Anda di halaman 1dari 20

P

PERENCANAAN LUMPUR PEMBORAN BERDASARKAN


KARAKTERISTIK BATUAN DAN KONDISI
FORMASI YANG DITEMBUS

Karakteristik batuan dan kondisi formasi yang memiliki propertis berbeda


berpengaruh terhadap efektifitas fungsi dalam perencanaan lumpur pemboran. Perencanaan
yang sesuai berkaitan dengan pengontrolan sifat fisik, komposisi kimia dan jenis lumpur
untuk mengantisipasi efek-efek dari problem yang terjadi. Problem yang dihadapi dalam
perencanaan lumpur dapat menimbulkan kerusakan sistem lumpur dan performa formasi yang
ditembus.
Perencanaan lumpur pemboran mempunyai maksud untuk memilih dan menentukan
lumpur yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi formasi yang akan ditembus.
Perencanaan lumpur merupakan hasil penerapan formulasi berdasarkan identifikasi formasi
yang akan ditembus dengan pertimbangan dapat mengurangi efek-efek negatif dari problem
formasi serta peningkatan rate penetration pemboran. Adanya problem-problem pemboran
dapat diatasi dengan melakukan pengontrolan sifat-sifat fisik, komposisi kimia dan pemilihan
jenis lumpur. Penanggulangan problem tersebut harus memenuhi pertimbangan tiga parameter
yaitu : Hole Stability, Drilling Problem dan Well Completion. Perubahan sifat-sifat lumpur
dapat diperbaiki dengan penambahan zat-zat aditif dengan tujuan tertentu tanpa harus
merubah program pemboran. Aplikasi hidrolika lumpur bertujuan untuk meningkatkan
penetration rate perencanaan lumpur sebelumnya dengan tujuan peningkatan penetration rate
melalui perhitungan desain nozzle bit, kehilangan tekanan pada sistem sirkulasi, daya tekanan
pompa dan kecepatan alir di annulus dengan asumsi konsep BHHP, BHI dan JV yang
berlainan.
Perencanaan lumpur mencakup tujuan : evaluasi karakteristik batuan kondisi formasi
yang ditembus, desain lumpur pemboran yang sesuai sebagai fungsi karakteristik dan kondisi
formasi dan pencegahan problem kerusakan sistem lumpur dan formasi. Perencanaan lumpur
pemboran dikatakan berhasil jika mampu memberikan fungsi sesuai dengan karakter dan
kondisi batuan formasi yang ditembus dan menanggulangi problem tanpa mengalami
kerusakan pada performa formasi dan sistem lumpur itu sendiri.

Presentator : Dosen Pembimbing :


M. Arief R. Hakim Ir. Sunindyo, MT
113.99.0098 Ir. P. Subiatmono, MT
ERENCANAAN LUMPUR PEMBORAN BERDA
FORMASI YANG DITEMBUS

Karakteristik batuan dan kondisi formasi yang memiliki propertis berbeda berpengaruh
terhadap efektifitas fungsi dalam perencanaan lumpur pemboran. Perencanaan yang sesuai
berkaitan dengan pengontrolan sifat fisik, komposisi kimia dan jenis lumpur untuk mengantisipasi
efek-efek dari problem yang terjadi. Problem yang dihadapi dalam perencanaan lumpur dapat
menimbulkan kerusakan sistem lumpur dan performa formasi yang ditembus.
Perencanaan lumpur pemboran mempunyai maksud untuk memilih dan menentukan lumpur
yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi formasi yang akan ditembus. Perencanaan lumpur
merupakan hasil penerapan formulasi berdasarkan identifikasi formasi yang akan ditembus dengan
pertimbangan dapat mengurangi efek-efek negatif dari problem formasi serta peningkatan rate
penetration pemboran. Adanya problem-problem pemboran dapat diatasi dengan melakukan
pengontrolan sifat-sifat fisik, komposisi kimia dan pemilihan jenis lumpur. Penanggulangan
problem tersebut harus memenuhi pertimbangan tiga parameter yaitu : Hole Stability, Drilling
Problem dan Well Completion. Perubahan sifat-sifat lumpur dapat diperbaiki dengan penambahan
zat-zat aditif dengan tujuan tertentu tanpa harus merubah program pemboran. Aplikasi hidrolika
lumpur bertujuan untuk meningkatkan penetration rate perencanaan lumpur sebelumnya dengan
tujuan peningkatan penetration rate melalui perhitungan desain nozzle bit, kehilangan tekanan pada
sistem sirkulasi, daya tekanan pompa dan kecepatan alir di annulus dengan asumsi konsep BHHP,
BHI dan JV yang berlainan.
Perencanaan lumpur mencakup tujuan : evaluasi karakteristik batuan kondisi formasi yang
ditembus, desain lumpur pemboran yang sesuai sebagai fungsi karakteristik dan kondisi formasi dan
pencegahan problem kerusakan sistem lumpur dan formasi. Perencanaan lumpur pemboran
dikatakan berhasil jika mampu memberikan fungsi sesuai dengan karakter dan kondisi batuan
formasi yang ditembus dan menanggulangi problem tanpa mengalami kerusakan pada performa
formasi dan sistem lumpur itu sendiri.

PERENCANAAN LUMPUR PEMBORAN BERDASARKAN


KARAKTERISTIK BATUAN DAN KONDISI
FORMASI YANG DITEMBUS
Karakteristik batuan dan kondisi formasi yang memiliki propertis berbeda berpengaruh
terhadap efektifitas fungsi dalam perencanaan lumpur pemboran. Propertis bervariatif yang
dimiliki setiap formasi dipertimbangkan sebagai referensi tetap terhadap variable perencanaan
lumpur yang sesuai (adjustment). Perencanaan yang sesuai berkaitan dengan pengontrolan sifat
fisik, komposisi kimia dan jenis lumpur untuk mengantisipasi efek-efek dari problem yang
terjadi. Problem yang dihadapi dalam perencanaan lumpur dapat menimbulkan kerusakan sistem
lumpur dan performa formasi yang ditembus.
Perencanaan lumpur pemboran mempunyai maksud untuk memilih dan menentukan
lumpur yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi formasi yang akan ditembus. Perencanaan
lumpur merupakan hasil penerapan formulasi berdasarkan identifikasi formasi yang akan
ditembus dengan pertimbangan dapat mengurangi efek-efek negatif dari problem formasi serta
peningkatan rate penetration pemboran. Adanya problem-problem pemboran dapat diatasi
dengan melakukan pengontrolan sifat-sifat fisik, komposisi kimia dan pemilihan jenis lumpur.
Penanggulangan problem tersebut harus memenuhi pertimbangan tiga parameter yaitu : Hole
Stability, Drilling Problem dan Well Completion. Perubahan sifat-sifat lumpur dapat diperbaiki
dengan penambahan zat-zat aditif dengan tujuan tertentu tanpa harus merubah program
pemboran. Aplikasi hidrolika lumpur bertujuan untuk meningkatkan penetration rate
perencanaan lumpur sebelumnya dengan tujuan peningkatan penetration rate melalui
perhitungan desain nozzle bit, kehilangan tekanan pada sistem sirkulasi, daya tekanan pompa
dan kecepatan alir di annulus dengan asumsi konsep BHHP, BHI dan JV yang berlainan.
Hasil evaluasi identifikasi karakteristik batuan dan kondisi formasi yang bervariatif
merupakan formula referensi dalam perencanaan lumpur untuk mengontrol sifat fisik, komposisi
kimia dan jenis lumpur yang sesuai berdasarkan fungsinya. Perencanaan lumpur pemboran
berhasil jika mampu memberikan fungsi sesuai dengan karakter dan kondisi batuan formasi yang
ditembus dan menanggulangi problem tanpa mengalami kerusakan pada performa formasi dan
sistem lumpur itu sendiri.

Presentator : Dosen Pembimbing :


M. Arief R. Hakim 1. Ir. Sunindyo, MT
113.99.0098 2. Ir. P. Subiatmono, MT
Perencanaan lumpur memerlukan data-data berkaitan dengan karakteristik batuan dan kondisi
formasi yang ditembus karena suspensi lumpur itu sendiri memiliki sifat fisik dan komposisi kimia
yang dapat berubah jika terjadi kontak dengan batuan dan fluida formasi yang juga memiliki sifat
dan komposisi reaktif sehingga fungsi lumpur dapat diatur-atur menyesuaikan (adjustment) dengan
formasi yang ditembus. Tanpa perencanaan lumpur yang tepat dapat menimbulkan problem
kerusakan pada sistem lumpur dan atau formasi walaupun dapat diperbaiki dengan menambahkan
zat-zat aditif dengan tujuan tertentu. Penambahan zat aditif mempunyai parameter-parameter
tersendiri yang berperan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia lumpur dalam pencegahan efek-
efek negatif problem yang sedang dihadapi. Hidrolika lumpur diterapkan untuk menaikkan
efektifitas perencanaan lumpur sebelumnya dengan tujuan peningkatan penetration rate melalui
perhitungan desain nozzle bit, kehilangan tekanan pada sistem sirkulasi, daya tekanan pompa dan
kecepatan alir di annulus. Sifat fisik dan rheologi lumpur sangat berperan bagi keberhasilan
hidrolika, sehingga antara perencanaan dan hidrolika lumpur keduanya saling mendukung satu sama
lainnya.
Informasi aktual hasil evaluasi karakteristik batuan dan kondisi formasi yang berbeda-beda,
yang akan ditembus, digunakan sebagai referensi dalam merencanakan lumpur yang sesuai dengan
mengontrol sifat-sifat fisik, komposisi kimia dan jenis lumpurnya. Sistem lumpur dan performa
formasi dapat mengalami kerusakan akibat efek negatif dari problem yang terjadi dapat direduksi
dengan menambahkan zat-zat aditif dengan tujuan-tujuan tertentu tanpa menganggu fungsi program
lumpur. Hidrolika lumpur untuk meningkatkan efektifitas perencanaan lumpur mempunyai
beberapa asumsi-asumsi yang berlainan dalam peningkatkan penetration rate.
Diagram Buoyancy Factor versus Mud Density

Hubungan Antara Solids Content Terhadap Drilling Rate


Wellbore Enlargement Akibat Shale Instability
Struktur Attapulgite

Perbedaan Hidrasi Antara Plat-plat Clay Na deangan Ca


Performa Sealing Lost Circulation Material

Skema Fracture Sealing Lost Circulation Material pada Permukaan Wellbore (A), Di
Dalam Wellbore (B)
Tekanan Formasi Abnormal

Tekanan Abnormal Berkembang pada Undercompacted Region akibat Shale Matrix


Tidak Mampu Menahan Overburden Stress
Pengaruh % Volume Padatan terhadap Densitas
Mekanisme Pipe Sticking oleh Lumpur Pemboran
Pengaruh Setting Time terhadap Puipe Sticking

Laju Korosi oleh Campuran Hydrogen Sulfide (H2S), Carbon Dioxide (CO2) dan
Brine
Tekanan Fluida Formasi Meningkat Diatas Tekanan Normal pada Kedalaman
diamana Undercompacted Mulai Berkembang
Pengangkatan Cutting Ke Permukaan oleh Lumpur
Velocity Annular Keatas oleh Mud Harus Melebihi Slip Velocity Cutting
Tipe Formation Damage
Differential Pressure Pipe Sticking
Variasi Volume Filtrat, Volume Cake dan Permeabilitas terhadap Konsentrasi Padatan
dalam Suspensi Lumpur
Aliran Laminar

Aliran Turbulent
Perpotongan Aliran Laminar dan Turbulent

Anda mungkin juga menyukai