Anda di halaman 1dari 20

A.

IDENTITAS PASIEN

Nama penderita : An. D

RM : 15****

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal lahir : 15 januari 2007

Umur : 10 Tahun

Agama : Islam

Suku : Melayu

Kiriman dari : Poli paru

Tanggal dirawat : 8 februari 2017

Nama ayah : Tn. As

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Putri Hijau Batu Aji

Nama ibu : Ny. Sf

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : IRT

Alamat : Putri Hijau Batu Aji

1
B. ANAMNESIS

1. Alloanamnesis diberikan oleh : Ibu dan Ayah Pasien

2. Keluhan Utama : tampak kuning pada seluruh tubuh

sejak ± 2 minggu SMRS

3. Riwayat Penyakit sekarang

An. D, Pasien laki-laki umur 10 tahun, dibawa ke Poli Paru RSUD Embung

Fatimah Kota Batam dengan keluhan utama tampak kuning pada seluruh

tubuh sejak ± 2 minggu SMRS keluhan ini disertai dengan batuk, sesak,

mual, badan terasa lemah dan kurangnya nafsu makan. Kuning yang terjadi

pada penderita awalnya mulai dari bagian muka yang lama kelamaan kuning

ini terus menjalar ke tubuh penderita hingga warna putih yang ada di mata

penderita juga berubah agak kekuningan. Demam yang dirasakan suhunya

tidak terlalu tinggi serta hilang timbul. Selain itu penderita juga

mengeluhkan adanya nyeri perut yang dirasakan sejak ±1 hari SMRS. Nyeri

perut di rasakan terasa sangat berat terutama saat beraktifitas. Penderita

sudah pergi berobat ke bidan sebelumnya untuk keluhan demam tersebut

dan di beri minum obat penurun panas, demam kemudian hilang setelah

meminum obat tersebut namun demam kemudian timbul lagi menurut ibu

penderita juga telah lama meminum obat TB Paru yang diberikkan oleh

dokter spesialis paru, obat tersebeut diminum sejak bulan agustus 2016

karena menurut keterangan dokter spesialis paru tersebut bahwa pasien

menderita TB Paru, penderita juga rutin kntrol ke poli paru setiap bulannya

2
hingga sekarang. Penderita tidak pernah meminum obat dalam jangka

panjang selain Obat Paru yang diberikan oleh dokter spesialis paru.

4. Penyakit dahulu

Ibu pasien mengaku penderita belum pernah mengalami keluhan

kuning seperti ini sebelumnya. Namun penderita sejak bulan Agustus 2016

telah diagnosis TB Paru oleh dokter spesialis paru dan pasien telah meminum

obat paru, dan pasien juga rajin pergi kontrol ke poli klinik paru RSUD

Embung Fatimah untuk penyakit paru pasien.

5. Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami batuk- batuk yang lama,

dan keluarga penderita sudah dilakukan skrining TB, namun tetangga pasien

ada yang meminum obat paru jangka panjang. Keluaga pasien sakit kuning (-

), keganasan (-), darah tinggi (+), diabetes mellitus (-), asma (-), alergi (-).

6. Riwayat Kelahiran

Riwayat Kehamilan/Kelahiran:

Kehamilan Morbiditas kehamilan Tidak ada

Perawatan antenatal Selama kehamilan ibu melakukan

pemeriksaan ke klinik 1 kali/bulan

Kelahiran Tempat persalinan Rumah Sakit Otorita Batam

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Spontan

Masa gestasi 9 bulan

3
Keadaan bayi Berat bayi lahir 3400 gram

Langsung menangis

Kulit kemerahan

Kesimpulan Riwayat Kehamilan / Kelahiran: Baik

7. Riwayat Makanan :

Sejak lahir hingga usia 2 tahun penderita mendapat ASI, sejak usia 6

bulan penderita diberi makanan tambahan berupa bubur saring dengan lauk

pauk (ikan, daging, hati ayam, dan ayam) dan sayur- mayur (wortel, brokoli,

kentang, bayam) kemudian setelah usia 2 tahun penderita mulai makan nasi

dan lauk pauk dan sayur seperti biasa. Semenjak meminum obat paru penderita

mulai malas makan nasi dan penderita jarang makan daging dan sayur.

8. Riwayat Imunisasi:

Menurut ibu pasien, anaknya mendapatkan imunisasi lengkap di

Rumah Sakit Otorita Batam.

9. Riwayat Tumbuh Kembang

Membalikan Badan 2 bulan

Duduk 6 bulan

Merangkak 8 bulan

Berdiri 10 bulan

Berjalan sendiri 12 bulan

Berbicara 1 kata 6 bulan

Berbicara 2 kata 9 bulan

10. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan lingkungan

4
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan tinggal bersama

kedua orang tuanya. Pasien tinggal dirumah yang tidak terlalu besar dengan 3

kamar dan 1 kamar mandi. Jarak rumah pasien dengan tetangganya ± 1,5 meter.

Penghasilan orang tua pasien tidak banyak namun cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari hari. Ibu pasien biasanya menggunakan air pam untuk

memasak dan mencuci. Minum biasanya dari air galon. Ayah penderita

memiliki kebiasaan merokok.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesan sakit : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

2. Tanda-tanda Vital

Nadi : 84 x / menit

Suhu tubuh : 36,1º C

Pernapasan : 24 x/ menit

3. Status Antropometri

Umur : 10 tahun

Berat badan : 24 kg

Tinggi Badan : 128 cm

BB/TB (IMT) : 15

5
4. Status generalis

4.1 Kepala

Kepala : Normocephali, UUB datar.

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.

Mata : cekung (-/-) Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik +/+

Hidung : Pernafasan Cuping Hidung -/-, secret +/+, deviasi septum (-)

Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), stomatitis (-),

Lidah : bintik-bintik putih (-)

4.2 Leher : Kaku kuduk (-)

Pembesaran Kelenjar (+) unilateral regio colli posterior,

mobile, tidak nyeri.

4.3 Dada

4.3.1 Dinding dada / paru- paru

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kanan = kiri,

retraksi(-)

Palpasi : stem femitus dextra sama dengan sinistra

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi :Suara nafas vesikular, ronchi +/+,

wheezing -/-

4.4. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis terba di antara ICS IV dan ICS V

Perkusi : Batas jantung dalam batasan normal

6
Atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra

Kiri bawah :ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, reguler, murmur (-)

4.5 Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, perdarahan umbilikus (-)

Auskultasi : Bising usus (+)

Perkusi : Pekak, Asisites (-), Distensi (-)

Palpasi :teraba pembesaran hepar 2cm dibawah arcus costa,

teraba lunak dan rata.

4.6. Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik

D. Pemeriksaan Penunjang

8 Februri 2017 HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


Haemoglobin 14,2 gr/dl 11.0-16,9
Lekosit 6300 /ul 3504-10.000
Hematokrit 41 % 39-50
Eritrosit 5,3 juta/ul 3,8-50
Trombosit 335 ribu/ul 154-500
MCV 78 Fl 80,0-97,4
MCH 27 Pg 26,5-33,9
MCHC 34 g/dl 31,5-35,4
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 0-4
Neutrofil Segment 47 % 46-73
Limfosit 35 % 17-48
Monosit 18 % 4-10
SGOT/ AST 1000 mm/jam P=<40 W=<32

7
SGPT/ ALT 940 U/l P=<41 W=<33
Bilirubin total 5,5 Mg/dl < 1,5
Antii dengue IgG (-)
Anti dengue IgM (-)
Anti sakmonela IgM 2.0
(tubex)

