TOTAL AV BLOCK
A. DEFINISI
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan penanganan
segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat
juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal segera
setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).
B. Etiologi
AV Blok sering terjadi dari kelanjutan fase buruk dari :
1. Iskemia jantung
2. Infark jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena
infeksi).
5. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
6. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
7. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
8. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung.
9. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
10. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).Yang akhirnya menghambat konduksi implus dari SA node ke AV node.
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya TAVB menurut Boyle (2009),
yaitu :
Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Hiperlipidemia
Life Style
Usia dan Jenis kelamin
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda umum yang terjadi pada pasien dengan total AV blok ini adalah :
1. Chest pain
2. Dyspnea
3. Confusion
4. Pulmonary edema
Namun terdapat tanda gejala yang kompleks dari masing masing stage total AV
blok yaitu:
1. Stage 1 biasanya belum muncul tanda dan gejala namun sudah dapat dilihat gambaran
EKG yang menunjukkan terlihat perpanjangan interval P – R > 0,21 detik.
2. Stage 2 Biasanya asimtomatik, tetapi pada beberapa pasien, merasakan kejanggalan
dari detak jantung, presinkop, atau sinkop dapat terjadi; dapat bermanifestasi pada
pemeriksaan fisik sebagai bradikardia.
3. Stage 3 sering dikaitkan dengan gejala seperti kelelahan, pusing, pusing, presinkop,
dan sinkop; terkait dengan bradikardia kecuali lokasi blok yang terletak di bagian
proksimal dari node atrioventrikular (AVN).(Chirag M Sandesara, MD, FACC, 2014.
Journal Of Cardiology. Medscape).
E. STAGE AV BLOK
a. AV blok derajat I: letak kelainan pada AV node dan pada EKG terlihat
perpanjangan interval P–R > 0,21 detik. Semua impuls dihantarkan ke ventrikel.
Kelainan ini sering terdapat pada usia lanjut.
b. AV blok derajat II tipe Wenckebach, Mobitz II ataupun AV blok total
biasanya disebabkan oleh infark miokard akut inferior.
Pada gambaran EKG pada AV blok derajat II terlihat ada gelombang P
yang tidak mempunyai pasangan gelombang QRS yang artinya bahwa ada
rangsang yang tidak disalurkan kebawah karena ada gangguan pada AV node
ataupun His‐ Purkinye.
Sedangkan pada AV blok total terlihat tidak ada asosiasi antara gelombang P dan
gelombang QRS yang artinya tidak ada hubungan sama sekali antara atrium dan
ventrikel dimana masing‐masing mengeluarkan impulsnya.
Pengobatan pada AV blok derajat I tidak ada yang khusus, hanya memperhatikan
faktor penyebab seperti efek digitalis ataupun mengobati penyakit
penyebab yaitu PJK. Sedangkan pada AV blok II dan III disamping
penyakit penyebab, simtomatis dapat diberikan sulfas atropin, atau
isoproterenol. Khusus untuk AV blok total tindakan terbaik adalah dengan
pemasangan pacu jantung.
Ekstra Sistole
Dibagi berdasar asal fokus yaitu : supraventrikel dan ventrikel. Gambaran EKG pada ES
supraventrikel adalah gambaran gelombang QRS lancip atau sama dengan
gambaran gelombang QRS lain yang normal. Fokus berasal dari supra His.
Gambaran EKG pada ES ventrikel adalah gelombang QRS yang melebar
(>0.12 ms). Focus berasal dari ventrikel.
Penyebab terbanyak adalah karena: Infark Miokard dan jenis Penyakit Jantung
Koroner lain, efek digitalis, ataupun karena psikologis. Pada pemeriksaan fisik:
terdengar bunyi jantung ekstra disela irama jantung yang reguler. Frekuensi dapat
terdengar sering atau jarang. Berdasarkan frekuensi ini dapat ditentukan bigemini
atau trigemini. Klasifikasi ES umumnya pada ES ventrikel adalah sebagai berikut :
1. EKG dapat menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe / sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto Dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan Pencitraan Miokardia, dapat menunjukkan area iskemik / kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes Stres Latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan Obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat.
8. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju Sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA / Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan / mengeksaserbasi
disritmia.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C : Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) : Atenolol, Metoprolol, Propanolol :
indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) : Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) : Verapamil, indikasi supraventrikular
aritmia.
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks QRS.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus,
sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai
pacemaker.
c. Defibrilator Kardioverter Implantable
Suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.
d. Terapi Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.
Terdapat dua jenis pacemaker yaitu
1. Temporary Pacemaker (TPM) : Digunakan untuk mengatasi gangguan yang
biasanya berlangsung tidak lama. Temporary pacemaker ini dapat dibiarkan
terpasang untuk waktu kurang dari 30 hari. Setelah itu elektrodanya harus
diangkat dan kalau perlu diganti dengan elektroda yang lebih permanen.
2. Permanent Pacemaker (PPM) : Suatu sirkuit dimana sebuah generator
mengeluarkan arus listrik yang mengalir ke otot jantung (miocard) melalui
sebuah kabel (wire) penghantar untuk merangsang jantung berdenyut, dan
selanjutnya kembali ke generator (sirkuit brakhir). PPM umunya
diindikasikan pada kelainan irama jantung yang lambat (bradikardia0, baik
oleh karena kelainan pembentukan impuls (misalnya blok atrioventrikuler
total). Permanent Pacemaker akan mengembalikan system pemacuan jantung
ke keadaan fisiologis sehingga dapat meningkatkan curah jantung dan
memperbaiki sirkulasi otak dan organ tubuh lainnya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer :
1. Airway : Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara
nafas tambahan misalnya stridor
2. Breathing : Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas,
adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas
tambahan seperti ronchi, wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat
menyebabkan takipnea dan dispnea.
3. Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta
adanya perdarahan. Monitor secara teratur status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability : Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil
2. Pengkajian Sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan
format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, dan
Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian perlukaan).
3. Defisit Pengetahuan: Proses Penyakit dan Prosedur Terapi b.d Kurangnya Paparan
Informasi
NOC: Pengetahuan: Proses Penyakit dan Prosedur Terapi
- Familiar terhadap nama penyakit
- Mampu mendiskripsikan proses penyakit
- Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC:
a. Pembelajaran : Proses Penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan
fisiologi tubuh
- Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
- Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
- Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
b. Pembelajaran : Prosedur/Perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan dan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek
selama prosedur/perawatan (relaksasi da imagery).
Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current Diagnosis
MyocardialInfarction.http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm.
Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK 189/vol
39 no 1.