Anda di halaman 1dari 31

26

5.2. Perkiraan Produktivitas Formasi

Pada umumnya sumur yang baru ditemukan mempunyai tenaga pendorong


alamiah yang mampu mengangkat fluida hidrokarbon dari reservoir sampai ke
permukaan. Kemampuan tersebut tidak dapat berlangsung terus hingga seluruh
fluida yang terdapat dalam reservoir habis, tetapi akan menurun sejalan dengan
menurunnya tekanan reservoir. Kemampuan reservoir untuk mengalirkan fluida
tersebut disebut produktivitas formasi.
Produktivitas formasi adalah kemampuan dari formasi untuk mengalirkan
fluida pada kondisi tekanan tertentu, biasanya dinyatakan dengan productivity
indeks (PI). Sedangkan kelakuan formasi produktif dinyatakan dalam bentuk
grafis yang dikenal dengan grafik IPR (Inflow Performance Relationship).
Dalam perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas antara lain
diperlukan pengetahuan tentang kinerja aliran fluida reservoir dari formasi
produktif masuk ke lubang sumur. Ulah aliran ini dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara tekanan aliran di dasar sumur dengan laju aliran minyak atau
gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja aliran fluida reservoir dari
formasi produktif masuk ke dasar lubang sumur, adalah :
o Jumlah fasa yang mengalir
o Sifat fisik fluida reservoir
o Sifat fisik batuan reservoir
o Konfigurasi di sekitar lubang bor, yaitu :
a) Perforasi
b) Gravel pack
c) Adanya skin/kerusakan formasi
d) Rekahan hasil perekahan hidraulik
27

o Kemiringan lubang sumur di formasi produktif (vertikal, miring, atau


horisontal)
o Bentuk daerah pengurasan
Keempat faktor tersebut diatas, secara ideal harus diwakili di dalam setiap
metode perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi masuk ke lubang sumur.
Tetapi sekarang, belum tersedia satu metode praktis yang memperhitungkan
keempat faktor tersebut di atas secara bersamaan. Oleh karena itu sampai saat ini
tersedia banyak metode perhitungan kinerja aliran dari formasi ke dasar lubang
sumur, maka perlu diperhatikan tentang asumsi dari masing-masing metode
sebelum suatu metode diaplikasikan di suatu sumur.

5.2.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori

Aliran fluida dalam media berpori yang homogen dalam sistem radial,
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial berikut ini :
1 d k dp dp
r = φC
r dr μ dr dr

………………………………………….......(5-45)
Persamaan diferensial tersebut berlaku untuk setiap fasa fluida reservoir, baik
minyak, gas ataupun air. Persamaan 5-1, merupakan persamaan diferensial tidak
linier oleh karena itu baik variabel di ruas kiri maupun di ruas kanan merupakan
fungsi dari variabel tak bebas yaitu tekanan. Pemecahan persamaan tersebut dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara analitis ataupun sengan metode analisis
numerik.
Pemecahan secara analitis, memerlukan penyederhanaan persamaan
differensial, dengan cara melakukan anggapan-anggapan, misalnya :
o Fluida satu fasa
o Kondisi aliran steady state
o Sifat fisik fluida dan batuan berpori homogen serta isotropis
o Reservoir tak terbatas.
28

Hasil solusi persamaan diferensial dengan cara analitis ini, tentunya hanya dapat
digunakan secara terbatas sesuai dengan anggapan-anggapan yang diberlakukan.
Pemecahan dengan metode numerik, memungkinkan dapat diformulasikan
suatu kondisi yang lebih rumit, misalnya :
o Kondisi aliran dua atau tiga fasa,
o Kondisi aliran transien atau semi mantap (pseudo steady state),
o Bentuk reservoir yang terbatas,
o Ada atau tidaknya skin di sekitar sumur.
Perkembangan teknik komputasi dengan menggunakan komputer memungkinkan
dilakukannya pemecahan dengan metode numerik.

A. Persamaan Darcy Untuk Aliran Satu Fasa


Hal-hal penting sehubungan dengan pembahasan ini yaitu beberapa akibat
yang ditimbulkan dengan adanya aliran fluida di dalam reservoir, ialah mengenai
hukum Darcy dan sistem aliran di dalam reservoir.

Hukum Darcy
Pada tahun 1956 Henry Darcy merumuskan suatu hukum yang merupakan
hasil dari percobaan aliran fluida homogen, melalui lapisan penyaring pasir yang
tidak terkonsolisasi (medium berpori).
Tenyata dari percobaan tersebut dapat dismpulkan bahwa, kecepatan fluida
mengalir sebanding dengan gradien tekanan, dan sebanding terbalik dengan
viskositas fluida, yang dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial
k dp
v=
μ dx
……………………………………………….... ..(5-46)

dimana :
v = kecepatan aliran, cm/sec
µ = viskositas fluida yang mengalir, centipoise (cp)
dp
= gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
dx
k = permeabilitas media berpori, darcy
29

q = laju aliran, cm3/det


A = luas penampang batuan, cm2
Tanda negatif dalam persamaan menunjukkan bahwa bila tekanan bertambah
dalam satu arah, maka jaraknya bertambah dalam arah yang berlawanan.
Anggapan yang perlu supaya persamaan ini dapat dipakai ialah :
- Aliran steady state.
- Ruang pori-pori batuan 100 % dijenuhi oleh fluida yang mengalir.
- Viskositas fluida yang mengalir konstan.
- Kondisi isothermal
- Aliran horizontal dan linier
- Pola aliran laminer
Karena rate aliran ialah q = v A, maka persamaan Darcy menjadi,
kA dp
q=
μ dx
……………………………………………………........

(5-47)
dimana A = luas dari porous medium, cm2
Untuk fluida yang lebih dari satu fasa yang melalui media berpori, maka
penggunaan hukum Darcy harga k diganti oleh permeabilitas efektif dari masing-
masing rumus yang dapat digunakan ialah,
k o A dp
qo = ....................................................................................(5-48)
μ o dx

k w A dp
qw = ...................................................................................(5-49)
μ w dx
k g A dp
qg = ....................................................................................(5-50)
μ g dx

Aliran fluida linier


Gambar 5.18. menyatakan aliran linier sepanjang suatu benda dengan
irisan konstan, dimana kedua ujungnya terbuka keseluruhannya untuk aliran, dan
tidak terdapat cross-flow pada tepiannya, baik di atas atau dibawah atau dasar.
30

Gambar 5.18.
Aliran fluida pada Sistem Linier 1)

Jika fluida yang mengalir ialah incompresible, maka kecepatan fluida yang
mengalir akan sama untuk setiap titik. Rate aliran (q) disini bukanlah fungsi
tekanan. Jadi persamaan (5-47) dapat diintegrasikan menjadi,
L P2
q k
A o  dp
dx 
μ P1

syarat batas x=0  P = P1


x = L  P = P2
qL k
  P1 - P2 
A μ

K A  P1 - P2 
q
μL
K A ΔP
q=
μL
………………………………………………..

….........(5-51)
Dalam satuan lapangan :
K A ΔP
q = 1.127
μL
……………………………………….

…….........(5-52)
dimana :
q = rate aliran, bbl/day
k = permeabilitas effektif, darcy
31

µ = viskositas fluida, cp
ΔP = beda tekanan, psi

Aliran Fluida Radial


Pada Gambar 5.19. menyatakan aliran radial dalam sistem, dimana r e dan
rw ialah jari-jari batas luar dan sumur, Pe dan Pw ialah masing-masing tekanan pada
batas luar dan tekanan pada sumur, sedangkan h adalah tinggi sistem (tebal).
Bila fluida yang mengalir ialah incompressible, maka dari persamaan (5-46)
K dp
v=
μ dr
q = Av

luas permukaan silinder A= 2 π r h

Gambar 5.19.
Aliran Fluida pada Sistem Radial 21)

k dp
q = 2π r h
μ dr
rw P
1 e

qμ  dr  2 r k h  dp
re
r Pw
32

re
μ o qln  2 k h  Pe  Pw 
rw

2kh  Pe - Pw 
q
r …………………………………..…….
μ o ln e
rw
….......... (5-53)
Dalam satuan lapangan :
kh  Pe - Pw 
q  7.08x10 -3
r ………………………….......... (5-
μ o ln e
rw
54)

dimana :
q = rate aliran fluida, bbl/day
h = tebal lapisan produktif, ft
Pe = tekanan pada jarak re, psi
Pw = tekanan pada jarak rw, psi
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
k = peremeabilitas, darcy
µ = viskositas fluida, cp

Sesuai dengan tekanan di reservoir apabila tekanan tersebut lebih besar


dari tekanan saturasi (P>Pb), maka aliran fluida reservoir merupakan aliran
minyak, atau dapat berupa aliran minyak dan gas apabila tekanan rata-rata
reservoir lebih kecil dari tekanan sarturasi(P<P b). Keadaan ini perlu diperhatikan,
karena metode-metode perhitungan ulah aliran fluida dari formasi ke lubang
sumur terbagi menjadi dua kondisi ini.

B. Persamaan Darcy untuk Aliran Multi Fasa


33

Aliran multi fasa itu ialah aliran yang dapat berupa minyak dan air atau
gas yang mengalir secara bersama-sama atau campuran antara fasa gas dan fasa
cair.

Gas Oil Ratio (GOR)


Merupakan perbandingan antara gas bebas atau yang masih terlarut dalam
minyak. Untuk formasi yang horisontal, homogen dan hanya memproduksikan
minyak dan gas, maka rasio minyak–gas (GOR) secara matematis dinyatakan
sebagai berikut :
qo μokg
GOR = = …………………...........……………………… (5-55)
qg μgko

Persamaan diatas berlaku untuk kondisi formasi, sedangkan untuk kondisi


permukaan, maka laju produksi gas sama dengan q g/Bg, dan laju produksi minyak
sama dengan qo/Bo, ditambah gas bebas yang semula terlarut dalam minyak
sebesar Rs atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
μ o Bo k g
GOR permukaan = R s + ………………………………….........
μ g Bg k o

(5-56)
dimana :
GOR = Gas Oil Ratio, cuft/bbl
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
µo = viskositas minyak, cp
µg = viskositas gas ,cp
Bo = faktor volume formasi minyak, Bbl/STB
Bg = faktor volume formasi gas, SCF/STB
ko = permeabilitas sfektif terhadap minyak, md
kg = permeabilitas efektif terhadap gas, md

Ratio Minyak-Air (WOR)


34

Merupakan perbandingan antara laju produksi air dengan laju produksi


minyak. Pada kondisi reservoir maka water oil ratio dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut :
qw μok w
WOR = = …………………………………………... (5-57)
qo μwko

Untuk kondisi di permukaan, maka volume minyak akan mengecil hal ini
disebabkan oleh adanya gas yang membebaskan diri dari dalam minyak, sehingga
untuk kondisi dipermukaan laju produksi minyak sama dengan qo/Bo. Sedangkan
kelarutan gas di dalam air sangat kecil dan kompresibilitas air juga kecil, maka q w
dapat dianggap sama dengan laju produksi air dipermukaan. Maka perbandingan
laju produksi air dibanding laju produksi minyak di permukaan adalah :
μok w
WOR permukaan = ……………………………….……..........
Boμ w k o

(5-58)
Untuk kondisi tekanan diatas tekanan saturasi, maka produksi fluida
reservoir belum menghasilkan gas bebas, di dalam hal ini GOR akan sama dengan
jumlah gas mula-mula, yang terlarut dalam minyak (Rs). Dengan naiknya produksi
kumulatif minyak, maka tekanan akan turun sampai dibawah tekanan saturasinya,
pada saat ini juga di bawah tekanan saturasinya, sehingga gas bebas akan bergerak
ke permukaan dan sturasi gas di sekitar lubang sumur akan naik dan permeabilitas
minyak akan turun, akibatnya GOR produksi naik. Demikian pula untuk reservoir
yang terdiri dari minyak, air dan gas digunakan konsep rasio liquid-gas (GLR).

5.2.2. Produktivity Index (PI)

Produktivity Index adalah suatu indeks atau derajat pengukuran


kemampuan produksi suatu sumur yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
rate produksi, dinyatakan dalam stock tank barrel per day.
Secara khusus, PI merupakan perbandingan antara laju produksi yang
dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan alir dasar sumur tertentu
dengan perbedaan antara tekanan dasar sumur pada keadaan statik (Ps) dan
tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran (Pwf). PI didasarkan pada gross
35

liquid production, tapi ada juga yang berdasarkan dengan rate produksi minyak
(qo). Secara matematis bentuknya dapat dituliskan sebagai berikut :
q
PI  J 
 Ps - Pwf  ……………………………………..……...........
(5-59)
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
(Ps-Pwf) = draw-down, psi
Besaran-besaran tersebut bisa diukur dengan beberapa cara, dimana laju
produksi (q) bisa diukur di tanki permukaan, atau pada separator di unit flow-
meter. Tekanan reservoir (Ps) dapat ditentukan dengan alat pengukur tekanan
bawah permukaan (subsurface pressure gauge), setelah periode ditutupnya sumur
dalam waktu tertentu, atau dengan metode PBU (Pressure Built up).
Dengan pengukuran ini ialah sumur diproduksikan dengan rate konstan
selama selang waktu Δt, kemudian penambahan tekanan yang terjadi diukur
sebagai fungsi waktu. Dengan memakai persamaan Horner untuk unit lapangan,
diplot dalam kertas semi log, antara tekanan versus (t + Δt)/Δt.
Kurva yang diperoleh akan membentuk garis lurus, kemudian dilakukan
ekstrapolasi pada harga (t + Δt)/Δt = 1, hasil yang didapat akan merupakan
tekanan statik reservoir.
Untuk mengukur besaran tekanan aliran dasar sumur (P wf) dapat dilakukan
secara langsung dengan menurunkan pressure bomb. Setelah sumur ditutup untuk
mendapatkan tekanan statik reservoir, kemudian sumur dibuka pada ukuran choke
tertentu, laju produksi yang didapat dicatat sebagai fungsi waktu.
Kemudian setelah rate produksi konstan, waktu dicatat, juga tekanannya,
maka dibuat hubungan antara rate produksi, tekanan yang dicatat presure bomb,
dengan waktu. Hal ini diulang untuk beberapa rate produksi (3 atau 4 macam
harga ) yang berbeda. Dengan demikian pada rate tertentu akan diperoleh harga
tekanan aliran dasar sumur yang tertentu pula.
36

Persamaan Darcy untuk aliran radial dinyatakan dalam STB/hari ialah :


7.082 x10 -3 k o h  Ps - Pwf 
qo 
r ………...
μ o B o ln e
rw
…………………….........(5-60)
Bila persamaan (5-60) disubsitusikan ke persamaan (5-61) diperoleh,
qo 7.082 x10 -3 k o h
J= =
( Ps - Pwf ) re …………..….
B o μ o ln
rw
………………........(5-61)

Faktor-faktor yang mempengaruhi PI adalah karakteristik batuan dan


fluida resrvoir, ketebalan lapisan dan mekanisme pendorong.
a) Sifat fisik batuan reservoir
 Permeabilitas
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
Dengan turunnya permeabilitas maka fluida akan lebih sukar mengalir,
sehingga kemampuan berproduksi atau PI turun.
 Saturasi
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori-pori batuan. Dalam
proses produksi, saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi
kumulatif minyak dan kekosongan diganti oleh air atau gas bebas.
Disamping itu proses produksi berlangsung terus dengan penurunan
tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi gas
bertambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi
permeabilitas efektif terhadap minyak sehingga dapat menurunkan PI.

b) Sifat fisik fluida reservoir


 Kelarutan gas dalam minyak
37

Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble
point pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan
perubahan terhadap permeabilitas karena fluida yang mengalir masih
terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan
gelembung (bubble point pressure), maka adanya drawdown pressure
dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya saturasi gas
yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Atau untuk lebih
singkatnya Jika tekanan reservoir turun sampai < Pb, maka gas yang
terbebaskan dari minyak semakin bertambah (Rs turun, Sg bertambah, K eff
terhadap minyak berkurang), akibatnya PI turun. Dengan kata lain bahwa
adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas dalam
bentuk gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan
menghalangi aliran minyak sehingga harga PI akan turun.
 Faktor Volume Minyak
Diatas tekanan gelembung, penurunan tekanan akan menyebabkan naiknya
Bo akibat pengembangan minyak. Sedangkan dibawah tekanan gelembung
harga Bo turun dengan cepat karena penyusutan akibat dibebaskannya gas
yang terlarut. Dengan kata lain kenaikan harga Bo akan menurunkan harga
PI
 Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila
tekanan reservoir sudah berada di bawah tekanan bubble point maka
penurunan takanan akan mengakibatkan bertambahnya gas yang
dibebaskan dari larutan, sehingga viskositas naik. Hal ini akan
mempengaruhi harga PI. Viskositas minyak naik, maka harga PI akan
turun
c) Drawdown
Semakin besar drawdown, maka besar pula laju lirannya, sehingga PI naik.
Tetapi dengan semakin besarnya drawdown yang dikibatkan mengecilnya P wf,
sehinga di bawah tekanan saturasi akan mengakibatkan dibebaskannya gas yang
terlarut dalam hal ini akan menyebabkan turunya harga PI.
38

Dengan terbebaskannya gas yang semula larut dalam minyak akan


mengakibatkan kehilangan tekanan yang besar dalam aliran vertikal ke
permukaan sehingga Tubing Head Pressure (THP) yang dihasilkan akan kecil,
dan ini memungkinkan ketidakmampuan untuk mengalirkan fluida selanjutnya ke
separator, karena tidak dapat mengatasi tekanan balik yang terjadi. Disamping itu
laju produksi minyak akan turun karena terhambat oleh aliran gas. Perlu kita
perhatikan bahwa, dengan membesarnya drawdown untuk formasi yang kurang
kompak dapat menimbulkan masalah terproduksinya pasir.
d) Ketebalan Lapisan
Semakin tebal suatu zona produktif, maka makin besar pula harga PI yang
berarti laju produksi juga dapat naik tetapi apabila lapisan tersebut diselingi oleh
lapisan tipis dari air maupun gas, maka laju produksi minyak akan berkurang.
Terproduksinya air dapat pula menyebabkan terjadinya scale yang mengurangi
kapasitas kerja dari alat-alat atau terjadi korosi pada alat. Untuk mencegah hal ini,
antara lain dengan memasang casing, sehingga menembus formasi/zona produktif,
kemudian diperforasi pada interval-interval minyaknya.
e) Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimilikinya. Kelakuan tekanan
reservoir untuk masing-masing reservoir dapat dilihat pada gambar 5.19..
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari
larutan, sehingga saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang
menyebabkan permebilitas efektif minyak (ko) turun, sehingga PI turun.
Bila tekanan masih berada di atas tekanan saturasi maka PI konstan,
karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
Penurunan tekanan agak lambat dibandingkan dengan solution gas drive.
Hal ini disebabkan karena tenaga pendorong selain dari pengembangan
gas juga oleh pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI tidak
secepat pada solution gas drive.
39

3. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx, sehingga
tidak dapat mengimbangi pengosongan, maka tekanan akan turun sampai
dibawah tekanan saturasi, sehingga terbentuk fasa gas. Dalam kondisi ini
dapat terjadi aliran minyak, air dan gas, dimana PI-nya akan turun selama
produksi berlangsung.

Gambar 5.20.
Kelakuan Tekanan Reservoir dari Tiga Jenis
Mekanisme Pendorong 2)

5.2.3. Inflow Performance Relationship (IPR)

Produktivity index yang diperoleh secara langsung maupun secara teoritis


hanya merupakan gambaran secara kwalitatif mengenai kemampuan suatu sumur
untuk berproduksi. Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur, ataupun
untuk melihat kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga PI dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik Inflow Performance
Relationship (IPR). Umumnya grafik Inflow Performance Relationships (IPR) ini
dibuat untuk melihat kelakuan formasi produktif terhadap penurunan tekanan
reservoir, yang dibuat dalam bentuk hubungan (plot) antar laju produksi dengan
perubahan tekanan reservoirnya. Grafik IPR ini sangat penting untuk mengetahui
produktivitas formasi karena akan dapat digunakan untuk menentukan ukuran
40

tubing dan choke serta dapat menentukan pula laju produksi optimum yang dapat
diperoleh. Dalam membuat grafik IPR harus diperhatikan aliran fluida dalam
media berpori apakah aliran tersebut satu fasa, dua fasa atau tiga fasa.
Berdasarkan definisi produktivity index, maka variabelnya adalah laju
produksi (q) dan tekanan aliran dasar sumur (P wf). Oleh karena itu pesamaan
tersebut dapat diubah menjadi :
q
Pwf = Ps - ………………....…..…...…………….………..........
PI
(5-62)
Berdasarkan anggapan diatas, maka persamaan (5-62) merupakan garis lurus
seperti ditunjukkan gambar 5.21.

Gambar 5.21.
Produktivity Index Ideal 2)

Titik A adalah harga Pwf pada saat q = 0 dan sesuai dengan persamaan (5-
62) maka Pwf = Ps. Sedangkan titik B adalah harga q pada P wf = 0, sesuai dengan
persamaan (5-62) maka q = PI x P s dan harga laju produksi ini merupakan laju
produksi maksimum. Harga laju produksi maksimum ini disebut sebagai potensial
sumur dan merupakan laju produksi maksimum yang diperbolehkan dari suatu
sumur.
Harga PI merupakan kemiringan dari garis IPR yaitu :
41

0B PI x Ps
PI = tan θ = = .................................................................
0A Ps

(5-63)
Gambar 5.21. menunjukkan kurva linier, karena diangap PI-nya konstan
tidak tergantung pada kecepatan produksi. Tetapi pada prakteknya kurva
hubungan tersebut tidak merupakan garis lurus, jadi garis AB akan melengkung
pada rate yang mendekati harga maksimum, seperti terlihat pada gambar 5.22.
Garis AB tersebut dikenal dengan IPR (Inflow Performance Relationship), yang
menunjukkan karakteristik aliran fluida di dalam reservoir.
Pada rate produksi tertentu, mulai pada titik singgung maka PI
didefinisikan dp dp wf yang sama dengan tan θ.

Gambar 5.22.
Kurva Inflow Performance Relationship 2)
Arah lengkungan menunjukkan bahwa PI akan berkurang dengan naiknya
laju produksi. Hal ini terutama pada reservoir yang mempunyai mekanisme
pendorong solution gas drive, sedangkan pada water drive reservoir harga PI-nya
relatif konstan. Arah lengkungan yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5.22, disebabakan karena harga Pwf berada di bawah bubble point
pressure, sehingga sewaktu minyak mendekati sumur, tekanan akan turun terus
dan akan mengakibatkan terlepasnya gas dari minyak. Jadi gas bebas yang terjadi
akan meningkat jumlahnya, sehingga menaikkan saturasinya, juga permeabilitas
efektif gas naik, maka akibatnya akan menurunkan permeabilitas efektif minyak.
42

Harga GOR (Gas Oil Ratio) pada rate produksi yang tinggi akan naik,
karena dengan naiknya drawdown, permeabilitas efektif akan naik pula. Alasan-
alasan inilah yang menyebabkan kurva IPR tidak lurus, apabila P wf berada di
bawah tekanan bubble point.
Selain jumlah fasa yang mengalir, yang perlu diperhatikan pula adalah
adanya hambatan terhadap aliran di sekitar lubang sumur atau jenis aliran dalam
media berpori. Sumber utama terjadinya hambatan aliran di sekitar lubang bor
ialah :
1. adanya invasi filtrat lumpur pemboran ke formasi produksif.
2. adanya partikel lumpur pemboran yang menutup pori-pori batuan disekitar
lubang bor.
3. hambatan aliran minyak disebabkan oleh penrunan saturasi minyak di
sekitar lubang bor .
4. lubang perforasi dan gravel pack.
5. turbulensi aliran .
Gambar 5.23. menunjukkan distribusi tekanan dalam reservoir dan di
sekitar sumur dengan dan atau tidaknya pengaruh skin

Gambar 5.23.
Distibusi Tekanan di Sekitar Lubang Sumur 2)

Faktor skin yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas disekitar


sumur, Hawkins menurunkan persamaan yang menghubungkan antara faktor skin
43

dengan harga permeabilitas formasi yang mengalami perubahan dengan harga


permeabilitas formasi yang sebenarnya, yaitu :
 k   re 
S   - 1 ln  ..................................................................... (5-64)
 k s   rw 
dimana :
S = faktor skin
k = permeabilitas absolut formasi yang tidak mengalami kerusakan
ks = permeabilitas absolut formasi yang mengalami kerusakan
rs = jari-jari formasi yang mengalami kerusakan
rw = jari-jari sumur
Persamaan (5-64) menunjukkan bahwa apabila formasi mengalami
kerusakan, harga ks mengecil dan lebih kecil dari permeabilitas formasi
sebenarnya, maka harga faktor skin adalah positif. Sebaliknya apabila
permeabilitas di sekitar sumur mengalami perbaikan, sebagai hasil stimulasi
sumur berhasil, maka harga ks akan meningkat atau lebih besar dari harga
permeabilitas formasi sebenarnya, dengan demikian harga faktor skin akan
negatif.
Sesuai dengan yang telah diuraikan diatas, bahwa pembuatan grafik IPR
dengan menggunakan metoda-metoda perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur atau sekarang, dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. jumlah fasa yang mengalir
2. pengaruh skin
3. pengaruh turbulensi
Pengelompokan metode adalah sebagai berikut :
I. Aliran satu fasa (minyak)
a. Dengan atau tanpa skin
- Persamaan Darcy
b. Pengaruh lubang perforasi dan gravel pack
- Persaman Jones, Blount dan Glaze
II. Aliran dua fasa (minyak dan air)
44

a. Tanpa pengaruh skin


- Persamaan Darcy dalam bentuk fungsi tekanan semu (psuedo-pressure
function)
- Persamaan Vogel
b. Dengan pengaruh skin
- Persamaan Standing
- Persamaan Cauto
- Persamaan Horrison
- Persamaan Pudjo Sukarno
c. Pengaruh Faktor Turbulensi dan Skin
- Persamaan Fetkovich
III.Aliaran Tiga Fasa (Gas, Minyak, , dan Air)
Tanpa pengaruh Skin
- Persamaan Petrobras
- Persamaan Pudjo Sukarno

a) Kurva IPR Satu Fasa


Persamaan Darcy
Aliran fluida di dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy
(1856) dalam persamaan :
q k dp
v - .................................................................................
A μ dl

(5-65)
Persamaan diatas mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah :
a. aliran mantap (steady state).
b. fluida yang mengalir satu fasa.
c. tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluida.
d. fluida bersifat incompressible.
e. viskositas fluida yang mengalir konstan.
f. kondisi aliran isotermal.
g. formasi homogen dan arah aliran horisontal.
45

Persamaan diatas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial,


dimana dalam suatu lapangan persamaan tersebut berbentuk :
k h  Pe - Pwf 
q o  7.08 x 10 3

μ o B o ln e 
r ........................................................(5-66)
 rw 
dimana :
qo = laju produksi, STB/hari
k = permeabilitas efektif minyak, md
h = ketebalan formasi
Pe = tekanan formasi pada jarak re dari sumur, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
µo = viskositas, cp
Bo = faktor volume formasi, BBL/STB
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Persamaan atau asumsi yang harus dipenuhi untuk menggunakan
persamaan (5-66) tersebut adalah :
a. fluida berfasa tunggal
b. aliran mantap (steady state)
c. formasi homogen
d. fluida incompressible.

b) Kurva IPR Dua Fasa


Seperti yang telah dikemukan sebelumnya, bahwa persyaratan yang sulit
untuk dipenuhi adalah persyaratan fluida yang mengalir berfasa tunggal. Muskat
menyatakan apabila yang mengalir adalah fluida dua fasa (minyak dan gas), maka
bentuk kurva IPR membentuk melengkung.

Persamaan dalam Bentuk Pseudo-Pressure Function


46

Aliran semi mantap, dimana tidak ada aliran pada batas reservoir,
persamaan laju aliran minyak pada kondisi aliran dua fasa (gas dan minyak)
adalah sebagai berikut :
k h 1 dP
q o  7.08 x 10 3 .............................................................
μ o B o r dr

(5-67)
Permeabiltas efektif minyak dapat dinyatakan sebagai perkalian antara
permeabilitas absolut dengan permeabilitas relatif minyak, yaitu ko = k x kro.
Apabila faktor skin tidak diabaikan, maka persamaan (5-23) dapat ditulis dalam
bentuk :
P
kh e
k ro

3
q o  7.08 x 10 dP
 re  μ B ............................(5-
ln   0.5  S Pwf o o
 rw 
68)
Apabila pseudo-pressure function, m(P) didefinisikan sebagai :

Pr
k ro
m P    dP ............................................................................(5-
Pwf
μ o Bo

69)
dimana Pe adalah tekanan acuan, maka bentuk integral pada persamaan (5-68),
dalam bentuk pseudo-pressure function dapat dinyatakan sebagai :

Pr P Pwf
k ro r
k k ro
 dP   ro dP   dP  m Pr   m Pwf  ..............(5-
Pwf
μ o Bo μ Bo
Pa o Pa
μ o Bo

70)

Dengan demikian persamaan (5-68) dapat dituliskan sebagai berikut :

q o  7.08 x 10 3 kh

m Pr  - m Pwf 
 re  ......................(5-
ln  - 0.5  S
 rw 
71)
47

Perhitungan qo pada tekanan alir dasar sumur tertentu atau perhitungan


hubungan antara laju produksi dengan tekanan alir dasar sumur dengan
menggunakan persamaan diatas, memerlukan hubungan antar permeabilitas relatif
minyak terhadap tekanan dan viskositas, dan faktor volume formasi minyak
dengan tekanan. Apabila hubungan-hubungan ini diketahui maka laju produksi
minyak dapat dihitung dengan menggunakan metode Newton-Raphson.
Dalam praktek agak sulit memperoleh hubungan antara permeabilitas
relatif minyak terhadap tekanan, hal ini menyebabkan persamaan tersebut di atas
kurang populer penggunaannya di lapangan.

Persamaan Vogel
Pembuatan grafik IPR untuk aliran dua fasa pada mulanya dikembangkan
oleh Weller, dimana Weller menurunkan persamaan J untuk reservoir gas terlarut
sebagai berikut :
Pe
3
7.08x10 k h r  r  e
2 2
w   μkB ro
dP
Pw o o
J ..................................... (5-
 2  re  
re ln  
  0.5 re2  rw2  Pe  Pw 
  rw  
72)

Didalam penurunan persamaan (5-72) tersebut, dilakukan beberapa


anggapan sebagai berikut :
a. Bentuk reservoir adalah lingkaran dan terbatas (bounded reservoir) dan sumur
berada tepat di tengah lingkaran
a. Media berpori uniform dan isotropis serta harga Sw konstan disetiap titik
b. Pengaruh gradien tekanan diabaikan
c. Komposisi minyak dan gas konstan
d. Tekanan pada fasa minyak dan gas sama
e. Kondisi semi stedy state dimana laju desaturasi minyak sama disetiap titik
pada saat tertentu.
48

Mula-mula ditentukan terlabih dahulu perubahan saturasi terhadap tekanan yang


dapat ditentukan dengan persamaan :
 1 
d 
 So  B g dR s 1 dB o  1 S w S o   Bo 
  -  - B g 
 So  
d   Bo  5.615B o dP B o dP   B o Bo 

dP


 Bo   
.......... (5-

dP kg μ
o
1
ko μg

73)
dari persamaan (5-73) tersebut dapat ditentukan dS o dP dengan berdasarkan hal
ini perubahan tekanan dapat ditentukan dengan persamaan:
dk ro  dk ro  dSo 
   ........................................................................... (5-74)
dP  dSo  dP 

Melihat persamaan yang digunakan serta cara pemecahannya, ternyata


cara Weller tersebut cukup rumit dan tidak praktis serta memerlukan komputer.
Selanjutnya Vogel mengemukakan suatu cara yang lebih sederhana
dibandingkan dengan metoda Weller. Dasar pengembangan metoda Vogel adalah
persamaan Weller, yang menghasilkan suatu bentuk persamaan sebagai berikut :
2
q P P
= 1 - 0.2 wf - 0.8 wf ..................................................... (5-75)
q max Ps Ps

Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi, baik sebagai


akibat invasi lumpur pemboran, maupun sebagai akibat peningkatan saturasi gas
dan air di sekitar lubang bor. Apabila hal ini ditemui, maka kondisi pengembangan
persamaan Vogel tidak bisa lagi dipergunakan.

Persamaan Standing
Standing melakukan modifikasi terhadap persamaan Vogel, sesuai dengan
kenyataan bahwa banyak sumur yang mengalami kerusakan formasi disekitar
lubang sumur. Adanya kerusakan tersebut akan menyebabkan adanya tambahan
kehilangan tekanan di sekitar lubang sumur.
49

'
Tekanan alir dasar sumur ideal Pwf tidak dipengaruhi oleh adanya faktor
skin, sedangkan Pwf adalah tekanan dasar sumur sebenarnya yang dipengaruhi
oleh faktor skin. Hubungan antara kedua tekanan alir dasar sumur tersebut
adalah :

'
Pwf  Pr - FE Pr - Pwf  .................................................................... (5-76)

dimana FE adalah koefisian aliran yang merupakan perbandingan indek


produktivitas sebenarnya dengan indek produktivitas ideal. Dengan demikian FE
berharga lebih kecil dari satu apabila sumur mengalami kerusakan dan lebih besar
satu apabila mengalami perbaikan sebagai hasil stimulasi. Harga FE yang
diperlukan dalam perhitungan tersebut dapat diperoleh dari hasil analisa uji build-
up atau drawdown.
Dengan menggunakan hubungan tersebut, maka harga tekanan alir dasar
sumur sebenarnya (yang dipengaruhi oleh faktor skin) dapat diubah menjadi
tekanan alir dasar sumur ideal, selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam persamaan
Vogel. Perlu diingat bahwa laju produksi maksimum yang dihasilkan dalam
perhitungan ini adalah harga laju produksi maksimum pada harga skin sama
dengan nol, bukan laju produksi pada harga FE yang dimaksud. Untuk
menghitung harga laju produksi maksimum pada harga FE yang dimaksud, maka
harga tekanan alir dasar sumur sebenarnya, yang berharga sama dengan nol
diubah menjadi tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal.
Kelemahan dari persamaan Standing adalah dihasilkannya kurva IPR yang :
A. Hampir lurus untuk harga FE lebih kecil dari satu, meski kondisi aliran dua
fasa
B. Berlawanan dengan kelakuan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur
Kedua hal tersebut diatas disebabkan penggabungan antara dua persamaan
yang tidak selaras, yaitu persamaan Vogel dikembangkan untuk kondisi aliran dua
fasa sedangkan FE didefinisikan untuk kondisi satu fasa.

Persamaan Cauto
50

Cauto memanipulasi persamaan Standing untuk kelakuan aliran fluida dari


formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan definisi indek
produktivitas.

Persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :


 h ko 
q  0.00419  Pr  FE 1 - R  1.8 - 0.8 FE 1 - R   ....(5-
 ln 0.472 re rw  μ o B o 
77)
Dengan mengitung sifat fisik batuan (ko) dan sifat fisik fluida (minyak),
maka dapat dibuat kurva IPR berdasarkan satu data uji tekanan dan produksi.
Persamaan Cauto ini mempunyai kelemahan, yaitu diperlukan harga
permeabilitas efektif minyak pada waktu kurva IPR diperkirakan, dimana harga k o
tersebut sulit ditentukan secara teliti di lapangan. Oleh karena itu harga ko tersebut
akan berubah sesuai dengan waktu produksi dan jumlah minyak yang berproduksi
(setelah dikomplesi), dengan demikian harga ko, µo, dan Bo dapat diperoleh.

Persamaan Harrison
Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan tujuan
menghilangkan bentuk kurva IPR yang tidak semestinya, seperti yang diperoleh
dengan metode Standing. Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan
definisi efisiensi aliran (FE) untuk kondisi aliran satu fasa. Persamaaan Harrison
tersebut adalah sebagai berikut :
q
q max

 1.2 - 0.2 1.791759Pwf
'

/Pr ..............................................(5-

78)
'
Dimana Pwf dihitung dengan persamaan (5-77). Persamaan (5-78)
tersebut dapat digunakan baik untuk harga P wf ideal berharga positif atau berharga
negatif. Pemakaian definisi FE yang tidak sesuai dengan kondisi persamaan
dasar , maka persamaan ini pun tidak memberikan ketelitian yang baik.
51

Persamaan Pudjo Sukarno


Persamaan ini dikembangkan dengan menggunakan simulasi reservoir
hipotesis dengan memperhitungkan pengaruh faktor skin. Hasil analisa regresi
menghasilkan persamaan untuk menghitung kurava IPR sebagai berikut :
q a 1 + a 3 Pd + a 5 Pd'
= .................................................................. (5-79)
q omax 1 + a 2 Pd + a 4 Pd'

dimana :
Pd = Pwf /Pr
a1,....,a5 adalah konstanta persamaan yang merupakan fungsi dari faktor
skin, dicari dengan menggunakan persamaan berikut :
a n = c1 Exp ( c 2S) + c 3 Exp( c 4S) .......................................................... (5-80)

dimana :
n = 1, 2, 3, 4, dan 5
S = faktor skin
Harga c1 sampai c4 ditentukan dari Tabel IV-1

Tabel IV-1
Konstanta c1, c2, c3 dan c4
ao c1 c2 c3 c4

a1 0.182922 -0.36444 0.814541 -0.05587

a2 -1.47695 -0.15663 1.646246 -0.44231

a3 -2.14927 -0.19598 2.289242 -0.22033

a4 -0.02178 -0.08829 -0.26039 -0.2108

a5 0.552447 -0.03245 -0.58324 -0.36069

Persamaan Fetkovich
Fetkovich menganalisa hasil uji back-pressure yang dilakukan di sumur-
sumur minyak yang berproduksi dari berbagai kondisi reservoir. Dari analisa ini
52

disimpulkan bahwa kurva uji back-pressure di sumur minyak mengikuti kurva


back-pressure yang dilakukan di sumur gas, yaitu plot antara qo terhadap (Pr2-Pwf2)
pada kertas grafik log-log memberikan hubungan yang linier. Dengan demikian
seperti halnya sumur gas, grafik IPR sumur minyak dari uji back-pressure dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :


q o  J Pr2 - Pwf
2
 n
...............................................................................(5-

81)
dimana : n adalah 1/kemiringan
Harga n menunjukkan faktor turbulensi. Untuk harga n mendekati satu,
berarti derajat turbulensi rendah yaitu aliran merupakan aliran laminer, sedangkan
untuk harga n yang lebih kecil dari satu, minimum 0.5 menunjukkan bahwa
derajat turbulensi sangat tinggi. Makin kecil harga n, maka makin besar derajat
turbulensi.
Sedangkan harga J mempresentasikan hambatan aliran di lapisan produktif
dibelakang dasar lubang sumur, baik sebagai akibat faktor skin akibat kerusakan
formasi, atupaun faktor skin akibat adanya lubang perforasi.
Persamaan Fetkovich untuk sumur minyak, semata-mata merupakan
persamaan empiris, karena tidak atau belum ada penurunan matematis yang
mendukung persamaan tersebut.

c) Kurva IPR Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air)


Metode untuk menentukan kenerja aliran gas, minyak dan air formasi ke
lubang sumur telah dikembangkan oleh :
1. Petrobras
2. Pudjo Sukarno
Dalam tulisan ini yang akan dibahas hanya metoda Pudjo Sukarno, karena metoda
ini lebih sederhana dibandingkan dengan metoda Petrobras.

Persamaan Pudjo Sukarno


53

Metoda ini dikembangkan dengan menggunakan simulator, yang juga


digunakan untuk mengembangkan kurva IPR gas-minyak. Anggapan yang
dilakukan pada waktu pengembangan persamaan ini adalah :
a. Faktor skin sama dengan nol
b. Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir bersama-
sama, secara radial dari reservoir menuju lubang sumur.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan
parameter water cut, yaitu prebandingan laju produksi air terhadap laju produksi
cairan total. Parameter ini merupakan parameter tambahan dalam persamaan
kurva IPR yang dikembangkan .
Selain itu, hasil simulasi menunjukkan bahwa pada suatu harga tekanan
reservoir tertentu, harga water cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir
dasar sumur, yaitu makin rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi harga
water cut. Dengan demikian perubahan water cut sebagai fungsi dari tekanan alir
dasar sumur perlu ditentukan.
Dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang
sumur, dengan menggunakan analisis regresi yang terbaik menghasilkan
persamaan :
2
qo P   Pwf 
 A o  A 1  wf     ......................................................(5-82)
q omax  Pr   Pr 
dimana :
An, (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan
water cut ditentukan pula dengan analisisi regresi, dan diperoleh
persamaan berikut :
A n = C o + C1 ( WC) + C 2 ( WC) .........................................................(5-83)
2

dimana :
Cn (n = 0, 1 dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam
Tabel (IV-2)
54

Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut

dapat dinyatakan sebagai Pwf /Pr terhadap WC ( WC@Pwf ≈ Pr ) dimana

WC ( WC@Pwf ≈ Pr ) telah ditentukan dengan analisa regresi yang menghasilkan

persamaan berikut :
WC
 P1 Exp P2 .Pwf /Pr  ....................................................(5-
WC@Pwf ≈ Pr

84)

Tabel IV-2.
Konstanta Cn untuk Masing-masing An

An Co C1 C2

A0 0.980321 -0.115661 x 10-1 0.179050 x 10-4

A1 -0.414360 0.392799 x 10-2 0.237075 x 10-5

A2 -0.564870 0.762080 x 10-2 -0.202079 x 10-4

d) Peramalan Kurva IPR


Peramalan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur sangat penting
dalam menentukan laju produksi masa yang akan datang baik untuk metode
natural flow maupun artificial lift. Beberapa metode peramalan kurva IPR untuk
masa yang akan datang :

Metode Fetkovich
Muskat menunjukkan bahwa perbandingan indek produktivitas antara satu
waktu dengan waktu yang lain dapat dinyatakan sebagai hubungan :
J1  k ro   k ro 
    .....................................................................(5-85)
J 2  μ o B o 1  μ o Bo  2
55

Dengan perhitungan material balance untuk reservoir bertenaga pendorong gas


terlarut, Fetkovich menunjukkan bahwa hubungan antara permeabilitas relatif
minyak dengan tekanan reservoir merupakan hubungan yang linier. Dengan
demikian perbandingan antara permeabilitas relatif minyak untuk waktu yang
berbeda dapat dinyatakan sebagai perbandingan tekanan reservoirnya. Hal ini
dapat dituliskan sebagai berikut :

 
k ro P r 
Pr
P ri
......................................................................................(5-86)

Dengan demikian perubahan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur
dari suatu waktu tertentu ke waktu berikutnya, akan sebanding dengan
perbandingan tekanan reservoirnya. Hal ini dinyatakan dalam persamaan :
 P r2 
q o  J 'o1   2

 P r2 2 - P wf 2 ...............................................................(5-87)

 P r1 
Persamaan tersebut di atas dapat digunakan untuk meramalkan kurva IPR
di waku yang akan datang, apabila di sumur tersebut pernah dilakukan uji tekanan
balik. Harga J dan n di persamaan tersebut ditentukan dari uji back pressure yang
dilakukan pada saat tekanan reservoir sama dengan Pri.

Metode Standing
Standing mengembangkan persamaan Vogel, dengan dua anggapan berikut
ini :
1. Indeks produktivitas mengikuti definisi aliran satu fasa.
2. Saturasi fluida reservoir sama di setiap titik.
Dari hasil pengembangan tersebut, Standing menurunkan tiga persamaan
dasar, yaitu :
*
1. Persamaan indeks produktivitas untuk masa sekarang J p yang dinyatakan
dalam persamaan berikut :
1.8Q omax
J *p  ................................................................................(5-88)
Pr
*
2. Persamaan indeks produktivitas untuk masa yang akan datang Jf , yang
dinyatakan sebagai berikut :
56

 k   k ro 
J *f  J *p  ro    .................................................................(5-89)
 μ o Bo f  μ o Bo p

3. Persamaan untuk menentukan laju produksi maksimum untuk masa yang akan
datang Qo max, yaitu :
J *f  Pr  f
Q omax  ...............................................................................(5-90)
1.8
Dengan menggunakan persamaan tersebut dan persamaan Vogel, dapat dilakukan
permalan kinerja aliran fluida dari reservoir ke lubang sumur untuk masa yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai