di Indonesia ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional
Pratitya Samutpada), Sunyata.
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 09/1983
tanggal 19 Januari 1983. Catatan : Pengertian yang benar adalah isyarat dan tanda-tanda yang
pertama kali dari karma-karma yang baik.
Detik-detik Waisak Tahun 2009 – 2026 adalah sebagai berikut : 2. Pikiran yang benar (Samyag-samkalpa)
Tahun Masehi Tahun Buddhis Tanggal WIB Artinya : Pengertian lainnya adalah kehendak yang benar yang ber
2009 2553 09 Mei 11.01.10 arti bahwa mempunyai pikiran atau kehendak untuk membebaskan
segala ikatan-ikatan Duhkha (penderitaan). Pikiran atau Kehendak yang
2010 2554 28 Mei 06.07.03
demikian haruslah bebas dari segala keserakahan, kebencian, dan
2011 2555 17 Mei 18.08.23 keinginan untuk merugikan orang lain dan diri sendiri. Termasuk juga
2012 2556 06 Mei 10.34.49 pikiran yang bebas dari hawa nafsu keduniawian, dan juga bebas dari
kekejaman, serta pikiran yang terbebas dari keinginan atau kemauan j
2013 2557 25 Mei 11.24.39
ahat.
2014 2558 15 Mei 02.15.37 3. Berbicara yang benar (Samyag-vak)
2015 2559 2 Juni 23.18.43 Artinya : Pantang untuk berdusta, memfitnah, bercerita yang dapat
menyebabkan kemarahan orang lain, kata-kata kasar dan kotor, dan
2016 2560 22 Mei 04.14.06
cerita omong kosong dan tidak bertanggung jawab. Termasuk membi
2017 2561 11 Mei 04.42.09 carakan atau menjelaskan Buddha Dharma secara benar bukan dengan
2018 2562 29 Mei 21.19.13 unsur sengaja memutarbalikkan yang benar menjadi yang salah dan
sebaliknya. Disebut berbicara yang benar bila dapat memenuhi per
2019 2563 19 Mei 04.11.00
syaratan berikut ini : bicara itu yang benar berdasarkan fakta maupun
2020 2564 07 Mei 17.44.51 pengalaman sendiri, bicara itu sungguh-sungguh beralasan, bicara itu
2021 2565 26 Mei 18.13.30 mempunyai manfaatnya, berbicara itu tepat pada waktunya dan tempat
nya.
2022 2566 16 Mei 11.13.46
4. Perbuatan yang benar (Samyag-karmanta)
2023 2567 04 Juni 10.41.19 Artinya : Tidak melakukan atau menyuruh melakukan pembunuhan,
2024 2568 23 Mei 20.52.42 penyiksaan, pencurian, dan perzinahan.
2025 2569 12 Mei 23.55.29 5. Perbuatan yang benar (samyag-ajiva)
Artinya : berarti juga Mata Pencaharian yang benar, berarti menghin
2026 2570 31 Mei 15.44.44 dari atau menolak mata pencaharian yang salah dan berusaha untuk
hidup yang benar.
78 43
Catatan : 5 (lima) macam pencaharian yang salah haruslah dihindari, Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja
yaitu penipuan, ketidaksetiaan, penujuman, kecurangan, praktek lintah Bulan Baru Penuh
darat (meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi). 2012 M Jan 09
Seorang siswa Buddha harus pula menghindari 5 (lima) macam perda 2556TB Jan 23 Feb 08 * Maghapuja
gangan, yaitu : berdagang alat senjata, berdagang makhluk hidup,
Feb 22 Mar 08
berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan
makhluk-makhluk hidup), berdagang minuman alkohol atau menimbul Mar 22 Apr 07
kan ketagihan seperti narkotika, berdagang racun. Apr 21 Mei 06 * Waisak
6. Berusaha yang benar (Samyag-vyayama)
Mei 21 Juni 04
Artinya : Usaha untuk menghilangkan kejahatan yang belum muncul,
usaha untuk mengatasi kejahatan dan sifat buruk yang telah muncul, Juni 19 Juli 04
usaha untuk mengembangkan kebaikan dan sifat berguna dari pikiran, Juli 19 Ags 02 * Asadhapuja
dan berusaha memelihara sifat-sifat baik yang telah ada.
Ags 17 Ags 31
Catatan : Jadi ada 4 (empat) macam usaha, yaitu : menghindari,
usaha untuk mengatasi, usaha mengembangkan, dan usaha untuk me Sep 16 Sep 30
melihara. Okt 15 Okt 30 * Pavarana/ Kathina
7. Perhatian yang benar (Samyag-smrti)
Nop 14 Nop 28
Artinya : Tetap dalam perenungan pada keadaan dari pikiran,
perasaan, badan, dengan rajin dan dengan sadar dan penuh pengertian Des 13 Des 28
serta menolak kerakusan dan kesedihan duniawi. Contoh : Empat per
hatian pada perenungan tentang rupa (tubuh), perasaan, kesadaraan, HARI RAYA WAISAK
dan Dharma. Hari Trisuci Waisak adalah memperingati Tiga Peristiwa Agung yang
Catatan : Samyag-Smrti terdiri dari latihan-latihan Vipasyana (yaitu : terjadi pada diri kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang
lalu. Referensi tentang Hari Trisuci Waisak ini dapat dilihat pada Kitab Suci
Meditasi untuk memperoleh Pandangan Terang tentang kehidupan). Tripitaka, bagian Jakataka (J.i), Kitab Buddhavamsa Commentary (Bu.A.
8. Konsentrasi yang benar (samyag-samadhi) 248) dan Mahavamsa, edisi Geiger (Mhv. Iii.2), Tiga Peristiwa tersebut
Artinya : Menempatkan pikiran pada suatu perbuatan yang kita ingin adalah :
lakukan sesuai dengan cara yang benar. 1. Bodhisattva (Calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta Gotama
dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal pada tahun 623 S.M.
Catatan: Memusatkan pikiran pada suatu obyek yang tunggal yang ber 2. Pangeran Siddharta Gotama, yang kemudian menjadi pertapa, dibawah
arti terpusatnya pikiran, inilah yang disebut konsentrasi. Pohon Bodhi (pohon Asetha), di Buddha Gaya, India dengan kekuatan
Didalam arti yang luas, konsentrasi ada hubungannya dengan kesada sendiri mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha pada
raan juga. Di dalam pencerapan rasa ia sangat lemah. tahun 588 SM ketika beliau berusia 35 tahun.
3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara danmemberi pelayanan Dharma
Tambahan Penjelasan : kepada umat manusia dan para Dewa, Sang Buddha wafat pada usia 80
Perenungan tingkat pertama (Dhyana-I); bila seorang siswa bebas tahun di bawah pohon sala kembar, Kusinara, India dan mencapai
dari perasaan nafsu, bebas dari sesuatu yang tidak baik, ia masuk dalam Parinirvana pada tahun 543 S.M.
tingkat ini, tapi masih disertai gelombang pikiran dan renungan, terlahir Menurut Sekte Mahayana dalam merayakan Hari Trisuci Waisak
pada waktu yang berbeda-beda, yaitu :
kebebasan yang mengandung kenikmatan dan kebahagiaan.
