Anda di halaman 1dari 66

BAB I BATUAN BEKU

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari proses


pendinginan dan pembekuan magma. Berdasarkan tempat
terbentuknya, batuan beku terdiri dari:
a. Batuan beku intrusi yaitu batuan yang membeku di dalam
bumi, meliputi batuan hypabisal yaitu batuan yang
membeku pada kedalaman menegah –dangkal sehingga
menghasilkan batuan beku yang bertekstur sedang dan
batuan plutonik yaitu batuan beku yang membeku jauh di
dalam bumi sehingga menghasilkan batuan beku
bertekstur kasar-sangat kasar.
b.Batuan beku ekstrusi yaitu batuan yang membeku dekat
atau di permkaan bumi dan menghasilkan batuan beku
volkanik yang bertekstur halus-sangat halus.

Berdasarkan kenampakan tekstur, struktur serta komposisi


mineral penyusunnya dari batuan beku dapat mencirikan
genesa pembentukannya, umumnya dibagi menjadi batuan
plutonik dan volkanik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan
beku adalah:
Warna batuan
Warna batuan beku berkaitan dengan komposisi mineral
penyususun yang dipengaruhi oleh komposisi magma asal.
Komposisi mineral
Komposisi mineral mengindikasikan magma asal dan posisi
tektonik yang terdiri dari mineral utama, mineral tambahan,
dan mineral sekunder.
Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang
menginterpretasikan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Pengamatan tekstur meliputi:
a. Derajat kristalisasi
Jika pembekuan lambat membentuk kristal berkuran
sedang-kasar, namun jika pembekuan cepat maka
membentuk kristal berukuran halus dan jika
berlangsung sangat cepat akan membentuk gelas.
Derajat kristalisasi batuan beku terdiri dari:
 Holokristalin : batuan beku kristal seluruhnya.
 Hipokristalin : batuan beku sebagian kristal dan
sebagian gelas.
 Holohyalin : batuan beku gelas seluruhnya.
b. Granulitas
Granulitas terdiri dari:
 Fanerik yaitu kristal batuan beku dapat dilihat
dengan mata biasa dengan kisaran ukuran halus <1
mm, sedang 1-5 mm, kasar 5-30 mm, dan sangat
kasar >30 mm.
 Afanitik yaitu kristal batuan beku sangat halus dan
tidak dapt dilihat dengna mata biasa.
 Gelasan yaitu batuan beku tersusun oleh gelas.
c. Kemas (fabric)
Kemas terdiri dari:
 Equigranular yaitu ukuran kristal relatif sama.
 Inequigranular yaitu kristal tidak sama yang
dibedakan menjadi:
 Porfiritik yaitu fenokris tertanam dalam matriks.
 Vitrofirik yaitu fenokris tertanam dalam
matriks.
d. Bentuk kristal
Bentuk kristal mencerminkan proses kristalisasi
mineral yang terdiri dari bentuk euhedral bertekstur
panidiomorfik, subhedral bertekstur hypidiomorfik, dan
anhedral bertekstur allotriomorfik.
Struktur batuan beku
Struktur batuan beku merupakan struktur primer yang
terjadi saat terbentuknya batuan. Struktur batuan beku yang
berhubungan dengan pendinginan magma terdiri dari
struktur massif, vesikuler, amygdaloidal, kekar kolom, dan
kekar berlembar.

Klasifikasi yang digunakan dalam batuan beku adalah


klasifikasi IUGS (1973). Golongan fanerik dibagi dalam
beberapa jenis batuan yang didasarkan pada kandungan
mineral kuarsa atau mineral felspatoid, feldspar alkali, dan
plagioklas (Gambar 1). Penamaan batuan ditentukan
dengan menormalisasi jumlah kandungan mineral sebesar
100%. Batuan beku afanitik bertekstur porfiritik atau
vitrofirik dapat ditentukan penamaannya berdasarkan
klasifikasi IUGS (1973) dengan menghitung persentase
kuarsa/felpatoid, feldspar alkali, dan palgioklas (Gambar
1).
Gambar 1. Diagram klasifikasi batuan beku fanerik (IUGS,
1973).
Granit

Granit (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik,
derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular,
hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik
granular, ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1.2 cm
dan tersusun atas mineral kuarsa 60%, plagioklas 25%,
biotit 10%, dan hornblende 5%.
Syenit

Syenit (IUGS, 1973) memiliki warna kemerahan dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik,
derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular,
hubungan antarbutir hypidiomorfik sampai allotrimorfik
granular, ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1 cm
dan tersusun atas mineral feldspar 80%, kuarsa 10%, biotit
8%, dan plagioklas 2%.
Gabro

Gabro (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur porfiritik
dengan massa dasar fanerik, derajat kristalisasi
holokristalin, keseragaman ineqigranular, fenokris terdiri
atas hornblende, hubungan antarbutir euhedral-subhedral,
ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1 cm dan
tersusun atas mineral feldspar 80%, kuarsa 10%, biotit 8%,
dan plagioklas 2%.
Andesit

Andesite (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur porfiritik
dengan massa dasar afanitik, derajat kristalisasi
hypokristalin-holohyalin, keseragaman ineqigranular,
hubungan antarbutir subhedral-anhedral, fenokris terdiri
atas hornblende 3%, plagioklas 13%, dan kuarsa 4%
ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1.5 cm dan
massa dasar 80%.
Piroksenite

Piroksenit (IUGS, 1973) memiliki warna hitam dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik,
derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular,
hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik
granular, ukuran kristal beragam dari 0.4 cm sampai 2 cm
dan tersusun atas mineral piroksen 85% dan hornblende
15%.
Granodiorit

Granodiorit (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik,
derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular,
hubungan antarbutir panidiomorfik sampai hypidiomorfik
granular, ukuran kristal beragam dari 0.2 cm sampai 1 cm
dan tersusun atas mineral kuarsa 25%, plagioklas 55% dan
biotit 20%.
Basalt

Basalt (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive dengan tekstur
afanitik.
Dunit

Dunite (IUGS, 1973) memiliki warna hijau dalam kondisi


segar, memiliki struktur massive, tekstur afanitik, derajat
kristalisasi holokristalin, keseragaman eqigranular,
hubungan antarbutir hypidiomorfik sampai allotrimorfik
granular, ukuran kristal beragam dari 1 mm sampai 2 mm
dan tersusun atas mineral olivine 95% dan piroksen 5%.
Peridotit
Dasit

Dasite (IUGS, 1973) memiliki warna abu-abu dalam


kondisi segar, memiliki struktur massive, tekstur fanerik,
derajat kristalisasi holokristalin, keseragaman
ineqigranular, hubungan antarbutir panidiomorfik sampai
hypidiomorfik, fenokris terdiri atas plagioklas 65% dan
kuarsa 35% ukuran kristal beragam dari 0.1 cm sampai 1
cm dan massa dasar 80%.
BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen merupakan batuan hasil pengendapan baik


secara mekanis, kimiawi, atau organik. Batuan sedimen
secara mekanis terbentuk dalam siklus sedimentasi berupa
pelapukan, erosi, tranportasi, sedimentasi dan diagenesa.
Proses pelapukan berupa fisik atau kimia. Proses
transportasi dilakukan melalu media air, angin, atau es.

BATUAN SEDIMEN KLASTIK


Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang
terbentuk dari proses sedimentasi mekanis.

Hal-hal yang perlu dideskripsikan dalam batuan sedimen


klastik adalah:
 Warna, merefleksikan komposisi butiran penyusun
batuan sedimen yang mengindikasikan lingkungan
pengendapan. Warna batuan merah menunjukan
lingkungan oksidasi dan warna batuan hitam
menunjukan lingkungan reduksi.
 Tekstur batuan sedimen klastik berupa besar butir,
pemilahan, dan kemas.
 Komponen pembentuk batuan sedimen klastik berupa
butiran, matriks, dan semen.
 Porositas, dibedakan menjadi porositas baik (batuan
menyerap air), porositas sedanga (diantara baik-buruk),
porositas buruk (batuan tidak menyerap air). Jenis
porositas berupa intergranular, microporosity,
dissolution, dan fracture.
 Kekompakan adalah sifat fisik batuan berupa dense,
hard, medium hard, soft, friable, spongy.
 Struktur batuan sedimen, dideskripsikan struktur primer
berupa perlapisan, current ripple, mud crack, rain mark
dan lain-lain.

Klasifikasi batuan sedimen klastik mengikuti klasifikasi


Wentworth (Gambar 4) yang dibedakan berdasarkan besar
butir. Batuan sedimen klastik dibedakan menjadi batuan
sedimen detritus halus yang terdiri dari batulempung,
batulanau, dan serpih, dan batuan sedimen detritus kasar
yang terdiri dari batupasir, konglomerat, dan breksi.
Gambar 4. Klasifikasi batuan sedimen klastik
Batupasir Kasar
Batupasir Halus

Batupasir (klasifikasi Koesoemadinata, 1985), berwarna


abu-abu terang, kondisi segar, terdiri dari fragmen litik
100%, ukuran butir 0.06 – 0.08 mm, sortasi baik, kemas
tertutup, kubundaran sangat membundar, terdapat struktur
laminasi.
Konglomerate

Konglomerat (Klasifikasi Wenworth), berwarna coklat


kemerahan, kondisi segar, terdiri dari fragmen, tekstur
membundar, berukuran 2-4 cm, terdapat matriks…..
Batulempung
BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK

Batuan sedimen nonklastik merupakan batuan sedimen


yang terbentuk dari proses kimiawi seperti batuan sedimen
silika (flint, chert, fosforit, radiolarit) dan batuan sedimen
yang terbentuk dari hasil evaporasi seperti batu halit,
gypsum, dan anhidrit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan


sedimen nonklastik adalah:
 Warna, dideskripsikan warna yang representatif.
 Komponen berupa mineral penyusun.
 Tekstur nonklastik berupa teksutr kristalin.
Dasar penamaan batuan non-klastik menggunakan
klasifikasi Koesoemadinata (1985) (Gambar 5).

Gambar 5. Klasifikasi batuan sedimen menurut


Koesoedimadinata (1985)
Gypsum

Gipsum (klasifikasi Koesoemadinata, 1985), berwarna


putih ke kuning-kuningan, massif, kondisi segar, tersusun
dari mineral gypsum 90% dan mineral anhidrit 10%.
Anhidrit

Anhidrit, berwarna putih, kondisi segar, teksur massif,


tersusun dari mineral anhidrit 100%.
Batubara

Batubara, berwarna hitam pekat, struktur massif, terdiri


dari komponen maseral 95% maseral.
Dolomit

Dolomite, berwarna putih kekuning-kuningan, kondisi


segar, berstruktur massif, tersusun dari mineral dolomit
90% dan mineral kalsit 10%.
Rijang

Rijang, berwarna merah, kondisi segar, berstruktur massif,


berkomposisi silika 100%.
Halite
BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat merupakan batuan sedimen dengan
komposisi karbonat (aragonit, kalsit, dolomit, magnesit,
ankerit, dan siderit) lebih besar dari fraksi non karbonat.
Batuan karbonat terbentuk dari proses sedimentasi organik,
sedimentasi mekanis, sedimentasi kimiawi atau gabungan
dari proses-proses tersebut. Batuan karbonat dapat
terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal-subtidal)
seperti batugamping terumbu, di laut dalam di bawah CCD
sebagai endapan pelagic atau turbidit seperti chalk dan
cherty limestone, di danau, dan pada tanah seperti caliche.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan


karbonat adalah:
 Warna, dideskripsi warna yang representatif.
 Teksur berupa ukuran butir dan kristalin.
 Komponen penyusun berupa butiran karbonat, matriks,
dan semen.
Klasifikasi batuan karbonat mengikuti klasifikasi Dunham
(1962). Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur
pengendapan yaitu derajat perubahan tekstur pengendapan,
komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses
pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran dan
lumpur karbonat, serta batugamping yang tidak
menunjukan teksur pengendapan.

Gambar 6. Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham


(1962).
Kalsit

Kalsit (klasifikasi), bewarna coklat muda, kondisi segar,


berkomposisi mineral kalsit 100%.
Batugamping Alga

Boundstone, berwarna putih kecoklat-coklatan, kondisi


segar, terdiri dari komponen fragmen alga dan ooid,
mempunyai matirks berupa micrite, terdapat semen berupa
kalsit, tekstur dengan fragmen berukuran 0.1 – 2 cm,
bentuk mineral kristalin.
Batugamping Terumbu
Batugamping Foram
Batugamping Merah
BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik merupakan batuan yang disusun oleh


material-material hasil letusan gunungapi. Batuan
piroklastik dicirikan adanya kehadiran material piroklas,
butiran menyudut, dan porositas relatif tinggi. Secara
genetik batuan piroklastik dibedakan menjadi:
 Endapan jatuahn piroklastik dihasilkan dari letusan
eksplosif dan menipis serta menghalus menjauhi pusat
erupsi, sebaran mengikuti topografi, pemilahan baik,
struktur graded bedding normal dan reverse, komposisi
pumis, scoria, abu, sedikit lapilli, dan fragmen litik.
 Endapan aliran piroklastik dihasilkan dari pergerakan
lateral di permukaan tanah dari fragmen piroklastik yang
tertransport dalam matriks fluida dan tertransportasi jauh
dari gunungapi. Karakteristiknya memiliki pemilahan
buruk, sortasi buruk, dan butiran menydut, serta sebaran
tidak merata dan menebal di bagian lembah.
 Endapan surge piroklastik dihasilkan dari pergerakan
lateral material-material piroklastik yang mengalir
dalam turbulen gas panas.

Hal-hal yang harus dideskripsikan adalah:


1. Warna, dideskripsikan warna yang representatif.
2. Besar butir, dideskripsikan menggunakan besar butir.
3. Komponen, dideskripsikan komponen batuan
piroklastik, yaitu:
 Kristal, fragmen kristal.
 Fragmen litik : vulkanik dan nonvulkanik, polimik
atau monomik.
 Pumice atau scoria.
 Shards, alpili akresionari, vitriklas
 Semen : siliceous, karbonat atau zeolite.
4. Lithofasies
 Massif atau berlapis.
 Berlapis : laminasi (<1cm), berlapis sangat tipis (1-
3 cm), berlapis tipis (3-10 cm), berlapis sedang (10-
30 cm), berlapis tebal (30-100 cm), berlapis sangat
tebal (>100 cm).
 Massif (tidak bergradasi) tau bergradasi : normal,
reverse, normal-reverse, reverse-normal.
 Kemas: - clas-supported atau matrix-supported
- Terpilah baik, terpilah sedang, terpilah
buruk.
 Kekar : bloky, prismatik, columnar, platy.
 Ketebalan seragam atau tidak seragam.
 Ketebalan lateral rata atau tidak rata.
 Secara lateral menerus atau tidak menerus.
 Cross-bedded, cross-laminated.
5. Alterasi
 Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat,
feldspar, hematit.
 Distribusi : disseminated, nodular, spotted,
pervasive, patchy.

Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir


mengikuti Schmid (1981) yaitu:
Gambar 2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar
butir
Selain itu, terdapat klasifikasi batuan piroklastik
berdasarkan jenis material dan ukuran fragmen volkanik
(Fisher 1984) yaitu:

Gambar 3. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan (a)


jenis material dan (b) ukuran fragmen volaknik.
Tuff
Lithic Tuff
Lapilistone
Bom Volkanik
Obsidian
Scoria
Ignimbrit
BATUAN METAMORF

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk akibat


proses perubahan tekanan dan temperatur atau keduanya,
sehingga mengalami kestimbangan baru yang isokimia dan
tanpa melalui fasa cair dengan temperatur 200o-800oC.
Genesa batuan metamorf berhubungan dengan perubahan
tekanan dan temperatur terdiri dari:
 Metamorfosa termal/kontak yaitu terjadi akibat
kenaikan temperatur yang biasanya dijumpai di sekitar
intrusi.
 Metamorfosa regional/dynamo termal yaitu terjadi
akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara
bersama-sama dan terjadi di jalur orogen.
 Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi yaitu
terjadi di daerah pergeseran yang dangkal, tekanan lebih
berperan daripada temperatur,
 Metamorfosa burial yaitu proses metamorfosa yang
terjadi akibat pembebanan yang biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi.
 Metamorfosa lantai samudera yaitu metamorfosa yang
terjadi akibat pembukaan lantai samudera.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan
metamorf adalah:
 Warna yaitu warna yang representatif.
 Struktur yang dibedakan menjadi:
Struktur foliasi terdiri dari:
- Slaty cleavage yaitu struktur foliasi planar yang
dijumpai pada bidang belah batu sabak (slate),
mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate.
- Phyletic yaitu rekristalisasi lebih kasar daripada
slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada
batu sabak, mulai banyak mineral mika, mulai
terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral
granular, batuannya disebut filit.
- Schistose yaitu struktur perulangan dari mineral
pipih dan mineral granular. Mineral pipih
berorientasi menerus (close schistosy), batuasnnya
disebut schist.
- Gneissose yaitu struktur perulangan dari mineral
pipih dan mineral granular. Mineral pipih
berorientasi tidak menerus (open schistosity).
Batuannya disebut gneiss.
Struktur nonfoliasi terdiri dari:
- Granulose yaitu struktur non foliasi yang terdiri
dari mineral-mineral granular.
- Hornfelsik yaitu struktur non foliasi yang
dibentuk oleh mineral-mineral hornfels.
- Cataclastic yaitu struktur non foliasi yang
dibentuk oleh fragmen batuan, memperlihatkan
kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut
cataclasite.
- Mylonite yaitu struktur non foliasi yang
dibentuk akibat penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik.
- Phyllonitic yaitu gejala dan kenampakan sama
seperti milonit tetapi butiran lebih halus, sudah
terjadi reklistalisasi, kilap silky, batuannya
disebut filonit.
 Tekstur yang dibedakan menjadi homeoblastik (terdiri
dari satu tekstur : lepidobalstik, namtoblastik,
granoblastik, dan granuloblastik) dan heteroblastik
(terdiri lebih dari satu tekstur).
 Komposisi mineral beserta ciri-cirinya.

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia


batuan asal terdiri dari:
 Batuan metamorf pelitik yaitu berasal dari batuan
lempungan, bertekstur skistosa contohnya sekis,
batusabak dll.
 Batuan metamorf kuarsa felspatik yaitu berasal dari
batupasir atau batuanbeku felsic, hasolnya batuan
metamorf bertekstur bukan skistosa.
 Batuan metamorf karbonatan yaitu berasal dari batuan
yang berkoposisi CaCo3, hasil metamorfosa berupa
marmer.
 Batuan metamorf basa yaitu berasal dari batuan beku
basa, batuan metamorfnya disebut metabasite.
 Batuan metamorf ultrabasa yaitu batuan metamorf
yangberasal dari batuan beku ultrabasa, hasil
metamorfosa berupa serpentinit.
A. METAMORF FOLIASI
Slate
Filite
Amphibole
b. BATUAN METAMORF
Kuarsit
Marmer
Serpentinit
Eklogit
Hornfels

Anda mungkin juga menyukai