E. DIAGNOSIS BANDING

- Drug induced hepatitis e.c OAT + Tuberkulosis Paru + Limfadenitis TB+

Hiperbilirubinemia

- Drug induced hepatitis e.c OAT + Tuberkulosis Paru + Limfadenitis TB+

Hiperbilirubinemia+ Demam Tifoid

- Drug induced hepatitis e.c OAT + Tuberkulosis Paru + Limfadenitis TB+

Hiperbilirubinemia+ Demam Dengue

- Hepatitis+ Tuberkulosis Paru+ Limfadenitis TB+ Hiperbilirubinemia+

Demam Tifoid

- Hepatitis+ Tuberkulosis Paru+ Limfadenitis TB+ Hiperbilirubinemia+

Demam Dengue

F. DIGANOSIS KERJA

Drug induced hepatitis e.c OAT+ Tuberculosis Paru+ Limfadenitis TB+

Hiperbilirubinemia

G. PENATALAKSAAN AWAL

8
 IUFD D5% ¼ NS 1500cc/ 24 jam

 Injeksi ondancentron 3x2mg

 Injeksi ranitidine 2x25mg

 Curvit cl 2x1 cth

 Diet Makanan Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein

H. FOLLOW UP

FOLLOW UP PASIEN DI RUANG ANYELIR

1. Hari perawatan (tanggal 9 Februari 2017)

Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran kompos

mentis. Sesak dan batuk belum tampak perbaikan berarti, muntah (+) 1x,

tidak ditemukan demam. Tanda-tanda vital HR: 89 x/menit, RR 28x/menit,

T: 36,1oC.

Terapi tambahan: - ceftriaxone 1x1 gr stop

- Cek urin rutin+ HBsAg

Terapi lain dilanjutkan.

Program: Timbang berat badan setiap hari.

URINANALISA

hasil satuan nilai rujukkan


Warna kuning kuning
Kejernihan jernih jernih
Berat jenis 1005 1003-1030
Ph 6
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif

9
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilirubin Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Sedimen
Leukosit 1- 2 0-5/LPB
Eritrosit 0- 1 0-2/LPB
Epitel 1- 3 2-10/LPK
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif 0-2/LPK
IMUNOSEROLOGI
HBsAg (kwalitatif) Negatif Negatif

2. Hari ke 2 perawatan (tanggal 10 februari 2017)

Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran kompos

mentis. Berat badan pasien 24 kg. Sesak sudah mulai berkurang dan batuk

berdahak belum tampak perbaikan yang berarti. Tidak didapatkan

demam.Tanda-tanda vital; HR 76x/i, RR 26x/i, T 36,2OC. Berat badan

penderita tidak ada perubahan masih 24kg.

Terapi tambahan:

- ambroxol 3x1 cth

- Terapi lain dilanjutkan

3. Hari ke 3 perawatan (11 Februari 2016)

Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran kompos

mentis. Sesak dan batuk berdahak tampak ada perbaikan, namun didapatkan

10
demam. Tanda-tanda vital HR 90x/i, RR: 26x/i, T 36,0oC. Toleransi

penderita terhadap pemberian makanan dansusu baik. Berat badan pasien

masih 24kg.

Terapi tambahan:

- Cek SGOT, SGPT, Bilirubin total & direct hari minggu tanggal 12

Februari 2017

- Terapi lain dilanjutkan

4. Hari ke 3 perawatan (12 Februari 2017)

Keadaan umum penderita tampak sakit ringan. Kesadaran kompos mentis.

Sesak dan batuk berdahak berkurang, Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Toleransi penderita terhadap pemberian makanan dan berat badanpenderita

masih 24kg.

Terapi tambahan: - Terapi lain dilanjutkan

Hasil laboratorium:

HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


SGOT//AST 140 U/I P=<40 W=<32
SGPT/ALT 384 U/I P=<41 W=<33
Bilirubin Total 1,7 mg/dl < 1,5
Bilirubin Direct 1,5 mg/dl 0,1- 0,5
Bilirubin 0,2 mg/dl < 1,0
Indirect

5. Hari ke 4 perawatan (13 Februari 2014)

11
Keadaan umum penderita tampak sakit ringan. Kesadaran kompos

mentis.sesak dan batuk sudah mulai ada perbaikan yang berarti. Tanda-tanda

vital dalam batas normal. Berat badan penderita masih 24kg.

Terapi tambahan: Boleh pulang

Penderita direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poli RSUD hari kamis

tanggal 14 februari 2017 dan dilakukan pemeriksaan SGOT, SGPT dan

Bilirubin total.

Terapi pulang: Curvit Cl syr 2x1 cth

I. DIAGNOSIS AKHIR

- Drug induced hepatitis e.c OAT

J. DIAGNOSIS TAMBAHAN

- Tuberkulosis Paru

- Limfadenitis TB

- Hiperbilirubinemia

K. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad Functionam : ad bonam

Ad sanationam : Ad bonam

L. RESUME

12
Pada anamnesis ditemukan Pasien laki-laki umur 10 tahun, dibawa ke

Poli Paru RSUD Embung Fatimah Kota Batam dengan keluhan utama tampak

kuning pada seluruh tubuh sejak ± 2 minggu SMRS keluhan ini disertai dengan

batuk berdahak, sesak, mual, badan terasa lemah dan kurangnya nafsu makan.

Kuning yang terjadi pada penderita awalnya mulai dari bagian muka yang lama

kelamaan kuning ini terus menjalar ke tubuh penderita hingga warna putih yang

ada di mata penderita juga berubah agak kekuningan. Demam yang dirasakan

suhunya tidak terlalu tinggi serta hilang timbul. Selain itu penderita juga

mengeluhkan adanya nyeri perut yang dirasakan sejak ±1 hari SMRS. Nyeri

perut di rasakan terasa sangat berat terutama saat beraktifitas. Penderita sudah

pergi berobat ke bidan sebelumnya untuk keluhan demam tersebut dan di beri

minum obat penurun panas, demam kemudian hilang setelah meminum obat

tersebut namun demam kemudian timbul lagi menurut ibu penderita juga telah

lama meminum obat TB Paru yang diberikkan oleh dokter spesialis paru, obat

tersebeut diminum sejak bulan agustus 2016 karena menurut keterangan dokter

spesialis paru tersebut bahwa pasien menderita TB Paru, penderita juga rutin

kntrol ke poli paru setiap bulannya hingga sekarang. Penderita tidak pernah

meminum obat dalam jangka panjang selain Obat Paru yang diberikan oleh

dokter spesialis paru. Penderita tidak ada mengeluhkan apapu pada kebiasaan

BAB dan BAK. Kemudian penderita dianjurkan di rawat di ruang anak RSUD

Embung Fatimah dan disarankan oleh dokter spesialis paru agar pasien di rawat

oleh dokter spesialis anak, kemudian pasienpun di rawat oleh dokter spesialis

anak di ruang anak RSUD Embung Fatimah kota Batam. Riwayat kehamilan,

13
persalinan, maupun kelahiran normal. Riwayat imunisasi belum lengkap.

Riwayat penurunan berat badan (-).

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak sakit sedang, penderita

tampak kurang aktif, kesadaran : compos mentis, berat badan : 24 kg, tinggi

badan : 128 cm, pengukuran IMT 15, tanda-tanda vital suhu tubuh : 36,1ᵒC

Nadi : 84 x/menit, pernafasan : 26 x/menit. Pada status generalis: rambut hitam

tidak mudah dicabut, Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (+/+),

Abdomen pada palpasi didapatkan hepar teraba 2cm di bawah arcus costa 10

dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+), ekstremitas tidak ada edema, akral

hangat, tidak ada deformitas. Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan dengan

Hb 14,6 gr/dl, SGOT 1000 U/l, SGPT 940 U/l, Bilirubin total 5,5 mg/ dl.

Setelah itu OAT pasien di berhentikan dan pasien di pasang IV line dengan D5

¼ NS 1500cc/ 24 jam kemudian di berikan obat Ranitidin 2x 25mg secara

intravena dan ondansentron 3x 25mg secara intravena, serta diberikan Curvil

Cl sirup 2x1 cth melalui oral pasien.

M. DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan

kemungkinan diagnosis lain.

Pada pasien ini ditemukan gejala- gejala yang mengarah ke drug induced hepatitis

yang disebabkan oleh OAT yang di minum oleh penederita, dimana Obat anti

tuberculosis terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan

14
etambutol/streptomisin, dan tiga obat yang disebut pertama bersifat hepatotoksik.

Selain itu penderita juga tidak meminum obat apapun dalam jangka waktu yang

lama selain OAT. Kemudian pada penderita ditemukan adanya ikterik pada anggota

tubuh dan sklera serta penderita juga mengeluhkan adanya nyeri perut, mual, nafsu

makan menurun, dan adanya malise hal ini sesuai dengan teori. Menurut

international concensus criteria maka diagnosis hepatotoksisitas karena obat

berdasarkan :7

1. Waktu dari mulai minum obat dan penghentian obat sampai awitan reaksi nyata

adalah sugestif (5-90 hari dari awal minum obat) atau kompatibel (kurang dari

lima hari atau lebih dari 90 hari sejak mulai minum obat dan tidak lebih 15 hari

dari penghentian obat untuk reaksi hepatoseluler dan tidak lebih dari 30 hari

dari penghentian obat untuk reaksi kolestatik) dengan hepatotoksisitas obat.

2. Perjalanan reaksi sesudah penghentian obat adalah sangat sugestif (penurunan

enzim hati paling tidak 50% dari konsentrasi di atas batas atas normal dalam 8

hari) atau sugestif (penurunan enzim hati paling tidak 50% dari konsentrasi di

atas batas atas normal dalam 30 hari untuk reaksi hepatoseluler dan 180 hari

untuk reaksi kolestatik) dari reaksi obat.

3. Alternatif sebab lain telah dieksklusi dengan pemeriksaan teliti, termasuk biopsi

hati tiap kasus.

4. Dijumpai respons positif pada pemaparan ulang dengan obat yang sama paling

tidak kenaikan dua kali lipat enzim hati.

Dikatakan reaksi drugs related jika semua ketiga kriteria terpenuhi atau jika dua

dari tiga kriteria pertama terpenuhi dengan respons positif pada pemaparan ulang

15
obat. tiga kriteria pertama terpenuhi dengan respons positif pada pemaparan ulang

obat.1

Pada pasien ini ditemukan hasil laboratorium:

SGOT/ AST 1000 mm/jam P=<40 W=<32


SGPT/ ALT 940 U/l P=<41 W=<33
Bilirubin total 5,5 Mg/dl < 1,5
Dimana nilai ALT atau AST yang abnormal dapat ditemukan pada pasien-pasien

dengan gejala klinis penyakit hati sehingga memperkuat diagnosis, maupun pada

pasien yang tidak menampakkan kelainan fisik.

Pada sebagian besar penyakit nekroinflamasi hati ALT maupun AST akan

meningkat. Peningkatan paling mencolok biasanya terlihat pada hepatitis viral akut,

hepatitis imbas obat, dan hepatitis iskemi.7 Pemeriksaan fungsi hati dan

interpretasinya, antara lain4:

a) Bilirubin (total) untuk mendiagnosa ikterus dan memeriksa beratnya

ikterus.

b) Bilirubin (tak berkonjugasi) untuk memeriksa hemolisis.

c) Alkali Fosfatase – untuk mendiagnosis kolestasis dan penyakit infiltrasi.

d) AST/SGOT – untuk mendiagnosis penyakit hepatoseluler dan menilai

progresivitas penyakit. ALT/SGPT – ALT biasanya relaitf lebih rendah dari

AST pada alcoholism.

e) Albumin – untuk menilai beratnya kerusakan hati (infeksi HIV dan

malnutrisi dapat memperberat hal ini).

f) Gamma globulin – peningkatan yang besar diduga sebagai hepatitis

autoimun,

16
g) kelainan lain yang tipikal meningkat pada pasien sirosis.

h) Prothrombin time setelah vitamin K – untuk mendiagnosis beratnya

penyakit hati.

i) Antimitokchondrial antibody – untuk mendiagnosis sirosis biliaris primer.

j) ASMA – untuk mendiagnosis primary sclerosing cholangitis.

Pada pasien juga ditemukan adanya pmbesaran kelenjar getah bening di regio coli

dimana tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli):

Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm, konsistensi kenyal, tidak

nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.6

Untuk penatalaksanaan awal pada pasien ini dilakukan pemberhentian OAT, hal ini

sesuai dengan teori yang dimana apabila diperkirakan bahwa gangguan fungsi hati

disebabkan oleh karena OAT, pemberian semua OAT yang bersifat hepatotoksik

harus dihentikan.6

Pemberian ranitidin 2x 25mg, efek ranitidin pada GI. Ranitidin menghambat

kompetitif reseptor histamin H2 pada sel parietal menurunkan sekresi asam

lambung pada kondisi basal maupun terstimulasi makanan, insulin, asam amino,

histamin maupun pentagastrin. Dosis pada anak usia 1 bulan hingga 16 tahun, untuk

pengobatan ulkus duodenum aktif adalah 2-4 mg/Kg perhari dalam dosis terbagi

setiap 6-8 jam.

Pemeberian ondansentron 3x 2mg, dimana ondansetron adalah antagonis

reseptor 5HT yang poten dan selektif. Antagonis receptor 5-HT3 digunakan untuk

mengobati dan mencegah mual dan muntah Dosis yang dianjurkan adalah 0,1-0,2

mg/kg IV.4,5

17
Pemberan curvi cl sirup 2x1 cth, untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin

selama pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan dan membantu menjaga

kekebalan tubuh.2

Prognosis pada pasien ini secara ad vitam adalah ad bonam, karena terapi OAT

yang sebagai hepatotoksis telah di berhentikan dan ada perbaikan yang berarti dari

hasil laboratorium fungsi hati pasien. Prognosis secara ad fungsional adalah ad

bonam, penyakit yang di derita pasien sama sekali tidak menganggu klangsungan

fungsi pada tubuh pasien. Prognosis secara santionam adalah ad bonam dimana

terjadi perbaikan secara berarti pada fungsi hati penderita dimana SGOT dari 1000

U/l menjadi 140 U/l dan SGPT dari 940 U/l menjadi 384 U/l kadar bilirubin total

5,5 mg/dl menjadi 1,7 mg/dl dalam 4 hari setelah pemberhentian OAT yang artinya

ada perubahan yang sangat berarti.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children: guidelines

for the management of common illness with limited resources. Geneva; WHO. 2005

2. Behrman, Richard E, et al.. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Philadelphia;

Saunders. 2014

3. Baertram G. 2010. Farmakologi Dasar& Klinik Jakarta: EGC

4. Ellsworth, A.J, dkk. Mosby’s Medical Drug Referance. USA: Elsevier Mosby.

2006.

5. Djuanda A, Sani A, Azwar A, Handaya, Al matsier M, dkk. MIMS Indonesia,

Petunjuk Konsultasi 2007/2008. Jakarta: CMP Medica. 2008

6. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta

7. Hasan I. Interpretasi dan pendekatan klinis Terhadap Peningkatan Enzim

Transaminase. Diunduh dari

19
http://www.papdi.org/main/papdi/cpd/index.php?do=admin.pdf&ID=23. 26

Februari 2017

20

Anda mungkin juga menyukai