44 77
Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja Perenungan tingkat kedua (Dhyana-II); bila seorang siswa setelah
Bulan Baru Penuh mengendapkan gelombang pikiran dan renungan, mulailah tercapai ke
2010 M Jan 01 tenangan batin, pikiran mulai memusat, ia atau siswa tersebut masuk
2554 TB Jan 15 Jan 30 dalam tingkat ini.
Perenungan tingkat ketiga (Dhyana-III); bila seorang siswa telah da
Feb 14 Feb 28 * Maghapuja
Mar 16 Mar 30 pat melenyapkan kegiuran, ia berdiam diri dalam keseimbangan dan ke
Apr 14 Apr 28 sadaran yang kuat. Ia memasuki tingkat ini.
Mei 14 Mei 28 * Waisak Perenungan tingkat keempat (Dhyana-IV); bila seorang siswa
Juni 12 Juni 26 akhirnya dapat mengatasi kenikmatan, karena lenyapnya kegembiraan
Juli 12 Juli 26 * Asadhapuja dan kesedihan. Ia memasuki tingkat keempat ini (Dhyana-IV), yang pe
Ags 10 Ags 25
nuh keseimbangan dan kesadaraan inilah yang disebut samadhi yang
Sep 08 Sep 23
benar.
Okt 08 Okt 23 * Pavarana/
Kathina
Nop 06 Nop 22
Des 06 Des 21
Mar 05 Mar 20
Apr 03 Apr 18
Mei 03 Mei 17 * Waisak
Juni 02 Juni 16
Juli 01 Juli 15 * Asadhapuja
Juli 31 Ags 14
Ags 29 Sep 12
Sep 27 Okt 12
Okt 27 Nop 11 * Pavarana/
Kathina
Nop 25 Des 10
Des 25
76 45
TRI RATNA Pada hari Uposatha tersebut umat Buddha melakukan pujabhakti,
berupa :
1. melakukan persembahan bunga / dupa / lilin di tempat ibadah agama
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengu- Buddha (Vihara, Cetya dll.).
capkan Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma, 2. melakukan puja pada Sang Triratna dan membaca paritta-paritta / sutra
suci.
Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Bud-
3. memohon pada bhiksu/bhikkhu untuk bimbingan melaksanakan Pancasila
dha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai Buddhis (lima sila) atau Atthasila (delapan sila).
tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut: 4. mendengarkan khotbah Dharma dari para bhiksu/bhikkhu atau pandita.
Bahasa Sansekerta : 5. ada pula umat Buddha yang melakukan makan sayurnis (vegetarian/tidak
memakan makanan yang bernyawa).
Buddhang Saranang Gacchami
6. memperbanyak meditasi.
Dharmang Saranang Gacchami Para Bhiksu/Bhikkhu pada purnama siddhi menjalankan upacara
Sanghang Saranang Gacchami samaggi uposatha yaitu sesudah mereka bercukur kepala, melakukan
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami upacara parisudhi (pensucian batin dan mohon maaf atas perbuatan salah
yang telah diperbuat) dan selanjutnya membaca ulang Patimokha (227
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
peraturan kebhikkhuan).
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami Daftar bulanTilem Purnama 2009 – 2012
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami Tahun Tilem / Purnama/Bulan Puja
Bahasa Indonesia : Bulan Baru Penuh
2009 M Jan 11
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma 2553TB Jan 26 Feb 09
Aku Berlindung kepada sangha Feb 25 Mar 11 * Maghapuja
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha Mar 26 Apr 09
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma Apr 25 Mei 09 * Waisak
Kedua kali Aku Berlindung kepada sangha
Mei 24 Juni 09
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Juni 23 Juli 07
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada sangha Juli 22 Ags 06 * Asadhapuja
Ags 20 Sep 04
BUDDHA Sep 19 Okt 04
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar, kesada- Okt 18 Nop 06 * Pavarana/
raan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. Kathina
(Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Nop 17 Des 02
Press, London, 1965). Des 16
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan
atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam
46 75
MAKNA HARI RAYA AGAMA BUDDHA Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang yang telah mencapai Penerangan
Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh
Upacara-upacara, baik yang bersifat keagamaan maupun Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin
kenegaraan sebenarnya adalah suatu cetusan hati manusia terhadap sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum
keadaan. Dengan sendirinya, bentuk-bentuk upacara itu disesuaikan dengan
keadaan,dan cara berpikir di pembuat atau pelaksanannya parinirvana.
Dari berbagai macam upacara yang dilakukan oleh umat Buddha Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Sakyamuni
dengan corak ragam yang berlainan, bila diteliti mempunyai makna yang pendiri Agama buddha. Hyang Buddha yang berdasarkan waktu kosmik 1)
sama. Dalam semua upacara Buddhis, sebenarnya terkandung prinsip- ada banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.
prinsip sebagai berikut :
1. Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Triratna (Buddha, Dharma
dan Sangha) DHARMA
2. Memperkuat Saddha/Sradha (keyakinan yang benar) dengan tekad Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan
3. Membina Paramita (sifat baik yang luhur) dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
4. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Sakyamuni
Buddha, para Buddha dan para Bodhisattva Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
5. Melakukan Anumodana (membagi perbuatan baik kita kepada makhluk 1. Doktrin
lain) 2. Hak, keadilan, kebenaran
Secara terperinci, manfaat langsung yang dapat diperoleh dari 3. Kondisi
upacara yang baik adalah :
1. Saddha/Sradha (keyakinan yang benar) akan berkembang 4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
2. Paramita (sifat bajik yang luhur) akan berkembang Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat ke-
3. Samvara (indria) akan terkendali hidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manu-
4. Santuthi (puas) sia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidak-
5. Santhi (damai)
6. Sukha (bahagia) puasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi,
Untuk dapat memiliki manfaat yang sebesar-besarnya maka kita psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya.
harus melaksanakan upacara yang benar sesuai dengan makna yang Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma.
terkandung dalam upacara tersebut.
