Karakteristik batuan dan kondisi formasi yang memiliki propertis berbeda berpengaruh
terhadap efektifitas fungsi dalam perencanaan lumpur pemboran. Perencanaan yang sesuai
berkaitan dengan pengontrolan sifat fisik, komposisi kimia dan jenis lumpur untuk mengantisipasi
efek-efek dari problem yang terjadi. Problem yang dihadapi dalam perencanaan lumpur dapat
menimbulkan kerusakan sistem lumpur dan performa formasi yang ditembus.
Perencanaan lumpur pemboran mempunyai maksud untuk memilih dan menentukan lumpur
yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi formasi yang akan ditembus. Perencanaan lumpur
merupakan hasil penerapan formulasi berdasarkan identifikasi formasi yang akan ditembus dengan
pertimbangan dapat mengurangi efek-efek negatif dari problem formasi serta peningkatan rate
penetration pemboran. Adanya problem-problem pemboran dapat diatasi dengan melakukan
pengontrolan sifat-sifat fisik, komposisi kimia dan pemilihan jenis lumpur. Penanggulangan
problem tersebut harus memenuhi pertimbangan tiga parameter yaitu : Hole Stability, Drilling
Problem dan Well Completion. Perubahan sifat-sifat lumpur dapat diperbaiki dengan penambahan
zat-zat aditif dengan tujuan tertentu tanpa harus merubah program pemboran. Aplikasi hidrolika
lumpur bertujuan untuk meningkatkan penetration rate perencanaan lumpur sebelumnya dengan
tujuan peningkatan penetration rate melalui perhitungan desain nozzle bit, kehilangan tekanan pada
sistem sirkulasi, daya tekanan pompa dan kecepatan alir di annulus dengan asumsi konsep BHHP,
BHI dan JV yang berlainan.
Perencanaan lumpur mencakup tujuan : evaluasi karakteristik batuan kondisi formasi yang
ditembus, desain lumpur pemboran yang sesuai sebagai fungsi karakteristik dan kondisi formasi dan
pencegahan problem kerusakan sistem lumpur dan formasi. Perencanaan lumpur pemboran
dikatakan berhasil jika mampu memberikan fungsi sesuai dengan karakter dan kondisi batuan
formasi yang ditembus dan menanggulangi problem tanpa mengalami kerusakan pada performa
formasi dan sistem lumpur itu sendiri.
Skema Fracture Sealing Lost Circulation Material pada Permukaan Wellbore (A), Di
Dalam Wellbore (B)
Tekanan Formasi Abnormal
Laju Korosi oleh Campuran Hydrogen Sulfide (H2S), Carbon Dioxide (CO2) dan
Brine
Tekanan Fluida Formasi Meningkat Diatas Tekanan Normal pada Kedalaman
diamana Undercompacted Mulai Berkembang
Pengangkatan Cutting Ke Permukaan oleh Lumpur
Velocity Annular Keatas oleh Mud Harus Melebihi Slip Velocity Cutting
Tipe Formation Damage
Differential Pressure Pipe Sticking
Variasi Volume Filtrat, Volume Cake dan Permeabilitas terhadap Konsentrasi Padatan
dalam Suspensi Lumpur
Aliran Laminar
Aliran Turbulent
Perpotongan Aliran Laminar dan Turbulent