I.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep eksplorasi berupa tahapan dalam eksplorasi batubara.
2. Mengetahui proses analisis petrografi dalam eksplorasi batubara.
3. Mengetahui hubungan analisis petrografi terhadap kualitas endapan batubara.
1
Bab II Penyelidikan Eksplorasi Batubara
Selain itu, dalam merencanakan kegiatan eksplorasi perlu memenuhi kaidah dasar
ekonomis dan perancangan (desain) berupa nilai efekti seperti penggunaan alat,
sumberdaya manusia, dan metode yang sesuai dengan jenis endapan yang dicari,
dan nilai efisien dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi.
2
2. Pola dasar empat persegi panjang
Pola empat persegi panjang digunakan unutk keadaan topografi datar dan
kondisi mineralisasi homogen ke salah satu arah tetapi dalam arah yang tegak
lurus dengan arah yang pertama memiliki perbedaan yang besar.
3
Penggunaan peralatan juga merupakan bagian dari desain eksplorasi. Dalam
kegiatan penambangan batubara menggunakan beberapa peralatan sebagai berikut
(materi kerja praktik tentang pengetahuan unit alat berat, 2013):
1. Hydraulic excavator
Peralatan ini berfungsi sebagai alat penggalian dan diaplikasikan untuk
pemuatan, penempa, dan pengangkatan.
4
3. Articulated truck
Peralatan ini berfungsi untuk mengangkut material galian.
5. Motor grade
Peralatan ini berfungsi untuk perataan terakhir, persiapan lokasi, pemeliharaan
jalan, dan lainnya.
5
II.2 Tahapan Eksplorasi Batubara
Umumnya, eksplorasi batubara melalui empat tahap, yaitu survei tinjau, prospeksi,
eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Peningkatan ke setiap tahap
selanjutnya disertai dengan meningkatnya ketelitian data yang dibutuhkan dalam
evaluasi endapan batubara untuk penambangan dan pengolahan. Penyelidikan
eksplorasi menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumberdaya batubara
yang dihasilkan. Tujuan penyelidikan eksplorasi adalah untuk mengidentifikasi
keterdapatan, keberadan, ukuran, dan bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas
endapan batubara sebagai dasar kajian untuk kemungkinan dilakukannya investasi.
Berikut tahapan eksplorasi batubara berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI-
amandemen 1-SNI-13-50141998).
6
Contoh studi kasus dalam makalah ini telah dilakukan studi literatur melalui
jurnal penelitian yang berjudul “Karakteristik dan lingkungan pengendapan
batubara Formasi Tanjung di Daerah Binuang dan sekitarnya, Kalimantan
Selatan”. Berdasarkan jurnal tersebut, Formasi Tanjung daerah Binuang telah
mempunyai data peta lokasi, peta geologi, penampang terukur Formasi
Tanjung, hasil analisis petrografi dan hasil penelitian.
Formasi Tanjung tersingkap di tiga lajur yang terpisah oleh sesar yaitu Lajur Barat,
Lajur Tengah, dan Timur. Heryoanto (2008) membagi Formasi Tanjung secara
litostratigrafi dari tua ke muda menjadi bagian bawah, tengah, atas, dan anggota
batulempung (Gambar II.11).
7
Gambar II.10. Peta Geologi daerah Belimbing dan sekitarnya,Formasi Tanjung
berwarna kuning (Heryanto, R., 2009)
8
II.2.2 Prospeksi (Prospecting)
Tahap prospeksi bertujuan untuk membatasi daerah sebaran endapan batubara.
Batasan daerah tersebut akan dijadikan sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan
pada tahap prospeksi terdiri dari pemetaan geologi dengan skala minimal 1 : 50.000,
pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran,
pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Jika memang diperlukan
dapat dilakukan eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika,
geokimia, petrografi, dan lainnya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang analisis
petrografi.
Analisis Petrografi
Percontoh batuan yang digunakan dalam analisis petrografi dapat berasal dari
singkapan, tambang terbuka dan percontoh bawah permukaan berupa percontoh inti
(Heryanto, 2008; Heryanto dr., 2004; Permana, 2008; Permana dan Panggabean,
2011a; Permana drr., 2014; dalam Permana, A.K., 2017). Selanjutnya percontoh
batubara dibentuk blok poles (polished block) atau briket pellet (grain mounted)
yang akan dianalisis menggunakan mikroskop cahaya sinar pantul.
9
Tabel II.1 Klasifikasi maseral (ICCP, 2001 dalam Permana, A.K., 2007)
Grup Sub grup Maseral
Vintrinit Telovintrinit Telinit
Kolotelinit
Detrovintrinit Vitrodetrinit
Kolodetrinit
Gelovintrinit Korpogelinit
Gelinit
Huminit Telohuminit Tekstinit
Ulminit
Detrohuminit Atrinit
Densinit
Gelohuminit Korpohuminit
Gelinit
Inertinit Fusinit
Semifusinit
Funginit
Sekretinit
Makrinit
Mikrinit
Inertodetrinit
Liptinit Sporitinit
Kutinit
Resinit
Alginit
Suberinit
Klorofilinit
Flourinit
Bituminist
Eksudatinit
Liptodetrinit
10
II.2.4 Explorasi Rinci (Detailed Ecploration)
Tahap eksplorasi rinci bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas, serta
model tiga dimensi endapan batubara secara lebil rinci. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap eksplorasi rinci adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala
minimal 1 : 2.000, pemboran dan pencontohan dengan jarak yang disesuaikan
kondisi geologi, penampang (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan
geoteknik.
11
Bab III Penutup
III. 1 Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian makalah konsep eksplorasi batubara adalah
12
DAFTAR PUSTAKA
13