Adapun Hari Raya umat Buddha yang sering dirayakan baik secara
individu maupun kelompok adalah : SANGHA
Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terben-
HARI PUJABHAKTI (UPOSATHA) tuk). Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggo-
Hari Upavasatha jatuh pada tanggal 1, 8, 15, 22, 23 dan 30 menurut tanya selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah
Lunar Kalender, bagi umat Buddha menjalankan Asthanga Sila atau Asta
Sila dan mendengarkan khotbah Buddha Dharma di Vihara. Umat Buddha upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya un-
biasanya mengambil pada hari tanggal 1 dan 15. Sedangkan tanggal 1 bulan tuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila
lunar Kalender merupakan Hari lahir Maitreya Bodhisattva yang disebut Hari Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Maitri. Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perem-
Tradisi ini memang oleh Sang Buddha diambil dari tradisi Hindu, atas
usul raja Bimbisara dari Magadha. Hari Pujabhakti umat Buddha tersebut puan) adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri uru-
dikenal sebagai hari Uposatha. Kata Uposatha berasal dari kata san duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia
“Upavasatha” yang menunjuk pada malam menjelang upacara Soma, menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma, patuh menjalankan Prati-
sebuah tradisi agama Hindu. moksa (Sila-sila untuk para bhiksu dan bhiksuni) terdapat di dalam buku
74 47
Buddha Mahayana yakni Pacchimovada Pari Nirvana Sutra terjemahan oleh HARI SUCI AGAMA BUDDHA
Kumarajiva.
Menurut Kalender Kamariah (Lunar) atau Tahun Imlek
Arya Sangha
Bulan Tanggal Peringatan
Semata-mata terdiri dari para Bodhisattva yang telah memasuki tingkat I 1 Hari Kelahiran Maitreya Bodhisattva
kedua atau lebih mengenai Jalan Penerangan atau Pencerahan Tertinggi.
I 9 Hari Kelahiran Sakradewa Indranam
Sebagian dari para Bodhisattva mungkin kehidupannya sebagai bhiksu dan
lainnya sebagai umat awam. (A Survey of Buddhism, Bab : The Mahayana II 8 Hari Pelepasan Agung Sakyamuni Buddha
Sangha, hal : 263-267). II 15 Hari Parinirvana (Wafat) Sakyamuni Buddha
48 73
HUM TRILAKSANA
Kata HUM ini dapat diartikan "Meletakkan dasar" Segala sesuatu daat dilaku-
kan oleh karakter ini "HUM" yang juga berarti "Melindungi dan mendukung".
Tri-Laksana atau disebut juga Tiga Sifat Universal atau Tiga Corak
Sekali karakter (suku kata) ini terucap maka semua Pelindung Dharma dan
Umum dari Alam Fenomena (Skt. : Tri-Laksana), yaitu :
malaikat berbudi datang melindungi dan mendukungmu. Ini juga berarti
a. Anitya : Semua bentuk yang berkondisi adalah tidak kekal,
"Mengikis bencana". Begitu karakter ini telah diucapkan dan maka segala
b. Duhkha : Semua bentuk yang terkondisi adalah tidak sempurna
kesulitan akan t4eratasi dan musnah. Juga dapat dimaksudkan "Sukses"
c. Anatman : Semua bentuk yang terkondisi dan bentuk yang tidak terkondisi
dalam segala hal yang engkau kerjakan dapat tercapai.
adalah tanpa “Aku”
Bagi yang melafalkan 6 karakter mantra Maha Terang (OM MANI PADME
ANITYA
HUM) akan selalu dilindungi dan didukung oleh tak terhingga Para Buddha,
Anitya artinya semua bentuk yang terkondisi adalah tidak kekal atau
Bodhisattva maupun Pelindung Dharma Vajra.
selalu berubah-ubah. Segala benda yang ada atau sudah terbentuk pasti
berubah. Segala benda atau sesuatu yang sudah terbentuk adalah tidak
Pada saat Bodhisattva Avalokitesvara selesai mengucapkan 6 karakter man-
abadi atau hanyalah bersifat sementara saja. Anitya adalah doktrin Hyang
tra Maha Terang ini sungguh tak dapat dibayangkan, respon yang menakjub-
Buddha mengenai ketidakkekalan dari semua bentuk yang terkondisi; kata
kan maupun cara kerjanya yang tidak dapat dibayangkan pula. maka dari itu
yang pertama ini dari 3 (tiga) corak umum dari alam fenomena (Hukum Tri-
dapat dikatakan juga sebagai Ajaran Rahasia. Jika seseorang mencoba
Laksana).
menjelaskannya secara mendetail, maka maknanya adalah tak terkirakan
Anitya adalah suatu karakteristik mengenai semua eksistensi
dan tak terbatas yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan.
keduniawian; adalah kenyataan-kenyataan empiris) yang tampak pada ting-
kat jasmani di dalam tubuh manusia, dengan unsur pokok memiliki elemen
Keenam karakter kata sejati ini dikenal juga sebagai enam karakter mantra
adalah didalam pengaliran darah atau air dari dalam tubuh secara konstant,
Maha Terang yang merupakan hasil (oikiran) yang mendalam, indah, luar
betul-betul jauh melebihi kenyataan ketidak-kekalan jasmaniah yang tampak
biasa, asli dari Bodhisattva Avalokitesvara yang mana pahala dan kebaji-
dalam perbedaan di antara masa kecil (bayi), masa kanak-kanak, masa re-
kannya adalah sungguh tak terhingga, tak terbatas dan tak dapat dibayang-
maja, masa dewasa, dan masa tua. Bahkan lebih tidak kekal, namun
kan pula.
demikian, dalam pandangan agama Buddha, adalah pengetahuan, pikiran,
[ Dikutip dari Majalah Sinar Borobudur ]
atau kesadaran, di mana timbul dan berhenti dari waktu ke waktu. Mengingat
ketidakkekalan dari hal-hal jasmaniah adalah secara empiric tampak dengan
mudah, ketidakkekalan mengenai kesadaraan tidaklah mudah terlihat, hingga
ditunjukkan (yakni dalam ajaran Agama Buddha). Sifat yang khas dari keti-
dakkekalan tidak menjadi jelas kelihatan disebabkan ketika naik dan jatuh
tidak diberikan perhatian, hal itu tersembunyi oleh kesinambungan... Namun
demikian, ketika kesinambungan diganggu oleh naik dan jatuh yang tajam.
Sifat yang khas dari ketidakkekalan menjadi jelas kelihatan di dalam sifat
dasar yang sebenarnya, hal itu adalah dugaan mengenai “naik dan jatuh”,
atau terjadinya diikuti oleh pelenyapan, dimana pada dasarnya dugaan men-
72 49
genai ketidakkekalan. OM MANI PADME HUM
Tubuh dan pikiran adalah serupa yang dianggap sebagai pemandan-
gan mengenai kejadian-kejadian, secara jasmaniah atau mental. Setiap
Ke enam karakter ini secara bersama membentuk enam karakter Mantra
waktu dari kesadaran dianggap sebagai terbentuk dari sebab dan musabab
Maha terang yang mana setiap orang dapat memancarkan cahaya terang.
dan sebagaimana tidak stabil, dan oleh karena itu dengan segera buyar.
