Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

TOTAL AV BLOCK
A. DEFINISI
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan penanganan
segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat
juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal segera
setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).

B. Etiologi
AV Blok sering terjadi dari kelanjutan fase buruk dari :
1. Iskemia jantung
2. Infark jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena
infeksi).
5. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
6. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
7. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
8. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung.
9. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
10. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).Yang akhirnya menghambat konduksi implus dari SA node ke AV node.
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya TAVB menurut Boyle (2009),
yaitu :
 Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Hiperlipidemia
 Life Style
 Usia dan Jenis kelamin

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda umum yang terjadi pada pasien dengan total AV blok ini adalah :

1. Chest pain
2. Dyspnea
3. Confusion
4. Pulmonary edema
Namun terdapat tanda gejala yang kompleks dari masing masing stage total AV
blok yaitu:
1. Stage 1 biasanya belum muncul tanda dan gejala namun sudah dapat dilihat gambaran
EKG yang menunjukkan terlihat perpanjangan interval P – R > 0,21 detik.
2. Stage 2 Biasanya asimtomatik, tetapi pada beberapa pasien, merasakan kejanggalan
dari detak jantung, presinkop, atau sinkop dapat terjadi; dapat bermanifestasi pada
pemeriksaan fisik sebagai bradikardia.
3. Stage 3 sering dikaitkan dengan gejala seperti kelelahan, pusing, pusing, presinkop,
dan sinkop; terkait dengan bradikardia kecuali lokasi blok yang terletak di bagian
proksimal dari node atrioventrikular (AVN).(Chirag M Sandesara, MD, FACC, 2014.
Journal Of Cardiology. Medscape).
E. STAGE AV BLOK
a. AV blok derajat I: letak kelainan pada AV node dan pada EKG terlihat
perpanjangan interval P–R > 0,21 detik. Semua impuls dihantarkan ke ventrikel.
Kelainan ini sering terdapat pada usia lanjut.
b. AV blok derajat II tipe Wenckebach, Mobitz II ataupun AV blok total
biasanya disebabkan oleh infark miokard akut inferior.
Pada gambaran EKG pada AV blok derajat II terlihat ada gelombang P
yang tidak mempunyai pasangan gelombang QRS yang artinya bahwa ada
rangsang yang tidak disalurkan kebawah karena ada gangguan pada AV node
ataupun His‐ Purkinye.

Sedangkan pada AV blok total terlihat tidak ada asosiasi antara gelombang P dan
gelombang QRS yang artinya tidak ada hubungan sama sekali antara atrium dan
ventrikel dimana masing‐masing mengeluarkan impulsnya.

Pengobatan pada AV blok derajat I tidak ada yang khusus, hanya memperhatikan
faktor penyebab seperti efek digitalis ataupun mengobati penyakit
penyebab yaitu PJK. Sedangkan pada AV blok II dan III disamping
penyakit penyebab, simtomatis dapat diberikan sulfas atropin, atau
isoproterenol. Khusus untuk AV blok total tindakan terbaik adalah dengan
pemasangan pacu jantung.
Ekstra Sistole
Dibagi berdasar asal fokus yaitu : supraventrikel dan ventrikel. Gambaran EKG pada ES
supraventrikel adalah gambaran gelombang QRS lancip atau sama dengan

gambaran gelombang QRS lain yang normal. Fokus berasal dari supra His.
Gambaran EKG pada ES ventrikel adalah gelombang QRS yang melebar
(>0.12 ms). Focus berasal dari ventrikel.

