Anda di halaman 1dari 3

Penelitian Artikel

Prevalensi caninus Rahang Atas dan Asosiasinya dengan Kelainan Gigi Lainnya di Populasi Mexico.

1. Pendahuluan

Sebuah gigi dianggap memilki dampak ketika erupsi jika dihambat dengan gigi lain, tulang,
atau jaringan lunak. Diagnosa umumnya berdasarkan pada analisis klinis dan x-ray. Dilaporkan
mengenai kelaziman dari dampak gigi di Mexico sekitar 13,58% merupakan yang paling umum gigi
anomali setelah agenesis (26-27% termasuk ketiga molar).

Jika ketiga molar erupsi maka, caninus rahang atas adalah gigi yang paling umum untuk
mengalami impaksi (3, 6-8), dan pasien dengan dampak caninus rahang atas menunjukkan terkait
lainnya dengan gigi anomali. Seringnya berasosiasi dari anomali ini telah menyebabkan beberapa
peneliti untuk menyarankan mereka menggunakan sebagai penanda untuk menunjukkan
kebutuhan, untuk lebih lanjut analisis klinik dan atau x-ray untuk membuat diagnosa awal. Gigi
incisivus lateral rahang atas biasanya digunakan sebagai penanda karena ketiadaan bawaan,
mikrodontia, bentuk peg, dan bahkan posisi gigi yang salah terkait dengan impaksi dari taring rahang
atas.

Ketika di diagnosa pada saat usia dini, gigi caninus bayi diekstraksi sebagai rekomendasi
sebagai bentuk pencegahan. Ekspansi maxilla yang cepat dan traksi serviks menggunakan tutup
kepala juga telah dilaporkan untuk membantu terjadinya erupsi spontan pada gigi ini. Kurangnya
perawatan dapat menyebabkan sejumlah resiko termasuk resorbsi akar gigi sebelahnya,
pembentukan kista, dan terjadinya maloklusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur
prevalensi dampak caninus rahang atas dan hubungannya dengan anomali gigi lainnya di masyarakat
Mexico.

2. Matrial dan Metode

Penelitian retraspektif ini dilakukan dengan menggunakan desain kasus/ kontrol. Sampel
terdiri dari 860 pasien ortodontik 12 sampai 39 tahun dimana 32,76% adalah laki-laki (n= 281) dan
67,33% adalah perempuan (n= 579). Kasus potensial dikeluarkan untuk pasien dengan perawatan
ortodontik sebelumnya, celah bibir atau celah palatum, atau sindrom apapun. Gigi yang dianggap
memiliki dampak ketika gigi, tulang, atau jaringan lunak lain menghambat proses erupsi dalam oklusi
fungsi normal. Dampak dari pertumbuhan caninus rahang atas dapat di diagnosa dengan
menggunakan x- ray panaromik, foto klinis, dan model studi dari file pasien.

Pravelensi itu kemudian dihitung termasuk studi seks paritas. Total sampel ini telah dibagi
menjadi ke dalam dua kelompok: pasien dengan IMC dan kontrol tanpa IMC. Prevalansi dari 11 gigi
anomali (Das) dihitung pada dua kelompok: 2 jumlah anomali (agenesis dan gigi cadangan); 6 bentuk
anomali, empat dari lateral atas (Mikrodontia, bentuk barel, dan puncak gigi talon). Serta fusi gigi
dan perkecambahan; 2 erupsi anomali (impaksi gigi selain gigi caninus rahang atas dan transposisi;
dan 1 struktur anomali (amelogenesis imperfecta). Identifikasi setiap DA digunakan mengeluarkan
defenisi.

2.1 Analisis Statistik. Memaksakan seks paritas pada IMC dan prevalansi gigi anomali di kedua
kelompok telah dilakukan menggunakan tes Pearson X2 (p ≤ 0,05). Tes fisher dapat digunakan ketika
ekspektasi hitungan di beberapa meja adalah 5 sel atau kurang. Perhitungan juga dibuat untuk
kepercayaan interval (C1= 95%).

2.2 Pertimbangan Etis. Data diperoleh dari file pasien. Tidak ada pasien yang tidak perlu terkena
radiasi dan semua pasien menandatangani persetujuan dari otoritas lembaga untuk menggunakan
catatan klinis untk tujuan penelitian. Studi ini telah disetujui oleh Peneliti Komite Etik dari “Centro de
Investigaciones Dr. Hideyo Noguchi” (CIRB 2013-0016).

3. Hasil

Setidaknya satu dampak caninus rahang atas telah hadir 6,04% (n= 52) dari sampel.
Walaupun perbandingan pria/ wanita disampel adalah 1 : 2.06, nilai yang hampir sama antara pria
(6,76%; n= 19) dan wanita (5,69%; n= 33). Tidak ada asosiasi yang teridentifikasi oleh seks (p= 0,540).

Total dari 65 dampak caninus rahang atas diidentifikasi: 50,77% (n=33) berada disisi kanan
rahang atas dan 49,23% (n= 4=32) berada disisi kiri. Dari 52 pasien yang terpengaruh, 25% (n=13)
exhibited bilateral impaksi.