Anologi mengenai suara dari sebuah kecapi dipakai : suara kecapi ini
OM
tidak datang dari sesuatu “gudang” suara, begitu juga suara itu pergi ke-
OM adalah karakter pertama dari mantra ini. Ketika kamu mengucapkan OM
mana-mana ketika suara itu telah berhenti; daripada itu, setelah suara itu
(Nan) sekali saja maka semua hantu-hantu, makhluk-makhluk halus dan lain
tidak ada, suara itu dibawa existensi oleh kecapi dan usaha pemain kecapi
sebagainya harus merangkapkan kedua tangannya. Mengapa? Ini adalah
itu, kemudian, setelah terdengar, suara itu lenyap. Jadi dengan semua jas-
untuk mematuhi peraturan dan tata cara alam semesta. Sejalan dengan tata
maniah dan kejadian-kejadian mental; mereka datang ada, dan telah berada,
cara tersebut mereka mengikut jalan yang benar. Sekali saja karakter
lenyap
(sumber kata) ini telah diucapkan maka para hantu-hantu, makhluk halus dan
Kelenyapan ini yang tidak dapat dihindari dari apa saja adalah di-
lain sebagainya tidak berani bertikai dan menciptakan masalah yang men-
bawa ke dalam badan, atau Anitya, menyajikan pokok persoalan untuk pere-
gacaukan dan sebaliknya mereka saling menghormati satu sama lain.
nungan bagi umat Buddha. “Perenungan mengenai ketidakkekalan” adalah
salah satu dari 3 (tiga) cara utama di dalam meditasi agama Buddha untuk
MANI
melihat ke dalam (vipassana). Yang lainnya adalah perenungan mengenai
MANI adalah suara yang pertama dalam mantra ini yang berarti
duhkha, dan perenungan mengenai anatman.
"Kebijaksanaan Hening", Dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang
dapat mengerti semua hukum-hukum dan juga dapat memisahkan dari noda-
DUHKHA
noda yakni noda-noda kekotoran bathin dan kesukaran yang dapat dipertim-
Duhkha : semua bentuk yang terkondisi adalah tidak sempurna.
bangkan sama dengan "Seperti Permata yang Engkau Kehendaki yang
Segala sesuatu yang tidak kekal menimbulkan penderitaan, atau penderitaan
benar-benar suci dan murni. Jika engkau benar-benar murni "Seperti Per-
terjadi karena adanya perubahan yang terus-menerus. Segala sesuatu pasti
mata Yang Engkau Kehendaki" segala sesuatu dapat terwujud/terlaksana. Ini
berubah cepat atau lambat atau terus menerus dan kemudian menjadi lapuk
juga dapat mengabulkan keinginan/harapanmu sesuai dengan yang engkau
atau rusak. Keberadaan mereka berakibat menderita sebanyak apa adanya
pikirkan (kehndaki). Segala cita-citamu akan terpenuhi. Ini adalah manfaat-
hal atau sesuatu barang itu. Contoh : Tubuh kita tidak sehat oleh karenanya
nya.
kita menjadi sakit.
Duhkha : Istilah ini digunakan dalam tradisi agama Buddha men-
PADME
genai salah satu dari Hukum Tri Laksana. Kepastian bahwa existensi semua
PADME ini dapat diartikan "Cahaya yang Sempurna menyinari dan juga da-
manusia adalah dicirikan oleh Duhkha dan merupakan yang pertama dari
pat diartikan sebagai Teratai Yang sedang terbuka (Mekar)". Ini juga
khotbah Hyang Buddha yakni 4 (empat) Kesunyataan Utama atau Kebena-
dianalogikan sebagai Bunga Teratai Yang Indah yang dapat menyempurna-
ran Mulia.
kan dengan sempurna mengabulkan tanpa rintangan. Ini adalah Pikiran yang
menakjubkan dari Avalokitesvara Bodhisattva.
ANATMA
Anatma : Semua bentuk yang terkondisi dan bentuk yang tidak
terkondisi adalah tanpa “Aku”. Arti lainnya adalah bahwa segala sesuatu ti-
50 71
dhisattva dan pelindung Dharma. Beliau adalah penjaga vihara dan ru dak mempunyai inti yang kekal abadi, atau tidak adanya existensi pribadi
pangnya berada di sebelah kiri, berlawanan dengan Skanda Bodhisattva (tanpa “Aku”).
yang berada di kanan. Anatma dapat juga diterangkan dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
1) Tidak terlalu mementingkan diri sendiri.
Selain di atas, masih banyak lagi nama-nama Bodhisattva yang di- Contoh : terlalu egoistis, maka seseorang merasa yakin pada dirinya bahwa
puja dan dihormati. Namun, sesungguhnya kita perlu menyadari bahwa se- dialah yang paling benar dan atau paling berhak untuk melakukan sesuatu,
lain melakukan pemujaan, kita harus meneladani sifat-sifat Mereka. Kita tapi sebenarnya ia tidak berhak dan salah sama sekali.
menjadikan Mereka figur, berjuang tanpa henti untuk menjadi seperti Mereka 2) Kita tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja, termasuk tubuh-
demi menolong semua makhluk bebas dari lautan penderitaan menuju ke jasmani dan pikiran kita supaya tetap seperti apa yang kita inginkan.
pantai seberang. Contoh : kita tidak dapat memerintahkan supaya kita tetap awet muda, tetap
cantik, tetap jaya, tetap bahagia, tetap waspada, tetap abadi.
Dedikasi: 3) Bila tingkat pengetahuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekkan
“Semoga lenyaplah tiga kumpulan karma buruk yang menjengkelkan” akan mengetahui dan menemukan bahwa jasmani dan batinnya sendiri
“Semoga memperoleh kebijaksanaan dan kesadaran yang nyata” adalah tanpa “Aku”, atau tanpa pribadi. Orang yang mempunyai kebijakan
“Semoga semua hambatan dan karma buruk lenyap” tinggi tidak terikat pada segala sesuatu didunia ini, dimana saja mereka
“Semoga senantiasa hidup melaksanakan Jalan Bodhisattva” berada dapat bertindak dengan cara yang benar.
Anatma adalah doktrin agama Buddha bahwa tidak terdapat suatu
kekekalan “Aku” (atta) yang terdapat di dalam tiap-tiap individu manusia.
Anatman ini adalah yang ketiga dari Hukum Tri Laksana dan adalah suatu
doktrin keseluruhan khas terdapat dalam agama Buddha, membedakannya
dari agama lain dan filsafat India di masa dahulu.
Tanpa pengertian atau pengetahuan mengenai arti dari Anatma
adalah tidak mungkin dapat mengerti pemikiran agama Buddha. Ajaran
agama Buddha mengenai pokok ini adalah suatu penyangkalan atau pe-
nolakan mengenai kenyataan dari aku atau jiwa yang mendiami individu,
suatu kesatuan yang lahir dengan masing-masing tahan lama di mana peran-
tara dari tindakan-tindakan individu. Sebagai gantinya individu terlihat seba-
gai suatu sanding kata sementara dari panca-skandha, atau kumpulan faktor
unsur pokok. Skandha sendiri tidaklah bertahan lama, tetapi adalah rang-
kaian dari kejadian-kejadian sebentar, tiap-tiap kejadian seperti itu bertahan
dalam suatu hubungan sebab-musabab terhadap yang berikutnya. Semen-
tara terdapat suatu perubahan yang terus-menerus dari faktor-faktor peruba-
han secara konstant di dalam sesuatu empiric yang diberikan “individu”, juga
terdapat suatu kesinambungan yang tetap di dalam proses tersebut cukup
untuk memberikan rupa atau penampilan, kedua-duanya pada badaniah dan
tingkat psykologis, mengenai kepribadian.
70 51
Pengakuan mengenai kesinambungan seperti itu, dan menggunakan tongkat. Bodhisattva ini memiliki ikrar, sebagai berikut: “Jika neraka tidak
istilah-istilah setiap harinya dan nama-nama yang tepat untuk menunjukkan kosong, maka tidak akan menjadi Buddha.”
para individu yang khusus, diperkenankan sebagai kelonggaran dan bantuan 5. Maitreya, adalah Buddha yang akan datang, yang akan muncul di dunia,
demi effisiensi bahasa. Hal-hal ini adalah penggunaan kata-kata yang berle- mencapai pencerahan, dan mengajarkan Dharma. Maitreya diturunkan
bihan , bahasa secara kata-kata, istilah komunikasi secara kata-kata, uraian dari kata maîtri, yang berarti cinta kasih. Bhiksu Pu Tai, yang hidup pada
secara kata-kata dimana Tathagata berkomunikasi tanpa salah memahami zaman Dinasti Tang. Mantranya: Om maitri maitreya maha karuna ye.
ungkapan-ungkapan tersebut. 6. Manjusri (文殊師利菩薩: Wénshūshili Púsà), adalah dikenal sebagai
Doktrin mengenai Anatma dianggap di dalam tradisi agama Buddha
Pangeran Dharma. Beliau mewakili kebijaksanaan, intelejensi, dan re
sebagai kebenaran yang paling sulit mengenai segala-galanya untuk dipa-
alisasi. Beliau juga disebut Manjughosa. Beliau digambarkan memegang
hami karena dugaan mengenai suatu “Aku” yang kekal adalah berakar san-
pedang di tangan kanan yang melambangkan realisasi kebijaksanaan dan
gat dalam di dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran sehari-hari. Ide men-
menolak pandangan salah. Mantranya: Om Ah Ra Pa Tsa Na Dhih, diper
genai individu aku diperkenalkan kembali dan ditegaskan oleh pudgala-vadin,
caya memperkuat kebijaksanaan dan meningkatkan keahlian mengingat,
dimana pandangannya tidak diterima sebagai kebenaran oleh sekte agama
berdebat, menulis, dan menjelaskan.
Buddha lainnya. (E. Conze, Buddhist Thought in India, 1962).
7. Samantabhadra (普賢菩薩: Pŭxián púsà), adalah Raja Kebenaran yang
melambangkan praktek dan meditasi semua Buddha. Di dalam Avatam
saka Sutra, dijelaskan bahwa Beliau membuat sepuluh ikrar yang menjadi
dasar praktek Bodhisattva.
8. Vajrapani (permata di tangan), adalah salah satu dari Bodhisattva terawal
di tradisi Mahayana. Beliau adalah pelindung dan pemandu Buddha,
melambangkan kekuatan Buddha. Vajrapani menjadi salah satu dari tiga
sifat Buddha, yaitu melambangkan kekuatan. Selain itu, terdapat Avalo
kitesvara yang melambangkan welas asih dan Manjusri yang melambang
kan kebijaksanaan.
9. Tara atau Arya Tara (Tibetan: Jetsun Dolma), umumnya lebih dikenal
dalam Budhisme Tibetan. Beliau adalah ibu pembebas dan melambang
kan kesuksesan dalam aktivitas dan pencapaian. Tara memiliki berbagai
bentuk seperti: Tara Hijau, Putih, Merah, Hitam, Kuning, Biru, Cittamani,
dan Khadiravani. Mantra Tara: Om Tare Tu Tare Ture Svaha
10. Skanda Bodhisattva, (韋馱菩薩; Wei Tuo Pu Sa), sebagai Bodhisattva
yang dihormati sebagai penjaga Dharma di monastery. Beliau adalah satu
dari dua puluh empat Bodhisattva penjaga. Dalam sutra Cina, biasanya
gambar Bodhisattva ini ditemukan di akhir, mengingat ikrarnya untuk
melindungi Dharma.
11. Sangharama Bodhisattva (伽藍菩薩: Qíelán Púsà), dihormati sebagai Bo-
52 69
BODHISATTVA HUKUM KARMA
Begitu banyak Bodhisattva yang kita puja. Namun, akan lebih baik kita men- Hukum Karma adalah Hukum Sebab-Akibat.
genal lebih dekat siapa mereka. Pada kesempatan ini, penulis ingin mem-
berikan informasi tentang beberapa Bodhisattva yang mungkin kita puja, Karma berarti perbuatan, arti umumnya meliputi semua jenis kehen-
tetapi kita masih kurang jelas tentang mereka. Di dalam ajaran Buddha, Bo- dak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin
dhisattva (Pali: Bodhisatta) adalah seseorang yang mendedikasikan hidup- dengan pikiran, ucapan atau kata-kata, dan tindakan.
nya untuk mencapai pencerahan. Dari asal katanya, Bodhi berarti Karma dalam arti yang luas : semua kehendak atau keinginan dengan tidak
“pencerahan” dan Sattva berarti “menjadi”, dan dapat juga merujuk pada membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau
Buddha dalam kehidupan lampaunya. Dalam tradisi Mahayana, Bodhisattva tidak baik (tidak bermoral).
akan berusaha menjadi Buddha agar memiliki kemampuan terbaik untuk Karma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia dapat menjadi-
menolong semua makhluk. Begitu banyaknya jumlah Bodhisattva, berikut ini kan orang cepat berputus asa, juga bukanlah suatu ajaran tentang adanya
hanya beberapa contoh Bodhisattva yang pada umumnya kita puja: satu nasib yang sudah ditakdirkan. Prinsip utama dari Hukum Karma adalah
1. Akasagarbha Bodhisattva (虛空藏菩薩 :Xūkōngzàng púsà), adalah salah bahwa seseorang akan memetik buah seperti apa yang telah ia taburkan
benihnya, apakah itu karmabaik atau buruk.
satu dari delapan Bodhisattva besar. Mantranya: Namo Akasagarbhaya
Hyang Buddha Bersabda :“Sesuai dengan benih yang telah ditabur-
om ārya kamari mauli svāhā. Mantra ini dipercaya dapat meningkatkan
kan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat
kebijaksanaan bagi mereka yang membacanya.
kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah oleh-
2. Avalokitesvara atau Chenrezig (觀音 :Guānyīn), adalah Bodhisattva yang mu biji-biji benih dan enkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari-
mewakili welas aih para Buddha. Dilihat dari asal katanya, Avalokota padanya.”