Penyebab terbanyak adalah karena: Infark Miokard dan jenis Penyakit Jantung
Koroner lain, efek digitalis, ataupun karena psikologis. Pada pemeriksaan fisik:
terdengar bunyi jantung ekstra disela irama jantung yang reguler. Frekuensi dapat
terdengar sering atau jarang. Berdasarkan frekuensi ini dapat ditentukan bigemini
atau trigemini. Klasifikasi ES umumnya pada ES ventrikel adalah sebagai berikut :

1. jumlahnya < 5/menit atau <30/jam


2. konsekutif
3. Fenomena R on T
4. Multifokal
5. Bigemini atau lebih
E. PATAFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. EKG dapat menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe / sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto Dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan Pencitraan Miokardia, dapat menunjukkan area iskemik / kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes Stres Latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan Obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat.
8. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju Sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA / Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan / mengeksaserbasi
disritmia.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
 Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
 Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
 Kelas 1 C : Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) : Atenolol, Metoprolol, Propanolol :
indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) : Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) : Verapamil, indikasi supraventrikular
aritmia.
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks QRS.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus,
sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai
pacemaker.
c. Defibrilator Kardioverter Implantable
Suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.
d. Terapi Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.
Terdapat dua jenis pacemaker yaitu
1. Temporary Pacemaker (TPM) : Digunakan untuk mengatasi gangguan yang
biasanya berlangsung tidak lama. Temporary pacemaker ini dapat dibiarkan
terpasang untuk waktu kurang dari 30 hari. Setelah itu elektrodanya harus
diangkat dan kalau perlu diganti dengan elektroda yang lebih permanen.
2. Permanent Pacemaker (PPM) : Suatu sirkuit dimana sebuah generator
mengeluarkan arus listrik yang mengalir ke otot jantung (miocard) melalui
sebuah kabel (wire) penghantar untuk merangsang jantung berdenyut, dan
selanjutnya kembali ke generator (sirkuit brakhir). PPM umunya
diindikasikan pada kelainan irama jantung yang lambat (bradikardia0, baik
oleh karena kelainan pembentukan impuls (misalnya blok atrioventrikuler
total). Permanent Pacemaker akan mengembalikan system pemacuan jantung
ke keadaan fisiologis sehingga dapat meningkatkan curah jantung dan
memperbaiki sirkulasi otak dan organ tubuh lainnya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer :
1. Airway : Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara
nafas tambahan misalnya stridor
2. Breathing : Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas,
adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas
tambahan seperti ronchi, wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat
menyebabkan takipnea dan dispnea.
3. Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta
adanya perdarahan. Monitor secara teratur status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability : Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil

2. Pengkajian Sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan
format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, dan
Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian perlukaan).

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan
informasi.
4. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive

4. RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Penurunan Curah Jantung b.d Disfungsi Konduksi Listrik
NOC:
Klien dapat memiliki pompa jantung, sirkulasi, perfusi jaringan & status
tanda vital yang normal. Dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan curah
jantung yang cukup dilihat dari TD, nadi, ritme normal, nadi perifer kuat,
melakukan aktivitas tanpa dipsnea.
NIC:
- Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer yang kualitasnya
menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ↑, dipsnea, HR↑, distensi vena jugularis, ↓
kesadaran dan adanya edema
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3 dan S4.
- Observasi ekspresi bingung, kurang tidur, pusing
- Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran, keparahan,
kualitas, durasi, manifestasi seperti mual dan factor yang memperburuk dan
mengurangi
- Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri oksigen, medikasi
dan beri tahu dokter
- Monitor intake dan output/24 jam
- Catat hasil EKG dan XRay dada
- Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium
- Monitor CBC, [Na], kreatinin serum
- Memberi oksigen sesuai kebutuhan
- Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
- Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor, digoxin dan β bloker.
Beritahu dokter bila nadi dan tekanan darah rendah sebelum medikasi
- Selama fase akut, pastikan klien bedrest dan melakukan aktivitas yang dapat
ditoleransi jantung
- Berikan makanan rendah garam, kolesterol
- Berikan lingkungan yang tenang dgn meminimalkan gangguan dan stressor.
- Jadwalkan istirahat stlh makan dan aktivitas
2. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan Suplai dan Kebutuhan Oksigen
NOC:
Penghematan Energi
- Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Menggunakan teknik penghematan energi
- Merubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
- Menjaga keadekuatan nutrisi
NIC:
a. Pengelolaan Energi
- Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, pucat,
frekuensi respirasi)
- Pantau respon oksigenasi pasien ( nadi, irama jantung, dan frekuensi respirasi)
- Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan energi
- Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah
kelelahan
- Bantu pasien dalam aktivitas fisik secara teratur
- Bantu pasien dalam mengidentifikasi pilihan aktivitas
b. Terapi Aktivitas
- Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
- Jelaskan pada klien manfaat aktivitas secara bertahap
- Bantu dalam pemenuhan aktivitas perawatan diri jika klien belum dapat
mentoleransi aktivitas tersebut
- Orientasikan klien beraktivitas secara bertahap sesuai toleransi
- Tetap sertakan O2 selama aktivitas
- Bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas

3. Defisit Pengetahuan: Proses Penyakit dan Prosedur Terapi b.d Kurangnya Paparan
Informasi
NOC: Pengetahuan: Proses Penyakit dan Prosedur Terapi
- Familiar terhadap nama penyakit
- Mampu mendiskripsikan proses penyakit
- Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC:
a. Pembelajaran : Proses Penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan
fisiologi tubuh
- Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
- Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
- Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
b. Pembelajaran : Prosedur/Perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan dan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek
selama prosedur/perawatan (relaksasi da imagery).

4. Resiko Infeksi b.d pertahanan Sekunder Inadekuat dan Prosedur Invasife


NOC:
a. Pengendalian Risiko
- Monitor factor risiko lingkungan
- Monitor perubahan status kesehatan
- Pengguanaan strategi kontrolrisikoyang efektif
b. Deteksi Risiko
- Mengenali tanda dan gejala timbulnya risiko
- Mengidentifikasi risiko potensial kesehatan
- Menggunakan perawatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
NIC:
a. Pengendalian Infeksi
- Ajarkan kepada pengunjung untuk cuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruangan
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda/gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotic bila diperlukan
- Lakukan tindakan perawatan secara aseptic
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Gunakan universal precaution
- Batasi jumlah pengunjung
b. Perlindungan terhadap Infeksi
- Pantau tanda dan gejala adanya infeksi
- Monitor hasil laboratorium (limfosit, leukosit, granulosit, DPL, protein serum)
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kulit dan membrane mukosa adannya kemerahan, panas, dan drainase
- Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan sesuai dengan kebutuhan
- Anjurkan untuk istirahat yang cukup
- Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas dan latihan
- Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi.
A. Konsep Pace Maker
1. Pengertian Pace Maker
Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung
permanen adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular
untuk mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan
jantung melalui system vena.
Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau
atrium kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel
melalui dua electrode dan bisa menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel
setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang
mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung
berdenyut sesuai dengan nodus sinus.

2. Jenis Pace Maker


a. Permanent Pace Maker (Pacu Jantung Permanen)
b. Temporary Pace Maker (Pacu Jantung Sementara)
Temporary Pace maker adalah sebuah alat pacu jantung buatan elektronik
yang berfungsi sebagai node (sino-atrial) SA pengganti yang berkontraksi dari
otot jantung. Perangkat ini dimasukkan oleh threading atau kawat melalui
pembuluh darah vena femoralis atau vena jugularis atau vena subclavia menuju
atrium atau ventrikel kanan. Sedangkan generatornya ditempatkan diluar dan
bersifat sementara pada kelainan yang dicurigai karena adanya gangguan irama
ataupun sebagai tindakan emergency sebelum pemasangan permanent pace
maker.
Tujuan utama pemasangan Temporary Pace Maker adalah membuat
frekuensi denyut jantung menjadi normal baik yang disebabkan jantung pasien
tersebut terlalu lambat maupun terjadinya blok pada sistem hantaran irama
jantung.
Indikasi Pemasangan Temporary Pace Maker :
a. Blok jantung pada infark miokard
1) Infark Miokard Inferior
Infark miokard inferior disebabkan oleh oklusi arteri yang mensuplai
dinding inferior ventrikel kiri. Biasanya arteri koroner kanan yang juga
merupakan sumber arteri ke simpul AV. Karakteristik blok simpul AV
adalah perpanjangan interval P-R atau fenomena wenckebach.
Pacu jantung sementara dibutuhkan apabila :
 Bradikardi persisten dan bradikardi simtomatis tidak respon terhadap terapi
obat.
 Iritabilitas ventrikel diperburuk oleh bradikardia.
 Kegagalan pompa jantung akibat bradikardi
2) Infark Miokard Anterior
Blok jantung pada pasien infark miokard akut anterior merupakan
masalah yang lebih serius dari pada infark miokard inferior. Arus darah
ke simpul AV cukup dan blok jantung terjadi akibat nekrosis septum
interventrikular dan sistem konduksi infranodal. Blok selektif dari
beberapa bagian sistem hantaran infranodal sering mendahului blok
jantung lengkap dan akan di anggap sebagai tanda peringatan. Pacu
jantung profilaksis menguntungkan secara nyata sebagai usaha resusitasi
dalam beberapa kasus henti jantung. Prognosis infark miokard anterior
dengan blok jantung lengkap adalah buruk, walaupun pacu jantung
sementara. Walaupun prognosisnya buruk beberapa pasien beruntung
dari pacu jantung profilaksis. Karena sulit untuk memperkirakan pasien
yang beruntung, di anjurkan pacu jantung sementara untuk infark
miokard anterior.
3) Blok Bifaskular
Muncul blok bifaskular (right bundle branch block dan blok
fasikuler anterior atau posterior) merupakan pertanda terjadinya blok
jantung lengkap pada infark miokard akut dan merupakan indikasi pacu
jantung menetap.
b. Left Bundle Branch Blok (LBBB)
Sebagian bersar klinisi yakin bahwa adanya LBBB yang baru
merupakan kejadian infark miokard akut anterior, merupakan indikasi pacu
jantung sementara. Permasalahan umum pada infark miokard akut dan BBB
adalah menentukan apakah kelainan hantaran baru atau lama.
c. Right Bundle Branch Block (RBBB)
RBBB muncul secara akut pada infark miokard anterior disebabkan
iskemik septum interventrikular. Kebanyakan yakin bahwa pacu jantung
profilaksis adalah pilihan yang paling aman secara individual. Dianjurkan
pemakaian ambulatori sebelum dipulangkan untuk menyirngkirkan
gangguan hantaran sementara atau aritmia ventrikel dan keadaan hantaran
lainnya.
d. Blok Fasikular Anterior
Pasien blok fasikular anterior perhatian pada munculnya RBBB.
Blok fasikular posterior yang terisolir menunjukan adanya daerah perlukaan
yang luas pada septum interventrikular. Blok fasikuler posterior yang
terisolir adalah jarang tetapi merupakan indikasi untuk pacu jantung
sementara. Seperti yang telah diterangkan bahwa indikasi untuk
menempatkan pacu jantung pada pasien setelah infark miokard tidaklah
mutlak, sangat dibutuhkan penilaian klinis. Pasien dengan indikasi orderline
dan hemodinamik tidak stabil dapat dipasang pacu jantung, sebaliknya
pasien borderline yang stabil dan tanpa bukti henti jantung hanya perlu
observasi yang serius.
e. Sindroma Sick Sinus
Pasien asistole ataupun bradikardia dengan simptom seperti sinkope,
membutuhkan bantuan pacu jantung sementara untuk menunggu pacu
jantung menentap. Pasien sick sinus sindrome sering memiliki gejala samar
seperti sindrom bradikardi-takikardi kadang sulit memastikan hubungan
antara aritmia dan gejala tersebut. Percobaan dengan pacu jantung
sementara perlu untuk menghindari penempatan pacu jantung menetap yang
tidak perlu. Dengan menyisipkan pacu jantung sementara melalui vena
subclavia memungkinkan pasien untuk memakai tangannya dan
mempertahankan beberapa tingkat aktivitas selama periode pengamatan.
f. Supressi takikardi
 Ventrikular Aritmia : Pacu jantung sementara penting dalam penanganan
ventrikular aritmia yang resisten terhadap obat. Pasien yang resisten terhadap
terapi obat, terapi supresi hanya dengan pacu jantung sementara atau
bersamaan dengan beberapa obat dapat membantu.
 Prinsip suprasi tambahan untuk atrial takikardi sama terhadap ventrikel
takikardi. Supresi tambahan penting untuk atrial flutter, irama ini sering terjadi
pada penyaki akut seperti infark miokard akut, setelah pembedahan jantung
ataupun eksaserbasi penyakit paru. Stimulasi atrial yang cepat adalah suatu
alternatif penting. Ketelitian dibutuhkan agar menjaga ujung kateter jangan
bergerak ke ventrikel kanan apabila stimulus pacu yang cepat dipakai. Pacu
ventrikel yang cepat dapat merangsang ventrikel takikardi ataupun ventrikel
fibrilasi. Atrial takikardi paroxismal refraktori dapat ditanggulangi dengan cara
yang sama.
g. Indikasi lain
Pacu jantung sementara rutin dipakai dalam banyak keadaan, seperti
pada waktu anastesi umum, tindakan – tindakan pada jantung untuk
mengontrol bradikardi dan supresi takikardi. Pacu jantung sementara
dipakai pada keadaan klinis yang mengkhawatirkan, seperti pada pasien
dengan kelainan hantaran, selama kateterisasi jantung.
3. Jalur Pemasangan Temporary Pace maker
 Transcutaneous yaitu pemasangan electrode yang ditempatkan pada dinding dada
anterior & posterior kemudian disambungkan ke unit pacu external.
 Transthoracic yaitu electrrode pacu dipasang dengan menusukkan kawat tranthoracic
menuju ventrikel kanan.
 Transvenous yaitu pemasangan electrode pacu dipasang melalui vena menuju
ventrikel kanan atau atrium kanan atau keduanya.
 Epicardial yaitu pemasangan electrode pacu dijahitkan ke epikardium pada saat
operasi jantung.
4. Komponen dan Cara Kerja dari Temporary Pace maker
Komponen TMP
 Generator yaitu merupakan sumber impuls. Setting untuk generator:
a. Rate : Jumlah impulse listrik yang dihasilkan oleh generator setiap menit. (30 –
160 x/mnt)
b. Output : Besarnya energi listrik yang dikeluarkan setiap sekali memberi impulse.
c. Sensitivity : Kemampuan pacemaker membaca batas level/ besarnya intrinsik
listrik jantung (amplitudo) dimana generator harus memberi impulse atau
menunda/ menghambat (1 -20 mV).
d. Power on / off : Untuk mematikan dan menghidupkan generator.

 Kabel penghubung yaitu merupakan kawat penghubung generator dan miokardium


dan berupa unipolar (kutup negatif) dan bipolar bagian distal.
 Elektrode
5. Cara Kerja TPM
1. Pengukuran Treshold Ouput
 Tentukan pacuan 20% diatas rate pasien (10 beat/menit diatas HR pasien)
 Sensitivity pada posisi demand
 Control output pada posisi 5 mA (99% selalu capture) sehingga lampu pacing
menyala.
 Turunkan nilai output sampai gambaran EKG tidak capture. Gambaran capture nilai
terakhir adalah ambang output
 Setting output adalah dua kali nilai ambang (treshold).
2.Pengukuran Treshold Sensitivity
a. Diberikan 1.5 – 3.0 mV (tanpa diukur – secara ilmiah dan pengalaman aman).
b. Menggunakan threshold sensitivity:
 Tentukan rate pacuan 20% dibawah rate pasien (10 beat/menit dibawah HR
pasien).
 Tentukan output 5 mA atau nilai yang sudah diukur.
 Lihat lampu sense menyala.
 Pertama nilai sensitivity pada 1 mV. Kemudian dinaikkan sampai terlihat lampu
pacuan menyala dan gambaran EKG capture disebut sebagai threshold
sensitivity.
2. Gambaran Sensitivity Pacing
Setting sensitivity pada 0.5 nilai threshold sensitivity. Semakin kecil nilai
sensitivity yang di setting semakin kecil TPM mendeteksi aktifitas listrik
sehingga dapat mendeteksi gelombang P, dan atau interferensi luar (artefak)
disebut sebagai OVERSENSING. Semakin tinggi setting sensitivity (tanpa
mengukur threshold sentivity) akan semakin asyncrhronous disebut
UNDERSENSING.
6.Komplikasi Pemasangan Temporary Pace Maker :
1. Infeksi daerah sekitar punksi (insert area)
2. Electrode berubah posisi (misplacement)
3. Ventrikel perforasi (tamponade)
4. Trombosis – emboli
5. Pneumothoraks
6. Malfungsi generator
7.Penatalaksanaan dari Temporary Pace Maker
1. Perekaman EKG 6 sandapan EKG ekstremitas.
2. Preparasi dengan bethadine cair dan sterilkan area yang akan digunakan.
3. Operator (dokter) melakukan anestesi local di daerah yang akan di pungsi.
4. Puncture/pungsi vena yang akan kita pungsi.
5. Pastikan vena tersebut terkanulasi, masukkan sheath terlebih dahulu masukkan wire,
kemudian jarum dicabut, tinggal wire, kemudian masukkan sheath, lalu wire dan
dilator dicabut. Jadi tertingal hanya tinggal sheath. Kemudian diaspirasi sheath
tersebut melalui threeway yang tersedia dan dilakukan flushing agar terbebas dari
bekuan darah.
6. Masukkan electrode melalui sheath sampai ke ruang ruang jantung yang kita
inginkan (ventrikel kanan), setelah betul lokasi yang kita inginkan kemudian kita
hubungkan g g electrode tersebut dengan kabel (sebelumnya kabel telah tersambung
ke generator) sesuai muatannya positif ke positif, negative ke negative.
 Set generator :
- Pacing rate di atas HR pasien.
- Output kita pasang 5 mA.
- Sensitivity kita pasang demand atau 1.5 – 3.0 mV.
 Kemudian kita nyalakan generator, dengan menekan tombol ON.
 Kemudian kita lihat pada generator lampu pacing menyala/ tidak, pastikan
menyala dan pastikan capture pada gambaran EKG.
 Setelah benar benar capture,kita ukur threshold output, ingat threshold output
harus dibawah 1 mA.
 Kemudian kita ukur kita ukur threshold sensitivity, bila pasien dengan
hemodinamik stabil (tidak terganggu). Atau kita pasang pada daerah yang aman
yaitu 1.5 – 3.0 Mv.
 Setelah selesai semua kita fiksasi sheath dan electrode tersebut dengan menjahit
pada kulit pasien. Dan kita tutup luka tersebut dengan kassa steril yang telah
diberi betadhin cair kemudian difiksasi dengan dengan plester.
 Perekaman sandapan EKG 6 sandapan terakhir.
 Pasien dipindah ke ruangan.
TPM baru bisa dilepas jika ada irama intrinsic yaitu irama dari jantung
sendiri bukan dari TPM. Jika sudah ada irama intrinsic observasi 24 jam jika
tetap baik maka TPM bisa dilepas.
DAFTAR PUSTAKA

ACC/AHA/HRS. 2010. Guidelines for Device Based Therapy of Cardiac Rhythm

Abnormalities. Circulation; 117:2820-2840.

Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current Diagnosis

& Treatment Cardiology 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2009:51-72.1.

Boswick, John A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Davey. 2008. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

MyocardialInfarction.http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm.

Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK 189/vol

39 no 1.

Anda mungkin juga menyukai