Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Molekul-molekul yang
membentuk komponen minyak bumi umumnya terdiri dari unsur-unsur hidrogen
dan karbon, sehingga minyak bumi dapat disebut hidrokarbon.
Tabel II-10
Nama-nama Alkana (CnH2n+2) 1)
Alkanes (CnH2n+2)
No. korbon, n Name
1
2
3
4
5
6 Hexane
7 Heptane
8 Octane
9 Nonane
10 Decane
20 Eicosane
30 Triacotane
32
H H
Etana C2H6 H–C–C–H
H H
H H H
Propana C3H8 H–C–C–C–H
H H H
H H H H
Butana C4H10 H–C–C–C–C–H
H H H H
dan seterusnya.
oksigen, apabila dinyalakan dan diberikan sejumlah kalor yang besar akan
terbakar dan memberikan energi yang tinggi. Dalam keadaan pembakaran yang
sempurna, maka pengeluaran panas yang disertai ledakan dapat terjadi pada suhu
tinggi. Golongan parafin ini akan maenghasilkan minyak pelumas yang baik dan
menghasilkan lilin sebagai residunya.
Sifat-sifat alkana yang lainnya diantaranya adalah titik didih dan titik cair
yang akan makin tinggi pada berat molekul yang makin besar. Semua alkana
umumnya larut dalam air dan dan dalam bentuk gas tidak berbau. Alkana dengan
rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan dengan n-
alkana, dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik yang
kurang beraturan. Perubahan dalam struktur menyebabkan perubahan didalam
gaya antar molekul (inter molekuler force) yang menghasilkan perbedaan pada
titik lebur dan titik didih diantara isomer-isomer alkana.
Tabel II-11
Sifat – sifat Fisik n-Alkana 20)
Tabel II-12
Sifat-sifat Fisik Alkena 20)
Boiling Melting
Nama Rumus Bangun SG, 60o/60 oF
Point, oF Point, oF
Ethylene CH2 =CH2 -154.6 -272.5 --
Propylene CH2=CHCH3 -53.9 -301.4 --
1-butene CH2=CH CH2CH3 20.7 -301.6 0.601
1-pentene CH2=CH(CH2)2CH3 86 -265.4 0.646
1-hexene CH2=CH(CH2)3CH3 146 -216 0.675
1-heptene CH2=CH(CH2)4CH3 199 -182 0.698
1-octene CH2=CH(CH2)5CH3 252 -155 0.716
1-nonene CH2=CH(CH2)6CH3 295 -- 0.731
1-decene CH2=CH(CH2)7CH3 340 -- 0.743
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang dijelaskan di atas adalah yang hanya
mempunyai satu ikatan rangkap dua yang lebih dikenal dengan deretan olefin. Ada
35
juga hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai dua ikatan rangkap dua yang disebut
deretan diolefin.
Rumus umum seri olefin adalh CnH2n, deret ini penamaannya sama dengan
alkana namun pada golongan ini akhiran “ana” diganti “ena”, sebagai contoh
adalah sebagi berikut :
Derajat ketidakjenuhan dari seri diolefin lebih tinggi daripada seri olefin.
Secara kimiawi senyawa diolefin reaktif seperti olefin dan secara fisik mempunyai
sifat yang hampir sama dengan alkana.
Seri asetilen senyawa hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap
tiga (triple bond) atau disebut Alkynes. Rumus umumnya adalah CnH2n-2, dimana
terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang berdekatan.
Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan akhiran “una”.
Sifat deret asetilen hampir sama dengan alkana dan alkena, sedangkan sifat
kimianya hampir sama dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
CH3
│
CH ≡ CH CH ≡ C – C - CH3
│
CH3
Acetylene (Etuna) 3,3-dimethyl-1-butuna
Sifat kimia dan fisika dari hidrokarbon tak jenuh berbeda dengan parafin.
Hidrokarbon tak jenuh sangat reaktif, reaksi yang cepat terjadi dengan Cl 2 dan
membentuk cairan berupa minyak (oil liquid), dalam bahasa inggris disebut olefin,
36
yang artinya membentuk minyak (oil forming). Dalam keadaan tertentu yang
menguntungkan ikatan ini mudah bereaksi dengan hidrokarbon dan menjenuhkan
ikatan ini dan membentuk ikatan parafin.
CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2
CH2
Siklo-heksana Siklo-pentana
CH3
│
CH2 ─ CH
│ > CH
2 1.metil-3.etil siklopentana
CH2 ─ CH
│
C2H5
Sikloparafin mempunyai sifat-sifatnya mirip dengan parafin sebagaimana
terlihat pada Tabel II-13.
Tabel II-13
Sifat-sifat Fisik Hidrokarbon Naftena 20)
37
Boiling Melting
Name SG, 60o/60 oF
Point, oF Point, oF
Cyclopropane -27 -197 --
Cyclobutane 55 -112 --
Cyclopentane 121 -137 0.750
Cyclooctane 300 57 0.830
Metylcyclopentane 161 -224 0.754
Cis-1, 2-dimethylcyclopentane 210 -80 0.772
Trans-1, 2-dimethylcyclopentane 198 -184 0.750
Methylcyclohexane 214 -196 0.774
Cyclopentene 115 -135 0.774
1, 3-cyclopentadiene 108 -121 0.798
Cyclohexene 181 -155 0.810
1,3-cyclohexadiene 177 -144 0.840
1,4-cyclohexadiene 189 -56 0.847
CH
CH CH
berwarna dan mendidih pada temperatur 176 oF. Nama hidrokarbon aromatik
diberikan karena anggota deret ini banyak yang memberikan bau harum.
Tabel II-14
Contoh Hasil Analisa Kandungan Air Formasi20
)
Konstituen Hasil Analisa (ppm)
Na 6.715
Ca 549
Mg 51
Fe 0
Cl 11.172
HCO3 295
SO4 181
CO3 0
Total 18,813
Tabel II-15
Hasil Analisa Kandungan Air Formasi
dalam meq / liter 20)
Na 292
Ca 27
Mg 4
Fe 0
Cl 315
HCO3 5
SO4 4
CO3 0
Total 647
Minyak bumi mempunyai sifat yang berbeda dengan gas bumi. Jarak
molekul-molekul minyak bumi sangat dekat, sehingga gaya tarik-menarik
molekulnya mempengaruhi sifat fisiknya. Sedangkan pada gas bumi, jarak antar
molekulnya relatif lebih jauh, sehingga sifatnyapun berlainan.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan
sifat cairan pada umumnya, pada fasa cair jarak antara molekul-molekulnya relatif
lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah
densitas, viskositas, faktor volume formasi dan kompressibilitas.
2.2.3.1. Densitas Minyak
sehingga akurasi pengukuran yang dihasilkan tidak tepat. Metode lain dalam
pengukuran densitas adalah dengan memperkirakan densitas berdasarkan pada
komposisi minyaknya. Persamaan yang digunakan adalah :
Xi Mi
oSC ................................................................ (2-19)
Xi Mi / Po sci
dimana :
ρoSC = densitas minyak (14,7 psia; 60 oF)
ρoSCi = densitas komponen minyak ke-i (14,7 psia; 60 oF)
Xi = fraksi mol komponen minyak ke-i
Mi = berat mol komponen minyak ke-i
dimana :
γo = specific gravity minyak
ρo = densitas minyak, lb/cuft
ρw = densitas air, lb/cuft
6
A
B .P
5
V is c o s ity , c p
3
B
B .P
2
B .P C
1
D B .P
0 1000 2000 3000
P r e s s u re , p s ig
Gambar 2.12.
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan 1)
V1 – V2 bbl
V1 Barrel Pengurangan
+ Gas
Minyak tangki dibebaskan
tekanan dan
Minyak pada pengumpul
temperatur
keadaan reservoir (60oF;14,7 psia)
44
Gambar 2.13.
Diagram Hubungan Antara Volume Minyak Pada Kondisi Reservoir
dan Kondisi Tangki Pengumpul
Bo b
Pb
1
0 R e s e r v o ir p re s s u re , p s ia
Gambar 2.14.
Ciri Alur Faktor Volume Formasi
Terhadap Tekanan untuk Minyak 1)
1000 1 ,8
O R IG I N A L R E S E R V O I R P R E S S U R E
L ib e r a t e d G a s (a i r = 1 , 0 )
G a s in S o lu tio n , oc u . f t/ B B L
800 1 ,6
S p e c if ic G r a v it y o f
N
T IO
( S T. o i l = 6 0 F )
RA
L IB E
600 AS N 1 ,4
A L G TIO
N TI IB E
RA
ERE L
400 D IF F G A
S
1 ,2
SH
FLA
200 1 ,0
D I F F E R E N T IA L G A S L IB E R A T IO N
0 0 ,8
0 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600
R e s e r v o ir P r e s s u r e , p s ia
Gambar 2.15.
Perbedaan antara Flash Liberation
Dengan Differential Liberation 1)
Bob - Boi
Co ........................................................................... (2-26)
Boi Pi - Pb
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi = tekanan reservoir
Pb = tekanan bubble point.
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu
STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 oF, ketika minyak dan gas masih
berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur
dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang
tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur. Persamaan yang
digunakan adalah :
(2-27)
Pada tekanan dan temperatur tertentu kelarutan gas dalam minyak akan
berkurang dengan berkurangnya densitas gas demikian juga halnya pada
temperatur dan tekanan tertentu kelarutan gas dalam minyak akan naik dengan
naiknya API gravity minyak
Gas merupakan suatu fluida yang homogen dengan densitas dan viskositas
yang rendah, yang tidak tergantung pada bentuk ruangan yang di tempatinya
sehingga dapat mengisi ruangan yang ada. Gas yang ada didalam reservoir dapat
berupa gas bebas (free gas), gas terlarut atau berupa gas cair (liquid gas). Sifat
fisik gas yang akan dibahas antara lain adalah densitas, saturasi, faktor volume
formasi serta kompresibilitas gas.
ρg
BJ gas = ........................................................................................ (2-28)
ρu
Definisi matematis dari rapatan gas (ρg) adalah MP / RT, dimana M adalah
berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur,
sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka BJ gas dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
M g . P R. T
BJ gas =
M u . P R. T
Mg
= .............................................................................. (2-29)
28,97
Apabila gas merupakan gas campuran, maka berat jenis dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini :
BM tampak
BJ gas
gas
....................................................................... (2-30)
28,97
48
gi Yi Mi 0,5
g ........................................................................ (2-31)
Yi Mi 0 ,5
dimana :
μg = viskositas gas campuran pada tekanan atmosfer
μgi = viskositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni
Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai volume dalam barrel
yang ditempati oleh satu standar cubic-feet gas (SCF) pada temperatur dan
tekanan standar , bila dikembalikan pada tekanan dan temperatur reservoir. Atau
dengan kata lain merupakan besarnya perbandingan volume gas pada kondisi
49
tekanan dan temperatur reservoir dengan volume gas pada kondisi standar (60 oF,
14,7 psia). Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan tekanan Pr
dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat digunakan untuk mendapatkan
hubungan antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu :
P1 V1 P V
r r ................................................................................ (2-32)
Z1 T1 Z r Tr
Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar (14,7 psia dan 520 oR),
maka diperoleh :
Z r Tr
Vr 0.0283 cuft .................................................................. (2-33)
Pr
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk
mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
Z r Tr
B g 0.0283 cuft / scf ........................................................... (2-34)
Pr
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf ........................................................... (2-35)
Pr
C pr
Cg ........................................................................................ (2-36)
Ppc
dimana :
Cg = kompresibilitas gas, psi-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas
Cpc = pseudo critical pressure, psi
Tekanan yang terjadi dalam pori-pori batuan reservoir dan fluida yang
terkandung didalamnya disebut tekanan reservoir. Tekanan reservoir merupakan
sumber energi yang menyebabkan fluida dapat bergerak. Dengan adanya tekanan
reservoir yang disebabkan oleh adanya gradien kedalaman, maka akan
menyebabkan fluida reservoir akan mengalir dari formasi ke lubang sumur yang
relatif bertekanan rendah, sehingga tekanan reservoir akan menurun dengan
adanya kegiatan produksi.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu test yang harus
dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu tekanan awal
reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradient tekanan
reservoir.
51
1) Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang timbul akibat adanya fluida
yang mengisi pori-pori batuan, desakan oleh expansi gas (gas cap gas), dan
desakan gas yang membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan
selama proses produksi berlangsung. Pendesakan oleh ekspansi gas (tudung
gas bebas), pengaruh gravitasi, dan perbedaan densitas minyak dan gas , maka
gas akan memisahkan diri, yang selanjutnya akan terakumulasi pada puncak
lapisan formasi dan membentuk tudung gas bebas. Pengembangan volume
tudung gas bebas akan mendorong minyak kesumur produksi. Ukuran dan
bentuk kolom fluida tidak berpengaruh terhadap besarnya tekanan ini. Secara
matematis tekanan hidrostatik dituliskan :
Ph = 0,052 ρ D .................................................................................. (2-37)
dimana :
Ph = tekanan hidrostatik, psi
ρ = densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolom fluida, ft
2) Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang diakibatkan oleh adanya berat
batuan dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-pori batuan yang
terletak di atas lapisan produktif, yang secara matematis dituliskan :
52
G mb G fl
Po D1 - ma + fl ................................................ (2-38)
A
dimana :
Po = tekanan overburden, psi
Gmb = berat matrik batuan formasi, lb
Gfl = berat fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, lb
A = luas lapisan, in2
D = kedalaman vertikal formasi, ft
Φ = porositas, fraksi
ρma = densitas matrik batuan, lb/cuft
ρfl = densitas fluida, lb/cuft
Besarnya tekanan overburden akan naik dengan meningkatnya kedalaman,
yang biasanya dianggap secara merata. Pertambahan tekanan tiap feet kedalaman
disebut gradien kedalaman.
Data-data tekanan reservoir, umumnya digunakan dalam hal-hal sebagai
berikut :
Menentukan karakteristik reservoir, terutama yang menyangkut hubungan
antara jumlah produksi dengan penurunan tekanan reservoir.
Bila digabungkan dengan data produksi, sifat-sifat fisik batuan dan fluida
reservoir, akan bermanfaat dalam penaksiran gas/oil in place dan recovery
untuk berbagai jenis mekanisme pendorongnya.
Memperkirakan hubungan antar sumur-sumur yang letaknya berdekatan
dan bagaimana sistemnya.