(tertampak) dan Isvara (Tuhan) dan dalam bahasa Mandari diterjemahkan Memang segala sesuatu yang lampau mempengaruhi keadaan
sebagai Bodhisattva yang melihat dan mendengar suara dunia. sekarang, namun tidaklah menentukan keseluruhannya, dikarenakan karma
Mantranya: Om Mani Padme Hum. Avalokitesvara berikrar tidak akan per itu mencakup karma yang telah lampau dan karma sekarang ini, karma yang
nah istirahat sampai semua makhluk bebas dari samsara. telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi sekarang ini (karma
3. Mahasthamaprapta (大勢至 Da Shì Zhì), adalah Bodhisattva yang melam baik atau karma buruk) akan mempengaruhi pula karma yang akan datang.
Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar dimana hidup
bangkan kekuatan kebijaksanaan dan sering digambarkan bersama Avalo
yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan
kitesvara dan Amitabha. Tidak seperti Bodhisattva lainnya, nama Bodhi
datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang
sattva ini umumnya kurang dikenal. Dalam Shurangama Sutra,
nyata dan ada “ditangan kita sendiri” untuk digunakan dengan sebaik-
Mahasthamaprapta menceritakan bagaimana Beliau mendapatkan pen
baiknya. Oleh sebab itu, kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita,
cerahan melalui pelafalan Buddha, atau kesadaran murni terhadap
supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik. Kita hendaklah selalu ber-
Buddha secara berlanjut, untuk mencapai Samadhi.
buat baik, yang dengan maksud menolong makhluk-makhluk lain, memba-
4. Ksitigarbha (地藏王菩薩: Dìzàng Wáng Púsà), dapat diterjemahkan seba hagiakan makhluk-makhluk lain, perbuatan baik ini pasti akan membawa
gai “Bumi tempat menyimpan ke-sepuluh sutra). Ksitigarbha sering digam suatu akibat yang baik pula serta memberikan kekuatan pada diri kita untuk
barkan dengan mahkota yang terdapat Dhyani Buddha dan memgang melakukan karma yang lebih baik lagi.
68 53
Apa pun yang datang pada diri kita, yang menimpa pada diri kita, Anjuran untuk supaya melaksanakan sila sempurna dari semua
sesungguhnya benar adanya. Kalau kita mengalami sesuatu yang memba- peraturan, bukan berarti bahwa pelaksanaannya sudah harus benar sejak
hagiakan, yakinlah bahwa karma yang telah kita perbuat adalah benar. Se- pertama melakukannya. Karena bila harus sempurna sejak saat mulai mela-
baliknya, bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak berba- kukannya maka hal ini adalah sulit sekali bagi kebanyakan orang. Pelak-
hagia, tidak senang, adalah karma-vipaka (akibat), itu menunjukkan bahwa sanaan sila sebaiknya berangsur-angsur, selangkah demi selangkah dari
kita telah berbuat suatu kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan bahwa yang rendah ke yang tertinggi. Itulah sebabnya mengapa kata-kata ini
karma-vipaka itu senantiasa benar. digunakan sewaktu mengucapkan janji untuk melaksanakan sila : “ saya ber-
Karma-vipaka tidaklah mencintai maupun membenci, juga tidak janji untuk berusaha menghindarkan diri dari melakukan ... dan seterusnya”.
marah dan juga tidak memihak sama sekali, Karma-vipaka merupakan hu- Kata-kata ini adalah bertujuan untuk berusaha melatih melatih sila-sila terse-
kum alam, dipercaya atau tidak dipercaya diaakan tetap berlangsung terus- but.
menerus. Biasanya para bhiksu tidak memberikan sila atas kemauan bhiksu itu
Bentuk karma yang baik sekali/bermutu/yang lebih berat dapat me- sendiri atau ia mengira-ngira bahwa umat akan melaksanakannya. Tetapi
nekan bahkan menggugurkan bentuk karma-karma yang lain. Jadi, karma para bhiksu memberikan sila tersebut karena permohonan atau permintaan
dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan. dari umat itu sendiri. Bilamana kita (umat) memohon sila, itu berarti kita mau
Hyang Buddha bersabda :“Tidak dilangit, tidak pula di tengah-tengah atau siap melaksanakannya.
lautan atau pun dengan memasuki gua-gua di gunung-gunung tidak terdapat
suatu tempat untuk menyembunyikan diri; orang tidak dapat menghindari diri
dari akibat perbuatan jahatnya sendiri.”
Seseorang (individu) adalah penyebab dari kebahagiaan atau ke-
susahan hidup seseorang.
Perbedaan hasil karma, dapatlah diumpamakan dengan buah-buah
di alam semesta ini, ada yang lama baru berbuah setelah ditanam, tetapi ada
pula yang cepat berbuah. Adalah suatu kekeliruan sendiri bila kita meragu-
kan tentang karma yang berlangsung lama dengan karma yang berlangsung
cepat, kita akan kecewa, ini bukanlah berarti Hukum Karma tidak berfungsi
atau tidak tepat, tetapi sekali lagi ditegaskan bahwa adalah karena kekeliruan
sendiri.
64 57
TUMIMBAL LAHIR bertentangan dengan agama atau ajaran yang telah diterima kebena
rannya), percaya pada tatacara dan upacara, dan ide yang keliru me-
Kelahiran dari makhluk-makhluk, atau keputusan dari makhluk- ngenai suatu substansi Ego (atman).
makhluk mereka akan lahir, rencana mereka akan munculnya ke dalam ke- Dalam lukisan orang Tibet, Upadana digambarkan sebagai seorang pria
hidupan, perwujudan dan kelompok-kelompok kehidupannya, timbulnya ak-
tivitas indriyanya; inilah yang dinamai Tumimbal-Lahir. Dengan “lahir” dimak- memetik bunga-bunga dan mengumpulkan bunga-bunga itu ke dalam ker
sudkan di sini ialah, keseluruhan proses dari atau bakal bayi, mulai dengan anjang-keranjang besar.
rencananya atau konsepsinya, dan berakhir dengan pembabarannya. 10. Bhava : Ksemendra menyebutkan 3 (tiga) bagian mengenai bhava, yaitu
Seseorang yang setelah meninggal tidaklah berarti bahwa ia telah bidang kama (keinginan-rasa), rupa (wujud) dan arupa (arupya, tanpa
bebas dari penderitaan dan kesusahan, tergantung pada selama ia hidup di
dunia ini yakni di alam samsara perbuatan-perbuatan apa yang yang telah ia wujud).
lakukan, jika selama ia hidup telah berbuat lebih banyak baiknya daripada H. Oldenberg menginterpretasikan bhava sebagai tumimbal lahir dan kesi
berbuat jahat maka kemungkinan ia akan terlahir kembali ke dunia ini atau ke nambungan dari existensi. Lukisan orang Tibet menggambarkan Bhava
alam yang lebih tinggi, bila perbuatan jahatnya lebih banyak ia akan terlahir sebagaimana seorang nyonya.
jatuh ke bawah ke alam yang lebih sengsara atau neraka.
Enam alam Tumimbal-Lahir atau enam jalan kecil mengenai kelahi- L.A. Waddell mengatakan : “ Nyonya, adalah istri dari individu, yang
ran kembali adalah : dewa, manusia, asura, preta, binatang, dan penghuni memiliki sejarah kehidupan yang sedang dijajaki Bhava adalah Kejadian
neraka. yang benar-benar lebih lengkap. Bhava adalah kejadian yang benar-benar
Bila selama seseorang hidup di dunia ini telah banyak melakukan lebih lengkap. Kehidupan sebagai diperkaya oleh kepuasan keinginan
perbuatan amal yang sangat baik maka kemungkinan besar ia tidak akan
terlahir kembali di alam tumimbal-lahir dari enam jalan kecil mengenai kelahi- duniawi akan rumah dan sebagai suatu cara perolehan seorang ahli waris
ran kembali, ia yang selama hidup di alam manusia ini rajin dan patuh mengi- pada kekayaan yang dihimpun dengan Kerakusan.
kuti Buddha Dharma maka ia dapat terlahir di alam tingkatan suci atau di 11. Jati (Kelahiran). Da. Bhu. Menjelaskan Jati sebagai kemunculan atau
alam yang tidak dapat tumimbal lahir yakni di alam Sravaka, Pratyeka Bud- penampilan dari panca-skandha. Ksemendra mengarahkan pada putaran
dha, Bodhisattva, Buddha.
(Catatan : Seorang Buddha sebenarnya tidak termasuk di dalam tingkatan kehidupan yang berbeda-beda. Lukisan orang Tibet menunjukan kelahiran
ini, akan tetapi bilamana seorang Buddha mewujudkan diri-Nya di hadapan itu dengan seorang anak kecil.
para makhluk hidup dimana Beliau untuk memberikan penerangan Dharma, 12. Jara-marana, dst. Hanya Jara-marana kadang kala disebutkan. Lukisan
Beliau menduduki tingkat tersebut. orang Tibet menunjukkan sosok mayat, yang sedang diusung ke kremasi
Sepuluh alam atau tingkatan itu adalah sebagai berikut :
1. Buddha (pembakaran mayat) atau penguburan.
2. Bodhisattva Seorang bodhisattva mengerti kebenaran dari pratityasamutpada pada
3. Pratyeka Buddha tingkat bhumi yang ke-6 (enam). Dia kemudian bebas dari semua khayalan
4. sravaka dan kesalahan (moha).
(empat alam ini adalah alam atau tingkatan makhluk suci)
5. Dewata
6. Manusia
7. Asura
8. Preta
9. Alam Binatang
10. Penghuni Neraka
(Pandangan ini adalah dari Sekte Thien Thai)
58 63
7. Vedana : (Sensasi atau Perasaan). Vedana juga diuraikan sebagai 6 PRATITYA SAMUTPADA DAN NIDANAS
(enam) bidang menurut alat- indera yang memiliki hubungan berasal dari
Vedana. (caksuh-sparcaja vedana, crotra-sparcaja vedana, dst.)
Pratitya-Samutpada memberikan arti: “Timbul atas dasar dari suatu
P.E. Foucaux setuju menterjemahkan vedana disini sebagai “sensasi”.
sebab sebelumnya, terjadi dengan cara dari sebab,kejadian sebab musabab,
Tetapi vedana nampaknya juga berarti “perasaan”, sebagaimana dikata
ketergantungan asal mula”.
kan ada 3 (tiga) macam perasaan : menyenangkan (sukkha), derita
12 (dua belas) hal dari formula ini juga dinamakan Nidanas.
(duhkha), dan tidak derita begitu juga menyenangkan, yakni netral, tidak
Kata ini,berasal dari Da (dyati; mengikat) dan Ni (terus),memberikan kesan
berbeda-beda (aduhkha – asukha).
suatu rangkaian atau rantai yang berhubungan. Kata itu berarti ; suatu per-
Di dalam lukisan orang Tibet gambarannya mengenai 12 (dua belas)
mulaan atau sebab utama, dasar, suatu sebab utama atau jauh; sumber,
nidanas, simbol dari vedana adalah sepasang kekasih. Seorang bodhisatt
asal mula, sebab. 12 (dua belas) Nidanas itu dalam risalat Sansekerta
tva, yang melatih Kesadaraan berhubungan dengan Perasaan, belajar un
adalah sebagai berikut:
tuk menahan dan mengendalikan semua perasaan. (yakni 3 macam
“Dari ketidaktahuan (avidya) sebagai sebab timbul bentuk-bentuk
perasaan itu) ke dalam keharuan universal.
karma (Samskaras);
Dia mengurangi arti atas perasaannya dalam suatu cara seperti itu yang
dari Samskaras sebagai sebab timbulnya kesadaran (Vij-ñana);
dia capai pada 2 (dua) hasil : dia merasa sangat terharu demi semua mak
dari kesadaran sebagai sebab timbulnya Nama dan wujud (Nama-Rupa);
hluk, dia memajukan kepribadiannya dengan memusnahkan atau pengu
dari Nama dan Wujud sebagai sebab timbulnya 6(enam) bidang pengertian
rangan r?ga (indera keinginan), dvesa (kebencian, rasa dengki), dan moha
(Sad-ayatana);
(khayalan, kebodohan). Kesadaran yang berhubungan dengan Perasaan
dari 6 (enam) bidang penertian sebagai sebab timbulnya hubungan (Sparca);
dapat membantu disiplin seorang bodhisattva yang terakhir.
dari Hubungan sebagai sebab timbulnya perasaan (Vedana);
8. Trsna : Setelah avidya, trsna (Idaman, Kehausan) adalah akar menyebab
dari Perasaan sebagai sebab timbulnya Idaman (Trsna);
kan kejahatan. Trsna ada 3 (tiga) macam menurut sebagaimana Trsna
dari Idaman sebagai sebab timbulnya Tamak/kemelekatan (Upadana);
menghasilkan keinginan untuk kesenangan yang berhubungan dengan
dari Tamak sebagai sebab timbulnya Kejadian (Bhava);
panca-indera, yang bereksistensi, dan yang tidak bereksistensi (vibhava).
dari Kejadian sebagai sebab timbulnya Kelahiran (Jati);
Trsna menuju ide yang salah mengenai relitas mengenai phenomena.
dari Kelahiran sebagai sebab timbulnya usia tua, kematian, duka cita,
Lankhavatara-Sutra menerangkan arti avidya adalah bapak dan trsna ibu
ratapan, perasaan sakit, kekesalan dan keputusasaan.”
dari dunia phenomena.
Demikianlah kehidupan itu timbul, berlangsung dan bersambung
Trsna adalah juga nama seorang putri dari Mara, deva dari Keinginan dan
terus menerus tanpa berhenti. Hyang Buddha Sakyamuni menerangkan hu-
kematian. Menurut Da.Bhu. Trsna menghasilkan kemelekatan pada obyek
kum sebab-musabab yang saling ketergantungan ini dalam suatu rangkaian
kesenangan. Dalam lukisan orang Tibet, Trsna digambarkan sebagai seo-
yang terdiri dari 12 (dua belas) rantai, yaitu kondisi-kondisi dan sebab-
rang pria sedang minum anggur.
musabab yang saling bergantungan dari penderitaan manusia dan pengakhi-
9. Upadana : Dalam Filsafat agama Buddha, Upadana menunjukkan
rannya.
“tamak/lobha, kemelekatan pada existensi atau pada obyek keadaan luar”,
Dengan memahami seluruh fenomena kehidupan ini, Agama Buddha
sebagaimana kecenderungan ini menghidupi Api itu dari kejadian dan
memandangnya sebagai suatu lingkaran dari kehidupan, yang tidak dapat
menuju pada tumimbal-lahir. Menurut Da.Bhu,. Upadana menciptakan per
diketahui permulaan dan akhirnya. Dengan demikian masalah ’sebab-
talian kemerosotan moral.
pertama’ bukanlah menjadi masalah dalam filsafat agama Buddha.
Terdapat 4 (empat) macam Upadana, timbul dari Keinginan yang ber-
62 59
’’Tidak dapat dipikirkan akhir roda Tumimbal lahir; tidak dapat Da. Bhu, menjelaskan avidya sebagai “khayalan atau kebodohan (moha)
dipikirkan asal-mula makhluk-makhluk yang karena diliputi oleh ketidakta- yang berhubungan dengan segala sesuatu, sebagaimana merupakan ba
huan dan terbelenggu dari nafsu keinginan rendah (Tanha) mengembara han-bahan pokok.” Avidya tergila-gila menyukai makhluk.
kesana kemari.’’ 2. Samskaras : Ksemendra menunjukkan 3 (tiga) bagian dari samskaras
Sehubungan dengan masalah asal-mula dan sebab pertama ini, Hy- yang miliknya tubuh, ucapan, pikiran. Suatu lukisan dinding Ajanta, mereka
ang Buddha Sakyamuni mengajarkan bahwa asal-mula alam semesta ini (tubuh, ucapan, pikiran) digambarkan dengan pekerjaan seorang pembuat
tidak dapat dipikirkan. Alam semesta ini bergerak menurut proses pembentu- barang-barang tembikar pada jentera pembuata tembikar, dikelilingi oleh
kan dan penghancuran yang berlangsung terus-menerus. banyak pot; tetapi lukisan orang tibet hanya memiliki jentera pembuat tem
Pratitya-Samutpada di sisi lain juga memperlihatkan bahwa berhenti- bikar dan banyak pot, tanpa pembuatnya
nya segala rangkaian peristiwa fenomena kehidupan ini adalah dengan ber- Lukisan simbolik orang Tibet mengenai nidanas menggambarkan sebagai
hentinya syarat-syarat yang mendahuluinya. Berhentinya rangkaian peristiwa seorang buta meraba-raba jalannya dengan sebuah tongkat.
fenomena kehidupan ini dapat dicapai oleh mereka yang telah memiliki pan- barang-barang tembikar. Da. Bhu. mengajarkan bahwa Samskaras
dangan terang atau kebijaksanaan sempurna (Prajna). menghasilkan realisasi dari hasilnya (dari perbuatannya dimasa men
Pratitya-Samutpada ini adalah untuk memperlihatkan kebenaran dari datang.
keadaan sebenarnya, dimana tidak ada sesuatu itu timbul tanpa sebab. Bila 3. vijñana : Ksemendra memperkenalkan Vijñana dengan 6 (enam) “alat
Hukum ini dipelajari dengan sungguh-sungguh, maka kita akan terbebas dari indera” (termasuk manas). Menurut Da. Bhu., Vijñana menyebabkan pen
pandangan yang salah dan dapat melihat ’hidup’ dan ‘kehidupan’ ini secara yatuan kembali dari Penjadian. Dalam lukisan dinding Ajanta dan orang
wajar. tibet, Vijñana digambarkan sebagai seekor kera, atau seekor sedang me
Dengan demikian, berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, rela- manjat pohon. Vijñanajuga dianggap bedasarkan 6 aspek menurut hubun
tivitas dan saling ketergantungan ini, maka seluruh kelangsungan dan kelan- gannya dengan 6 (enam) indera.
jutan hidup dan juga berhentinya hidup dapat diterangkan dalan 12 (dua be- 4. Nama-rupa : Istilah ini menunjukkan “pikiran dan tubuh”.
las) Nidanas atau sebab-musabab sebagaimana telah diterangkan diatas. Nama termasuk 4 (empat) “kumpulan” yang tidak pokok mengenai
Didalam Da.Bhu.,”lima indera’’ disebutkan pada tempat dari “enam perasaan, persepsi, kemauan, dan kesadaran, sedangkan rupa berarti
bidang mengenai perasaan” dan Abhinandana (menyenangkan, kesenan- “wujud”, tubuh itu terdiri dari 4 (empat) unsur/element.
gan) disisipkan sebagai suatu sinonim dari Trsna. Hubungan dan perhatian juga termasuk dalam nama, sebagaimana suatu I
Sebagai ganti Jati, Da.Bhu. membahas tentang “munculnya lima skandhas stilah yang komprehensif bagi kehidupan mental individu.
(kumpulan)”. Lal.V. juga menyebutkan semua Nidanas di dalam urutan ke- 5. Sad?yatanam : Kata ini menunjukkan kedua-duanya (enam) “alat in
balikannya, tetapi kebanyakan risalat selalu mulai dengan Avidya. dra” (termasuk manas) dan obyek yang saling berhubungan. Bagian yang
“Dengan berhentinya seluruh dari ketidaktahuan (avidya) maka kan pertama itu dinamakan ?yatanas bagian dalam , dan bagian satunya lagi
terhenti pula bentuk-bentuk karma (Samskaras); dengan berhenti seluruh adalah ?yatanas bagian luar. Dalam lukisan Ajanta dan orang Tibet,
Samskaras, maka akan terhenti pula kesadaran (Vijñana); dst. ... dengan mereka digambarkan dengan penutup muka dari muka manusia, atau se
berhentinya kelahiran kembali (tumibal lahir), maka berhenti pula usia tua, buah rumah dengan 6 (enam) jendela.
kematian, dll.” 6. Sparca : sparca atau Hubungan adalah dari 6 (enam) jenis menurut
Penjelasan arti 12 nidanas hubungan itu dihasilkan oleh tiap-tiap dari 6 (enam) indera. Sparca digam
1. Avidya : ditegaskan sebagai “kekurangan pengetahuan tentang 4 (empat) barkan dalam lukisan orang Tibet dengan seorang pria yang duduk den
Kebenaran Mulia”, tepatnya dalam cara yang sama sebagai moha. gan sebuah anak panah memasuki mata.
60 61