Dari dua kelompok, 51,92% (n=27) oleh pasien dampak caninus rahang atas telah dikaitkan
Das dan 20,17% (163). Dari kelompok kontrol telah terkait Das (p < 0,0001). Prevalansi kedua gigi
anomali dengan signifikan asosiasi di kelompok kontrol kurang dari kelompok IMC.

4. Diskusi

6,04% prevalansi IMC di kelompok adalah 1,73 sampai 9,02% dilaporkan interval di lain
populasi (6-9, 11, 19,20); 5.43% nilai dilaporkan di Hungaria yang terdekat untuk penelitian kami.
Impaksi bilateral memberikan 25% dari pasien IMC. Ini hampir sama dengan 19,2% yang diamati di
populasi Yunani. Secara keseluruhan prevalansi IMC di Mexico juga hampir sama dengan populasi di
Yunani artinya kesamaan di impaksi bilateral antara populasi ini dapat menjadi harapan.
wanita memiliki IMC lebih sering tapi tidak ada bukti dalam data atau dalam laporan lain
bahkan ketika proporsi lebih besar diantara wanita.
Asosiasi diidentifikasi antara IMC dan empat Das lain. Ini bertepatan dengan laporan
sebelumnya, meskipun sebagian besar studi hanya dievaluasi palatal mengganti gigi caninus. Namun,
dalam studi pasien di Cina menunjukkan palatal dan lingual mengganti IMC, Das lain yang terkait,
yang mirip dengan temuan kami.
Mikrodontia dan bentuk barel di gigi seri lateral atas terkait dengan IMC. Laporan
sebelumnya menunjukkan hubungan antara mikrodontia dan bentuk peg gigi dengan IMC.
Studi ini bertepatan dengan asosiasi antara mikrodontia dan IMC, tapi berbentuk barel dari
pada gigi seri berbentuk peg adalah asosiasi kedua. Ini bisa menjadi artefak dari prevalansi
mikrodontia dengan gigi bentuk bare yang lebih tinggi di Meksiko dibandingkan dengan gigi
berbentuk peg pada populasi yang lain. Anomali insisivus lateral bagian atas (misalnya agenesis,
mikrodontia, dan bentuk peg) harus dilihat sebagai penanda IMC. Data kami menyarankan bahwa
bentuk barel harus dimasukkan ke dalam kelompok penanda ini untuk populasi Meksiko.
Prevalansi IMC juga dikaitkan dengan adanya gigi yang terkena dampak lainnya, yang sesuai
dengan data dari populasi masyarakat Tionghoa. Anomali sering dapat dijelaskan secara genetis
terutama bila gigi yang terkena dampak jauh dari IMC yang bersangkutan. Namun, faktor lingkungan
juga dapat menyebabkan anomali ini, misalnya gigi incisivus yang terkena dampak pada sisi yang
sama dengan IMC. Kasus, impaksi caninus dapat menjadi konsekuensi dari gigi incisivus yang terkena
dampak, yang akan menjelaskan kelangkaan kejadian ini yang terjadi bersamaan. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah penyebab asosiasi antara anomali ini terutama
bersifat genetik atau lingkungan.
Di sisi lain, resiko transposisi gigi sangat tinggi pada pasien IMC. Hal ini dapat dengan mudah
dijelaskan karena gigi caninus rahang atas adalah gigi yang paling sering mengalami transposisi.
Dari catatan, agenesis gigi adalah salah satu anomali yang tidak menunjukkan hubungan
statistik bahkan ketika di masa lalu telah dilaporkan bahwa pasien dengan dampak gigi caninus
rahang atas biasanya memiliki DA yang terkait. Selain itu beberapa penulis telah menyoroti agenesis
insisivus maksila sebagai temuan klinis umum. Namun, penelitian yag dilakukan terhadap populasi di
Meksiko tidak menunjukkan hubungan antara agenesis dan gigi yang terkena dampak. Selain itu,
sebuah penelitian pada pasien dengan agenesis insisivus rahang atas pada populasi di Brasil tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara caninus yang terkena dampak dan tidak adanya gigi
ini. Populasi Amerika Latin tidak menunjukkan hal tersebut. Penjelasan dapat bergantung pada
perbedaan etnis. Oleh karena itu, penelitian yang sama harus dilakukan pada populasi lain sebelum
mencapai kesimpulan yang luas.
5. Kesimpulan
Impaksi taring rahang atas terjadi dengan frekuensi 6,04% pada populasi ini. Pasien dengan
IMC juga memiliki prevalansi anomali gigi yang lebih tinggi peningkatan ini disebabkan oleh semakin
banyaknya mikrodontia dan gigi lateral yang berbentuk barel dan juga gigi bertulang dan transposisi
lainnya. Kehadiran mikrodontia dan/ atau gigi lateral atas berbentuk barel dapat digunakan sebagai
penanda resiko IMC pada populasi Meksiko.
6. Kepentingan Bersaing

Penulis tidak memiliki kepentingan bersaing terkait penerbitan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai