Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari proses
pendinginan dan pembekuan magma. Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku terdiri dari: a. Batuan beku intrusi yaitu batuan yang membeku di dalam bumi, meliputi batuan hypabisal yaitu batuan yang membeku pada kedalaman menegah –dangkal sehingga menghasilkan batuan beku yang bertekstur sedang dan batuan plutonik yaitu batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar. b.Batuan beku ekstrusi yaitu batuan yang membeku dekat atau di permkaan bumi dan menghasilkan batuan beku volkanik yang bertekstur halus-sangat halus.
Berdasarkan kenampakan tekstur, struktur serta komposisi
mineral penyusunnya dari batuan beku dapat mencirikan genesa pembentukannya, umumnya dibagi menjadi batuan plutonik dan volkanik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan beku adalah: Warna batuan Warna batuan beku berkaitan dengan komposisi mineral penyususun yang dipengaruhi oleh komposisi magma asal. Komposisi mineral Komposisi mineral mengindikasikan magma asal dan posisi tektonik yang terdiri dari mineral utama, mineral tambahan, dan mineral sekunder. Tekstur Tekstur merupakan kenampakan batuan yang menginterpretasikan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Pengamatan tekstur meliputi: a. Derajat kristalisasi Jika pembekuan lambat membentuk kristal berkuran sedang-kasar, namun jika pembekuan cepat maka membentuk kristal berukuran halus dan jika berlangsung sangat cepat akan membentuk gelas. Derajat kristalisasi batuan beku terdiri dari: Holokristalin : batuan beku kristal seluruhnya. Hipokristalin : batuan beku sebagian kristal dan sebagian gelas. Holohyalin : batuan beku gelas seluruhnya. b. Granulitas Granulitas terdiri dari: Fanerik yaitu kristal batuan beku dapat dilihat dengan mata biasa dengan kisaran ukuran halus <1 mm, sedang 1-5 mm, kasar 5-30 mm, dan sangat kasar >30 mm. Afanitik yaitu kristal batuan beku sangat halus dan tidak dapt dilihat dengna mata biasa. Gelasan yaitu batuan beku tersusun oleh gelas. c. Kemas (fabric) Kemas terdiri dari: Equigranular yaitu ukuran kristal relatif sama. Inequigranular yaitu kristal tidak sama yang dibedakan menjadi: Porfiritik yaitu fenokris tertanam dalam matriks. Vitrofirik yaitu fenokris tertanam dalam matriks. d. Bentuk kristal Bentuk kristal mencerminkan proses kristalisasi mineral yang terdiri dari bentuk euhedral bertekstur panidiomorfik, subhedral bertekstur hypidiomorfik, dan anhedral bertekstur allotriomorfik. Struktur batuan beku Struktur batuan beku merupakan struktur primer yang terjadi saat terbentuknya batuan. Struktur batuan beku yang berhubungan dengan pendinginan magma terdiri dari struktur massif, vesikuler, amygdaloidal, kekar kolom, dan kekar berlembar.
Klasifikasi yang digunakan dalam batuan beku adalah
klasifikasi IUGS (1973). Golongan fanerik dibagi dalam beberapa jenis batuan yang didasarkan pada kandungan mineral kuarsa atau mineral felspatoid, feldspar alkali, dan plagioklas (Gambar 1). Penamaan batuan ditentukan dengan menormalisasi jumlah kandungan mineral sebesar 100%. Batuan beku afanitik bertekstur porfiritik atau vitrofirik dapat ditentukan penamaannya berdasarkan klasifikasi IUGS (1973) dengan menghitung persentase kuarsa/felpatoid, feldspar alkali, dan palgioklas (Gambar 1). Gambar 1. Diagram klasifikasi batuan beku fanerik (IUGS, 1973). Granit
Granit (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular, hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik granular, ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1.2 cm dan tersusun atas mineral kuarsa 60%, plagioklas 25%, biotit 10%, dan hornblende 5%. Syenit
Syenit (IUGS, 1973) memiliki warna kemerahan dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular, hubungan antarbutir hypidiomorfik sampai allotrimorfik granular, ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1 cm dan tersusun atas mineral feldspar 80%, kuarsa 10%, biotit 8%, dan plagioklas 2%. Gabro
Gabro (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur porfiritik dengan massa dasar fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman ineqigranular, fenokris terdiri atas hornblende, hubungan antarbutir euhedral-subhedral, ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1 cm dan tersusun atas mineral feldspar 80%, kuarsa 10%, biotit 8%, dan plagioklas 2%. Andesit
Andesite (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik, derajat kristalisasi hypokristalin-holohyalin, keseragaman ineqigranular, hubungan antarbutir subhedral-anhedral, fenokris terdiri atas hornblende 3%, plagioklas 13%, dan kuarsa 4% ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1.5 cm dan massa dasar 80%. Piroksenite
Piroksenit (IUGS, 1973) memiliki warna hitam dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular, hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik granular, ukuran kristal beragam dari 0.4 cm sampai 2 cm dan tersusun atas mineral piroksen 85% dan hornblende 15%. Granodiorit
Granodiorit (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular, hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik granular, ukuran kristal beragam dari 0.2 cm sampai 1 cm dan tersusun atas mineral kuarsa 25%, plagioklas 55% dan biotit 20%. Basalt
Basalt (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive dengan tekstur afanitik. Dunit
Dunite (IUGS, 1973) memiliki warna hijau dalam kondisi
segar, memiliki struktur massive, tekstur afanitik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular, hubungan antarbutir hypidiomorfik sampai allotrimorfik granular, ukuran kristal beragam dari 1 mm sampai 2 mm dan tersusun atas mineral olivine 95% dan piroksen 5%. Peridotit Dasit
Dasite (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam
kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik, derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman ineqigranular, hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik, fenokris terdiri atas plagioklas 65% dan kuarsa 35% ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1 cm dan massa dasar 80%. BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan hasil pengendapan baik
secara mekanis, kimiawi, atau organik. Batuan sedimen secara mekanis terbentuk dalam siklus sedimentasi berupa pelapukan, erosi, tranportasi, sedimentasi dan diagenesa. Proses pelapukan berupa fisik atau kimia. Proses transportasi dilakukan melalu media air, angin, atau es.
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari proses sedimentasi mekanis.
Hal-hal yang perlu dideskripsikan dalam batuan sedimen
klastik adalah: Warna, merefleksikan komposisi butiran penyusun batuan sedimen yang mengindikasikan lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan lingkungan oksidasi dan warna batuan hitam menunjukan lingkungan reduksi. Tekstur batuan sedimen klastik berupa besar butir, pemilahan, dan kemas. Komponen pembentuk batuan sedimen klastik berupa butiran, matriks, dan semen. Porositas, dibedakan menjadi porositas baik (batuan menyerap air), porositas sedanga (diantara baik-buruk), porositas buruk (batuan tidak menyerap air). Jenis porositas berupa intergranular, microporosity, dissolution, dan fracture. Kekompakan adalah sifat fisik batuan berupa dense, hard, medium hard, soft, friable, spongy. Struktur batuan sedimen, dideskripsikan struktur primer berupa perlapisan, current ripple, mud crack, rain mark dan lain-lain.
Klasifikasi batuan sedimen klastik mengikuti klasifikasi
Wentworth (Gambar 4) yang dibedakan berdasarkan besar butir. Batuan sedimen klastik dibedakan menjadi batuan sedimen detritus halus yang terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih, dan batuan sedimen detritus kasar yang terdiri dari batupasir, konglomerat, dan breksi. Gambar 4. Klasifikasi batuan sedimen klastik Batupasir Kasar Batupasir Halus
Batupasir (klasifikasi Koesoemadinata, 1985), berwarna
abu-abu terang, kondisi segar, terdiri dari fragmen litik 100%, ukuran butir 0.06 – 0.08 mm, sortasi baik, kemas tertutup, kubundaran sangat membundar, terdapat struktur laminasi. Konglomerate
Konglomerat (Klasifikasi Wenworth), berwarna coklat
kemerahan, kondisi segar, terdiri dari fragmen, tekstur membundar, berukuran 2-4 cm, terdapat matriks….. Batulempung BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK
Batuan sedimen nonklastik merupakan batuan sedimen
yang terbentuk dari proses kimiawi seperti batuan sedimen silika (flint, chert, fosforit, radiolarit) dan batuan sedimen yang terbentuk dari hasil evaporasi seperti batu halit, gypsum, dan anhidrit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan
sedimen nonklastik adalah: Warna, dideskripsikan warna yang representatif. Komponen berupa mineral penyusun. Tekstur nonklastik berupa teksutr kristalin. Dasar penamaan batuan non-klastik menggunakan klasifikasi Koesoemadinata (1985) (Gambar 5).
Gambar 5. Klasifikasi batuan sedimen menurut
Koesoedimadinata (1985) Gypsum
Gipsum (klasifikasi Koesoemadinata, 1985), berwarna
putih ke kuning-kuningan, massif, kondisi segar, tersusun dari mineral gypsum 90% dan mineral anhidrit 10%. Anhidrit
Anhidrit, berwarna putih, kondisi segar, teksur massif,
tersusun dari mineral anhidrit 100%. Batubara
Batubara, berwarna hitam pekat, struktur massif, terdiri
dari komponen maseral 95% maseral. Dolomit
Dolomite, berwarna putih kekuning-kuningan, kondisi
segar, berstruktur massif, tersusun dari mineral dolomit 90% dan mineral kalsit 10%. Rijang
Rijang, berwarna merah, kondisi segar, berstruktur massif,
berkomposisi silika 100%. Halite BATUAN KARBONAT Batuan karbonat merupakan batuan sedimen dengan komposisi karbonat (aragonit, kalsit, dolomit, magnesit, ankerit, dan siderit) lebih besar dari fraksi non karbonat. Batuan karbonat terbentuk dari proses sedimentasi organik, sedimentasi mekanis, sedimentasi kimiawi atau gabungan dari proses-proses tersebut. Batuan karbonat dapat terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal-subtidal) seperti batugamping terumbu, di laut dalam di bawah CCD sebagai endapan pelagic atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone, di danau, dan pada tanah seperti caliche.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan
karbonat adalah: Warna, dideskripsi warna yang representatif. Teksur berupa ukuran butir dan kristalin. Komponen penyusun berupa butiran karbonat, matriks, dan semen. Klasifikasi batuan karbonat mengikuti klasifikasi Dunham (1962). Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur pengendapan yaitu derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran dan lumpur karbonat, serta batugamping yang tidak menunjukan teksur pengendapan.
Gambar 6. Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham
(1962). Kalsit
Kalsit (klasifikasi), bewarna coklat muda, kondisi segar,
berkomposisi mineral kalsit 100%. Batugamping Alga
Boundstone, berwarna putih kecoklat-coklatan, kondisi
segar, terdiri dari komponen fragmen alga dan ooid, mempunyai matirks berupa micrite, terdapat semen berupa kalsit, tekstur dengan fragmen berukuran 0.1 – 2 cm, bentuk mineral kristalin. Batugamping Terumbu Batugamping Foram Batugamping Merah BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik merupakan batuan yang disusun oleh
material-material hasil letusan gunungapi. Batuan piroklastik dicirikan adanya kehadiran material piroklas, butiran menyudut, dan porositas relatif tinggi. Secara genetik batuan piroklastik dibedakan menjadi: Endapan jatuahn piroklastik dihasilkan dari letusan eksplosif dan menipis serta menghalus menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti topografi, pemilahan baik, struktur graded bedding normal dan reverse, komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapilli, dan fragmen litik. Endapan aliran piroklastik dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen piroklastik yang tertransport dalam matriks fluida dan tertransportasi jauh dari gunungapi. Karakteristiknya memiliki pemilahan buruk, sortasi buruk, dan butiran menydut, serta sebaran tidak merata dan menebal di bagian lembah. Endapan surge piroklastik dihasilkan dari pergerakan lateral material-material piroklastik yang mengalir dalam turbulen gas panas.
Hal-hal yang harus dideskripsikan adalah:
1. Warna, dideskripsikan warna yang representatif. 2. Besar butir, dideskripsikan menggunakan besar butir. 3. Komponen, dideskripsikan komponen batuan piroklastik, yaitu: Kristal, fragmen kristal. Fragmen litik : vulkanik dan nonvulkanik, polimik atau monomik. Pumice atau scoria. Shards, alpili akresionari, vitriklas Semen : siliceous, karbonat atau zeolite. 4. Lithofasies Massif atau berlapis. Berlapis : laminasi (<1cm), berlapis sangat tipis (1- 3 cm), berlapis tipis (3-10 cm), berlapis sedang (10- 30 cm), berlapis tebal (30-100 cm), berlapis sangat tebal (>100 cm). Massif (tidak bergradasi) tau bergradasi : normal, reverse, normal-reverse, reverse-normal. Kemas: - clas-supported atau matrix-supported - Terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk. Kekar : bloky, prismatik, columnar, platy. Ketebalan seragam atau tidak seragam. Ketebalan lateral rata atau tidak rata. Secara lateral menerus atau tidak menerus. Cross-bedded, cross-laminated. 5. Alterasi Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, feldspar, hematit. Distribusi : disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy.
Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir
mengikuti Schmid (1981) yaitu: Gambar 2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir Selain itu, terdapat klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan jenis material dan ukuran fragmen volkanik (Fisher 1984) yaitu:
Gambar 3. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan (a)
jenis material dan (b) ukuran fragmen volaknik. Tuff Lithic Tuff Lapilistone Bom Volkanik Obsidian Scoria Ignimbrit BATUAN METAMORF
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan tekanan dan temperatur atau keduanya, sehingga mengalami kestimbangan baru yang isokimia dan tanpa melalui fasa cair dengan temperatur 200o-800oC. Genesa batuan metamorf berhubungan dengan perubahan tekanan dan temperatur terdiri dari: Metamorfosa termal/kontak yaitu terjadi akibat kenaikan temperatur yang biasanya dijumpai di sekitar intrusi. Metamorfosa regional/dynamo termal yaitu terjadi akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara bersama-sama dan terjadi di jalur orogen. Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi yaitu terjadi di daerah pergeseran yang dangkal, tekanan lebih berperan daripada temperatur, Metamorfosa burial yaitu proses metamorfosa yang terjadi akibat pembebanan yang biasanya terjadi di cekungan sedimentasi. Metamorfosa lantai samudera yaitu metamorfosa yang terjadi akibat pembukaan lantai samudera. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan metamorf adalah: Warna yaitu warna yang representatif. Struktur yang dibedakan menjadi: Struktur foliasi terdiri dari: - Slaty cleavage yaitu struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak (slate), mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate. - Phyletic yaitu rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada batu sabak, mulai banyak mineral mika, mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular, batuannya disebut filit. - Schistose yaitu struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular. Mineral pipih berorientasi menerus (close schistosy), batuasnnya disebut schist. - Gneissose yaitu struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular. Mineral pipih berorientasi tidak menerus (open schistosity). Batuannya disebut gneiss. Struktur nonfoliasi terdiri dari: - Granulose yaitu struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular. - Hornfelsik yaitu struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral hornfels. - Cataclastic yaitu struktur non foliasi yang dibentuk oleh fragmen batuan, memperlihatkan kenampakan breksiasi, terjadi akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite. - Mylonite yaitu struktur non foliasi yang dibentuk akibat penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. - Phyllonitic yaitu gejala dan kenampakan sama seperti milonit tetapi butiran lebih halus, sudah terjadi reklistalisasi, kilap silky, batuannya disebut filonit. Tekstur yang dibedakan menjadi homeoblastik (terdiri dari satu tekstur : lepidobalstik, namtoblastik, granoblastik, dan granuloblastik) dan heteroblastik (terdiri lebih dari satu tekstur). Komposisi mineral beserta ciri-cirinya.
Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia
batuan asal terdiri dari: Batuan metamorf pelitik yaitu berasal dari batuan lempungan, bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak dll. Batuan metamorf kuarsa felspatik yaitu berasal dari batupasir atau batuanbeku felsic, hasolnya batuan metamorf bertekstur bukan skistosa. Batuan metamorf karbonatan yaitu berasal dari batuan yang berkoposisi CaCo3, hasil metamorfosa berupa marmer. Batuan metamorf basa yaitu berasal dari batuan beku basa, batuan metamorfnya disebut metabasite. Batuan metamorf ultrabasa yaitu batuan metamorf yangberasal dari batuan beku ultrabasa, hasil metamorfosa berupa serpentinit. A. METAMORF FOLIASI Slate Filite Amphibole b. BATUAN METAMORF Kuarsit Marmer Serpentinit Eklogit Hornfels